B. Perkembangan psikososial
1. Tinjauan (Erikson)
a. Erikson menyatakan krisis psikososial yang dihadapi sebagai “Industri Versus Inferioritas”.
“Industri” yang dimaksud adalah kemampuan seorang anak dalam menguasai tugas
perkembangannya (kepandaian), sedangkan “Inferioritas” merupakan perasaan dimana seorang anak
merasa rendah diri dan kepercayaan dirinya turun akibat suatu kegagalan dalam memenuhi standar
yang ditetapkan orang lain untuk anak.
1. Hubungan dengan orang terdekat anak meluas hingga mencakup teman sekolah dan guru.
2. Anak usia sekolah secara normal telah menguasai tiga tugas perkembangan pertama
(kepercayaan, otonomi, dan inisiatif) dan saat ini berfokus pada penguasaan kepandaian (Industri).
3. Perasaan industri berkembang dari suatu keinginan untuk pencapaian.
4. Perasaan inferioritas dapat tumbuh dari harapan yang tidak realistis atau perasaan gagal
dalam memenuhi standar yang ditetapkan orang lain untuk anak. Ketika anak merasa adekuat, rasa
percaya dirinya akan menurun.
b. Anak usia sekolah terikat dengan tugas dan sktivitas yang dapat ia selesaikan.
c. Anak usia sekolah mempelajari peraturan, kompetensi, dan kerja sama untuk mencapai
tujuan.
d. Hubungan sosial menjadi sumber pendukung yang penting semakin meningkat.
E . Anak perlu mengetahui bahwa orang-orang akan mendengarkan mereka dan memahami
perkataannya.
3. Sosialisasi
a. Masa usia sekolah merupakan periode perubahan dinamis dan kematangan seiring dengan
peningkatan keterlibatan anak dan aktivitas yang lebih kompleks, membuat keputusan, dan kegiatan
yang memiliki tujuan.
b. Ketika anak usia sekolah belajar lebih banyak mengenai tubuhnya, perkembangan sosial
berpusat pada tubuh dan kemampuannya.
c. Hubungan dengan teman sebaya memegang peranan penting yang baru.
d. Aktivitas kelompok, termasuk tim olahraga, biasanya menghabiskan banyak waktu dan
energi.
4. Bermain dan mainan
a. Bermain menjadi lebih kompetetif dan kompleks selama periode usia sekolah.
b. Karakteristik kegiatan meliputi tim olahraga, klub rahasia, aktivitas “geng”, pramuka atau
organisasi lain. Puzzle yang rumit, koleksi, permainan papan, membaca dan mengagumi pahlawan
tertentu.
c. Peraturan dan ritual merupakan aspek penting dalam bermain dan permainan.
d. Mainan, permainan, dan aktivitas yang meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan
meliputi:
1. Permainan kartu dan papan bertingkat yang rumit
2. Buku dan kerajinan tangan
3. Musik dan seni
4. Kegiatan olahraga (mis:berenang)
5. Kegiatan tim
6. Video game (tingkatkan pemantauan orang tua terhadap isi permainan untuk menghindari
pajanan terhadap perilaku kekerasan dan seksual yang tidak dikehendaki).
5. Disiplin
a. Anak usia sekolah mulai menginternalisasikan pengendalian diri dan membutuhkan sedikit
pengarahan dari luar. Mereka melakukannya, walaupun membutuhkan orang tua atau orang dewasa
lain yang dipercaya untuk menjawab pertanyaan dan memberikan bimbingan untuk membuat
keputusan.
b. Tanggungjawab pekerjaan rumah tangga membantu anak usia sekolah merasa bahwa
mereka merupakan bagian penting keluarga dan meningkatkan rasa pencapaian terhadap prestasi
mereka.
c. Izin mingguan, diatur sesuai dengan kebutuhan dan tugas anak, membantu dalam
mengajarkan keterampilan, nilai, dan rasa tanggungjawab.
d. Ketika mendisiplinkan anak usia sekolah, maka orang tua dan pemberi asuhan lain harus
menyusun batasan yang konkret dan beralasan (memberikan penjelasan yang meyakinkan) serta
mempertahankan peraturan sampai batas minimal.
e. Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana kemampuan berpikir anak berkembang dan
berfungsi. Kemampuan kognitif dapat dipahami sebagai kemampuan anak untuk berpikir lebih
kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah. Kemampuan berpikir
anak berkembang dari tingkat yang sederhana dan konkret ke tingkat yang lebih rumit dan abstrak.
Menurut Piaget, masa kanak-kanak akhir berada dalam tahap operasi konkret dalam berpikir (usia 7-
12 tahun).
Piaget menemukan beberapa konsep dan prinsip tentang sifat-sifat perkembangan kognitif anak,
diantaranya:
1) Anak adalah pembelajar yang aktif.
Anak tidak hanya mengobservasi dan mengingat apa-apa yang mereka lihat dan dengar secara pasif,
tetapi mereka secara natural memiliki rasa ingin tahu tentang dunia mereka dan secara aktif berusaha
mencari informasi untuk membantu pemahaman dan kesadarannya tentang realitas tentang dunia
yang mereka hadapi.
2) Anak mengorganisasi apa yang mereka pelajari dari pengalamannya
Anak-anak tidak hanya mengumpulkan apa-apa yang mereka pelajari dari fakta - fakta yang terpisah
menjadi suatu kesatuan. Sebaliknya, anak secara gradual membangun suatu pandangan menyeluruh
tentang bagaimana dunia bergerak.
3) Anak menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi
Asimilasi terjadi ketika seorang anak memasukkan pengetahuan baru ke dalam pengetahuan yang
sudah ada, yakni anak mengasimilasikan lingkungan ke dalam suatu skema. Akomodasi terjadi ketika
anak menyesuaikan diri pada informasi baru, yakni anak menyesuaikan skema mereka dengan
lingkungannya.
4) Proses equilibrasi menunjukkan adanya peningkatan ke arah bentuk-bentuk pemikiran yang
lebih komplek.
Melalui proses asimilasi dan akomodasinya, sistem kognisi seseorang berkembang dari satu tahap ke
tahap selanjutnya, sehingga kadang-kadang mencapai keadaan equilibrium, yakni keadaan seimbang
antara struktur kognisinya dan pengalamannya di lingkungan.
C. Perkembangan Bahasa
Anak memiliki kemampuan yang lebih dalam memahami da menginterpretasikan komunikasi lisan
dan tulisan. Pada masa ini perkembangan bahasa nampak pada perubahan perbendaharaan kata dan
tata bahasa.
Anak-anak semakin banyak menggunakan kata kerja yang tepat untuk menjelaskan satu tindakan
seperti memukul, melempar, menendang, atau menampar. Mereka belajar tidak hanya untuk
menggunakan banyak kata lagi, tetapi juga memilih kata yang tepat untuk penggunaan tertentu. Area
utama dalam pertumbuahan bahasa adalah pragmatis, yaitu penggunaan praktis dari bahasa untuk
komunikasi.
Kohlberg menyatakan adanya 6 tahap perkembangan moral. Ke-enam tahap tersebut terjadi pada
tiga tingkatan, yakni tingkatan:
1. Pra-konvensional
Anak peka terhadap peraturan-peraturan yang belatar belakang budaya dan terhadap penilaian baik-
buruk, benar-salah tetapi anak mengartikannya dari sudut akibat fisik suatu tindakan.
2. Konvensional
Memenuhi harapan-harapan keluarga, kelompok atau agama dianggap sebagai sesuatu yang berharga
pada dirinya sendiri, anak tidak perduli apapun akan akibat-akibat langsung yang terjadi. Sikap yang
nampak pada tahap ini terlihat dari sikap ingin loyal, ingin menjaga, menjunjung dan member
justifikasi pada ketertiban.
3. Pasca-konvensional
itandai dengan adanya usaha yang jelas untuk mengartikan nilai-nilai moral dan prinsip-prinsip
yang sohih serta dapat dilaksanakan, terlepas dari otoritas kelompok atau orang yang memegang
E. Perkembangan Emosi
Emosi memainkan peran yang penting bagi perkembangan. Akibat dari emosi ini juga dirasakan oleh
fisik anak terutama bila emosi itu kuat dan berulang - ulang.
Hurlock menyatakan bahwa ungkapan emosi yang muncul pada masa ini masih sama dengan masa
sebelumnya, seperti: marah, takut, cemburu, ingin tahu, iri hati, gembira, sedih, dan kasih
sayang.Kebrutalan atau kebringasan anak nampak pada perilakunya, mereka menunjukkan suatu
perbuatan yang sering kali memerlukan bantuan orang lain. Misalnya, berkelahi, berbohong,
mencuri, dan merusak. Bentuk – bentuk tindakan tersebut merupakan ekspresi yang keluar dari
emosional yang terganggu.
Sekalipun demikian pada umumnya anak – anak berusaha merubahnya dan menutupi perilaku
mereka dengan mengemukakan alasan untuk dapat dipercaya oleh orang lain. Missal menutupi
kebohongannya dengan maksud menghindari hukuman karena perbuatannya.
Akan tetapi ketika anak telah berusia lebih dari 6 atau 7 tahun sekalipun mereka tetap membuat
cerita yang bohong, mereka merasa sadar dan tidak aman perasaannya. Oleh karena itu dia membuat
cerita yang muluk – muluk agar orang lain percaya kepadanya, dapat pila mereka lakukan berbuat
bohong tersebut karena untuk menyenangkan orang tuanya.
a. Emosi anak berlangsung relative lebih singkat (sebentar), hanya beberapa menit dan
sifatnya tiba-tiba.
b. Emosi anak kuat atau hebat. Hal ini terlihat bila anak: takut, marah atau sedang bersendau
gurau.
c. Emosi anak mudah berubah.
Maksud perkembangan sosial ini adalah pencapaian kematangan dalam hubungan atau interaksi
sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma
kelompok, tradisi, dan moral agama. Perkembangan social anak dipengaruhi oleh keluarga, teman
sebaya dan guru.
1. Kegiatan bermain
Bermain sangat penting bagi perkembangan fisik, psikis dan social anak. Dengan bermain anak
berinteraksi dengan teman main yang banyak memberikan berbagai pengalaman berharga. Bermain
secara kelompok memberikan peluang dan pelajaran kepada anak untuk berinteraksi, bertenggang
rasa dengan sesame teman.
2. Teman sebaya
Teman sebaya memberikan pengaruh pada perkembangan social baik yang bersifat positif maupun
yang negatif. Pengaruh positif terlihat pada pengembangan konsep diri dan pembentukan harga diri.
Pengaruh negatif membawa dampak seperti merokok, mencuri, membolos, menipu serta perbuatan
antisosial lainnya.
G. Perkembangan Spiritual
Pada masa ini, perkembangan penghayatan keagamaan ditandai dengan ciri- cirisebagai berikut:
Perkembangan seksualitas bukan hanya perilaku pemuasan seks semata, tapi juga mencakup
pembentukan nilai, sikap, perasaan, interaksi dan perilaku. Ketika anak menjalani perkembangan
seksualnya, mereka bukan berarti berpikir tentang seks seperti orang dewasa. Perkembangan
seksualitas juga menyentuh aspek emosi, sosial, budaya dan fisik.
Apa yang anak pelajari, pikir dan rasakan mengenai seks akan membentuk sikap dan perilaku
seksnya kelak. Maka, dalam perkembangan seksual anak, orang tua perlu memahami dan membantu
agar proses perkembangan seksual berjalan secara sehat. Anak biasanya mengetahui bahwa
memperhatikan tubuh orang lain dan masturbasi merupakan kegiatan yang dilakukan orang dewasa
secara pribadi.
Di umur ini anak masih bermain peran yang melibatkan perbedaan jenis kelamin karena rasa
keingintahuannya. Anak mulai mendengar dan memperhatikan kata-kata yang “berbau” seks, kadang
mereka menggunakan istilah-istilah tertentu yang mereka dapatkan dari teman-temannya. Mereka
masih merasa tertarik pada proses kehamilan dan persalinan.
Anak mulai memlih teman sejenis sebagai teman dekatnya. Anak sudah malu jika tidak berpakaian
dengan baik di depan orang lain dan juga di depan orang tuanya. Mereka mulai mengangkat topik
seks dalam obrolan atau gurauan dengan teman-temannya. Permainan “seksual” yang sering
diperankan adalah permainan bermain saling memperolok atau berpura-pura mengenai perkawinan
atau bermain peran “dokter-pasien/perawat”.
I. Bentuk-Bentuk Perilaku
Menyimpang pada Anak Sekolah Penyimpangan perkembangan kematangan sekolah :
a. Anak dengan gangguan membaca (disleksia) mengalami kesulitan besar untuk mengenali
kata, memahami bacaan, serta umumnya juga menulis ejaan. Masalah ini terus dialami hingga
dewasa. Gangguan ini terjadi 5-10 persen anak usia sekolah, tidak menghambat penderitanya untuk
berprestasi.
b. Gangguan menulis ekspresif menggambarkan hendaya dalam kemampuan untuk menyusun
kata tertulis (termasuk kesalahan ejaan, kesalahan tata bahasa atau tanda baca, atau tulisan tangan
yang buruk) yang cukup parah sehingga dapat sangat menghambat prestasi akademik atau aktivitas
sehari - hari.
c. Anak-anak dengan gangguan berhitung dapat mengalami kesulitan dalam mengingat fakta-
fakta secara cepat dan akurat, menghitung objek dengan benar dan cepat, atau mengurutkan angka-
angka dalam kolom-kolom.
Ciri-ciri khas peserta didik usia sekolah Ciri-ciri khas anak usia sekolah dasar :
1. Ada hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah
2. Suka memuji diri sendiri
3. Kalau tidak dapat menyelesaikan tugas atau pekerjaan, tugas atau pekerjaan itu dianggap
tidak penting
4. Suka membandingkan dirinya dengan anak lain, jika hal itu menguntungkan dirinya
5. Suka meremehkan orang lain
6. Perhatiannya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari
7. Ingin tahu, ingin belajar dan realistis
8. Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus
9. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah
10. Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama,
mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.
Kematangan sekolah Kematangan merupakan suatu potensi yang dibawa individu sejak lahir, timbul
dan bersatu dengan pembawaannya serta turut mengatur pola perkembangan tingkah laku individu.
Akan tetapi, kematangan tidak dapat dikategorikan sebagai faktor keturunan atau pembawaan karena
kematangan ini merupakan suatu sifat tersendiri yang umum dimiliki oleh setiap individu dalam
bentuk dan masa tertentu. Kematangan merupakan suatu hasil dari perubahan-perubahan tertentu dan
penyesuaian struktur pada diri individu seperti adanya kematangan jaringan-jaringan tubuh, saraf dan
kelenjar-kelenjar yang disebut kematangan biologis. Kematangan pada aspek meliputi keadaan
berfikir, rasa, kemauan, dan lain-lain. Kematangan sekolah merupakan kesiapan anak dalam
memasuki masa - masa sekolah.
Usia anak yang matang sekolah yaitu sekitar umur 7 tahun. Kriteria / kategori kematangan sekolah
adalah :
1. Anak sudah dapat menangkap masalah-masalah yang bersifat abstrak seperti matematika
dan angka-angka.
2. Anak sudah dapat menggambar dengan lebih rapi.
3. Anak sudah dapat mandi sendiri, berpakaian sendiri, menyisir rambut sendiri, mengikat tali
sepatu serta menyisir rambut dengan benar.
4. Anak sudah lebih mampu mengendalikan tubuhnya untuk duduk dan mendengarkan
pelajaran daripada masa sebelumnya, walaupun mereka lebih senang melakukan kegiatan fisik.
Izzaty, Rita Eka, dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press Purwanti,
Endang dan Nur Widodo. 2002. Perkembangan Peserta Didik. Malang: UMM Press
Sunarto dan Agung Hartono. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta
Yusuf, Syamsu dan Nani M. Sugandhi. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Rumini, Sri dan Siti Sundari. 2004. Perkembangan Anak & Remaja. Jakarta: PT Rineka Cipta
Silitonga, R. S., & Pardede, J. A. (2018). Parenting Patterns Related To Emotional Development of
Syamsu Yusuf dan Nani M. Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2011)
a.Mengerkajakan
tugas kelompok
b. Permainan
dengan gotong
royong dan
PSIKOSOSIAL tolong
menolong.
c. Tanggung
jawab tugas
kelompok
d. Menghargai
hak orang lain
yang berdeda
dengan diri
sendiri
As uhan keperawatan sehat jiwa 17
a.Menerima
nasehat
dari orang lain
b.Menerima
perbedaan
pendapat c.Kritis
terhadap
informasi
KOGNITIF d.Menceritakan
kelebihan diri
e. Berpikir
dirinya orang
yang sehat
danmenyenang
kan
f.Menyebutkan
a. Menepati
bentuk janji
benda
pada
dan fungsinya
kelompok b.
g. Menjawab
MORAL Melakukan
pertanyaan
kewajiban
sebab akibat
dan
h. Menjawab
menepati
*) isi pada kolom yang sesuai dengan usia klien soal
janji c.
penjumlahan
Mengikuti
peraturan
D. FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor biologis
Riwayat penyakit fisik yang lalu (alergi, trauma, infeksi, keganasan, degenerative, genetik, bawaan) : tidak ada
Riwayat dan perilaku ibu selama klien di kandungan (ante, intra, post natal) : tidak ada
Riwayat imunisasi lengkap tidak lengkap Jelaskan :
V
Riwayat Paparan terhadap gas dan racun, Tidak Tidak Ya, jelaskan :
ada
V
Riwayat gangguan tidur/istirahat Tidak ada _ As uhan keperawatan sehat jiwa 18
Riwayat Status gizi V Baik cukup kurang :
Riwayat Hospitalisasi V Tidak Ya, Jelaskan :
Riwayat gangguan hormonal V Tidak ada Jelaskan :
Riwayat seksual (aktifitas, fungsi, gangguan perilaku)
Riwayat penggunaan zat V Tidak Ya
kafein tembakau Alkohol obat-obatan, Jelaskan :
Riwayat pekerjaan dulu, Jelaskan : tidak ada
Riwayat reproduksi (kehamilan, persalinan, jumlah anak) Jelaskan : _tidak ada
Gaya hidup : baik
Faktor Psikologis
Motivasi V Tinggi rendah Jelaskan:
Pertahanan psikologi : kebiasaan koping yang digunakan : permain dalam kelompok,mengerjakan tugas kelompok,permainan dalam gotong royong dan tolong menolong bermain dan bercerita dengan
teman akbar,tanggung jawab tugas kelompok,mengharhargai hak orang lain yang berbeda dengan diri sendiri
Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan Jelaskan : tidak ada
Self kontrol
personal abili,sosial support,material asset,positive belief._
Konsep diri dahulu
Faktor-faktor Sosiobudaya
Riwayat Pendidikan
Pendapatan V Cukup kurang jelaskan
Riwayat pekerjaan Jelaskan : sd
Riwayat interaksi sosial : Keluarga orang tua Masyarakat
Riwayat Peran sosial : Keluarga
Latar belakang Budaya : jawa
Pertentangan nilai budaya V Tidak Ada, jelaskan
Riwayat Agama dan keyakinan : Islam dan Yakin kepada Allah SWT
Pandangan dan nilai yang dianut : nilai sosial, budaya, dan keagamaan
Kegiatan ibadah yang dilakukan : belajar sholat dan mengaji
Konflik nilai / keyakinan / budaya : Tidak ada
Riwayat Keikutsertaan dalam politik : V tidak ya Perannya apa
E. FAKTOR PRESIPITASI (stimulasi pertumbuhan & perkembangan)
1. Faktor biologis
Imunisasi V lengkap tidak lengkap jelaskan :
Nutrisi V Seimbang tidak seimbang jelaskan : tidak ada riwayat alergi dan Riwayat hospitalisasi,
Latihan motorik kasar V cukup Kurang jelaskan : lompatan tali atau karet,permainan engklek,menangkap dan melempar bola
Latihan motorik halus V cukup kurang jelaskan : menulis tulisan sambung,menggunting kertas dengan menggunakan pola yang sudah ada,menggambar atau
melukis dengan pencil warna
Nutrisi V Seimbang tidak seimbang jelaskan : Tdak ada riwayat alergi
• (> 12 th) Pemenuhan kepuasan fase diberikan kesempatan bergaul dengan lawan jenis tidak ya jelaskan :
genital
Psikososial
• (0-1,5 th) Membangun rasa percaya: mambantu anak bila minta dilakukan sendiri menyuruh orang lain membiarkan sering mengajak bicara
pertolongan
• (1,5-3 th) Meningkatkan otonomi memberi kesempatan anak mengeksplorasi lingkungan tidak menggendong anak terus
• (3-6 th) Merangsang inisiatif : memberi respon ya Tidak membiarkan ikut pekerjaan sederhana tidak, Overprotektif
pertanyaan anak
• (6-12 th) Mengembangkan percaya V mengikut sertakan anak dalam perlombaan dilatih ketrampilan baru
diri
• (12-20 th) Pembentukan identitas : memiliki cita-cita yang jelas dan ya tidak punya tokoh idola membangun solidaritas
realistis
• (20-30 th) Membangun hubungan intim : memiliki calon/pasangan Ya belum berkarir
hidup
komunikasi dengan teman intim Ya tidak melakukan kegiatan bersama orang lain ya tidak
• (30-60 th) Produktif : karir/pekerjaan sudah mapan Ya belum
Memberi kesempatan membimbing orang lebih Ya belum
muda
Kognitif
• (0-2 th ) Merangsang sensori melihatkan benda berwana bergerak, mengajak bicara/bercanda/ membedakan rasa
• (2-7 th) Mengembangkan persepsi/intuisi : warna anggota tubuh benda Melatih membaca, menulis, menggambar, berhitung
Mengenalkan
memberi kesempatan anak berbicara dan bercerita
• (7-11 th) Melatih menyelesaikan masalah konkrit melatih beberapa ketrampilan baru V Memberi tugas/perintah sederhana (rumah,sekolah)
• (> 11 th ) Melatih berfikir abstrak : melatih hubungan sebab akibat setiap kejadian melatih menyelesaikan masalah yang lebih kompleks
moral
• (4-9 th) melatih dan mengajarkan nilai- nilai As uhan keperawatan sehat jiwa 20
• (9-12 th) melatih dan mengajarkan nlai- agama sosial, budaya Memberikan reinforcement terhadap ketaatan Hukuman thd pelanggaran
nilai :
agama sosial, budaya V Memberikan dukungan Hukuman thd pelanggaran
G. SUMBER KOPING
KEMAMPUAN PERSONAL
Problem solving skill V Baik Kurang jelaskan …mencari solusi
untuk menjadi yang lebih Genogram:
baik………………….
Status Baik cukup rend
Kesehatan/energy V h
Sosial skill Baik cukup Kurang
V V
Intelegensia Genius superior Rata-rata
V V
Pengetahuan
Tumbuh baik cukup kuran
V kembang V g
Sistem baik cukup Kuran
V V
pendukung g Ke terangan:
Koping baik cukup Kuran
V V g : Laki-laki : pasi en
Pola asuh baik cukup Kuran
V V g
Konsep diri positif Negative : Perempuan
V
(citra diri, ideal diri, identitas, peran, harga diri) : garis pernikahan
DUKUNGAN SOSIAL
1. Dukungan : keluarga , kelompok, masyarakat (keluarga) : garis keturunan
2. Jaringan social (perkumpulan, organisasi,) (perkumpulan)
As uhan keperawatan sehat jiwa 22
3. Stabilitas Budaya : (jawa)
ASET MATERIAL
1. Kecukupan penghasilan untuk kebutuhan Kurang V Cukup lebih
2. kekayaan yang dimiliki Kurang Cukup kaya
V
V Terjangkau Tidak terjangkau Tidak ada
3. Pelayanan kesehatan
KEYAKINAN
1. Keyakinan dan nilai keyakinan yang berkaitan dengan agama,keyakinan kebudayaan klien yang berhubungan dengan kesehatan.
2. Motivasi : orang tuanya selalu memberikan dukungan yang positif pada anaknya.
3. Orientasi kesehatan : percaya dengan pelayanan kesehatan,persepsi yang baik terhadap tenaga kesehatan.
H. MEKANISME KOPING
V Bicara dengan orang lain V Aktivitas konstruktif
Membandingkan V Negosiasi
Mekanisme pertahanan ego : kemampuan beradaptasi dengna Lainnya
teman-teman disekolah
Mahasi swa
Nama:….
NIM: ….
Perawat
TINDAKAN KEPE RAWATAN : • mengkaji ketrampilan adaptasi psikososial anak