Indeks Perilaku Anti Korupsi 2019
Indeks Perilaku Anti Korupsi 2019
Indeks Perilaku
Anti Korupsi
o.
id 2019
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
ISSN : 2622-8017
Nomor Publikasi: 04330.1902
Katalog: 4407002
Naskah:
Sub Direktorat Statistik Politik dan Keamanan
. id
Penyunting:
go
Sub Direktorat Statistik Politik dan Keamanan s.
p
Desain Kover oleh:
.b
Penerbit:
//w
Pencetak:
ht
Sumber Ilustrasi: -
id
Pencegahan Korupsi. Pemerintah juga mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 59
.
go
Tahun 2017 tentang pelaksanaan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Dalam perpres tersebut, sasaran global yang ingin dicapai terkait korupsi adalah
s.
secara substansial mengurangi korupsi dan penyuapan dalam segala bentuk. Di sisi
p
.b
lain, sasaran nasional yang ingin dicapai yaitu meningkatnya Indeks Perilaku Anti
w
Korupsi menjadi 4,0 pada tahun 2019 (Lampiran Perpres Nomor 59 Tahun 2017).
w
//w
Indeks Perilaku Anti Korupsi melalui Survei Perilaku Anti Korupsi (SPAK). Survei ini
tp
id
2019, nilai IPAK sebesar 3,70; lebih tinggi dibanding tahun 2018 (3,66). Peningkatan
.
go
ini disebabkan oleh menurunnya akses masyarakat terhadap pelayanan publik melalui
perantara dan menurunnya masyarakat yang memberikan uang/barang melebihi
s.
p
ketentuan dan menganggap hal itu lumrah.
.b
nilai indeks persepsi sebesar 3,80; sementara indeks pengalaman sebesar 3,65. Hasil
tp
ini menunjukkan belum optimalnya budaya zero tolerance terhadap perilaku korupsi
ht
id
closer to 5 means better. It means that community behaves more anti-corruption. In
.
2018, Anti-Corruption Behavior Index is 3.70; higher than 2018 (3,66). This incline is
go
caused by decreasing access to public services through intermediaries and decreasing
s.
of community which give money or goods exceeds the provisions and considers that
p
.b
case is normal.
w
are perception and experience. The perception dimension is the form of community
//w
dimension, perception index is 3.80; while experience index is 3.65. These results
ht
represent that zero tolerance culture to corruption behavior is still not optimal
internalized in every individual.
Perception dimension is formed based on family subdimension (4,11),
community subdimension (3,37), and public subdimension (3,92). Family
subdimension has the highest contribution as perception index former. Experience
dimension is formed based on public experience subdimension (3,78) and other
experience subdimension (3,25). Public experience subdimension has the highest
contribution as experience index former.
Anti-Corruption Behavior Survey 2019 shows that: (1) the percentage
of people who know official fees for public services are less than 70 percent; (2)
existence of people who pay fees exceeds provisions when accessing public services;
(3) most payments that exceed the provisions occur after service is completed; (4)
most payments that exceed provisions occur in the form of money.
. id
go
BAB I PENDAHULUAN
s.
1.1. Latar Belakang................................................................................. 3
p
1.2. Tujuan............................................................................................. 4
.b
w
id
4.2.4. Waktu Pembayaran yang Melebihi Ketentuan................................ 49
.
go
4.2.5. Bentuk Pembayaran yang Melebihi Ketentuan............................... 50
4.2.6. Sumber Informasi mengenai Adanya Pembayaran yang Melebihi Ketentu-
s.
p
an............................................................................................................. 50
.b
5.1. Kesimpulan...................................................................................... 63
tp
5.2. Rekomendasi................................................................................... 64
ht
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 67
LAMPIRAN................................................................................................. 71
Tabel 3.1.Indeks Perilaku Anti Korupsi Menurut Sub Dimensi pada Dimensi Persep-
si, 2019..................................................................................................... 25
id
Tabel 3.2.Indeks Perilaku Anti Korupsi Menurut Sub Dimensi pada Dimensi Pen-
.
go
galaman, 2019........................................................................................... 26
................................................................................................................ 83
w
w
id
Gambar 2.5. Persentase Responden Menurut Tingkat Pendidikan,2019........... 12
.
go
Gambar 2.6. Persentase Responden Menurut Kegiatan Utama,2019............... 13
s.
Gambar 3.1. Perkembangan Indeks Perilaku Anti Korupsi 2012-2019............. 19
p
Gambar 3.2. Indeks Perilaku Anti Korupsi Menurut Dimensi, 2012-2019......... 20
.b
Gambar 3.4. Indeks Perilaku Anti Korupsi Menurut Kelompok Umur, 2012-2019
//w
................................................................................................................ 22
Gambar 3.5. Indeks Perilaku Anti Korupsi Menurut Tingkat Pendidikan, 2012-
s:
tp
2019......................................................................................................... 24
ht
Gambar 4.1. Persentase Sikap Istri yang Menerima Uang Tambahan dari Suami di
Luar Penghasilan Tanpa Mempertanyakan Asal Usul Uang Tersebut, 2018-2019
................................................................................................................ 32
Gambar 4.2. Persentase Sikap Seorang Pegawai Negeri yang Menggunakan
Kendaraan Dinas untuk Keperluan Keluarga, 2018-2019................................ 32
Gambar 4.3. Persentase Sikap Orang Tua yang Mengajak Anaknya dalam
Kampanye Pilkada/Pemilu demi Mendapatkan Uang Lebih Banyak, 2018-2019
................................................................................................................ 33
Gambar 4.4. Persentase Sikap Seseorang yang Mengetahui Saudaranya Mengambil
Uang Milik Anggota Keluarga Tanpa Izin tetapi Tidak Melaporkan Kepada Orang
Tuanya, 2018-2019..................................................................................... 34
Gambar 4.5. Persentase Sikap Seseorang yang Menggunakan Barang Milik
Anggota Keluarga Lain Tanpa Meminta Izin, 2018-2019................................ 34
id
Penerimaan Menjadi Pegawai Negeri/Swasta, 2018-2019.............................. 40
.
go
Gambar 4.12. Persentase Sikap Memberi Uang/Barang/Fasilitas Kepada Petugas
untuk Mempercepat Urusan Administrasi Kependudukan (KTP, KK, SKTM, dan s.
p
lain-lain), 2018-2019.................................................................................. 41
.b
................................................................................................................ 41
//w
Gambar 4.14. Persentase Sikap Pelanggar Lalu Lintas yang Memberi Uang Damai
s:
Gambar 4.15. Persentase Pendapat Sikap Petugas KUA Meminta Uang Tambahan
ht
id
Petugas Pelayanan Publik dan Pernah Membayar Melebihi Ketentuan Menurut
.
go
Sumbernya, 2018-2019............................................................................... 51
Gambar 4.27. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan
s.
p
Petugas Pelayanan Publik dan Pernah Membayar Melebihi Ketentuan Menurut
.b
Tanggapannya, 2018-2019.......................................................................... 52
w
Barang untuk Memilih Kandidat Tertentu dalam Pilkades, Pilkada, atau Pemilu
ht
id
Gambar 4.37. Persentase Tanggapan Masyarakat yang Pernah Ditawari Ditawari
.
go
untuk Membayar Uang Damai Saat Ditilang oleh Petugas Polisi Lalu Lintas, 2019
................................................................................................................ 60
s.
p
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
gan Publik, 2018 – 2019............................................................................. 74
.
Lampiran 5. Kuesioner Survei Perilaku Anti Korupsi 2019............................... 76
go
Lampiran 6. Catatan Teknis......................................................................... 81
s.
p
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
merugikan keuangan
ht
Persoalan korupsi saat ini sudah bukan hal baru lagi di tengah kehidupan
masyarakat Indonesia. Tindak pidana korupsi selama ini telah terjadi secara
meluas. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dinyatakan bahwa korupsi tidak
hanya merugikan keuangan negara, tetapi juga telah merupakan pelanggaran
terhadap hak-hak sosial dan ekonomi. Oleh karena itu, tindak pidana korupsi
digolongkan sebagai kejahatan yang pemberantasannya harus dilakukan
secara luar biasa.
id
kalangan penyelenggara pemerintahan, pejabat publik, dan wakil rakyat saja
.
tetapi sudah menyebar ke masyarakat bawah. Bahkan, korupsi di kalangan
go
pemerintahan telah tumbuh secara vertikal dan horisontal ke daerah-daerah.
s.
Salah satu akar penyebab berkembangnya praktik korupsi diduga berasal dari
p
.b
terhadap tindakan korupsi. Setiap ada pengungkapan kasus korupsi, hal ini
w
dianggap sebagai prestasi penegakan hukum. Namun, dari sisi kebudayaan, hal
//w
ini merupakan sisi tragis mentalitas korupsi yang tidak terbendung (Santoso.
s:
id
yang dapat memberikan gambaran. Gambaran ini dilihat dari sisi persepsi
.
go
dan pengalaman masyarakat terkait korupsi. Untuk memenuhi kebutuhan
s.
tersebut, sejak 2012 BPS bersama Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
p
.b
1.2. Tujuan
s:
tp
secara lengkap mengenai situasi dan kondisi perilaku anti korupsi masyarakat
terkini. Hal ini dilihat dari aspek pendapat, pengetahuan, perilaku, dan
pengalaman individu terkait perilaku anti korupsi di Indonesia.
. id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
Hal yang sangat penting dari sebuah survei adalah tingkat respon yang
diperoleh. Tingginya tingkat respon akan sejalan dengan tingginya keterwakilan
(representatif) hasil survei dari total populasi. Artinya semakin tinggi tingkat respon,
semakin akurat hasil survei yang diperoleh.
Responden terpilih untuk SPAK 2019 adalah kepala rumah tangga atau
pasangannya. Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa kepala rumah tangga atau
pasangannya merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan
ekonomi rumah tangga. Selain itu, mereka juga dinilai lebih mengetahui keadaan
rumah tangga dibandingkan anggota rumah tangga yang lain. juga mempunyai
id
peluang yang lebih besar untuk melakukan akses terhadap pelayanan publik
.
go
dibandingkan anggota rumah tangga lainnya. Dengan demikian, diharapkan
responden terpilih dapat memberikan jawaban yang lebih relevan terkait muatan
s.
p
pertanyaan dalam SPAK 2019.
.b
w
Target sampel SPAK 2019 sebesar 9.952 responden. Dari jumlah ini, tidak
w
semuanya berhasil didata. Hingga akhir periode pendataan, ada sebanyak 9.364
//w
responden yang berhasil diwawancarai. Artinya, tingkat respon dari SPAK 2019 cukup
s:
Lebih dari Lima Puluh Persen Responden adalah Kepala Rumah Tangga
Pasangan; 38,59%
KRT; 61,41%
id
Mayoritas Responden Adalah Perempuan
.
go
Jika dilihat dari sisi jenis kelamin, terdapat hasil yang cukup berbeda. Pada
s.
tahun 2019, mayoritas responden survei berjenis kelamin perempuan sebanyak
p
54,54 persen. Sedangkan, responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 45,46
.b
w
persen.
w
//w
Laki-laki; 45,46%
s:
tp
ht
Perempuan; 54,54%
id
.
go
s. Kawin; 79,35%
rumah tangga atau pasangannya. Hal ini membawa konsekuensi bahwa secara umum
//w
responden SPAK berstatus kawin. Fenomena ini terlihat dari hasil SPAK 2019.
s:
tp
>59; 25,38%
40-59; 55,41%
<40; 19,20%
. id
merupakan kelompok umur lebih dari 59 tahun. Di sisi lain, komposisi terkecil
go
ditempati oleh responden pada kelompok umur kurang dari 40 tahun (19,20 persen).
s.
p
2.3 Tingkat Pendidikan Responden
.b
Lebih dari Enam Puluh Persen Responden Berpendidikan Kurang dari SLTA
w
w
pemahaman dan persepsi yang berbeda antar individu. Tingginya tingkat pendidikan
ht
SLTA; 23,74%
Kegiatan utama seseorang antara mereka yang bekerja dengan tidak bekerja
tentu berbeda. Aktivitas mereka juga memiliki pola interaksi yang berbeda. Hal ini
diyakini dapat memberikan pengaruh terhadap pola pemahaman, persepi, dan sudut
pandang terhadap suatu masalah. Oleh karena itu penting untuk melihat sebaran
responden menurut kegiatan utama. Kegiatan utama yang dimaksud terdiri atas
id
bekerja dan tidak bekerja.
.
go
Tidak Bekerja; 28,37%
s.
p
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
Bekerja; 71,63%
id
Berusaha Sendiri 31,09
.
go
Berusaha Dibantu Buruh 25,05
Karyawan/Pegawai s. 23,20
p
Pekerja Bebas 12,87
.b
Lainnya 0,78
w
Total 100,0
//w
Bila dilihat secara lebih detail, hasil SPAK 2019 menunjukkan bahwa dari
ht
Tabel 2.2
Persentase Responden Menurut Rata-Rata Pengeluaran Rumah Tangga
Per Bulan, 2019
Rata-Rata Pengeluaran Rumah Persentase
Tangga Per Bulan
(1) (2)
< Rp. 2 Juta 40,50
Rp. 2 Juta - 3,9 Juta 45,37
>= Rp. 4 Juta 14,13
Total 100,00
Dilihat dari sisi pengeluaran rumah tangga, terlihat bahwa sebanyak 45,37
id
persen rumah tangga memiliki rata-rata pengeluaran rumah tangga perbulan antara
.
go
Rp. 2 juta hingga Rp. 3,9 juta. Posisi kedua ditempati oleh rumah tangga dengan
rata-rata pengeluaran perbulan kurang dari Rp. 2 juta (40,50 persen). Sementara
s.
p
itu, sekitar 14,13 persen responden memiliki rata-rata pengeluaran rumah tangga
.b
. id
go
p s.
.b
w
4,00
4
3,9 target
RPJMN 2019
3,8
3,71 3,7
3,7
3,63 3,61 3,66
3,6 3,59
3,55
3,5
2012 2013 2014 2015 2017 2018 2019
ht
tp
s:
//w
w
w
.b
ps.
go
.id
BAB III Indeks Perilaku Anti Korupsi
Tingkat korupsi skala kecil selama setahun terakhir dapat dilihat melalui
analisis tren Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) 2018 dan 2019. Indeks Perilaku
Anti Korupsi Indonesia tahun 2019 sebesar 3,70 pada skala 0 sampai 5. Angka ini
mengalami kenaikan sebesar 0,04 poin dibandingkan capaian tahun 2018 sebesar
3,66. Nilai indeks semakin mendekati 5 menunjukkan bahwa masyarakat berperilaku
semakin anti korupsi, sebaliknya nilai IPAK yang semakin mendekati 0 menunjukkan
bahwa masyarakat berperilaku semakin permisif terhadap korupsi.
Meskipun adanya kenaikan, capaian yang diperoleh pada tahun 2019 masih
cukup jauh dari target. Pada tahun 2019, IPAK Indonesia ditargetkan berada pada skor
id
4,00. Hal ini menunjukkan bahwa masih diperlukan banyaknya perbaikan baik dari
.
go
sisi masyarakat maupun lembaga pemerintahan, khususnya dalam hal pengetahuan
mengenai anti korupsi.
s.
p
.b
3,71 3,70
tp
3,66
3,63
ht
3,61
3,59
3,55
Oleh karena itu, bagian selanjutnya akan menyajikan analisis IPAK berdasarkan
dua persepsi. Pertama, IPAK akan dianalisis dari sisi persepsi masyarakat. Kedua,
IPAK akan dianalisis dari sisi pengalaman masyarakat ketika menggunakan atau
berinteraksi dengan layanan publik dan pengalaman lainnya.
id
IPAK disusun berdasarkan dua dimensi, yaitu dimensi persepsi dan
.
go
pengalaman. Dimensi persepsi berupa penilaian/pendapat masyarakat terhadap
s.
beberapa kebiasaan/perilaku anti korupsi di masyarakat. Sementara itu, dimensi
p
pengalaman berupa pengalaman anti korupsi yang terjadi di masyarakat.
.b
3,86
w
3,81 3,80
w
//w
3,73
3,71
3,66 3,71 3,66 3,70
s:
3,65
tp
3,58 3,63
3,61
ht
3,39
Dari Gambar 3.2 terlihat adanya peningkatan indeks persepsi dari tahun
2012 hingga tahun 2018. Namun, pada tahun 2019 menunjukkan adanya penurunan
sebesar 0,06 poin menjadi 3,80 pada indeks persepsi masyarakat mengenai perilaku
anti korupsi. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2019, sikap masyarakat
cenderung lebih permisif terhadap perilaku korupsi dibandingkan dengan tahun
2018. Jika dilihat dari perkembangan indeks persepsi masyarakat, indeks persepsi
masyarakat pada tahun 2012 hanya sebesar 3,54 dan berada di bawah pencapaian
indeks pengalaman dan skor IPAK secara umum. Namun, secara perlahan tetapi
kontinu, indeks persepsi terus meningkat dan melebihi indeks pengalaman dan skor
IPAK secara umum. Puncaknya, pada tahun 2018, diperoleh hasil indeks persepsi
sebesar 3,86. Namun, pada tahun 2019 hasil indeks persepsi mengalami penurunan
menjadi 3,80.
Sebaliknya, pada indeks pengalaman terjadi fluktuasi dari tahun 2012 hingga
2019. Pada tahun 2013, indeks pengalaman mencapai skor 3,58; skor ini terus turun
hingga pada tahun 2015 mencapai titik terendah, yaitu 3,39. Indeks pengalaman
akhirnya mengalami peningkatan pada tahun 2017, yaitu sebesar 3,60; tetapi
mengalami penurunan kembali pada tahun 2018 menjadi 3,57; hingga pada tahun
2019 mencapai momen tertinggi, yaitu sebesar 3,65. Selain adanya fluktuasi, mulai
id
tahun 2013 posisi indeks pengalaman selalu lebih rendah dibanding indeks persepsi.
.
go
3.2. Perkembangan IPAK Menurut Wilayah s.
p
Masyarakat Perkotaan Lebih Anti Korupsi Dibanding Masyarakat Pedesaan
.b
w
perkotaan cenderung lebih banyak dan lebih mudah memperoleh informasi terkait
//w
sosialisasi korupsi. Kondisi ini diduga memberikan pengaruh pada persepsi masyarakat
s:
terhadap korupsi. Hal inilah yang pada akhirnya bisa menyebabkan skor IPAK antara
tp
3,86
3,80 3,81
3,55
3,51 3,50 3,49
3,46 3,46 3,47
id
Penduduk Berumur Tua Paling Permisif Dibanding Kelompok Umur Lainnya
.
go
Perbedaan umur berkaitan dengan perbedaan pola persepsi seseorang
s.
terhadap sesuatu. Selain itu, masyarakat pada kelompok umur yang berbeda juga
p
cenderung memiliki perilaku yang berbeda terkait akses terhadap pelayanan publik.
.b
Kondisi ini yang akhirnya mempengaruhi perbedaan skor IPAK antar kelompok umur.
w
w
//w
3,74 3,74
3,70
s:
3,71
tp
3,65
3,64 3,62
3,66
ht
3,65
3,63 3,63
3,58
3,62
3,59
3,57 3,56
3,55 3,54
3,49
3,45
Gambar 3.4. Indeks Perilaku Anti Korupsi Menurut Kelompok Umur, 2012-2019
Dari tahun 2012 hingga tahun 2018, penduduk berumur 60 tahun atau lebih
paling permisif dibanding kelompok umur lainnya. Hal ini terlihat dari nilai IPAK pada
kelompok umur ini yang paling rendah dibandingkan kelompok umur lainnya. Namun,
pada tahun 2019 penduduk berumur 60 tahun ke atas memiliki nilai indeks yang sama
dengan penduduk berumur di bawah 40 tahun, yaitu sebesar 3,66. Sementara itu,
kelompok umur 40-59 tahun memiliki nilai IPAK paling tinggi dibandingkan dengan
kelompok umur lainnya, yaitu sebesar 3,73.
Hasil pada Gambar 3.4 menunjukkan perlunya menanamkan nilai dan budaya
anti korupsi sejak usia dini. Hal ini penting dilakukan mengingat anak merupakan
penerus estafet kepemimpinan bangsa. Seperti yang dikemukakan oleh Bonger
dalam Sulastri (2004) yang menyatakan bahwa ‘mencegah kejahatan adalah lebih
baik daripada mencoba mendidik penjahat menjadi orang baik kembali’.
. id
3.4. Perkembangan IPAK Menurut Tingkat Pendidikan
go
s.
Semakin Tinggi Pendidikan Masyarakat Cenderung Semakin Anti Korupsi
p
.b
hukum. Menurut Ridwan (2012), penegakan hukum terdiri dari tiga sub sistem, yaitu
s:
Melalui kultur hukum diharapkan seseorang memiliki pola pikir dan pemahaman yang
benar mengenai tindak kejahatan korupsi. Perbedaan pola pikir dan pemahaman
inilah yang pada akhirnya membedakan perilaku anti korupsi antartingkat pendidikan.
Oleh karena itu, perlu untuk melihat Indeks Perilaku Anti Korupsi berdasarkan tingkat
pendidikan.
4,09
4,05
4,01 4,02
4,00
3,94 3,94
3,99
3,94 3,94
3,85
3,82
3,80
3,78
3,58 3,57
3,55
3,52 3,53
3,49
3,47
Gambar 3.5. Indeks Perilaku Anti Korupsi Menurut Tingkat Pendidikan, 2012-2019
. id
go
Hasil pada Gambar 3.5 konsisten dengan pernyatan sebelumnya. Semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi IPAK yang dimiliki. Terlihat
s.
p
bahwa dari tahun 2012 hingga tahun 2019, IPAK masyarakat yang berpendidikan di
.b
atas SLTA paling tinggi dibanding kelompok dengan tingkat pendidikan yang lainnya.
w
Di sisi lain, masyarakat dengan tingkat pendidikan di bawah SLTA memiliki IPAK
w
//w
paling rendah. Pada tahun 2019, IPAK masyarakat dengan tingkat pendidikan di
bawah SLTA, SLTA, dan di atas SLTA, berturut-turut adalah 3,57; 3,94; dan 4,05.
s:
tp
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa IPAK terdiri dari dua dimensi, yaitu
dimensi persepsi dan dimensi pengalaman. Setiap dimensi IPAK memiliki sub dimensi.
Sub dimensi tersebut digunakan untuk membangun indeks dimensi.
Dimensi persepsi disusun dari tiga sub dimensi, yaitu sub dimensi keluarga,
komunitas, dan publik. Sementara itu, dimensi pengalaman terdiri dari dua sub
dimensi, yaitu sub dimensi pengalaman mengakses layanan publik dan pengalaman
lainnya. Indeks pada setiap sub dimensi juga dihitung. Secara lengkap, hasil indeks
2019 menurut sub dimensi dan wilayah pada dimensi persepsi disajikan pada Tabel
3.1.
tindakan mereka sebagian besar bahkan boleh dikatakan hampir pasti dipengaruhi
oleh tiga aspek tersebut. Jika ketiga aspek itu baik, anak juga akan tumbuh dan
berkembang menjadi baik, begitu pula sebaliknya.
Tabel 3.1
Indeks Perilaku Anti Korupsi Menurut Sub Dimensi pada Dimensi
Persepsi, 2019
Perkotaan
Dimensi/Sub Dimensi Perkotaan Perdesaan +
Perdesaan
(1) (2) (3) (4)
Indeks Keluarga 4,19 4,01 4,11
Indeks Komunitas 3,38 3,36 3,37
id
Indeks Publik 4,10 3,70 3,92
.
go
Indeks Persepsi 3,91 3,66 3,80
IPAK 3,86 s. 3,49 3,70
p
Sumber: Diolah dari data SPAK 2019,BPS
.b
w
Hasil SPAK 2019 menunjukkan bahwa indeks keluarga memiliki skor terting-
w
gi dibanding sub dimensi yang lain dalam dimensi persepsi. Pola ini terjadi baik di
//w
4,01 (perdesaan); dan 4,11 (perkotaan + perdesaan). Menurut wilayah, indeks sub
tp
dimensi pada dimensi persepsi di perkotaan lebih tinggi dibanding indeks di perde-
ht
saan.
Tabel 3.2
Indeks Perilaku Anti Korupsi Menurut Sub Dimensi pada Dimensi
Pengalaman, 2019
Perkotaan
Dimensi/Sub Dimensi Perkotaan Perdesaan +
Perdesaan
(1) (2) (3) (4)
Indeks Pengalaman Publik 4,03 3,47 3,78
Indeks Pengalaman Lainnya 3,24 3,26 3,25
Indeks Pengalaman 3,84 3,42 3,65
IPAK 3,86 3,49 3,70
id
Hasil SPAK 2019 menunjukkan bahwa indeks pengalaman publik memiliki
.
go
skor tertinggi sebagai penyusun dimensi pengalaman. Hal ini terlihat baik di perkotaan
s.
maupun perdesaan. Pada dimensi pengalaman, terjadi pola yang berbeda dengan
p
dimensi persepsi. Pada dimensi pengalaman, indeks pengalaman publik di perkotaan
.b
Skor tersebut masing-masing adalah 3,24 (perkotaan); 3,26 (perdesaan); dan 3,25
tp
(perkotaan + perdesaan).
ht
kinerja dan standar pelayanan minimal. Masalah tersebut tidak dapat dijadikan
sebagai pembenaran, namun merupakan realita dalam pemberian layanan publik
yang masih bisa dicegah, dibenahi, dan dicarikan jalan keluarnya.
Seperti dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa indeks persepsi lebih tinggi
dibanding indeks pengalaman. Hasil ini juga konsisten jika dirinci menurut wilayah.
Hal ini menujukkan bahwa semakin baiknya persepsi seseorang terhadap perilaku
korupsi tidak selalu diterapkan dalam perilaku atau pengalamannya. Terjadinya
fenomena ini diduga terjadi karena nilai-nilai yang dipahami hanya sebatas nilai-nilai
normatif, sehingga tidak mampu membentuk pribadi seseorang menjadi tangguh dan
anti korupsi. Secara lengkap, hasil ini disajikan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3
id
Indeks Perilaku Anti Korupsi Menurut Dimensi, 2019
.
Perkotaan
go
Dimensi/Sub Dimensi Perkotaan Perdesaan
s. +
Perdesaan
p
.b
Dari Tabel 3.3 terlihat bahwa perbedaan antara indeks perkotaan dan indeks
ht
perdesaan cukup besar. Secara komposit, hasil IPAK 2019 menunjukkan bahwa
indeks di perkotaan cukup berbeda dengan indeks di perdesaan (3,86 banding 3,49).
. id
go
p s.
.b
w
w
//w
64,46 64,80
ht
0,30 0,35
2018 2019
ht
tp
s:
//w
w
w
.b
ps.
go
.id
BAB IV Indikator Tunggal SPAK 2019
Keluarga adalah level yang sangat penting dalam kehidupan sosial setiap
individu. Keluarga diyakini sebagai komponen penting dalam menanamkan nilai-nilai
id
sebagai bagian dari proses sosialisasi anti korupsi. Dalam SPAK 2019, persepsi di
.
lingkup keluarga terdiri dari lima pertanyaan, yaitu:
go
1. Sikap istri yang menerima uang tambahan dari suami di luar penghasilan
s.
tanpa mempertanyakan asal usul uang tersebut;
p
.b
keperluan keluarga;
w
53,75%
50,44%
0,78% 1,06%
Gambar 4.1. Persentase Sikap Istri yang Menerima Uang Tambahan dari Suami
di Luar Penghasilan Tanpa Mempertanyakan Asal Usul Uang Tersebut, 2018-2019
id
Hasil SPAK 2019 menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat menganggap
.
sikap seorang pegawai negeri yang menggunakan kendaraan dinas untuk keperluan
go
keluarga merupakan hal yang tidak wajar (55,16 persen) dan kurang wajar (22,32s.
persen). Hanya 22,12 persen masyarakat yang menganggap wajar dan 0,40 persen
p
.b
peningkatan persepsi masyarakat yang menganggap wajar dan sangat wajar pada
w
tahun 2019 dibanding 2018. Persentase masyarakat yang menganggap wajar pada
//w
tahun 2018 sebesar 20,55 persen meningkat menjadi 22,12 persen pada tahun 2019.
s:
Sedangkan persentase masyarakat yang menganggap sangat wajar pada tahun 2018
tp
sebesar 0,20 persen meningkat menjadi 0,40 persen pada tahun 2019.
ht
56,11% 55,16%
0,20% 0,40%
Senada dengan indikator sebelumnya, pada tahun 2019, sikap orang tua yang
mengajak anaknya dalam kampanye pilkada/pemilu demi mendapatkan uang lebih
banyak mayoritas dinilai sebagai sesuatu yang tidak wajar (68,44 persen) dan kurang
wajar (18,68 persen). Sementara itu, persentase yang menganggap hal tersebut
sebagai sesuatu yang wajar atau sangat wajar mengalami peningkatan dibandingkan
tahun 2018, meskipun persentasenya hanya kurang dari 13,00 persen (tahun 2018
dan 2019).
67,44% 68,44%
id
19,95%
18,68%
12,35% 12,54%
.
go
0,26% 0,34%
s.
Sangat Wajar Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar
p
2018 2019
.b
Gambar 4.3. Persentase Sikap Orang Tua yang Mengajak Anaknya dalam Kampa-
w
tanpa izin tetapi tidak melaporkan kepada orang tuanya. Pada tahun 2019, sebanyak
80,98 persen dan 16,26 persen masyarakat menganggap tidak wajar dan kurang
wajar terhadap sikap tersebut. Sementara itu, masyarakat yang menganggap hal ini
sebagai hal yang wajar dan sangat wajar, masing-masing sebesar 2,62 persen dan
0,14 persen. Persentase masyarakat yang menganggap wajar dan sangat wajar pada
tahun 2019 mengalami peningkatan dibanding tahun 2018.
80,70% 80,98%
16,89% 16,26%
2,30% 2,62%
0,11% 0,14%
id
Tuanya, 2018-2019
.
go
Pola serupa terjadi pada variabel sikap seseorang yang menggunakan barang
s.
milik anggota rumah tangga lain tanpa izin. Pada tahun 2019, sebanyak 76,31 persen
p
dan 18,53 persen masyarakat menganggap tidak wajar dan kurang wajar terhadap
.b
sikap seseorang yang menggunakan barang milik anggota keluarga lain tanpa izin.
w
Sementara itu, masyarakat yang menganggap hal ini sebagai hal yang wajar dan
w
//w
sangat wajar, masing-masing sebesar 5,05 persen dan 0,10 persen. Angka masyarakat
yang menganggap hal tersebut wajar dan sangat wajar lebih tinggi dibanding tahun
s:
2018.
tp
ht
75,72% 76,31%
19,82% 18,53%
4,39% 5,05%
0,07% 0,10%
Gambar 4.5. Persentase Sikap Seseorang yang Menggunakan Barang Milik Anggo-
ta Keluarga Lain Tanpa Meminta Izin, 2018-2019
Perilaku korupsi sepertinya menemukan jalannya sendiri. Hal ini terlihat dari
makin suburnya praktik korupsi. Salah satu hal yang diduga menjadi penyebabnya
adalah adanya warisan birokrasi masa lalu yang lebih mengedepankan relasi
patrimonalistik. Wajah birokrasi warisan masa lalu ini, salah satunya adalah adanya
pemberian kewajiban kepada pejabat publik di lingkup komunitas untuk mendapatkan
layanan, misalnya ketua RT, RW, Kades/Lurah, atau tokoh masyarakat lainnya.
Di dalam SPAK 2019, beberapa perilaku di lingkup komunitas yang dinilai
merupakan indikasi terjadinya korupsi adalah:
1. Sikap memberi uang/barang kepada ketua RT/RW/Kades/Lurah ketika suatu
keluarga melaksanakan hajatan (pernikahan, khitanan, kematian, dsb);
2. Sikap memberi uang/barang kepada ketua RT/RW/Kades/Lurah ketika menjelang
id
hari raya keagamaan;
.
go
3. Sikap memberi uang/barang kepada tokoh masyarakat lainnya ketika suatu
s.
keluarga melaksanakan hajatan (pernikahan, khitanan, kematian, dsb); dan
p
4. Sikap memberi uang/barang kepada tokoh masyarakat lainnya ketika menjelang
.b
Terdapat dua kelompok kegiatan dalam lingkup komunitas yang dinilai, yaitu:
s:
tp
17,39% 16,68%
1,04% 1,24%
id
masyarakat lainnya sebagai hal yang wajar dan sangat wajar mengalami peningkatan.
.
go
Pada tahun 2019, masyarakat yang menilai wajar dan sangat wajar, masing-masing
s.
sebesar 46,21 persen dan 1,61 persen. Kedua nilai ini lebih tinggi dibanding tahun
p
2018, di mana persentase masing-masing sebesar 45,30 persen dan 1,18 persen
.b
terhadap korupsi.
//w
45,30% 46,21%
s:
36,40% 37,21%
tp
ht
17,12%
14,97%
1,18% 1,61%
28,56% 29,62%
id
20,51%
18,73%
.
go
0,76% 0,61%
p s.
.b
Kebiasaan di lingkup komunitas yang juga dinilai adalah sikap memberi uang/
ht
barang kepada tokoh masyarakat lainnya ketika menjelang hari raya keagamaan.
Pada Gambar 4.9 terlihat bahwa dibandingkan tahun 2018, pada tahun 2019 terdapat
peningkatan persentase persepsi tidak wajar, yaitu dari 41,52 persen menjadi 42,19
persen. Namun, hal tersebut juga diikuti oleh peningkatan persentase persepsi wajar
di mana peningkatannya lebih besar, yaitu 38,64 pada tahun 2018 menjadi 39,76
persen pada tahun 2019.
41,52% 42,19%
38,64% 39,76%
18,54%
16,89%
1,30% 1,16%
id
4.1.3. Perilaku di Lingkup Publik
.
go
Aspek lain terkait persepsi masyarakat terhadap perilaku korupsi adalah s.
persepsi di lingkup publik. Oleh karena itu, persepsi masyarakat terhadap beberapa
p
.b
negeri/swasta;
3. Memberi uang/barang/fasilitas kepada petugas untuk mempercepat urusan
administrasi kependudukan (KTP, KK, SKTM, dan lain-lain);
4. Memberi uang/barang/fasilitas kepada polisi untuk mempercepat pengurusan
SIM, STNK, SKCK, dan lain-lain;
5. Pelanggar lalu lintas yang memberi uang damai kepada polisi;
6. Petugas KUA meminta uang tambahan untuk transport ke tempat acara akad
nikah;
7. Guru mendapat jaminan (jatah) anaknya diterima masuk ke sekolah tempat dia
mengajar;
8. Guru meminta uang/barang/fasilitas dari orang tua murid ketika kenaikan kelas/
penerimaan rapor;
9. Memberi uang/barang/fasilitas kepada pihak sekolah agar anaknya dapat diterima
di sekolah;
Salah satu akar budaya perilaku korupsi adalah sangat kentalnya budaya
mementingkan keluarga dibandingkan kelompok lain. Hal ini juga merupakan
refleksi dari masih kentalnya budaya patrimonial atau paternalistik dalam birokrasi di
Indonesia. Dalam sistem ini ada kecenderungan untuk menjadikan sistem kekerabatan
sebagai bagian yang harus menerima keuntungan dari kekuasaan yang dimilikinya
(Santoso, 2014).
id
sikap demi menjaga hubungan kekeluargaan dan pertemanan, seseorang menjamin
.
go
keluarga/saudara/teman agar diterima menjadi pegawai negeri/swasta merupakan
s.
hal yang tidak wajar dengan persentase sebesar 52,01 persen. Nilai ini lebih tinggi
p
dibanding tahun 2018 (50,03 persen). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan anti
.b
tersebut sangat wajar (0,94 pada tahun 2018 menjadi 1,12 pada tahun 2019) juga
//w
41,52% 42,19%
38,64% 39,76%
tp
ht
18,54%
16,89%
1,30% 1,16%
52,01%
28,82%
id
18,05%
.
13,48%
go
10,43%
0,19% 1,12% s.
p
Sangat Wajar Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar
.b
2018 2019
Sumber: Diolah dari data SPAK 2019,BPS
w
pemberian tanda terima kasih atas jasa yang telah diberikan. Hal ini juga terjadi
ht
pada layanan publik yang diterima oleh masyarakat. Terlihat pada Gambar 4.12,
masih terdapat 30,89 persen dan 0,76 persen masyarakat yang menganggap
sikap memberi uang/barang/fasilitas kepada petugas untuk mempercepat urusan
administrasi kependudukan (KTP, KK, SKTM, dan lain-lain) sebagai hal yang wajar
dan sangat wajar. Persentase tersebut meningkat dibandingkan tahun 2018.
51,60% 50,66%
29,67% 30,89%
18,07% 17,68%
0,66% 0,76%
id
lain-lain), 2018-2019
.
Sama halnya dengan sikap memberi uang/barang/fasilitas kepada petugas
go
p s.
untuk mempercepat urusan administrasi kependudukan (KTP, KK, SKTM, dan lain-
.b
lain), masih ditemukan adanya 26,33 persen dan 0,54 persen masyarakat yang
w
pengurusan SIM, STNK, SKCK, dan lain-lain sebagai hal yang wajar dan sangat
wajar (Gambar 4.13). Angka tersebut naik dibandingkan tahun 2018, di mana
s:
persentase wajar dan sangat wajar masing-masing sebesar 24,15 persen dan 0,37
tp
persen. Meskipun demikian, pada tahun 2018 dan 2019, mayoritas masyarakat masih
ht
menganggap hal tersebut sebagai hal yang kurang wajar dan tidak wajar.
58,40%
55,58%
26,33%
24,15%
17,08% 17,54%
0,37% 0,54%
Hasil SPAK 2019 juga menunjukkan bahwa masih terdapat 18,42 persen dan
0,35 persen masyarakat yang menganggap sikap pelanggar lalu lintas yang memberi
uang damai kepada polisi sebagai hal yang wajar dan sangat wajar. Meskipun
demikian, persentase yang menganggap hal ini sebagai sesuatu yang tidak wajar
pada tahun 2019 meningkat dibanding tahun 2018, yaitu dari 64,46 persen menjadi
64,80 persen (Gambar 4.14).
64,46% 64,80%
18,54% 18,42%
16,70% 16,43%
. id
go
0,30% 0,35%
Gambar 4.14. Persentase Sikap Pelanggar Lalu Lintas yang Memberi Uang Damai
w
Selain pemberian kepada polisi, indikasi terjadinya korupsi juga bisa terjadi
s:
pada kasus petugas KUA yang meminta uang tambahan untuk transpor ke tempat
tp
acara akad nikah. Pada tahun 2019, sebanyak 23,62 persen dan 0,42 persen
ht
masyarakat menganggap sikap tersebut sebagai hal yang wajar dan sangat wajar.
Akan tetapi, perkembangan baik yang terjadi adalah adanya kenaikan persepsi yang
menyatakan kurang wajar pada tahun 2019 (18,87 persen) dibandingkan tahun 2018
(18,50 persen) (Gambar 4.15).
57,42% 57,09%
23,69% 23,63%
18,50% 18,87%
0,39% 0,42%
Gambar 4.15. Persentase Pendapat Sikap Petugas KUA Meminta Uang Tambahan
id
untuk Transpor ke Tempat Acara Akad Nikah, 2018-2019
.
go
Hal yang cukup menarik terlihat pada sikap masyarakat mengenai guru yang
s.
mendapat jaminan (jatah) anaknya diterima masuk ke sekolah tempat dia mengajar.
p
Pada tahun 2019, sebanyak 28,94 persen masyarakat menganggap hal ini sebagai
.b
hal yang wajar. Hal ini cukup memprihatinkan karena persentase masyarakat yang
w
w
masing-masing adalah 50,70 persen (tahun 2019) banding 52,80 persen (tahun
s:
2018).
tp
ht
52,80%
50,70%
28,94%
27,31%
19,21% 19,64%
0,68% 0,72%
Gambar 4.16. Persentase Sikap Guru Mendapat Jaminan (Jatah) Anaknya Diterima
Masuk ke Sekolah Tempat Dia Mengajar, 2018-2019
Di sisi lain sekitar 9,33 persen dan 0,20 persen masyarakat menganggap
sikap guru yang meminta uang/barang/fasilitas dari orang tua murid ketika kenaikan
kelas/penerimaan rapor sebagai hal yang wajar dan sangat wajar. Sementara itu,
persentase tidak wajar menurun dari 75,50 persen pada tahun 2018 menjadi 74,17
persen pada tahun 2019. Hal ini menunjukkan kurangnya kesadaran masyarakat
bahwa sikap tersebut merupakan salah satu bentuk korupsi yang harus dihindari.
75,50%
74,17%
id
15,60% 16,30%
.
8,64% 9,33%
go
0,26% 0,20%
Pada tahun 2019, sebanyak 8,94 persen dan 0,20 persen masyarakat
s:
tp
menganggap wajar dan sangat wajar terkait kebiasaan sikap memberi uang/barang
ht
kepada pihak sekolah agar anaknya dapat diterima di sekolah. Angka tersebut naik
jika dibandingkan tahun 2018. Meskipun demikian, lebih dari 90 persen menganggap
hal ini sebagai hal yang tidak wajar (tidak wajar dan kurang wajar). Persentase
jawaban tidak wajar dan kurang wajar masing-masing adalah 73,53 persen dan
17,33 persen. Secara lengkap, hal ini disajikan pada Gambar 4.18.
75,39%
73,53%
15,81% 17,33%
8,61% 8,94%
0,19% 0,20%
Gambar 4.18. Persentase Sikap Memberi Uang/Barang Kepada Pihak Sekolah agar
id
Anaknya dapat Diterima di Sekolah, 2018-2019
.
go
Hal yang cukup menarik juga terlihat pada fenomena pilkades/pilkada/pemilu.
s.
Pada tahun 2019, sebanyak 20,84 persen dan 0,50 persen masyarakat menganggap
p
sikap membagikan uang/barang/fasilitas ke calon pemilih pada pilkades/pilkada/
.b
pemilu sebagai hal yang wajar dan sangat wajar. Hal tersebut didukung dengan
w
w
turunnya persentase masyarakat yang menganggap sikap tersebut adalah hal yang
//w
tidak wajar, yaitu pada tahun 2019 sebesar 62,26 persen dibanding tahun 2018
sebesar 65,94 persen.
s:
tp
65,94%
62,26%
ht
20,84%
18,42%
14,98% 16,40%
0,66% 0,50%
Senada dengan itu, pada tahun 2019 sebanyak 20,17 persen dan 0,72 persen
masyarakat menganggap sikap mengharapkan pembagian uang/barang pada pilkades/
pilkada merupakan hal yang wajar dan sangat wajar. Angka tersebut naik dibanding
tahun 2018 di mana persentase masyarakat yang menganggap sikap tersebut wajar
dan sangat wajar masing-masing sebesar 19,07 persen dan 0,61 persen. Sementara
itu, persentase masyarakat yang menganggap sikap mengharapkan pembagian
uang/barang/fasilitas pada pilkades/pilkada adalah hal kurang wajar dan tidak wajar
masing-masing sebesar 19,08 persen dan 60,03 persen.
61,39%
60,03%
id
19,07% 20,17%
.
18,39% 19,08%
go
0,61% 0,72%
p s.
.b
2018 2019
w
id
(tahun 2018) menjadi 18,36 persen (tahun 2019). Sebaliknya, persentase kasus
.
terhadap layanan publik yang dilakukan secara sendiri mengalami peningkatan dari
go
80,14 persen (tahun 2018) menjadi 81,64 persen (tahun 2019).
s.
p
80,14% 81,64%
.b
w
w
//w
s:
19,86%
tp
18,36%
ht
Sendiri Perantara
2018 2019
Kejelasan akan adanya informasi biaya resmi yang berlaku di setiap pelayanan
publik merupakan salah satu hal yang penting. Pengguna layanan diharapkan dapat
memperoleh informasi yang cukup mengenai hal ini. Dengan demikian, potensi
adanya pembayaran biaya melebihi ketentuan seharusnya dapat dicegah.
68,83%
65,97%
34,04%
31,17%
. id
go
2018
p
2019
s.
Mengetahui Tidak Mengetahui
.b
Petugas Pelayanan Publik dan Mengetahui Adanya Informasi Biaya Resmi yang
//w
Berlaku, 2018-2019
s:
yang pernah berhubungan sendiri dengan petugas pelayanan publik dan mengetahui
ht
adanya informasi biaya resmi yang berlaku pada tahun 2019 sebesar 65,97 persen,
meningkat dibanding tahun 2018 (63,63 persen). Pengetahuan adanya biaya
resmi yang berlaku pada setiap pelayanan publik masih dirasakan jauh dari cukup.
Diperlukan adanya usaha guna meningkatkan hal ini, misalnya melalui gencarnya
sosialisasi dengan disajikannya informasi biaya resmi di Unit Layanan Terpadu (ULT)
atau loket yang terlihat dengan jelas, melalui website, dan lain sebagainya.
Secara umum, pada tahun 2019, masih terdapat 9,44 persen masyarakat
yang pernah berhubungan sendiri dengan petugas pelayanan publik dan membayar
melebihi ketentuan. Angka ini lebih rendah dibanding tahun 2018 yang sebesar 9,49
persen (Gambar 4.23).
9,49%
9,44%
Membayar Lebih
2018 2019
id
Petugas Pelayanan Publik dan Membayar Melebihi Ketentuan, 2018-2019
.
go
4.2.4. Waktu Pembayaran yang Melebihi Ketentuan
s.
Dilihat waktu pembayaran biaya yang melebihi ketentuan, mayoritas
p
.b
Persentase pada tahun 2018 sebesar 61,22 persen dan menurun pada tahun 2019
w
menjadi 56,00 persen. Selain itu, persentase masyarakat yang membayar melebihi
//w
ketentuan sebelum pelayanan selesai mengalami peningkatan dari 21,91 persen pada
s:
tahun 2018 menjadi 27,52 persen pada tahun 2019. Di sisi lain, masih ditemukan
tp
adanya pembayaran biaya yang melebihi ketentuan pada saat sebelum dan sesudah
ht
pelayanan. Persentase untuk kategori tersebut adalah 2,47 persen pada tahun 2018
dan 3,69 persen pada tahun 2019.
Sebelum Pelayanan Pada Saat Pelayanan Sesudah Pelayanan Sebelum dan Sesudah Pelayanan
. id
go
94,19% 2,81%
p s. 2,73% 0,27%
2018
.b
w
w
90% 91% 92% 93% 94% 95% 96% 97% 98% 99% 100%
//w
id
46,53% 19,61% 1,84% 32,01%
2018
.
go
Tidak ada yang meminta (termasuk inisiatif sendiri)
p s.
Hal yang lumrah
Diminta oleh pihak ketiga Diminta oleh petugas
.b
Sumbernya, 2018-2019
s:
tp
id
.
go
64,59% 35,41%
2019
p s.
.b
w
w
73,10% 26,83%
2018
//w
s:
id
dalam Irham 2016). Di sisi lain, demokratisasi dan desentralisasi memunculkan hal
.
negatif, salah satunya adalah oligarki politik uang para bandar (Hadiz 2005 dalam
go
Irham 2016). s.
p
Demokratisasi dan desentralisasi seolah menunjukkan kondisi ‘muka-dua’.
.b
Di satu sisi, demokratisasi dan desentralisasi dipahami sebagai kondisi di mana nilai-
w
w
nilai dan norma-norma demokrasi dijunjung tinggi di hadapan publik, tetapi sekaligus
//w
secara diam-diam dilanggar dan digerogoti. Hal ini nampak dari pelaksanaan Pilkades,
Pilkada, atau Pemilu. Demi mendapatkan dukungan, para politikus dan pihak-pihak
s:
tp
Tidak; 81,41%
Fenomena ini tampak pada hasil SPAK 2019. Sebanyak 16,27 persen
masyarakat pernah ditawari uang/barang untuk memilih kandidat tertentu dalam
Pilkades, Pilkada, atau Pemilu yang terakhir. Dari masyarakat yang mengaku
pernah ditawari, 59,48 persen diantaranya menyatakan menerima tawaran tersebut
(Gambar 4.29). Hal ini menunjukkan suatu ironi yang terjadi di Indonesia yang selalu
menjunjung demokrasi sebagai bentuk negara.
Menolak dengan tegas;
5,53%
Menolak dengan halus;
21,70%
Menerima; 59,48%
id
Menerima dengan
terpaksa; 13,29%
.
go
Sumber: Diolah dari data SPAK 2019,BPS
ps.
Gambar 4.29. Persentase Tanggapan Masyarakat yang Pernah Ditawari Uang/
.b
Barang untuk Memilih Kandidat Tertentu dalam Pilkades, Pilkada, atau Pemilu
w
w
Indonesia yang anti korupsi secara menyeluruh perlu didukung juga oleh para pejabat
ht
publik dengan memberikan contoh perilaku yang tidak permisif terhadap korupsi.
Sisi negatif lain dari demokratisasi dan desentralisasi adalah kentalnya budaya
patrimonial atau paternalistik. Dalam sistem ini, adanya budaya mementingkan
keluarga dibandingkan kelompok lain. Hal ini yang pada akhirnya dimanfaatkan oleh
pihak-pihak guna memaksimalkan keuntungan mereka.
Tidak; 96,33%
Sumber: Diolah dari data SPAK 2019,BPS
id
Menjadi Pegawai Negeri/Swasta dengan Keharusan Membayar Sejumlah Uang
.
go
Tertentu,2019
s.
Pada tahun 2019, terdapat sebanyak 2,22 persen masyarakat yang pernah
p
ditawari oleh seseorang untuk memasukkan anggota rumah tangga agar diterima
.b
w
tertentu. Masih adanya praktik seperti ini perlu untuk ditangani. Dari masyarakat
//w
serta prosedur dalam proses penerimaan pegawai baru menjadi salah satu cara
ht
yang cukup efektif guna mengatasi adanya praktik ini. Selain itu, perlunya ketegasan
punishment terhadap pelaku (aktor).
Menerima; 17,07%
Menolak dengan tegas;
24,36%
Menerima dengan
terpaksa; 5,88%
id
Gambar 4.31. Persentase Tanggapan Masyarakat yang Pernah Ditawari oleh
.
Seseorang untuk Memasukkan Anggota Rumah Tangga agar Diterima Menjadi
go
Pegawai Negeri/Swasta dengan Keharusan Membayar Sejumlah Uang Tertentu,
s.
2019
p
.b
Lebih Dari Dua Persen Masyarakat Pernah Ditawari Bantuan oleh Saudara/
w
Swasta
s:
Hal yang tidak jauh berbeda terjadi pada pengalaman masyarakat pernah
tp
tidaknya ditawari bantuan oleh saudara/teman agar anggota rumah tangga diterima
ht
Tidak; 96,23%
id
Pegawai Negeri/Swasta, 2019
.
go
Menolak dengan tegas;
11,93%
p s.
.b
Menerima; 34,91%
w
w
//w
s:
tp
ht
Menerima dengan
Menolak dengan halus; terpaksa; 4,73%
48,43%
Tidak; 97,53%
Sumber: Diolah dari data SPAK 2019,BPS
. id
Penerimaan Masuk Sekolah, 2019
Pada tahun 2019, sebanyak 1,13 persen masyarakat pernah ditawari bantuan
go
s.
p
oleh saudara/teman agar anggota rumah tangga lolos seleksi penerimaan masuk
.b
yang menerima dan menolak dengan halus tawaran tersebut hanya berbeda tipis,
w
//w
12,90%
tp
Menerima; 36,82%
ht
Lebih dari Tujuh Persen Masyarakat Ditawari untuk Membayar Uang Damai
Saat Ditilang oleh Petugas Polisi Lalu Lintas
Tidak Ingat; 1,23% Ya; 7,06%
. id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
Tidak; 91,71%
ht
Menerima dengan
terpaksa; 53,99%
id
untuk Membayar Uang Damai Saat Ditilang oleh Petugas Polisi Lalu Lintas, 2019
.
go
Dalam kasus ini, tidak hanya masyarakat yang perlu mendapatkan penanaman
s.
budaya dan nilai-nilai anti korupsi, tetapi juga petugas polisi lalu lintas agar kasus
p
uang damai ini semakin lama akan semakin berkurang hingga pada akhirnya nanti
.b
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
ht
tp
s:
//w
w
w
.b
ps.
go
.id
BAB V Kesimpulan dan Rekomendasi
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil Survei Perilaku Anti Korupsi (SPAK) 2018 terdapat beberapa
hal yang dapat disimpulkan, yaitu:
1. Secara umum, response rate SPAK 2019 cukup baik, yaitu sebesar 94,09 persen.
2. Secara umum, keterwakilan responden menurut beberapa karakteristik cukup
baik. Beberapa karakteristik tersebut antara lain hubungan dengan kepala rumah
tangga, jenis kelamin, status perkawinan, kelompok umur, tingkat pendidikan,
dan aspek ketenagakerjaan.
3. IPAK sudah dihitung sebanyak tujuh kali, yaitu tahun 2012, 2013, 2014, 2015,
2017, 2018, dan 2019. Selama periode tersebut, IPAK cenderung mengalami
fluktuasi antar tahun. Dilihat menurut dimensi, Indeks Persepsi sebelum tahun
2019 cenderung meningkat, hanya di tahun 2019 saja menurun, sementara
id
Indeks Pengalaman cenderung berfluktuasi.
.
go
4. Masyarakat perkotaan lebih anti korupsi dibanding masyarakat perdesaan.
s.
5. Penduduk yang berusia antara 40 sampai 59 tahun paling anti korupsi dibanding
p
kelompok umur lainnya.
.b
7. Sub dimensi keluarga memiliki kontribusi paling tinggi sebagai penyusun Indeks
//w
Persepsi.
s:
5.2. Rekomendasi
Berdasarkan hasil Survei Perilaku Anti Korupsi (SPAK) 2019, berikut dapat
direkomendasikan beberapa hal, yaitu:
1. Perlunya peningkatan penanaman budaya anti korupsi di lembaga pendidikan.
Lembaga ini merupakan kawah candradimuka bagi setiap individu untuk memiliki
karakter yang mulia, mental yang baik dan tidak berperilaku koruptif. Oleh karena
itu, diharapkan adanya peran optimal dari lembaga ini.
2. Diperlukan adanya kesadaran dan kepedulian dari masyarakat terhadap berbagai
tindak pidana korupsi. Untuk memaksimalkan fungsi partisipasi, masyarakat
dituntut untuk paham dan memiliki persepsi yang benar terhadap korupsi.
3. Perlunya penanaman budaya kejujuran dan kerja keras, serta nilai-nilai anti
korupsi mulai dari lingkup terkecil, yaitu keluarga. Dengan tertanamnya nilai-nilai
id
ini, diharapkan dapat menjadi bekal dalam interaksi di lingkup yang lebih luas
.
go
lagi.
s.
4. Perlu adanya kerja sama antara internal birokrasi dengan lingkungannya bagi
p
upaya birokrasi untuk mereformasi diri. Kesediaan birokrasi untuk terbuka dan
.b
kesadaran dari publik akan tanggung jawab mereka sebagai bagian dari sistem
w
w
6. Perlunya sistem pelaporan korupsi pada setiap pelayanan publik dalam berbagai
bentuk, misalnya desk monitoring, website, line telephone, SMS pengaduan, dan
sebagainya. Sejumlah sistem ini sangat bermanfaat dalam upaya pencegahan
dan penanganan korupsi.
.b
ps.
go
.id
DAFTAR PUSTAKA
ht
tp
s:
//w
w
w
.b
ps.
go
.id
Daf tar Pustaka
Badan Pusat Statistik (BPS). 2018. Indeks Perilaku Anti Korupsi 2018. Korupsi Skala
Kecil di Indonesia dalam Perspektif Masyarakat Sebagai Pengguna Layanan
Publik. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
__________ . 2019. Pedoman Teknis Survei Perilaku Anti Korupsi (SPAK) Indonesia
2019. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
id
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
.
go
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
p s.
https://kpk.go.id/gratifikasi/BP/uu_20_2001.pdf. Diunduh tanggal 16
Oktober 2018.
.b
w
Irawati. 2010. Kearifan Lokal dan Pemberantasan Korupsi dalam Birokrasi. Mimbar,
w
Irham, M.A. 2016. Korupsi Demokratis dalam Partai Politik: Studi Kasus
tp
Santoso, dkk. 2014. Korupsi dan Mentalitas: Kendala Kultural dalam Pemberantasan
Korupsi di Indonesia. Universitas Airlangga.
https://e-journal.unair.ac.id/MKP/article/viewFile/2483/1795.Diunduh
id
.
tanggal 25 Oktober 2019.
go
Strategi Nasional Pencegahan & Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang (2012-
s.
p
2025) dan Jangka Menengah (2012-2014). https://www.bphn.go.id/data/
.b
Sulastri, I. 2004. Perlunya Menanamkan Budaya Anti Korupsi dalam Diri Anak Sejak
//w
.b
ps.
go
.
LAMPIRAN
id
ht
tp
s:
//w
w
w
.b
ps.
go
.id
Lampiran
id
Kepulauan Riau 77,50% 22,50%
.
go
DKI Jakarta 90,79% 9,21%
Jawa Barat 93,16%
s. 6,84%
Jawa Tengah 98,53% 1,47%
p
.b
Persentase
Keterangan Tahun Sangat Wajar Kurang Tidak Total
Wajar Wajar Wajar
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Sikap istri yang
menerima uang 2018 0,78 21,74 23,73 53,75 100,00
tambahan dari suami di
luar penghasilan tanpa
mempertanyakan asal 2019 1,06 24,51 24,00 50,44 100,00
usul uang tersebut
id
Sikap seorang pegawai 2018 0,20 20,55 23,14 56,11 100,00
.
negeri menggunakan
go
kendaraan dinas untuk 2019 0,40 22,12 s.22,32 55,16 100,00
keperluan keluarga
p
Sikap orang tua
.b
dalam kampanye
//w
PILKADA/PEMILU demi
mendapatkan uang 2019 0,34 12,54 18,68 68,44 100,00
s:
lebih banyak
tp
Sikap seseorang
ht
Persentase
Keterangan Tahun Sangat Wajar Kurang Tidak Total
Wajar Wajar Wajar
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Sikap memberi uang/
barang kepada ketua 2018 1,04 40,33 17,39 41,24 100,00
RT/RW/Kades/Lurah
ketika suatu keluarga
2019 1,24 39,70 16,68 42,39 100,00
melaksanakan hajatan
Sikap memberi uang/
id
barang kepada tokoh 2018 1,18 45,30 17,12 36,40 100,00
.
masyarakat lainnya
go
ketika suatu keluarga s.
2019 1,61 46,21 14,97 37,21 100,00
melaksanakan hajatan
p
Sikap memberi uang/
.b
RT/RW/Kades/Lurah
//w
Persentase
Keterangan Tahun Sangat Wajar Kurang Tidak Total
Wajar Wajar Wajar
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Demi menjaga
hubungan kekeluargaan 2018 0,94 29,45 19,58 50,03 100,00
dan pertemanan,
seseorang menjamin
2019 1,12 28,82 18,05 52,01 100,00
keluarga/saudara/teman
Memberi uang/
id
barang dalam proses 2018 0,19 10,43 13,48 75,90 100,00
.
penerimaan menjadi
go
pegawai negeri/swasta. s.
2019 1,12 28,82 18,05 52,01 100,00
p
Memberi uang lebih
.b
mempercepat urusan
//w
Memberi uang
ht
Persentase
Keterangan Tahun Sangat Wajar Kurang Tidak Total
Wajar Wajar Wajar
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Guru meminta uang/ 2018 0,26 8,64 15,60 75,50 100,00
barang dari orang tua
murid ketika kenaikan 2019 0,20 9,33 16,30 74,17 100,00
kelas/penerimaan rapor
Memberi uang/barang 2018 0,19 8,61 15,81 75,39 100,00
kepada pihak sekolah
agar anaknya dapat 2019 0,20 8,94 17,33 73,53 100,00
diterima di sekolah.
id
Membagikan uang/ 2018 0,66 18,42 14,98 65,94 100,00
.
barang ke calon pemilih
go
pada PILKADES/ 2019 0,50 20,84 16,40 62,26 100,00
PILKADA/PEMILU.
p s.
Mengharapkan 2018 0,61 19,07 18,39 61,93 100,00
.b
pembagian uang/
w
PILKADA.
//w
s:
tp
ht
. id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
IV. PENDAPAT TERHADAP KEBIASAAN DI MASYARAKAT
.
go
Pada bagian ini kami akan menanyakan pendapat Bapak/Ibu terkait kebiasaan dan perilaku saling memberi yang mungkin ada di mas yarakat.
401 Sikap istri yang menerima uang tambahan dari suami di luar penghasilan tanpa 1 2 3 4
w
404
Seseorang mengambil atau menggunakan barang milik anggota keluarga lain tanpa
B. 1 2 3 4
meminta izin
tp
Komunitas
ht
414 Petugas KUA meminta uang tambahan untuk transport ke tempat acara akad nikah 1 2 3 4
415 Guru mendapat jaminan (jatah) anaknya diterima masuk ke sekolah tempat dia mengajar 1 2 3 4
416 Guru meminta uang/barang/fasilitas dari orang tua murid ketika kenaikan kelas/penerimaan rapor 1 2 3 4
417 Memberi uang/barang/fasilitas kepada pihak sekolah agar anaknya dapat diterima di 1 2 3 4
sekolah tersebut
418 Membagikan uang/barang/fasilitas ke calon pemilih pada PILKADES/PILKADA/PEMILU 1 2 3 4
78
Jik a tida k, Jika Kolom (3) atau (4) berkode 1
Apa ka h
1. Ya pe rna h Apakah Mengapa Kapan Apa Bagaimana Bapak/ Bagaimana Apa tujuan Apakah Kemana Apakah Mengapa
sendiri da lam 5 Seberapa sering Bapak/Ibu
(termasuk ada penge- bentuk Ibu mengetahui tanggapan Bapak/Ibu Bapak/Ibu Bapak/Ibu alasan Bapak/Ibu
Pada bagian ini kami akan menanyakan tahun tidak
ART) terakhir? informasi
Bapak/Ibu menge- tidak pernah
luaran bahwa harus Bapak/Ibu memberi melaporkan/ melapor/ Bapak/
penge- Ibu melapor?
pengalaman Bapak/Ibu/ART lainnya ketika biaya resmi
luarkan uang/ mengeluarkan
uang/ mengeluarkan ketika uang/ menyampai- menyam-
→ kol.5 1. Ya send iri barang melebihi uang/barang luaran
No. berurusan dengan pelayanan publik yang barang uang/barang diminta barang kan keluhan paikan melapor?
. Ya (term asuk ketentuan? melebihi yang STOP
berlaku di melebihi uang/ melebihi atas Kejadi- keluhan?
dengan ART) 1. Sangat ketentuan?
dilaku- diberikan? STOP
Perantara . Ya
pelayanan kan? ketentuan? barang ketentuan? an tersebut?
Apakah Bapak/Ibu/ART lainnya pernah Sering kol.8
de ngan ini? melebihi
berurusan dengan petugas untuk layanan STOP perantara . Sering STOP (jika berkode 3 1.Ya
STOP 1.Ya 3. Jarang atau 4 kol. 12) ketentuan? .Tidak
publik berikut selama 12 bulan terakhir ? 3. Tidak 3. Tidak .Tidak 4. Tidak pernah (Kode) (Kode) (Kode) (Kode) (Kode) (Kode) → kol.16 (Kode) (Kode) (Kode)
STOP
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
Pengurus RT/RW (misalnya dalam mengurus
501
surat pengantar KTP, KK, SKTM, dll)
Petugas Kantor Desa/Kelurahan dan Kecamatan
502
ht
(misalnya dalam mengurus KTP, KK, SKTM, dll)
Petugas Polisi dan Administrasi (misal mengurus
503
tp
SIM, STNK, SKCK, dan pelaporan kehilangan, dll)
Petugas PLN (misalnya dalam mendapatkan
s:
504
pemasangan, layanan ganguan listrik, dll)
Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas (misalnya
//w
505 dalam menunggu antrian rawat jalan, mendapat
kamar rawat inap, dll)
w
Guru/Kepala Sekolah (misalnya dalam proses w
506
penerimaan masuk sekolah negeri, pungutan, dll)
Petugas Lembaga Peradilan (misalnya dalam
507
urusan peradilan tilang, umum, dll)
.b
Petugas KUA (misalnya dalam mengurus
p
LIHAT BLOK V, JIKA R.501 S.D R.510 KOLOM (4) SEMUA BERKODE MAKA TANYAKAN :
511 a. Seandainya Bapak/Ibu akan berurusan dengan layanan publik seperti mengurus KTP/KK, SIM/STNK, dan lain-lain. Apakah
Bapak/Ibu cenderung akan mengurus sendiri (termasuk dengan ART) atau melalui perantara?
1 Mengurus Sendiri termasuk dengan ART 2 Melalui Perantara → Blok VI
b. Bagaimana sikap Bapak/Ibu jika diminta sesuatu (uang/barang/lainnya) yang di luar ketentuan?
1 Tidak Keberatan 2 Agak Keberatan 3 Keberatan 4 Sangat Keberatan
id
Pernahkah Bapak/Ibu/ART lainnya ditawari bantuan oleh saudara/teman
603
agar anggota rumah tangga diterima menjadi pegawai negeri/swasta?
.
go
604 Pernahkah Bapak/Ibu/ART lainnya ditawari bantuan oleh saudara/teman
agar anggota rumahtangga lolos seleksi penerimaan masuk sekolah?
605 Pernahkah Bapak/Ibu/ART lainnya ditawari untuk membayar uang damai
saat ditilang oleh petugas polisi lalu lintas?
p s.
VII. PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PERILAKU TERTENTU
.b
Pada bagian ini kami akan menanyakan pemahaman dan pengetahuan Bapak/Ibu tentang beberapa perilaku di masyarakat
w
1 Ya
w
Menurut pemahaman dan pengetahuan Bapak/Ibu, perilaku berikut ini termasuk perilaku korupsi atau bukan? 2 Tidak
9 Tidak Tahu
//w
(1) (2)
701 Memberi uang damai kepada Polisi agar tidak ditilang
s:
704 Petugas KUA meminta uang tambahan untuk transport ke tempat acara akad nikah ketika acaranya di luar KUA
ht
801 Keluarga/kerabat/teman 1 2 3 4 9
802 Tokoh agama (ulama, ustad, pendeta, dll) 1 2 3 4 9
807 KPK dan Lembaga Negara Lainnya (Ombudsman, Komisi Yudisial, dll) 1 2 3 4 9
808 Dari sumber tersebut mana yang menurut pendapat Bapak/Ibu paling EFEKTIF (mudah diterima) dalam memberikan
pengetahuan tentang ANTI KORUPSI Bacakan Pilihan Jawaban :
1 Keluarga/kerabat/teman 3 Tokoh masyarakat 5 Organisasi kemasyarakatan/LSM 7 KPK dan Lembaga Negara Lainnya
2 Tokoh agama 4 Akademisi 6 Pemerintah
Seberapa sering Bapak/Ibu mendapatkan pengetahuan tentang Sangat Kadang- Tidak Tidak Tahu Kode
Sering (Jangan
ANTI KORUPSI dari beberapa media berikut selama 12 bulan Sering kadang Pernah Pengolahan
dibacakan)
terakhir :
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
809 Televisi 1 2 3 4 9
810 Radio 1 2 3 4 9
811 Koran/majalah 1 2 3 4 9
812 Internet/media sosial 1 2 3 4 9
813 Alat peraga (spanduk, pamflet, brosur, stiker, dsb) 1 2 3 4 9
815 Dari media tersebut mana yang menurut pendapat Bapak/Ibu paling EFEKTIF (mudah diterima) dalam memberikan
pengetahuan tentang ANTI KORUPSI Bacakan Pilihan Jawaban :
1 Televisi 2 Radio 3 Koran/majalah 4 Internet/media sosial 5 Alat peraga 6 Penyampaian secara langsung
id
Pada bagian ini kami ingin menanyakan pendapat masyarakat tentang pemberantasan korupsi yang terjadi di Indonesia
a. Selama setahun terakhir, seberapa sering memperoleh informasi terkait kasus korupsi dari media (televisi, radio,
.
go
koran/majalah, internet/media sosial, dll)?
1 Sangat sering 2 Sering 3 Kadang-kadang 4 Tidak pernah → R.902
b. Media apa yang paling banyak memberikan informasi terkait kasus korupsi ? s.
901
1 Televisi 2 Radio 3 Koran/majalah 4 Internet/media sosial
p
c. Apa pengaruh utama yang Bapak/Ibu dapatkan dari pemberitaan kasus korupsi tersebut? jawaban tidak dibacakan
.b
Bagaimana penilaian Anda terhadap jumlah kasus korupsi di Indonesia saat ini dibandingkan setahun sebelumnya?
902
//w
1 Semakin Meningkat 2 Sama Saja 3 Semakin Menurun 4 Tidak Tahu jangan dibacakan
Bagaimana penilaian Anda tentang peluang seseorang melakukan korupsi di Indonesia saat ini dibandingkan setahun
903 sebelumnya?
s:
1 Semakin Mudah 2 Sama Saja 3 Semakin Sulit 4 Tidak Tahu jangan dibacakan
tp
Bagaimana menurut Anda peluang koruptor di Indonesia mendapat vonis/keputusan bebas saat ini dibandingkan setahun
904 sebelumnya?
ht
1 Semakin Mudah 2 Sama Saja 3 Semakin Sulit 4 Tidak Tahu jangan dibacakan
Bagaimana penilaian Anda terhadap kemampuan aparat penegak hukum di Indonesia dalam membongkar kasus korupsi saat ini
905 dibandingkan setahun sebelumnya?
1 Semakin Baik 2 Sama Saja 3 Semakin Buruk 4 Tidak Tahu jangan dibacakan
Bagaimana penilaian Anda terhadap penegakan hukum di Indonesia terkait kasus-kasus korupsi saat ini dibandingkan setahun
906 sebelumnya?
1 Semakin Baik 2 Sama Saja 3 Semakin Buruk 4 Tidak Tahu jangan dibacakan
907 Bagaimana kepuasan Anda terhadap pemberantasan korupsi di Indonesia saat ini dibandingkan setahun sebelumnya?
1 Semakin Puas 2 Sama Saja 3 Semakin Tidak Puas 4 Tidak Tahu jangan dibacakan
X. CATATAN
Kerangka sampel yang digunakan pada Survei Perilaku Anti Korupsi 2019
terdiri dari tiga jenis, yaitu:
1. Kerangka sampel penarikan tahap pertama adalah daftar kabupaten/kota di
masing-masing provinsi dilengkapi jumlah rumah tangga hasil SP2010.
2. Kerangka sampel penarikan tahap kedua adalah daftar blok sensus terpilih
Susenas 2012 triwulan 3 di masing-masing kabupaten/kota terpilih SPAK 2012-
2016.
3. Kerangka sampel penarikan tahap ketiga adalah daftar rumah tangga hasil
pemutakhiran terakhir di blok sensus terpilih Susenas 2012 triwulan 3 yang
id
terpilih dalam SPAK 2012-2016.
.
4. Kerangka sampel tahap keempat adalah daftar kepala rumah dan pasangannya
go
(istri/suami) pada rumah tangga terpilih.
s.
p
6.2. Desain Sampling
.b
w
Sampel blok sensus Survei Perilaku Anti Korupsi 2017-2019 adalah subsampel
w
dari blok sensus terpilih Susenas 2012 triwulan 3. Pengambilan sampel adalah
//w
SP2010. Dengan metode ini kabupaten/kota terpilih lebih dari 1 kali akan memiliki
alokasi sampel blok sensus lebih banyak.
2. Kedua, memilih sejumlah blok sensus dari blok sensus terpilih Susenas triwulan 3
2012 di kabupaten terpilih dengan cara sistematik. Sampel blok sensus dibedakan
atas daerah urban (perkotaan) dan rural (pedesaan).
3. Ketiga, dari sampel blok sensus Susenas triwulan 3, untuk tahun 2017 ini
dilakukan penarikan sampel rumah tangga berdasarkan hasil pemutakhiran
terakhir sebanyak 15 rumah tangga. Selanjutnya petugas mewawancarai 10
rumah tangga pertama sebagai sampel utama. Sedangkan 5 sampel terakhir
sebagai sampel cadangan. Penarikan sampel menggunakan nilai angka random
pertama (R1) yang berbeda dengan R1 Susenas. Selanjutnya realisasi 10 rumah
tangga yang diwawancarai akan menjadi sampel panel 2018-2019. Dengan
demikian, sampel ruta 2019 untuk paket bukan rotasi akan mengikuti target
sampel 2017. Untuk ruta yang non response tahun 2018 yang disebabkan seperti
id
sampel rumahtangga adalah 10000 rumah tangga. Sampel 1000 blok tersebut adalah
.
sampel pada level nasional yang selanjutnya didistribusikan ke dalam populasi blok
go
sensus di kabupaten/kota terpilih. s.
p
6.4. Pembentukan Paket Sampel Blok Sensus dan Kelompok Sampel
.b
Rumah Tangga
w
w
sampling rotasi, dimana awal pembentukannya mengikuti kondisi 2017. Dari 1000
s:
sampel blok sensus kondisi 2017 selanjutnya dibagi menjadi 4 paket sampel yang
tp
sampel 2, paket sampel 3, dan paket sampel 4. Setiap paket sampel berukuran 250
blok sensus dan antar paket sampel tidak saling tumpang tindih.
Setiap blok sensus yang memuat paket rumah tangga rotasi selanjutnya
ditentukan 2 kelompok sampel rumah tangga yang masing-masing berukuran 10
rumah tangga sebagai sampel utama, dimana setiap kelompok disediakan sampel
cadangan 5 rumah tangga. Kelompok sampel rumah tangga dibentuk dengan prinsip
saling berdekatan atau prinsip n+1. Selanjutnya target 10 rumah tangga tahun
2017 akan menjadi panel rumah tangga untuk tahun 2018-2019. Panel penuh untuk
paket 3 dan 4, sedangkan untuk blok sensus yang dapat rotasi disediakan sampel
cadangan. Antar kelompok sampel rumah tangga dibuat sedemikian rupa sehingga
tidak saling tumpang tindih atau berbeda satu sama lain.
Tabel 6.1.
Kelompok Sampel Rumah Tangga dalam Paket Sampel Blok Sensus
Paket Sampel Kelompok Sampel
Blok Sensus Rumah Tangga
(1) (2)
1 A dan E
2 B dan F
3 C
4 D
id
Tabel 6.2.
.
go
Pembagian Paket Sampel Blok Sensus SPAK 2017-2019
Paket Sampel s.
Kelompok Sampel Rumah Tangga
p
Blok Sensus 2017 2018 2019
.b
1 A E E
w
2 B B F
//w
3 C C C
s:
4 D D D
tp
ht
Sedangkan untuk paket 2 (paket rotasi) pada DSRT berisi 10 rumah tangga
sampel utama yang bersumber dari kelompok rumah tangga yang kedua (kelompok
F) dan 5 (lima) rumah tangga cadangan. Rumah tangga cadangan untuk paket rotasi
diambil dari hasil pemutakhiran survei terakhir jika blok sensus tersebut pernah
terpilih survei sebelumnya.
Misalkan jumlah rumah tangga di blok sensus ke-i dari hasil pemutakhiran
adalah Mi , maka interval untuk penarikan sampel sistematik adalah .
Penentuan sampel rumah tangga ke-n (n=2,3,…,10) secara sistematik menggunakan
rumus:
id
3. Paket sampel 3 :
.
go
4. Paket sampel 4 :
s.
6.7. Teknik Estimasi
p
.b
Sampel kabupaten/kota :
tp
Sampel blok sensus : n ' dipilih secara sistematik dari sampel blok sensus
Susenas triwulan 3 tahun 2012, sehingga fraksi sampling blok sensus ke-i dibedakan
urban/rural adalah:
Jumlah sampel ruta blok sensus SPAK 2019 adalah 10, sehingga fraksi
sampling rumah tangga ke-j terpilih dibedakan urban/rural adalah:
Overall sampling fraction untuk rumah tangga SPAK 2019 ke-j blok sensus
ke-i, kabupaten ke-p dibedakan urban/rural adalah:
. id
go
Sehingga design weight SPAK 2019 per kabupaten/kota ke-p menurut urban/
s.
rural adalah :
p
.b
w
w
//w
s:
dimana :
tp
whpij : weight rumah tangga ke-j, blok sensus ke-i, provinsi ke-p strata ke-h
ht
id
.
go
s.
p
.b
w
w
//w
dengan :
n : jumlah blok sensus terpilih
s:
tp
Daftar sampel blok sensus 2017 sd 2019 merupakan blok sensus panel dari
tahun 2013, sehingga tidak ada penggantian sampel blok sensus. Seperti dijelaskan
sebelumnya, DSBS dibagi 4 paket sampel yang setiap paket sudah diatur sedemikian
rupa pergantian rotasi sampel rumah tangganya sampai dengan tahun 2019.
id
.
go
6.7.4. Daftar Sampel Rumah Tangga (SPAK19.DSRT)
s.
p
Pemilihan sampel rumah tangga di setiap blok sensus terpilih dilakukan di
.b
BPS Pusat. File dikirim ke daerah dalam bentuk DSRT. Untuk kegiatan SPAK 2017
w
sampai dengan 2019, DSRT sudah ditentukan berdasarkan hasil updating terakhir
w
//w
di blok sensus SPAK dimaksud. Tidak ada lagi pemutakhiran rumah tangga karena
sesuai ketersediaan biaya, sehingga rotasi sampel rumah tangga disusun sedemikian
s:
Keberadaan rumah tangga tahun 2019 untuk paket rotasi (Paket F):
1. Ditemukan, adalah kondisi dimana nama kepala rumah tangga dan alamat pada
saat pencacahan sama dengan nama kepala rumah tangga dan alamat yang
tercetak pada DSRT SPAK 2018. Termasuk dalam kondisi ini adalah bila nama
kepala rumah tangga berbeda yang diakibatkan karena nama yang tercantum
adalah kesalahan dalam penulisan nama panggilan/alias dan alamat.
2. Ganti Kepala Rumah Tangga, adalah kondisi dimana alamat pada saat
pencacahan rumah tangga sama dengan alamat pada DSRT SPAK 2018 tetapi
terjadi pergantian kepala rumah tangga yang diakibatkan nama kepala rumah
tangga yang tercantum pada daftar ini telah pindah, meninggal, atau sebab
lain misalnya bercerai. Termasuk dalam kondisi ini adalah terjadinya kesalahan
pengklasifikasian KRT.
3. Pindah di dalam blok sensus, adalah kondisi dimana alamat pada saat pencacahan
rumah tangga berbeda dengan alamat rumah tangga pada DSRT SPAK 2018
sedangkan nama kepala rumah tangga tetap sama. Tidak termasuk perbedaan
alamat rumah tangga karena terjadi kesalahan penulisan alamat pada DSRT
SPAK 2018.
4. Pindah keluar blok sensus, adalah kondisi dimana rumah tangga yang tercantum
di DSRT pada saat pencacahan tidak ditemukan, dan setelah dikonfirmasikan
dengan tetangga di sekitarnya diperoleh informasi bahwa rumah tangga tersebut
telah pindah tempat tinggal diluar blok sensus. Termasuk rumah tangga tunggal
yang pada saat pencacahan telah meninggal dunia. Untuk tahun 2018, jika ada
id
rumah tangga lain yang tinggal di bangunan tersebut maka tetap dikategorikan
.
go
pindah keluar blok sensus.
• Untuk sampel rotasi, jika ada rumah tangga sampel utama yang pindah
s.
p
keluar blok sensus maka gunakan rumah tangga cadangan sebagai
.b
sampel pengganti. Jika rumah tangga cadangan habis, isikan kode ‘4’.
w
• Untuk sampel bukan rotasi, jika ada rumah tangga yang pindah keluar
w
adalah kode 2 (Ganti Kepala Rumah Tangga). Jika tidak ada rumah
ht
Penjelasan:
a. Penggantian sampel hanya dilakukan untuk responden panel.
b. Kode 2 tidak berlaku untuk fresh sample.
. id
go
p s.
Penjelasan DSRT:
.b
1. Seluruh rumah tangga yang menjadi target pencacahan 2018 paket 1,3,4 harus
w
didatangi kembali tahun 2019, termasuk rumah tangga yang ditemukan tetapi
w
//w
responden non respon. Nama KRT kol (5) dan nama responden kol (7) adalah
nama kepala rumah tangga dan nama responden hasil pencacahan tahun 2018.
s:
2. Jika nama KRT kol (5) isi dan nama responden kol (7) kosong maka pada tahun
tp
2018 rumah tangga tersebut ditemukan tetapi responden non respon. Lakukan
ht
. id
go
p s.
.b
w
w
//w
Penjelasan:
s:
1. Disediakan 15 sampel rumah tangga yang terdiri dari 10 rumah tangga sampel
tp
utama dan 5 rumah tangga sampel cadangan. Pemilihan sampel rumah tangga
ht
Untuk paket sampel rotasi kelompok rumah tangga baru (fresh sample)
dilakukan pemilihan responden, dengan terlebih dahulu melakukan listing eligible
respondent, karena informasi rumah tangga di paket sampel ini benar-benar baru.
Tabel Kish digunakan setelah dilakukan listing eligible respondent, dan jika responden
tidak dapat ditelusuri keberadaannya maka dapat diganti dengan eligible lainnya.
id
b. Melakukan recode variabel,
.
go
c. Penghitungan bobot setiap indikator dengan Principal Component Analysis (PCA),
d. Penghitungan Indeks Sub Dimensi, Indeks Dimensi, dan IPAK.
s.
p
Indeks merupakan rata-rata tertimbang dari seluruh jawaban pada variabel
.b
w
bi : bobot terstandardisasi
ht
IPAK memiliki rentang nilai 0-5. Nilai indeks semakin mendekati 5 menunjukkan
bahwa masyarakat berperilaku semakin anti korupsi. Dalam memaknainya, nilai IPAK
bisa dikelompokkan ke dalam 4 kategori, sebagai berikut:
Tabel 6.3.
Pengelompokkan Nilai IPAK dan maknanya
MENCERDASKAN BANGSA
//w
s:
tp
ht