Anda di halaman 1dari 30

ANALISIS PENDAHULUAN

PERMASALAHAN DAN RESEARCH QUESTIONS: IDENTIFIKASI


MASALAH BERDASARKAN PENDAHULUAN TESIS FASILITATOR

oleh :
KELOMPOK PEMINATAN JIWA
Salwa Nirwanawati 206070300111003
Dessy Ekawati 206070300111007
Dewa Ayu Anggi G 206070300111011
Atin Humayya 206070300111014
Ridwan Sofian 206070300111024

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat, rahmat dan karunia-Nya, makalah review pendahuluan tesis yang
berjudul “Pengalaman Remaja Yang Menjadi Korban Bullying (ST
Fenomenologi) & Studi Fenomenologi Pengalaman Siswa SMA Yang Melakukan
Percobaan Bunuh Diri di Kota Malang” oleh mahasiswa Magister Keperawatan
Peminatan Keperawatan Jiwa tahun 2020 ini dapat terselesaikan dengan baik.
Makalah ini, telah disusun semaksimal dan seoptimal mungkin sesuai dengan
point-point yang diminta dan berdasarkan pada literature atau jurnal yang kami
dapatkan. Namun, kami hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan
dalam penulisan maupun tata bahasa.
Dengan segala kerendahan hati, tim penyusun menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, tim penyusun mengharapkan
kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Malang, 02 Maret 2021

Kelompok Peminatan Jiwa


BAB 1
KONSEP TEORI
A. Konsep Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan
dengan landasan filsafat positifme untuk melakukan penelitian pada
kondisi objek yang alamiah dimana seorang peneliti sebagai instrument
kunci, teknik pengumpulan data dengan cara gabungan, menganalisis data
yang bersifat induktif atau kualitatif dan hasil dari penelitian lebih
menekankan makna daripada generalisasi (Sugiyono, 2019). Selain itu
penelitian kualitatif adalah metode yang digunakan dalam penelitian untuk
memahami fenomena, eksplorasi dan pemahaman makna yang dialami
individu ataupun kelompok orang yang dianggap berasal dari masalah
sosial dan kemanusiaan.
Proses penelitian yang dilakukan secara kualitatif dengan
mencantumkan upaya yang bersifat penting seperti mengutarakan
pertanyaan atau prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari
narasumber, melakukan analisis data secara induktif mulai dari tema yang
khusus ke tema yang umum dan mengartikan makna data. Di akhir
penelitian terdapat laporan penelitian yang mempunyai struktur yang
fleksibel (Umrati & Wijaya, 2018).
Macam penelitian kualitatif yaitu naratif, fenomenologi, teori
grounded, etnografi, studi kasus, inquiry naturalistic, classroom action
research, dan umanistic. Tujuan dari penelitian kualitatif yaitu
menjelaskan tentang objek penelitian (describing object), menjelaskan
makna dibalik fenomena (exploring meaning behind the phenomena), dan
menjelaskan fenomena yang terjadi (explaning object) (Suwendra, 2018).
Penelitian kualitatif mempunyai manfaat yaitu memberikan informasi serta
pengetahuan yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah dan membuat
keputusan dengan adanya sebuah fenomena yang terjadi dilakukan dengan
metode yang tersedia (Anggito & Setiawan, 2018).
B. Konsep Fenomenologi
Fenomenologi adalah suatu metode penelitian yang digunakan
untuk menjelaskan gambaran umum dan objek secara mendalam
berdasarkan penampakan pada fenomena baru. Sehingga pada penelitian
kualitatif termasuk dalam payung paradigma yang membhasa pengertian
sederhana karena dalam waktu tertentu kita akan mempraktekkan
fenomenologi dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena yang diamati dapat
membuka pemahaman yang tampak pada diri peneliti dalam perspektif
fenomena itu sendiri. Selain itu fenomenologi menjelaskan tentang makna
pengalaman yang dialami oleh individu yang berkaitan dengan
penampakan suatu objek, peristiwa dan kondisi dalam persepsi peneliti
(Nuryana, Pawito & Utari , 2019).
Tujuan fenomenologi yaitu untuk mempelajari fenomena individu
tanpa bertanya tentang penyebabnya dan bersifat realitas. Selain itu dasar
dari penelitian kualitatif dengan memaknai kehidupan secara apa adanya,
tidak berdasarkan teori atau refleksi filosofis tertentu sehingga harus
berdasarkan tafsiran yang berisi tentang kepentingan dan situasi kehidupan
individu. Maka fenomenologi berupaya untuk menemukan kembali dunia
kehidupan secara psikologis dengan suatu pengalaman individu terhadap
fenomena dengan penelitian mendalam dalam kehidupan sehari-hari
(Herdiasyah, 2012).
C. Konsep Kritisi Tesis
Critical review adalah peninjauan akademis pada sebuah artikel
atau penelitian yang memberikan summary dan komentar kritis dalam teks
yang ada. Dalam melakukan critical review atau mengkritis sebuah
penelitian tidak hanya berisi rangkuman argument dan point penting yang
disampaikan oleh penelitian tetapi juga melakukan evaluasi, analisis, dan
menilai argument yang disampaikan oleh peneliti. Tujuan dilakukan kritisi
yaitu untuk analisis serta evaluasi penelitian dan memberikan penilaian
kelemahan serta kelebihan artikel penelitian (Mursitama, 2015).
BAB 2
HASIL ANALISA
A. TESIS 1 (Fasilitator : Ferry Diana Karmilasari)
Analisis Pendahuluan Tesis Pengalaman Remaja Yang Menjadi Korban
Bullying (ST Fenomenologi)
Disadur dari : Ferry Diana Karmilasari (2020)
Jenis Karya Ilmiah : Tesis
Jenis Penelitian : Kualitatif dan Pendekatan Fenomenologi
Judul : Pengalaman Remaja Yang Menjadi Korban Bullying
Studi Fenomenologi Kasus Bullying di SMKN 11 Malang

1. Judul : Pengalaman Remaja Yang Menjadi Korban Bullying


Penelitian tersebut menggunakan desain penelitian kualitatif dengan
perspektif fenomenologi. Sesuai dengan Utari (2021), judul penelitian
kualitatif seringkali mencantumkan jenis dan rancangan penelitian yang
digunakan peneliti.
2. Latar Belakang

Isi Paragraf Peneliti Hasil Analisis


Paragraf 1 Peneliti mencoba 1. Creswell (2016), menyatakan
menjabarkan mengenai bahwa alur latar belakang akan
definisi bullying, membahas mengenai beberapa
menyebutkan bentuk aspek, yaitu : topik, research
bullying, serta ciri khas problem, penekanan, dan kaitan
dari tindakan bullying penelitian terdahulu.
2. Pada paragraph ini peneliti
langsung membahas topik utama
penelitian yaitu terkait bullying.
3. Paragraf terkait topik dapat
dituliskan setelah paragraph
pembuka
4. Isi paragraph dapat ditamabhkan
mengenai : definisi bullying dari
beberapa pendapat ahli
Paragraf 2 Peneliti mencoba 1. Paragraf ini seharusnya menjadi
memaparkan definisi paragraph pembuka
masa remaja dan 2. Pada paragraph ini sebaiknya
bagaimana perilaku peneliti dapat membahas secara
bullying dapat terjadi singkat mengenai pengertian masa
pada remaja remaja, perilaku remaja dan
tahapan perkembangan remaja
yang terganggu sehingga dapat
menimbulkan perilaku bullying.
Paragraf 3 Peneliti menjabarkan Pada paragraph ini peneliti mencoba
terkait prevalensi menjelaskan research problem terkait
fenomena perilaku perilaku bullying pada remaja yang
bullying yang terjadi di terjadi di negara-negara maju.
beberapa Negara Maju,
seperti : Eropa,
Amerika Utara dan
Swedia.
Paragraf 4 Paragraf ini Bentuk-bentuk bullying tidak perlu
menjabarkan terkait dibahas kembali, cukup dijelaskan
bentuk-bentuk bullying pada paragraph yang membahas
yang telah disebutkan terkait konsep bullying saja
pada paragraph 1
Paragraf 5 Paragraf ini Paragraf mengenai fenomena bullying
menjabarkan terkait di Indonesia secara umum, dan di
prevalensi kasus Malang Jawa Timur khususnya, dapat
bullying di Indonesia, dituliskan setelah peneliti
terutama diarea Jawa mencantumkan paragraph mengenai
Timur khususnya Kota fenomena bullying di negara lain.
Malang
Paragraf 6 Pada paragraph ini, Peneliti mencoba untuk memberikan
peneliti menjelaskan aspek penekanan terhadap masalah
bahwa penelitian yang penelitian yang ada.
dilakukan bersifat
payung karena juga
dilakukan di beberapa
SMA lainnya di Kota
Malang, untuk melihat
gambaran kesehatan
jiwa anak remaja di
sekolah. Pada
paragraph ini, peneliti
juga mencantumkan
hasil dari studi
pendahuluan untuk
memperkuat data
perilaku bullying pada
remaja di sekolah.
Paragraf 7 Pada paragraph ini, Studi pendahuluan yang dijelaskan
peneliti menjelaskan pada paragraph 6 dan 7, dilakukan
bahwa perilaku untuk mempermudah peneliti dalam :
bullying menjadi kasus (Nurdin & Hartati, 2019)
yang paling banyak - Menemukan dan memastikan
ditemui di SMKN 11 fenomena apa yang akan diangkat
Malang. Sehingga hasil dalam penelitian
studi pendahuluan - Mengetahui proses dalam
dapat menjadi kekuatan pengumpulan data dan memberi
bagi peneliti untuk gambaran kepada peneliti dalam
melanjutkan penelitian. memperoleh data atau informasi
secara akurat
- Memberi gambaran bagaimana
peneliti akan mengelola data dan
informasi yang diterima
- Memberi gambaran bagaimana
peneliti akan menyimpulkan
penelitiannya agar bermanfaat
bagi responden, tempat penelitian
dan khalayak umum yang
membaca penelitian ini.

Paragraf 8 Peneliti menjabarkan Seharusnya peneliti juga memasukkan


mengenai dampak aspek kaitan penelitian ini dengan
kesehatan jiwa dari penelitian sebelumnya. Sehingga
perilaku bullying bagi pembaca tahu dan memahami posisi
korban bullying. penelitian yang akan dilakukan.
Apakah menemukan hal baru atau
mengembangkan penelitian
sebelumnya.
Paragraf 9 Sebagai paragraph Berdasarkan penelitian ini, dan telah
penutup, peneliti disesuaikan dengan pedoman
menjelaskan mengapa penulisan tesis 2020-2021 Prodi
Fenomena bullying Magister Keperawatan Univ.
yang terjadi pada Brawijaya, peneliti telah memaparkan
remaja penting untuk secara ringkas dan cukup jelas
ditindak lanjuti. mengenai argumentasi atau alasan
utama yang melatarbelakangi
dilakukan eksploitasi fenomena
bullying.

Berdasarkan hasil analisis tersebut diatas, susunan penulisan paragraf


latar belakang dapat disusun seperti berikut ini :

Paragraf 1 Masa Remaja


- Definisi remaja
- Bentuk Perilaku remaja
- Tahap perkembangan remaja
Paragraf 2 Bullying
- Definisi bullying
- Bentuk/jenis bullying
- Fase perilaku bullying
- Ciri khas perilaku bullying
Paragraf 3 Research Problem
- Hasil penelitian terkait perilaku bullying dari
penelitian internasional
Paragraf 4 Research problem
- Hasil penelitian terkait perilaku bullying yang
terjadi di Indonesia pada umumnya, dan perilaku
bullying di Jawa Timur khususnya
Paragraf 5 Hasil studi pendahuluan
Paragraf 6 Dampak perilaku bullying terhadap kesehatan jiwa
Paragar 7 Pargraf penutup (argumentasi peneliti)

3. Rumusan Masalah
Menurut penulis, penelitian ini sudah sesuai dengan penelitian
kualitatif dimana peneliti ingin menggali tentang bagaimana makna
pengalaman hidup remaja sebagai korban bullying. Pertanyaan penelitian
melibatkan sebuah permasalahan yang dibahas oleh peneliti secara tajam,
jelas dan akurat. Dibawah ini pertanyaan mengenai penelitian yaitu: (Aziz
Hidayat, 2021)
a. Apa fenomena yang diteliti ?
b. Apa masalah yang timbul pada fenomena penelitian ?
c. Apa yang dipelajari dari fenomena penelitian ini ?
d. Bagaimana partisipan menjalani fenomena ini ?
e. Bagaimana partisipan memaknai fenomena ini ?
Hasil Analisa :
Disesuaikan dengan pedoman penulisan tesis 2020-2021 Prodi
Magister Keperawatan Univ. Brawijaya, rumusan masalah telah
dipaparkan dengan ringkas, singkat, dan juga jelas mengenai topik yang
menjadi focus penelitian. Rumusan masalah juga disusun secara empiris
dan dimungkinkan pengumpulan data dengan observasi dan wawancara.
Menurut Sugiyono (2019), rumusan masalah harus bersifat holistic
(menyeluruh, tidak dapat dipisahkan). Hal ini sesuai dengan rumusan
masalah penelitian yang diangkat yaitu pengalaman (bersifat holistic).
4. Tujuan
Tujuan umum pada penelitian yaitu mengeksplorasi makna
pengalaman remaja yang menjadi korban bullying. Selain itu terdapat
tujuan khusus pada penelitian ini yaitu:
a. Mengeksplorasi perasaan remaja yang menjadi korban bullying
b. Mengeksplorasi mekanisme koping pada remaja yang menjadi korban
bullying
c. Mengeksplorasi dukungan sosial (orang tua, teman sebaya, guru) pada
remaja yang menjadi korban bullying
d. Mengeksplorasi harapan pada remaja yang menjadi korban bullying.
Menurut peneliti tujuan tersebut sudah sesuai dengan prinsip metode
penelitian kualitatif karena penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
pengalaman dari partisipan selama menjadi korban bullying yang nantinya
informasi tersebut akan dimasukkan ke dalam data penelitian.
Pada penelitian kualitatif sangat penting untuk menggunakan
pemilihan kata. Kata akan lebih menjadi bermakna jika di dalamnya
mengembangkan instrumentasi kualitatif yang mencerminkan sifat
interpretatif. Misalnya, menggunakan kata-kata seperti mengeksplorasi,
mengungkap, menemukan, menafsirkan, mengasumsikan makna, menilai,
mendeskripsikan, memahami, dan mempersepsikan berhubungan langsung
dengan sifat muncul dari penelitian kualitatif (Billups, 2019). Peneliti
menggunakan kata “mengeksplorasi” dalam tujuan penelitiannya.

Hasil Analisa :
Mengacu pada paradigma strres dan adaptasi menurut Stuart (2016)
tersebut, peneliti sudah menyesuaikan tujuan dengan panduan paradigma
tersebut. Tetapi saat pelaksanaan, diharapkan peneliti dapat melakukan
penelitian secara urut dimulai dari :
a. mengeksplore perasaan remaja yang menjadi korban bullying
(Appraisal of Stressor)
b. mengeksplore dukungan sosial korban bullying (sumber koping)
c. menentukan mekanisme koping yang digunakan korban bullying.
d. mengeksplorasi mengenai harapan korban bullying.
Selain itu, karena peneliti ingin melihat makna pengalaman, maka
tujuannya perlu di tambah “mengeksplore kemampuan personal korban
bullying”. Sehingga didalam pembahasan juga dijelaskan bagaimana
pengalaman dan kemampuan personal korban dalam menghadapi bullying.
5. Manfaat Penelitian
Penelitian kualitatif bermanfaat untuk memberikan informasi serta
pengetahuan yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah dan mengambil
keputusan berdasarkan fenomena yang terjadi. Selain itu, manfaat
penelitian juga dapat digunakan untuk pengembangan program,
pengembangan teori, dan kepentingan ilmu pengetahuan (Anggito &
Setiawan, 2018).
Berdasarkan hal tersebut penelitian yang telah menyajikan manfaat
penelitian terhadap pengembangan ilmu pengetahuan (knowledge
production) dan sektor kesehatan (health sector). Menurut Darmalaksana
(2020) pada manfaat penelitian bergantung pada tujuan yang ditetapkan
pada suatu penelitian. Sehingga menurut penulis dapat ditambahkan
manfaat penelitian bagi narasumber karena tujuan dari penelitian tersebut
berfokus pada eksplorasi peneliti pada pengalaman narasumber sebagai
korban bullying.
Hasil Analisis :
Sementara jika disesuaikan dengan pedoman penulisan tesis 2020-
2021 Prodi Magister Keperawatan Univ. Brawijaya, seharusnya manfaat
pada penelitian menguraikan kegunaan dan pentingnya penelitian baik
bagi pengembangan ilmu dan institusi (manfaat pendidikan) maupun bagi
masyarakat dalam arti luas (manfaat praktis).

B. TESIS 2 (Fasilitator : Yusfina Himayanti)


Analisis Pendahuluan Tesis Studi Fenomenologi Pengalaman Siswa SMA
Yang Melakukan Percobaan Bunuh Diri di Kota Malang
Disadur dari : Yusfina Himayanti (2020)
Jenis Karya Ilmiah : Tesis
Jenis Penelitian : Kualitatif dengan Perspektif Fenomenologi
Judul : Studi Fenomenologi Pengalaman Siswa SMA yang Melakukan
Percobaan Bunuh Diri di Kota Malang
1. Judul
Menurut penulis, judul penelitian tersebut sudah menggambarkan
tentang desain penelitian yang digunakan dalam penelitian tersebut.
Penelitian tersebut menggunakan desain penelitian kualitatif dengan
perspektif fenomenologi. Sesuai dengan Utari (2021), judul penelitian
kualitatif seringkali mencantumkan jenis dan rancangan penelitian yang
digunakan peneliti.
2. Latar Belakang
Pada penelitian ini, peneliti memaparkan tentang kegagalan dalam
mencapai tujuan yang diharapkan pada kesehatan mental remaja yang
digambarkan dari lingkup dunia hingga Indonesia. Beberapa fenomena
global pada gangguan kesehatan mental yang dialami remaja seperti
gangguan emosi, depresi hingga percobaan bunuh diri. Peneliti juga
memberikan penelitian terdahulu untuk memfokuskan penelitian di
wilayah kota Malang sebagai tempat penelitian.
Menurut penulis, penelitian ini sangat baik karena peneliti bahkan
melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu sebagai langkah awal
penelitian kualitatif. Menurut Pirmanto, dkk (2014) studi pendahuluan
sangat bermanfaat untuk memfokuskan penelitian agar masalah yang
diambil lebih jelas kedudukannya.
Dalam latar belakang penelitian ini, peneliti menuliskan bahwa
tindakan percobaan bunuh diri maupun tindakan bunuh diri itu sendiri
tidak sesuai dengan ajaran agama dan peneliti menyebutkan secara spesifik
bahwa agama yang dimaksud adalah agama Islam sebagai agama
mayoritas yang dianut oleh penduduk kota Malang.
Menurut Mujib (2015) ada dua karakteristik dalam pendekatan
fenomenologi dalam bidang agama salah satunya yakni metode dalam
memahami agama orang lain dalam perspektif netralitas dimana peneliti
menanggalkan dirinya sendiri (epoche) dan berupaya membangun dari
pengalaman orang lain. Sehingga menurut penulis, jika memang peneliti
ingin menampilkan unsur agama dalam penelitiannya, alangkah baiknya
jika peneliti mengambil perspektif dari seluruh agama yang dianut oleh
penduduk kota Malang, dengan begitu diharapkan dapat memperoleh
sudut pandang yang berbeda dari berbagai penduduk kota Malang yang
memiliki kepercayaan / agama berbeda.
3. Research Question
Menurut penulis, penelitian ini sudah sesuai dengan kata kunci
penelitian kualitatif dimana peneliti ingin meneliti tentang bagaimana
pengalaman siswa SMA yang melakukan percobaan bunuh diri.
Membangun pertanyaan penelitian bergantung pada jawaban pertanyaan-
pertanyaan berikut (Moustakas, 1994; Patton, 2015; Silverman, 2013 ;
Billups, 2019):
a) Apa yang terjadi disini?
b) Apa fenomena yang diteliti?
c) Apa yang penting dalam mempelajari fenomena ini?
d) Bagaimana peserta menjalani atau mengalami fenomena ini?
e) Bagaimana peserta mendeskripsikan, menganggap makna,
mempersepsikan fenomena ini?
4. Tujuan Penelitian
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah menggali pengalaman siswa
yang melakukan percobaan bunuh diri di Sekolah Menengah Atas di Kota
Malang. Tujuan umum tersebut kemudian dipecah lagi dalam tujuan
khusus menjadi 2 bagian yakni mengeksplorasi makna pengalaman
percobaan bunuh diri dan penyebab siswa melakukan percobaan bunuh
diri.
Menurut penulis, tujuan penelitian tersebut sudah sesuai dengan
prinsip metode penelitian kualitatif karena penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan persepsi dari informan tentang pengalaman bunuh diri
sebagai tujuan penelitian dimana nantinya akan diolah dalam data
penelitian ini.
Dalam studi kualitatif, pemilihan kata menjadi penting. Kata-kata
akan lebih bermakna dalam pengembangan instrumentasi kualitatif jika
mencerminkan sifat interpretatif dari inkuiri. Misalnya, menggunakan
kata-kata seperti mengeksplorasi, mengungkap, menemukan, menafsirkan,
mengasumsikan makna, menilai, mendeskripsikan, memahami, dan
mempersepsikan berhubungan langsung dengan sifat muncul dari
penelitian kualitatif (Billups, 2019). Peneliti menggunakan kata
“mengeksplorasi” dalam tujuan penelitiannya.
Menurut Rovai dalam Almaki (2016) penelitian kualitatif
menggunakan teknik deskriptif yang digambarkan secara induktif serta
dengan asumsi dan sudut pandang yang mendalam dari informan. Hilal
dan Albari (2013) juga menyebutkan bahwa penelitian kualitatif adalah
penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena yang terjadi
berdasarkan sudut pandang informan.

Mengacu pada strres dan adaptasi Stuart (2016) tersebut diatas,


sebaiknya pada tujuan khusus penelitian, peneliti mengeksplore tentang
penyebab keinginan bunuh diri pada responden terlebih dahulu dengan
memperhatikan factor predisposisi dan presipitasi yang tentunya dialami
oleh responden. Setelah mendapatkan data tentang kedua factor tersebut,
peneliti dapat mengeksplore makna pengalaman responden dalam
melakukan percobaan bunuh diri. Dalam mengeksplore makna
pengalaman tersebut, tentunya peneliti juga akan mendapatkan data
tentang bagaimana responden menilai setiap stressor yang datang
(apprasisal of stressori). Selanjutnya, peneliti juga akan mendapatkan data
tentang sumber koping (coping resource) yang dimiliki responden saat
stressor dan keinginan untuk bunuh diri itu datang. Hal tersebut juga akan
mempengaruhi bagaimana mekanisme koping (coping mechanism) yang
dimiliki oleh responden, baik koping konstruktif maupun destruktif.
5. Manfaat Penelitian
Penelitian kualitatif memiliki beberapa manfaat menurut Sukmadinata
(2007) dalam Bachri (2010) diantaranya dapat digunakan untuk
pengembangan teori, sumbangan bagi penyempurnaan praktik, sumbangan
bagi penentuan kebijakan serta sumbangan bagi klarifikasi isu-isu dan
tindakan social.
Berdasarkan penjabaran diatas, menurut penulis, manfaat penelitian
yang disajikan peneliti sudah sesuai diantaranya meliputi manfaat bagi
produksi pengetahuan, penentu kebijakan hingga manfaat bagi masyarakat.
Namun, Darmalaksana (2020) juga menyebutkan bahwa manfaat
penelitian sangat bergantung pada tujuan yang ditetapkan pada suatu
penelitian. Sehingga menurut penulis, perlu ditambahkan manfaat
penelitian bagi informan mengingat tujuan dari penelitian tersebut
berfokus pada eksplorasi pengalaman informan yang melakukan
percobaan bunuh diri.

DAFTAR PUSTAKA
Anggito, A., & Setiawan, J. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif. Sukabumi:
CV Jejak.
Almalki, S. (2016). Integrating Quantitative And Qualitative Data In Mixed
Methods Research--Challenges And Benefits. Journal Of Education And
Learning, 5(3), 288-296.
Bachri, B. S. (2010). Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi Pada
Penelitian Kualitatif. Jurnal Teknologi Pendidikan, 10(1), 46-62.
Billups, F. D. (2019). Qualitative Data Collection Tools: Design, Development,
And Applications (Vol. 55). SAGE Publications.
Creswell, Jhon W. (2016). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,
dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Darmalaksana, W. (2020). Cara Menulis Proposal Penelitian. Fakultas
Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
FKUB. (2020). Pedoman Penulisan Tesis 2020-2021. Malang: Program Studi
Magister Keperawatan Jurusan Keperawatan
Herdiansyah, Haris. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu
Sosial. Jakarta Selatan: Salemba Humanika.
Hidayat, A, Aziz. (2021). Metodologi Keperawatan Untuk Pendidikan Vokasi.
Surabaya: Healt Books Publishing.
Hilal, A. H., & Alabri, S. S. (2013). Using Nvivo For Data Analysis In Qualitative
Research. International Interdisciplinary Journal Of Education, 2(2), 181-
186.
Mujib, A. (2015). Pendekatan Fenomenologi Dalam Studi Islam. Al-Tadzkiyyah:
Jurnal Pendidikan Islam, 6(2), 167-183.
Mursitama, F Karim (2015). Mahir Menulis Akademik: Mendapatkan Nilai
Terbaik Dalam Tugas, Makalah, dan Ujian Kuliah. Depok: Linea Pustaka
Nurdin, Ismail., Hartati, Sri. (2019). Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya :
Media Sahabat Cendekia
Nuryana, A., Pawito, P., & Utari, P. (2019). Pengantar Metode Penelitian Kepada
Suatu Pengertian yang Mendalam Mengenai Konsep Fenomenologi.
Ensains Journal, 2(1), 19-24.
Pirmanto, D., Jundillah, M. L., & Widagdo, K. A. (2014). Jenis Penelitian
Menurut Kedalaman Analisis Data.
Stuart, G. W, Keliat, B. A, Pasaribu. J. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan
Kesehatan Jiwa Stuart. Edisi Indonesia (Buku 1). Singapura: Elsevier
Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
PT Alfabet
Suwendra, I Wayan. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Ilmu Sosial,
Pendidikan, Kebudayaan dan Keagamaan. Bandung: Nilacakra.
Umrati., Wijaya Hengky. (2020). Analisis Data Kualitatif Teori Konsep Dalam
Penelitian. Makassar: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray.
Utari, A. (2021). Tak Kenal Maka Tak Sayang, Penelitian Kualitatif dalam
Pelayanan Masyarakat. Cetakan Ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Pendahuluan Tesis Pengalaman Remaja Yang Menjadi Korban Bullying
(ST Fenomenologi)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bullying pada remaja terbentuk dari definisi bullying dan definisi
remaja. Bullying merupakan bentuk umum dari tindakan agresif terhadap
teman sebaya atau pelecehan terhadap teman sebaya yang dilakukan secara
berulang dan dari waktu ke waktu (Azeredo, Levy, Araya, & Menezes,
2015; Bannink, Broeren, Van De Looij - Jansen, De Waart, & Raat, 2014;
Hilliard et al., 2014; Lereya, Copeland, Zammit, & Wolke, 2015;
Verlinden et al., 2014). Bullying ditandai dengan adanya
ketidakseimbangan kekuatan yang dilakukan oleh individu atau kelompok
di mana pelaku bullying lebih kuat dari pada korban (Bevilacqua et al.,
2017a; Lereya et al., 2015; Moore et al., 2017; Van Geel, Vedder, &
Tanilon, 2014). Tindakan bullying tersebut dapat berupa perilaku fisik,
verbal dan psikologis (Naveed, Waqas, Aedma, Afzaal, & Majeed, 2019a;
Salleh & Zainal, 2014). Bullying terjadi dikarenakan adanya keinginan
untuk melukai korban (Akram & Munawa, 2016), membuat korban merasa
tidak nyaman, tidak aman, dan terisolasi dari orang-orang di sekitar mereka
(Salleh & Zainal, 2014). Bullying dapat dicirikan sebagai perilaku agresif
berulang dari waktu ke waktu yang dilakukan oleh individu atau kelompok
yang memiliki kekuatan lebih.
Masa remaja merupakan masa transisi pada manusia yang
mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pada masa ini, remaja belum
bisa dikatakan dewasa namun bukan lagi pada masa anak-anak. Remaja
merupakan tahap yang unik yang terjadi antara usia 10-20 tahun (Shiba,
Rajput, Goutam, & Rajawat, 2018; Stuart, 2016). Bullying yang terjadi
pada remaja yaitu usia 10-20 tahun yang meliputi tiga hal yaitu perilaku
agresif, tindakan yang dilakukan sacara berulang, adanya
ketidakseimbangan kekuatan antara pelaku dan korban.
Prevalensi bullying pada remaja terdiri dari dua aspek. Aspek yang
pertama berdasarkan jenis kelamin, berdasarkan hasil survei yang
melibatkan peserta dari 40 negara, ditemukan tingkat prevalensi bullying
pada anak laki-laki sejumlah 23,4% dan pada anak perempuan sejumlah
15,8%. Survei yang dilakukan di 28 negara Eropa dan Amerika Utara,
didapatkan hasil bahwa tingkat prevalensi bullying sejumlah 5% (anak
perempuan) dan sejumlah 6% (anak laki-laki). Sedangkan hasil survei yang
dilakukan di Swedia, angka kejadian bullying mencapai 38% terjadi pada
perempuan dan 41% terjadi pada laki-laki. (Bhuyan & Manjula, 2017).
Bullying yang terjadi di 9 negara berkembang sejumlah 42% pada laki-laki
dan sejumlah 39% pada perempuan (Pengpid & Peltzer, 2013). Data ini
menunjukkan bahwa angka kejadian bullying pada laki-laki lebih tinggi
jika dibandingkan dengan perempuan. Aspek bullying yang kedua yaitu
berdasarkan usia. Berdasarkan studi lintas negara ditemukan 9-13% anak-
anak berusia 11-15 tahun, dan 7% pada anak-anak usia 13-15 tahun.
Berdasarkan aspek usia bullying sering terjadi pada usia 11-15 tahun.
Bentuk tindakan bullying terdiri dari empat jenis. Jenis tindakan
bullying yang pertama yaitu secara fisik meliputi menyerang, memukul,
mendorong, merusak properti, dan menendang (Bannink et al., 2014;
Hedayatallah, Gholamreza, & Nedjat Saharnaz, 2017; Moore et al., 2017;
Stephens, Cook-Fasano, & Sibbaluca, 2018). Jenis tindakan bullying yang
kedua yaitu secara verbal meliputi menggoda, ancaman kekerasan, bahasa
kasar, mengejek, mencaci, merendahkan, mencela, dan memberikan
julukan, (Bannink et al., 2014; Menesini & Salmivalli, 2017a; Moore et al.,
2017; Rose & Monda-Amaya, 2012). Jenis tindakan bullying yang ketiga
yaitu secara relasional. Bullying relasional merupakan bentuk intimidasi
tidak langsung yang berkaitan dengan manipulasi hubungan yang meliputi
pengucilan sosial, menyebarkan desas-desus atau menyebarkan rumor,
menggosip, dan penolakan dari suatu kelompok (Bannink et al., 2014;
Barcaccia, Schneider, Pallini, & Baiocco, 2017; Hilliard et al., 2014;
Lereya et al., 2015; Menesini & Salmivalli, 2017a). Jenis tindakan bullying
keempat yaitu cyberbullying, tindakan bullying ini dilakukan melalui
sarana elektronik atau digital (Bannink et al., 2014; Barcaccia et al., 2017;
Stephens et al., 2018).
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) merilis jumlah
terjadinya kasus di pendidikan per tanggal 30 Mei 2018 yaitu sejumlah 161
kasus. Kasus-kasus tersebut terdiri anak korban tawuran sebanyak 23
kasus, anak pelaku tawuran sebanyak 31 kasus, anak korban kekerasan dan
bullying sebanyak 36 kasus, anak pelaku kekerasan dan bullying sebanyak
41 kasus dan anak korban kebijakan (pungutan liar, dikeluarkan dari
sekolah, tidak boleh ikut ujian, dan putus sekolah) sebanyak 30 kasus
(TEMPO.CO, 2018). Kasus bullying yang muncul di media massa salah
satunya terjadi di SMP Negeri Blitar. Bullying yang dilakukan oleh teman
sebaya di kelas ini mengakibatkan korban tidak mau sekolah karena
trauma dan ketakutan karena kerap mendapat ancaman dari pelaku. Kasus
tersebut sampai menyebabkan korban sering pingsan (detikNews, 2019).
Pada awal tahun 2020 terjadi tindakan bullying di salah satu Sekolah
Menengah Pertama di Kota Malang. Bentuk tindakan bullying yang
dilakukan berupa bullying fisik seperti diangkat bersama-sama kemudian
dijatuhkan, selanjutnya diduduki dan diinjak tangannya, korban
juga mengaku kerap jarinya dijepit dengan ikat pinggang. Dampak yang
dialami korban bullying ini adalah harus menjalani operasi amputasi pada
dua ruas jari tangannya akibat kejadian bullying yang menimpanya, selain
itu saat mendapatkan kunjungan di Rumah Sakit korban juga sempat
histeris dan seiring berjalannya waktu korban mampu diajak untuk
berkomunikasi secara perlahan (Malang Times, 2020; CNN Indonesia,
2020).
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini merupakan bagian dari
salah satu payung penelitian yang dilaksanakan dibeberapa sekolah di
wilayah Kota Malang terkait kesehatan jiwa pada anak dan remaja yang di
dalamnya terdiri dari bullying pada remaja. Salah satu sekolah di wilayah
Kota Malang yang tercatat adanya kasus bullying yaitu di SMKN 11
Malang. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, kasus
bullying dialami oleh siswa kelas 10 jurusan animasi. Korban merupakan
siswa yang pendiam dan tidak mudah bergaul. Korban mendapatkan
perlakuan yang tidak baik oleh teman-temannya di kelas. Dampak dari
kejadian tersebut korban tidak datang lagi ke sekolah selama satu minggu.
Korban mengatakan malu, takut dan merasa tidak nyaman untuk masuk
sekolah lagi karena trauma kejadian tersebut terulang kembali kepada
dirinya. Dampak yang terjadi bukan hanya pada masalah psikologis tetapi
berdampak juga pada akademik. Bullying yang terjadi mengakibatkan
korban tidak mengikuti pelajaran dan tidak mengikuti ujian selama kurang
lebih satu minggu karena rasa trauma saat ingin berangkat ke sekolah.
Kasus bullying merupakan salah satu kasus yang sering terjadi di
lingkungan sekolah menurut guru BK dan salah satu wali kelas di SMKN
11 Malang. Angka kejadian bullying yang tercatat oleh guru BK di SMKN
11 Malang ini sejumlah 7 kasus. Pola bullying yang terjadi di setiap tahun
juga memiliki perbedaan, dahulu bullying sering terjadi pada siswa yang
memiliki kelakuan kurang baik sehingga dijauhi oleh teman-teman
sekelasnya. Saat ini, siswa yang memiliki kekuatan dan perilaku kurang
baik melakukan tindakan bullying kepada siswa lain yang tidak memiliki
keseimbangan kekuatan di dalam kelas (kaum minoritas). Bullying yang
biasa terjadi berupa mengejek, mengucilkan, dan cyberbullying yang
berlanjut ke dunia nyata.
Bullying dapat memberikan dampak bagi korban selama masa kanak-
kanak dan remaja. Dampak bullying pada korban dapat mempengaruhi
berbagai aspek kehidupan seperti aspek fisik, dan aspek psikologis.
Dampak fisik dari tindakan bullying dapat mengakibatkan cidera fisik,
kelumpuhan, patah tulang, dan dapat menyebabkan kematian (Hedayatallah
et al., 2017; Salleh & Zainal, 2014). Dampak tindakan bullying yang kedua
adalah aspek psikologis yang meliputi gejala depresi, kecemasan,
ketakutan, ketidakamanan, kegelisahan, adanya ide bunuh diri, harga diri
rendah, lebih sering menyendiri, terjadinya penyalahgunaan narkoba, serta
munculnya masalah kesehatan yang lainnya (Bhuyan & Manjula, 2017;
Holt et al., 2014; Merrill & Hanson, 2016; Roh et al., 2015). Dampak
bullying yang lainnya meliputi perasaan takut dan lemah yang dapat
mempengaruhi kepercayaan diri mereka, situasi seperti ini mampu
membuat remaja yang menjadi korban bullying tidak dapat mengikuti atau
memerhatikan pelajaran di sekolah dengan baik. Bahkan hal itu, dapat
menimbulkan perubahan perilaku seperti enggan pergi ke sekolah atau
membolos, tertekan, sulit berkonsentrasi pada tugas sekolah, kehilangan
kesempatan untuk mengikuti kegiatan sekolah yang dapat menyebabkan
kegagalan di sekolah (Al-Raqqad, Al-Bourini, Al Talahin, & Aranki, 2017;
Azeredo et al., 2015; Roh et al., 2015).Fenomena bullying yang terjadi
pada remaja penting untuk ditindak lanjuti. Hal ini dikarenakan, pada
tahapan tumbuh kembang remaja peran seorang teman dapat
mempengaruhi perkembangan emosional serta pembentukan citra diri dan
konsep diri seorang remaja. Hubungan antar teman sebaya pada saat
mengalami permasalahan seperti perilaku maladaptive (bullying) ini dapat
berperan penting dalam fungsi emosional, termasuk pengembangan gejala
depresi dan kecemasan sosial pada individu (Bhuyan & Manjula, 2017).
Penelitian terkait pengalaman remaja yang menjadi korban bullying ini
dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dan pendekatan
fenomenologis. Berikut ini adalah hasil dari penelitian tentang pengalaman
remaja yang menjadi korban bullying.

1.2 Rumusan Masalah


Bullying merupakan perilaku agresif berulang yang melibatkan
ketidakseimbangan kekuatan antara pelaku dan korban. Bullying masih
sering terjadi di kalangan remaja di seluruh dunia. Permasalahan yang
ditimbulkan akibat kejadian bullying ini sangat banyak seperti masalah
fisik, psikososial hingga menimbulkan terjadinya penurunan prestasi
akademik, dampak perilaku bullying juga memiliki konsekuensi jangka
panjang bagi korban hingga masa dewasa. Pendekatan fenomenologis yang
digunakan ini yang bertujuan untuk menggali dan mengeksplorasi tentang
hal-hal penting dari pengalaman hidup korban bullying yang dapat
dijadikan bahan refleksi bagi korban. Berdasarkan pemaparan diatas, maka
pertanyaan yang muncul dan menjadi fokus penelitian ini adalah
“Bagaimana makna pengalaman remaja yang menjadi korban bullying?”
1.3 Tujuan

Tujuan pada penelitian ini terdiri atas dua tujuan. Tujuan pertama adalah
tujuan umum. Tujuan kedua adalah tujuan khusus

1.3.1 Tujuan Umum


Tujuan umum penelitian ini adalah mengeksplorasi makna
pengalaman remaja yang menjadi korban bullying.
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengeksplorasi perasaan remaja yang menjadi korban bullying
2. Mengeksplorasi mekanisme koping pada remaja yang menjadi
korban
bullying
3. Mengeksplorasi dukungan sosial (orang tua, teman sebaya, guru)
pada remaja yang menjadi korban bullying
4. Mengeksplorasi harapan pada remaja yang menjadi korban bullying

1.4 Manfaat
Manfaat penelitian ini terbagi menjadi lima tingkatan manfaat, pertama
knowledge production, kedua capacity building, ketiga informing policies
and product development, keempat health sector, & kelima economic and
social (Hanney et al., 2004). Namun, pada penelitian ini hanya
menggunakan dua manfaat yaitu manfaat produksi pengetahuan dan
manfaat sektor kesehatan.

1.4.1 Manfaat Produksi Pengetahuan (Knowledge Production)


Manfaat produksi pengetahuan merupakan manfaat yang
diharapkan dari hasil penelitian untuk dapat memperkaya sumber
ilmu pengetahuan. Penelitian ini menghasilkan 13 (tiga belas) tema.
Dari 13 tema yang didapatkan, Lima tema menjawab tujuan khusus
tentang perasaan remaja yang menjadi korban bullying yang akan
menguatkan tentang konsep pengkajian pada bagian faktor penyebab
internal. Tiga tema menjawab tujuan khusus tentang dukungan sosial
(teman sebaya, guru, orang tua) pada remaja yang menjadi korban
bullying, tiga tema ini menjadi komponen dasar yang dikaitkan
dengan produk ilmu pengetahuan tentang hal-hal yang berhubungan
dengan sumber koping yaitu perlu adanya dukungan sosial untuk
korban bullying. Empat tema menjawab tujuan khusus tentang
mekanisme koping pada remaja yang menjadi korban bullying,
produk literatur yang dihasilkan yaitu terkait upaya yang dapat
dilakukan untuk mengelelola stress yang dapat bersifat konstruktif
dan destruktif. Satu tema menjawab tujuan khusus tentang harapan
pada remaja yang menjadi korban bullying, produk literatur yang
dihasilkan yaitu terkait penguatan pengkajian pada aspek sumber
koping yaitu keyakinan spiritual. Keyakinan spiritual dapat
dijadukan sumber harapan dalam mempertahankan upaya koping
pada remaja saat menjadi korban bullying. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadikan referensi tambahan di bidang
keperawatan jiwa mengenai masalah kesehatan anak dan remaja
yaitu pengalaman tentang remaja tentang bullying melalui publikasi
jurnal.

1.4.2 Manfaat Sektor Kesehatan (Health Sector)


Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa remaja yang menjadi
korban bullying mencoba bertahan dalam kesendirian. Dari hasil
penelitian ini didapatkan 13 tema, hasil dari tema-tema ini dapat
dijadikan bahan masukan pada sektor kesehatan. Manfaat sektor
kesehatan pada penelitian ini diharapkan dapat terbentuknya
kerjasama antara pihak sekolah dan petugas kesehatan untuk
membentuk usaha kesehatan jiwa di sekolah. Kesehatan jiwa dapat
dilakukan penguatan untuk memberikan dukungan sosial pada
remaja yang melibatkan guru, teman sebaya dan orang tua. Selain
pemberian dukungan sosial dapat pula dilakukan pemberian terapi
keperawatan pada bullying yang dapat dilakukan oleh perawat jiwa
seperti pemberian CBT yang bertujuan untuk lebih memahami
pikiran dan perasaan mereka terkait situasi yang sedang mereka
alami. Lebih lanjut lagi, hal ini dapat mengajarkan kepada individu
terkait bagaimana pikiran dan perasaan yang dapat mempengaruhi
tindakan dan perilaku pada remaja yang menjadi korban bullying.

LAMPIRAN 2
Studi Fenomenologi Pengalaman Siswa Sma Yang Melakukan Percobaan
Bunuh Diri Di Kota Malang
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa remaja merupakan fase yang sangat penting dalam mengembangkan

serta mempertahankan kebiasaan sosial dan emosional dalam menjaga

kesejahteraan jiwa (WHO, 2018). Tindakan yang harus dilakukan diantaranya

adalah menjaga pola tidur yang sehat, berolahraga secara teratur mengembangkan

keterampilan koping, pemecahan masalah interpersonal dan belajar mengelola

emosi. Lingkungan yang mendukung kesehatan jiwa dalam keluarga, di sekolah,

dan di komunitas menjadi faktor penting kesehatan jiwa pada remaja.

Harapan ini berkebalikan dengan fakta kesehatan jiwa remaja di dunia.

WHO tahun 2018 menyatakan bahwa 10-20% remaja di dunia mengalami

masalah kondisi kesehatan jiwa, dengan kondisi tidak terdiagnosis dan diobati

dengan baik. Pengabaian tanda-tanda kesehatan jiwa remaja terjadi akibat

kurangnya pengetahuan atau kesadaran tentang kesehatan jiwa di antara petugas

kesehatan, atau stigma yang mencegah remaja mencari bantuan.

Masalah kesehatan jiwa pada remaja merupakan fenomena global (WHO,

2018). Tujuh masalah kesehatan jiwa banyak ditemukan pada remaja. Pertama

adalah gangguan emosi seperti marah, frustrasi dan depresi (Nanyakarra, 2013).

Depresi pada remaja merupakan penyebab kesembilan masalah kesehatan jiwa

pada remaja dengan dampak berupa penarikan diri, kesepian dan bunuh diri.

Kedua adalah gangguan perilaku berupa hiperaktivitas, kurang perhatian dan

perilaku destruktif yang merupakan penyebab utama keenam beban penyakit pada

remaja. Ketiga adalah gangguan mental berupa pembatasan mental sehubungan

dengan bentuk dan berat badan yang berdampingan dengan masalah depresi,

ansietas dan penyalahgunaan zat. Keempat adalah psikosis yang terjadi pada
remaja akhir, berdampak terhadap stigma dan pelanggaran HAM pada remaja.

Kelima adalah bunuh diri. Bunuh diri pada remaja menempati penyebab ketiga

kematian pada remaja. Keenam adalah perilaku mengambil resiko seperti

penyalahgunaan zat dan perilaku seks bebas yang terjadi pada 13.6% remaja di

tahun 2016. Ketujuh adalah kekerasan pada remaja dan bullying yang menempati

peringkat kedua kematian pada remaja.

Bunuh diri termasuk faktor kematian kedua pada remaja umur (15-24

tahun) (Plemmons et al., 2018). Angka rata-rata kematian akibat bunuh diri

adalah 11.4% per 100.000 populasi (WHO, 2015). Hampir 90% remaja dunia

tinggal di negara berpenghasilan rendah atau menengah dan lebih dari 90%

remaja yang bunuh diri adalah di antara remaja yang tinggal di negara-negara itu

(WHO, 2018). Prevalensi self-injuries (mencederai diri) sebesar 38% di sepanjang

kehidupan di Indonesia.(Tresno & Mearns, 2012). Semua angka diatas

menunjukkan bahwa masalah kesehatan jiwa khususnya bunuh diri merupakan

fenomena gunung es yang harus kita perhatikan.

Konsekuensi serius masalah kesehatan jiwa pada remaja adalah ancaman

jiwa. Depresi, gangguan kesehatan jiwa dan penyalahgunaan narkoba pada remaja

adalah faktor risiko utama terjadinya bunuh diri (Stuart, 2014). Bunuh diri sendiri

dapat diartikan sebagai tindakan yang disadari dengan tujuan untuk mengakhiri

kehidupan (Muhith, 2015). Hasil Penelitian Farhangdoost (2010), menyatakan

bahwa bunuh diri adalah tindakan nyata seseorang untuk mengakhiri

kehidupannya sendiri secara sadar. Sehingga bunuh diri dapat diartikan sebagai

perilaku mencederai diri sendiri untuk mengakhiri kehidupan.

Menurut Stuart (2014), banyak hal yang berpengaruh dalam kejadian

bunuh diri diantaranya faktor biologis, lingkungan sosial, orientasi seksual.

Menurut Cho and Haslam (2010), faktor-faktor resiko tersebut dapat saling

mempengaruhi. Hal ini sejalan dengan Penelitian Ibrahim et al. (2014), yang
menunjukan adanya hubungan faktor psikologis seperti stress, kecemasan dan

depresi dengan ide bunuh diri. Hal tersebut juga selaras dengan hasil penelitian

Lee et al. (2013), yang menyebutkan jika resiko bunuh diri lebih tinggi terjadi

pada remaja laki-laki dibandingkan dengan remaja perempuan. Faktor lainnya

adalah lingkungan sosial, hasil penelitian Pisani et al. (2013), menunjukan bahwa

remaja memiliki ide bunuh diri sebesar 13,9%. Keinginan akan bunuh diri sering

di sampaikan pada teman sebaya sebesar (54%) dibandingkan kepada orang

dewasa (23%). Sehingga faktor ini dianggap penting pada kasus bunuh diri di usia

remaja. Faktor lainnya ialah orientasi seksual. Hal ini sejalan dengan penelitian

O’Donnell el al. (2011), yang menunjukan bahwa pada remaja LGBT di Italia

memiliki resiko tinggi suicide ideation. Faktor lain yaitu riwayat bunuh diri

sebelumnya. Resiko tinggi terjadi pada dua tahun pertama setelah usaha bunuh

diri (Stuart, 2014).

Percobaan bunuh diri dapat dilakukan dengan berbagai cara. Perempuan

menunjukan upaya percobaan yang dilakukan lebih tinggi dibandingkan dengan

laki- laki, namun laki-laki lebih sukses dalam merealisasikan tindakan tersebut.

Data WHO (2018), menunjukan 30% kejadian bunuh diri di dunia disebabkan

oleh racun, yang sebagian besar terjadi di daerah yang jauh dari perkotaan dan di

negara- negara dengan penghasilan rendah. Sedangkan di Indonesia hasil

penelitian Billiocta et al. (2015), menunjukan beberapa remaja melakukan

percobaan bunuh diri disebabkan perselisihan antara teman maupun masalah

dengan orang tuanya. Metode yang digunakan untuk percobaan bunuh diri adalah

menyayat pergelangan tangan (32%), meminum racun, overdosis dan mencoba

melompat dari ketinggian yang masing-masing (12%).

Data dari kepolisian Indonesia menunjukan 981 kematian karena bunuh

diri pada tahun 2012, dan pada tahun 2013 berjumlah 921. Bunuh diri di Kota

Malang pada tahun 2019 tercatat 16 kasus, dengan 1 kejadian bunuh diri yang
melibatkan remaja. Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2018 lalu dengan

kasus sebanyak

11 orang (Polres Malang). Hal ini sangat bertolak belakang dengan mayoritas

penduduk Kota Malang adalah suku Jawa dengan mayoritas muslim, yang

mana percobaan bunuh diri sendiri adalah tindakan yang tidak dibenarkan apapun

tujuannya.

Hasil penelitian Windarwati et al. (2020) di SMKN 11 Kota Malang

menunjukan dari 869 siswa di dapatkan 108 siswa (12,4%) menunjukkan ide

bunuh diri yang tinggi dan 98 orang (11,3%) menunjukkan ide bunuh diri yang

rendah sedangkan sisanya menunjukan tidak ada ide bunuh diri. Berdasarkan hasil

penelitian tersebut, peneliti melakukan studi pendahuluan dengan metode

wawancara mendalam pada siswa kelas X SMKN 11 Kota Malang Nn “Y”

mengungkapkan bahwa Nn “Y” mengalami banyak masalah diantaranya dengan

orang tua yang broken home, teman dan pacar. Nn “Y” telah mengatakan ingin

mati saja karena tidak ada lagi yang perduli kepadanya, terlebih bapak yang sering

melakukan kekerasan dalam rumah tangga dan pada diri Nn “Y”, sehingga cara

penyelesaian yang dilakukan saat terjadi masalah adalah diam, menangis dan

mengurung diri di kamar, menyakiti diri sendiri lalu membenturkan kepala ke

tembok berkali-kali hingga memar dengan tujuan mencari ketenangan tetapi

belum bisa di dapatkan oleh Nn “Y” yang pada akhirnya membuat Nn “Y”

melakukan percobaan bunuh diri dengan cara memotong nadi

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti telah melakukan penelitian

dengan judul pengalaman siswa yang melakukan percobaan bunuh diri di Kota

Malang dengan pendekatan studi fenomenologi.

1.2 Rumusan Masalah

Berbagai faktor yang menyebabkan remaja melakukan percobaan bunuh


diri tidak menghalangi remaja tersebut untuk tetap bersekolah dengan baik.

Penelitian- penelitian terdahulu berfokus pada keterkaitan beberapa faktor terkait

percobaan bunuh diri yaitu ide bunuh diri, isyarat bunuh diri, ancaman hingga

percobaan bunuh diri khususnya pada remaja. Alasan tersebut yang mendorong

peneliti untuk mengeksplorasi lebih dalam terkait pengalaman seseorang remaja

yang melakukan percobaan bunuh diri. Berdasarkan paparan diatas maka fokus

penelitian ini adalah “Bagaimana pengalaman siswa SMA yang melakukan

percobaan bunuh diri di Kota Malang.”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menggali pengalaman siswa

yang melakukan percobaan bunuh diri di Sekolah Menengah Atas di Kota Malang

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengeksplorasi makna pengalaman siswa dalam melakukan percobaan

bunuh diri

2. Mengeksplorasi penyebab siswa saat melakukan percobaan bunuh diri

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Manfaat Produksi Pengetahuan

Hasil penelitian ini dapat menjadi produk literatur yang berupa

penguatan tentang aspek-aspek pengkajian yang harus dilakukan pada remaja

yang beresiko melakukan bunuh diri, diantaranya tema kecewa pada orang tua

dapat dijadikan penguatan pengkajian pada aspek afektif, tema merasa sakit hati

karena mengalami perundungan oleh teman sebaya, dapat di jadikan pula

pengkajian pada aspek perilaku dan sosial. Selanjutnya untuk tema merasa putus

asa, takut mati dan menyesal karena telah melakukan percobaan bunuh diri dapat

dijadikan penguatan pengkajian pada aspek sumber koping yaitu personal ability.

1.4.2 Manfaat Untuk Penelitian di Masa Mendatang dan Penggunaan


Penelitian

Hasil penelitian tentang pengalaman siswa SMA yang pernah

melakukan percobaan bunuh diri, bisa menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya

yang ingin melakukan penelitian tentang pengalaman keluarga dengan anak yang

pernah melakukan percobaan bunuh diri.

1.4.3 Manfaat Menginformasikan Kebijakan

Manfaat aplikatif dari penelitian ini yaitu dapat digunakan sebagai

refleksi diri bagi partisipan, sehingga partisipan bisa memaknai hal yang sudah

dilakukan dan dapat melakukan hal yang terbaik di masa mendatang. Hasil

penelitian ini juga bisa menjadi bahan masukan untuk pemerintah dalam membuat

program ataupun kebijakan untuk meningkatkan usaha-usaha preventif seperti

melakukan penyuluhan pada sekolah-sekolah di SMA se Kota Malang, ataupun

membuat suatu klinik pencegahan bunuh diri yang melibatkan orang tua dan para

guru terkait resiko bunuh diri di Sekolah.

1.4.4 Manfaat Kesehatan dan Sektor Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan referensi bagi

perawat diwilayah kerja setempat untuk bekerjasama dengan pihak sekolah dalam

membuat dan menerapkan kegiatan Usaha Kesehatan Jiwa Sekolah (UKJS) ke

dalam pembelajaran bimbingan konseling.

1.4.5 Manfaat Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat memberikan edukasi tentang pergaulan dan

lingkungan yang baik bagi remaja, dalam bersosialisasi di masyarakat dengan

tujuan untuk mewujudkan remaja yang sehat jiwa.

Anda mungkin juga menyukai