Anda di halaman 1dari 9

Pemupukan Berimbang Pada Padi Ladang

Pupuk dalam kegiatan bercocok tanam merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Petani selalu menambahkan pupuk dengan harapan dapat meningkatkan produksi tanaman
budidayanya. Pupuk terbagi atas 2 jenis, yaitu pupuk kimia dan pupuk organik. Seringkali, pupuk
kimia digunakan secara berlebihan karena dapat menyediakan unsur hara lebih cepat bagi
tanaman. Namun, efek samping yang diberikan kepada tanah dan lingkungan seringkali
dilupakan. Indikator pemupukan kimia yang tidak seimbang, efisien dan berlanjut seperti tanah
sakit karena kesuburan tanah menurun drastis, produksi menurun hingga pemborosan biaya
produksi karena tanah yang sakit tidak dapat menyerap unsur hara dari pupuk dengan baik. Oleh
karena itu, informasi terkait cara menjaga kesuburan tanah, dan mengembalikan kesehatan tanah
melalui teknik pemupukan kimia yang tepat dan berimbang menjadi penting untuk diketahui.
Pemupukan merupakan upaya penambahan unsur hara esensial dari luar, baik dalam bentuk
kimia dan organik. Tujuan pemupukan yaitu mengoptimalkan pertumbuhan dan produktivitas
tanaman, mengurangi persaingan unsur hara dengan gulma dan resisten terhadap hama serta
penyakit tanaman. Pertumbuhan tanaman akan lebih optimal apabila kebutuhan unsur haranya
makro (N, P, K, Ca, Mg, S) dan mikro (Fe, Cu, Zn, B, Cl, Co, Na, Si) terpenuhi.
Kebutuhan hara tanaman yang cukup akan meningkatkan hasil panen secara signifikan.
Tanaman yang kekurangan unsur hara akan menunjukan gejala seperti daun menguning, bunga
tidak muncul, panen terhambat serta produksi menurun. Kesuburan tanah merupakan kondisi
dimana kandungan hara, tata air dan udara dalam tanah sudah cukup seimbang dan mampu
mendukung kebutuhan pertumbuhan tanaman. Tanah yang sehat ditandai dari warnanya yang
cenderung hitam (kaya bahan organik), gembur, pH netral dan terdapat mikroorganisme (bakteri),
dan makrofauna (cacing tanah). Menurut Balai Penelitian Tanah dan FAO, input pupuk kimia
berlebihan memicu degradasi tanah dari segi fungsi, kesuburan dan kesehatannya.
Aplikasi Teknik Pemupukan Berimbang secara efektif
Empat Tepat (4T)
Sumber Dosis Waktu Tempat
Contoh Prinsip-prinsip  Pastikan  Evaluasi  Evaluasi dinamika  Kenali pola penakaran
ilmiah penting penyediaan hara penyediaan hara penyerapan tanaman
seimbang dari semua sumber tanaman dan  Kelola variabilitas
 Cocokkan sifat  Evaluasi kebutuhan penyediaan tanah spesial
tanah tanaman  Tentukan waktu
resiko dan
kehilangan
Contoh Pilihan Praktis  Pupuk Komersial  Uji tanah untuk hara  Sebelum tanam  Tabor
 Pupuk Kandang  Hitung nilai ekonomi  Saat tanam  Lajur/lubang/injeksi
 Kompos  Seimbangkan  Saat pembungaan  Aplikasi dosis yang
 Sisa Tanaman pengambilan oleh  Saat pembuahan berbeda
tanaman

Gambar 2. Konsep Pemupukan berimbang (4Tepat)


Setiap jenis tanah memiliki tingkat kandungan hara yang berbeda - beda bagi tanaman. Pupuk
kimia merupakan alternatif yang diberikan apabila tanah dari lahan budidaya terlihat tidak sehat
lagi dengan kesuburan rendah, tidak gembur, dan tanaman tidak tumbuh dengan baik meskipun
sudah diberikan bahan organik. Dalam pemberian pupuk kimia perlu diterapkan praktik 4T (4
Tepat) agar penggunaannya tidak berlebihan dan merusak tanah - air - lingkungan, efisien serta
diserap optimal oleh tanaman. 4T terdiri dari praktik pemupukan tepat sumber, tepat dosis, tepat
waktu dan tepat lokasi pengaplikasian (pupuk khusus daun, atau akar) seperti yang dijelaskan
dalam Gambar 2. Dalam upaya menjaga tanah agar tidak sakit maka penggunaan pupuk kimia
perlu dikurangi secara signifikan serta aplikasinya perlu dipantau secara berkala. Pupuk organik
juga terus dilaplikasikan secara berimbang untuk mengurangi ketergantungan terhadap pupuk
kimia dan meningkatkan kesuburan tanah dari lahan budidaya, dan menambah kandungan bahan
organik sebagai pakan bakteri, jamur dan cacing yang hidup dalam tanah.
Sumber : Farrasati, Rana. 2018. Pemupukan Berimbang , Kunci Menjaga Kesuburan Tanah.
https://agrodite.com/wp-content/uploads/2018/11/Pemupukan-berimbang-kunci-menjaga-
kesuburan-tanah.pdf diakses pada 26/01/2021
Indonesia adalah negara yang memiliki sumber alam yang berlimpah. Berbagai jenis bahan baku
hasil pertanian, perikanan, baku tidak sebanding dengan peningkatan laju konsumsi. Dengan
jumlah penduduk yang besar (sebanyak 237,6 juta jiwa sesuai hasil Sensus Penduduk 2010,
BPS, 2010) dan pertumbuhan penduduk di atas 1,4 persen (BPS, 2014), maka kebutuhan
konsumsi penduduk Indonesia untuk berbagai kebutuhan pokok juga terus mengalami
peningkatan. Konsumsi beras misalnya, dengan rata-rata konsumsi beras 102 kg/orang/tahun,
maka setiap tahun Indonesia membutuhkan tidak kurang dari 32,6 juta ton beras. Konsumsi beras
tersebut jauh melampau konsumsi beras perkapita pertahun penduduk Jepang yang hanya 50
kg, Malaysia 80 kg, Thailand 70 kg dan konsumsi dunia sebesar 60 kg (www.neraca.
co.id/article/26605/Konsumsi-Beras-NasionalTertinggi-SeAsia). Kebutuhan konsumsi penduduk
yang semakin meningkat, tentu saja membutuhkan peningkatan pasokan produksi. Untuk pangan
seperti beras, maka peningkatan produksi berkaitan dengan peningkatan areal pertanian dan
atau peningkatan produktivitas lahan pertanian. Penambahan areal lahan dengan irigasi yang
memadai membutuhkan biaya yang besar dan waktu yang lama. Sementara peningkatan
produktivitas lahan, membutuhkan peningkatan manajemen pengelolaan dan pengolahan lahan,
pemanfaatan teknologi pengolahan lahan, peningkatan kesuburan tanaman dan penanganan
hama tanaman. Peningkatan produktivitas lahan, ditopang oleh peningkatan produksi dan
kesuburan tanaman. Meningkatkan kesuburan tanaman yang paling efektif dilakukan dengan
pemberian pupuk. Pupuk diperlukan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman, yang pada
kondisi tertentu tidak disediakan oleh tanah dalam jumlah yang memadai. Pupuk adalah bahan
kimia atau organisme yang berperan dalam penyediaan unsur hara bagi keperluan tanaman
secara langsung atau tidak langsung (UU No. 12/1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman).
Pupuk merupakan substansi pendukung yang memungkinkan tanaman memperoleh unsur hara
yang dibutuhkan dalam pertumbuhannya. Dengan penggunaan pupuk, maka produktivitas lahan
pertanian dalam menghasilkan komoditas pertanian akan meningkat secara signifikan. Pupuk
dengan unsur hara yang dibutuhkan tanaman ditambah dengan input kimia lain, perbaikan irigasi,
perbaikan varietas tanaman dan kebijakan pertanian yang tepat telah mendorong terjadinya
revolusi pertanian di berbagai negara (Alarcon, dkk., 2011; Hazell, 2009; Allen, 2004; Andersen
dan Hazell, 1985). Penggunaan pupuk kimia (anorganik) telah menjadi pendorong utama
produktivitas lahan pertanian meningkat dengan pesat. Peran pupuk yang besar dalam
meningkatkan hasil pertanian sudah banyak dibuktikan dan dirasakan para penggunanya. Y.
Rosadi, A. Husni. 2015. Kebijakan Pemupukan Berimbang untuk Meningkatkan Ketersediaan
Pangan Nasional. http://www.jurnalpangan.com/index.php/pangan/article/view/36/31 diakses
pada 26/01/2021.
PEMUPUKAN
Berkaitan dengan kegiatan pemupukan padi gogo dengan sistem TOT, jenis dan dosis pupuk
serta waktu pemupukan merupakan tiga hal yang perlu diperhatikan :
1. Jenis pupuk dan dosis
Jenis pupuk yang diberikan adalah urea, TSP atau SP 36, dan KCL. Dosis yang digunakan untuk
setiap hektar adalah urea 150 kg, TSP atau SP 36 135 kg, dan KC160 kg. Pemberian pupuk
sebenarnya berbeda-beda untuk tiap daerah, tergantung pada kesuburan tanah setempat.
Namun, secara umum dosis di atas dapat dijadikan patokan untuk bertanam padi gogo secara
monokultur.

2. Waktu pemupukan
Pupuk TSP atau SP 36 diberikan sekaligus pada saat penugalan benih atau awal penanaman.
Demikian pula dengan pupuk KCL. Jumlah yang diberikan adalah keseluruhan dosis. Cara
pemberian dengan memasukkan pupuk pada lubang yang dibuat dekat lubang tanam dan
kemudian ditutup dengan tanah.Pupuk urea diberikan 3 kali, masing-masing sepertiga dosis,
yaitu pada 10,35, dan 55 hari setelah tanam. Cara pemberian pupuk susulan ini dapat dengan
disebarkan merata atau ditebarkan pada alur-alur yang dibuat di antara baris-baris tanaman dan
ditutup dengan tanah kembali. Jika pemupukan dilakukan dengan cara disebar sebaiknya pupuk
segera diaduk ke dalam tanah dan diusahakan tidak mengenai daun karena dapat terbakar. Hal
ini untuk menghindari kehilangan unsur nitrogen ke udara. Demikian juga pada pupuk yang telah
dimasukkan ke dalam alur-alur sebaiknya segera ditutup dengan tanah.
Cuaca saat pemupukan perlu juga diperhatikan. Jika diperkirakan akan hujan lebat sebaiknya
pupuk jangan disebar ke permukaan tanah karena dapat tercuci. Pemupukan urea di lahan
podsolik merah kuning beriklim basah dosisnya dapat dikurangi sampai dengan 100 kg/ha.
Sebaliknya, untuk pupuk KC1 dosisnya dapat ditambah hingga 100 kg/ha. Perlakuan ini erat
kaitannya dengan upaya mengurangi serangan penyakit bias. Penyakit bias akan terdorong
perkembangannya di daerah dengan ildim basah serta pemberian pupuk nitrogen yang
berlebihan. Sementara peningkatan pupuk kalium kecuali diarahkan untuk memperkecil
serangan penyakit bias juga untuk menekan penyakit bercak daun.
Hebindatu, Hetty. 2019. Penanaman Dan Pemupukan Padi Ladang.
http://cybex.pertanian.go.id/artikel/83825/Penanaman-Dan-Pemupukan-Padi-Ladang/ diakses
pada 26/01/2021
pemberian pupuk pada tanaman dengan unsur hara yang sesuai dengan fase pertumbuhan,
begitu juga cara aplikasi yang tepat maka akan memberikan dampak positif bagi tanaman.
dengan demikian, sudah dapat dipastikan tumbuh dan berkembangnya tanaman akan maksimal,
sehingga hasil panen melimpah dengan kualitas yang baik. cara pemupukan padi gogo (lahan
kering) berbeda dengan padi sawah, dan bisa dibilang lebih sulit dan memakan waktu. agar
pupuk dapat diserap lebih lama, pemupukan dilakukan dengan cara penugalan per rumpun
tanaman. 3 - 5 gr pupuk diberikan per rumpun tanaman padi.
sistem pemupukan melalui penugalan membutuhkan waktu lebih lama jika dibanding dengan
tabur. tidak sedikit petani merasa enggan dengan cara tersebut dengan berbagai alasan, yang
pada akhirnya hanya menebar pupuk di area pertanaman. dengan hanya menaburkan pupuk
didalam area tanaman padi, tentu saja tidak efisien karena sangat mudah tersapu bersih oleh
arus air hujan (hanya sebagian kecil yang terserap oleh akar). pemupukan padi pertama
dilakukan 14 hst atau dua minggu setelah tanam, dengan komposisi pupuk urea + phonska
perbandingan 3:1. untuk pemupukan kedua yaitu 42 hst (6 minggu) dengan urea + phonska 1:1.
kedua jenis pupuk diatas hanya mengandung unsur npk dan s, sedangkan unsur (ca) dan (mg)
tidak tersedia. dengan begitu maka kebutuhan unsur makro tanaman tidak tercukupi. dari waktu
ke waktu, pupuk yang digunakan oleh sebagian besar petani ini hampir tidak ada perubahan.
pada faktanya, mayoritas petani belum mengetahui fungsi dan kebutuhan unsur hara tanaman.
maka dari itu, marilah kita belajar bersama untuk terus menyerap ilmu demi pencapaian yang
lebih baik.
Yuhendri, Helmi. 2019. Sistem Pemupukan Padi Gogo.
http://cybex.pertanian.go.id/artikel/74810/Sistem-Pemupukan-Padi-Gogo-/ diakses pada
26/01/2021
Cara pemupukan padi adalah salah satu kunci untuk mendapatkan hasil panen yang optimal dan
tentunya melimpah. Jika salah dalam memberikan pupuk pada padi, bukannya panen melimpah
yang akan didapat tapi justru risiko tanaman padi menjadi rusak. Lalu bagaimanakah cara
pemupukan padi yang tepat? Anda dapat mengetahuinya dalam uraian berikut ini.
Perhatikan usia tanaman
Sama seperti manusia, tanaman juga membutuhkan nutrisi yang berbeda-beda dalam setiap
tahapan usia. Nutrisi yang dibutuhkan manusia pada saat masih bayi akan berbeda dengan saat
sudah dewasa. Begitu halnya dengan tanaman, termasuk padi. Pada tahapan usia tertentu, padi
membutuhkan nutrisi khusus.
Saat padi masih berusia muda misalnya (0-2 minggu). Pada usia ini tanaman padi masih tumbuh
dengan lambat sehingga belum terlalu membutuhkan urea (N). Sebaliknya, padi muda sangat
membutuhkan fosfor (P), kalium (K), dan sulfur (S). Aturan ini juga berlaku saat memberikan
pupuk majemuk. Perhatikan usia tanaman padi sebelum memberikan pupuk dengan dua
kandungan yang berbeda (misal: pupuk SP sebaiknya diberikan pada saat padi masih muda).
Waktu pemberian pupuk juga berpengaruh
Cara pemupukan padi yang benar ternyata juga memperhatikan waktu pemberian pupuk. Ya,
Anda tidak bisa sembarangan memberikan pupuk. Menyebarkan pupuk pada waktu yang salah
bisa menyebabkan pupuk tidak terserap dengan baik dan tanaman padi pun tidak mendapatkan
nutrisi yang diperlukan.
Kapan waktu yang tepat untuk memberikan pupuk? Waktu yang paling baik untuk memberikan
pupuk adalah di pagi hari mulai pukul 8 hingga 10 pagi. Pada rentang waktu tersebut embun
sudah meninggalkan tanaman dan sinar matahari juga belum terlalu terik. Anda juga bisa
memberikan pupuk di sore hari (mulai pukul 16 hingga 17). Hindari memberikan pupuk di waktu
hujan atau mendung karena berpotensi menghilangkan pupuk.
Setiap tempat memiliki kebutuhan pupuk yang berbeda
Anda mungkin pernah mendapat rekomendasi cara pemupukan padi dari seorang rekan di
daerah lain. Cara tersebut berhasil dan bisa meningkatkan hasil panennya. Anda tentu akan
sangat tertarik untuk mencoba cara pemupukan padi tersebut. Namun tunggu dulu, belum tentu
cara tersebut akan berhasil untuk sawah dan tanaman padi Anda. Mengapa?
Hal ini dikarenakan tidak setiap tempat memiliki kebutuhan pupuk yang berbeda. Daerah yang
subur jelas akan membutuhkan pupuk lebih sedikit dibandingkan dengan daerah yang kering.
Kandungan zat hara pada tanah yang subur tentu lebih tinggi apabila dibandingkan dengan tanah
yang kering. Untuk itu, sebaiknya Anda benar-benar memahami seperti apa kondisi sawah atau
lahan yang dijadikan tempat menanam padi.
Jangan terlalu cepat dan jangan terlambat
Selain memperhatikan kondisi tanah, Anda juga harus mengetahui kapan tanaman
membutuhkan nutrisi dari pupuk. Jangan sampai terlalu cepat atau bahkan terlambat memberikan
pupuk pada tanaman padi. Hal ini justru akan membuat hasil panen menjadi kurang optimal.
Sebagai contoh, Anda sebaiknya memberikan pupuk N saat tanaman masuk usia 40 hari (saat
mulai membentuk malai atau gabah). Jangan berikan pupuk sebelum padi masuk usia tersebut
karena hanya akan membuat pembentukan malai kurang baik. Begitu halnya jika Anda terlambat
memberikan pupuk, padi tidak akan memberi hasil panen yang optimal.
Cara pemupukan padi adalah salah satu kunci untuk dapat mendapatkan panen yang optimal.
Anda bisa mengikuti empat panduan di atas untuk merasakan panen melimpah. Selamat
mencoba!
Anonim. 2019. Cara Pemupukan Padi yang Tepat untuk Optimalkan Hasil Panen.
https://kumparan.com/techno-geek/cara-pemupukan-padi-yang-tepat-untuk-optimalkan-hasil-
panen-1r1oDaOPPDM/full diakses pada 26/01/2021
Perangkat Uji Tanah Kering
Perangkat Uji Tanah Kering adalah suatu alat untuk menganalisis kadar hara tanah lahan kering,
dapat digunakan di lapangan dengan cepat, mudah, murah, dan cukup akurat. PUTK dirancang
untuk mengukur kadar P, K, C-organik, pH, dan kebutuhan kapur. Pupuk P dan K memegang
peran penting dalam peningkatan produksi tanaman selain pupuk N. Saat ini penggunaan pupuk
pada tanaman jagung belum rasional dan berimbang, sama halnya pada padi sawah. Pemupukan
yang rasional dan berimbang dapat tercapai apabila takaran pupuk memperhatikan status hara
tanah serta kebutuhan tanaman untuk mencapai hasil yang optimal. Pendekatan ini dapat
dilaksanakan dengan baik dan menguntungkan bila rekomendasi pemupukan didasarkan pada
hasil uji tanah. Di sebagian besar wilayah, rekomendasi pemupukan untuk tanaman pangan lahan
kering masih bersifat umum, baik jumlah maupun jenisnya, sehingga efisiensi pemupukan rendah
dan tidak berimbang. Petani biasanya mengikuti rekomendasi pemupukan yang ada pada
kemasan benih seperti jagung.
Praktek seperti ini pernah diterapkan oleh petani Thailand dan negara berkembang lainnya. Agar
pemupukan efisien dan berimbang maka rekomendasi pemupukan harus didasarkan pada uji
tanah, yaitu metode formulasi rekomendasi pemupukan dengan memperhatikan status dan
dinamika hara tanah serta kebutuhan tanaman untuk mencapai hasil yang optimal. Penetapan
sifat kimia tanah seperti P, K, bahan organik, dan kebutuhan kapur di laboratorium memerlukan
waktu lama dan mahal karena harus melalui tahapan yang baku, seperti persiapan contoh
(dikeringkan dan dihaluskan hingga diameter kurang dari 2 mm), ekstraksi berbagai bentuk
ketersediaan hara dalam tanah (terfiksasi, terserap lemah atau yang ada dalam larutan tanah),
serta penggunaan berbagai metode analisis dan peralatan yang cukup rumit. Untuk mengatasi
kesenjangan penerapan teknologi pemupukan berimbang, Balai Penelitian Tanah (Balittanah)
telah menyusun suatu perangkat bantu untuk menentukan kandungan (status) hara tanah yang
dapat dikerjakan di lapangan, disertai rekomendasi pemupukannya. Alat bantu ini dinamakan
Perangkat Uji Tanah Kering (PUTK). Penggunaan PUTK diharapkan dapat membantu petani
dalam menentukan takaran pupuk P, K, bahan organik, dan kapur untuk tanaman jagung, kedelai,
dan padi gogo secara tepat. PUTK merupakan alat bantu penetapan kadar hara P, K, dan bahan
organik serta kebutuhan kapur di lapang untuk lahan kering. Alat ini dirancang dan dikemas
sedemikian rupa agar mudah dibawa, sederhana pengerjaannya, hasilnya dapat diamati dalam
beberapa menit, serta tingkat ketelitiannya relatif tinggi. Hasil analisis PUTK selanjutnya akan
dikorelasikan dengan hasil analisis di laboratorium dan hasil penelitian kalibrasi uji tanah, agar
dapat digunakan untuk menetapkan rekomendasi pupuk dan kebutuhan kapur, serta tingkat
ketersediaan bahan organik tanah. Deskripsi PUTK PUTK terdiri atas satu set alat dan bahan
kimia untuk analisis kadar hara tanah lahan kering, yang dapat digunakan di lapangan dengan
relatif cepat, mudah, murah, dan cukup akurat. Alat dan bahan kimia tersebut dikemas dalam
satu tas dengan ukuran panjang 33 cm, lebar 15,5 cm, dan tinggi 17 cm. Setelah diisi pereaksi,
berat tas sekitar 3 kg sehingga mudah dibawa ke lapangan. Satu paket kemasan PUTK terdiri
atas: (a) satu set larutan ekstraksi untuk penetapan P, K, bahan organik, pH, dan kebutuhan
kapur; (b) peralatan pendukung; (c) bagan warna P dan pH tanah, bagan K, kebutuhan kapur dan
bahan organik tanah; serta (d) buku petunjuk penggunaan. Pengukuran Status Hara Cara
mengukur kadar hara P, K, Corganik, pH tanah, dan kebutuhan kapur diuraikan dalam Buku
Petunjuk Penggunaan. Secara garis besar, urutan penetapannya adalah sebagai berikut: •
Contoh tanah kurang lebih 1/2 sendok stainless dimasukkan ke dalam tabung reaksi. •
Ditambahkan pengekstrak dan diaduk dengan pengaduk kaca hingga tanah dan larutan
menyatu/homogen. Lakukan penambahan pengekstrak sesuai dengan urutannya. • Didiamkan
sekitar 10 menit hingga timbul warna. Warna yang muncul pada larutan jernih dibaca/dipadankan
dengan bagan warna yang disediakan. • Status hara P, K, dan C-organik tanah dikelompokkan
menjadi tiga kelas, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. • Rekomendasi pemupukan P, K, C-organik,
pH dan kebutuhan kapur ditentukan sesuai dengan bacaan status hara hasil pengujian. Contoh
cara penetapan pH tanah dan menentukan kebutuhan kapur adalah sebagai berikut: • Contoh
tanah sebanyak 0,5 sendok spatula dimasukkan ke dalam tabung reaksi, atau jumlah tanah
sebanyak 0,5 ml sesuai yang tertera pada tabung reaksi. • Ditambahkan 4 ml pereaksi pH1,
kemudian diaduk sampai homogen dengan pengaduk kaca. • Ditambahkan 1-2 tetes indikator
warna pereaksi pH-2. • Larutan didiamkan selama 10 menit hingga suspensi mengendap dan
terbentuk warna pada cairan jernih di bagian atas. • Warna yang muncul pada larutan jernih di
permukaan tanah dibandingkan dengan bagan warna pH tanah. • Untuk menentukan kebutuhan
kapur, tambahkan pereaksi kebutuhan kapur tetes demi tetes sampai muncul warna hijau (pH 6-
7). Jumlah tetes pereaksi kebutuhan kapur yang ditambahkan dihitung. Jumlah tetes yang
diperoleh menunjukkan jumlah kapur yang akan ditambahkan sesuai yang tertera pada Tabel 1.
Rekomendasi Kebutuhan Kapur Rekomendasi kebutuhan kapur untuk tanaman kedelai dan
jagung berkaitan dengan jumlah tetes yang diperlukan untuk mengubah warna larutan jernih yang
berwarna oranye (pH 4-5) sampai merah (pH < 4 1.000 500 4 – 8 1.500 750 > 8 2.000 1.000-
2.000 Kapasitas PUTK Satu set bahan kimia dalam PUTK dapat digunakan untuk menganalisis
50 contoh tanah. Jika dirawat dan ditutup rapat segera setelah digunakan maka masa
kedaluwarsa bahan kimia dalam PUTS berkisar antara 1-1,5 tahun. Jika salah satu atau beberapa
pengekstrak dalam PUTK habis, Balittanah menyediakan isi ulangnya. Harga bahan kimia untuk
isi ulang bergantung pada jenis penetapannya.
Manfaat PUTK Secara umum PUTK dapat digunakan untuk menilai status kesuburan tanah lahan
kering secara cepat. Tanah lahan kering umumnya mempunyai kandungan hara P, K, C-organik
rendah dan pH tanah masam. Penyebarannya cukup luas, terutama di luar Jawa. Upaya
melestarikan produktivitas lahan kering masam lebih berat dibandingkan tanah lahan kering di
dataran tinggi dengan bahan induk volkan yang umumnya berstatus hara tinggi. Manfaat secara
khusus adalah pemberian rekomendasi pupuk P, K, bahan organik dan kapur untuk tanaman
jagung, kedelai dan padi gogo dapat lebih tepat dan efisien sehingga menghemat pupuk serta
menghindari pencemaran lingkungan dari badan air (nitrat) dan dalam tanah (logam berat dari
pupuk). Penerapan pemupukan berimbang berdasar uji tanah dengan PUTK dapat menghemat
pemakaian pupuk secara nasional dan devisa negara. Jumlah pupuk yang diberikan untuk
masing-masing kelas status hara tanah berbeda sesuai kebutuhan tanaman. Pengembangan dan
Adopsi Paket Teknologi Pengembangan PUTK telah dilaksanakan hampir 3 tahun mulai tahun
2005. Pada tahun 2007 dilakukan validasi untuk tanaman jagung di empat lokasi, yaitu dua lokasi
di Lampung pada tanah Ultisol (Podsolik) dan dua lokasi di Jawa Barat pada tanah Andisol
(Andosol), yaitu di Pacet-Cianjur dan LembangBandung. Hasil validasi menunjukkan bahwa
takaran rekomendasi PUTK mampu menghasilkan pipilan kering lebih tinggi dibandingkan
dengan takaran rekomendasi petani, PKDSS, dan rekomendasi uji tanah. PUTK dapat
dioperasikan oleh penyuluh pertanian atau petani terlatih untuk mempermudah penerapannya di
tingkat petani. Namun sosialisasinya memerlukan bimbingan teknis dari peneliti Balittanah atau
BPTP setempat (Nurjaya dan Diah Setyorini). Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Balai
Penelitian Tanah Jalan Ir. H. Juanda No. 98 Bogor 16123 Telepon : (0251) 8321608 Faksimile :
(0251) 8321608 E-mail: soil-fertility@indo.net.id (anonim. 2008. Perangkat Uji Tanah Kering.
http://203.190.37.42/publikasi/wr305087.pdf diakses pada 26/01/2021)
Penduduk Indonesia merupakan konsumen terbesar beras di dunia, data Badan Pusat Statistik
(BPS) 2019 menunjukkan beras dikonsumsi sebanyak 270 juta jiwa di Indonesia dengan rata-
rata tingkat konsumsi sebesar 96,3 kg per kapita setiap tahun (Hadyan, Redza, 2020).
(https://ekonomi.bisnis.com/read/20200124/12/1193601/harga-beras-nasional-tinggi-ini-
penyebabnya diakses pada 26/01/2021).

Anda mungkin juga menyukai