Disusun Oleh :
Nama : Salwa
Kelas : M7.4
Nim : 1847040026
2020
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT. Karena
berkat limpahan rahmat, taufik serta hidayah Nya kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “HUBUNGAN AKAL, WAHYU DAN INTUISI”.
Dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah “FILSAFAT”. Yang diberikan oleh
dosen.
Akhirnya makalah ini dapat kami selesaikan berkat bimbingan dan arahan
dari dosen pembimbingan yang memberikan bahan-bahan materi, dan kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan banyak
memberikan dukungan dan motivasi dalam penyusunan makalah ini.
Apabila dalam makalah ini banyak terdapat kekurangan, baik dari segi isi
maupun teknik penulisannya, untuk itu kami mengharapkan kritik, saran dan
bimbingan dari semua pihak untuk kebiakan dimasa yang akan datang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akal dan wahyu mempunyai peran yang sangat penting dalam perjalanan
hidup manusia. Wahyu yang diturunkan Allah kepada manusia yang berakal
sebagai petunjuk untuk mengarungi lika-luku kehidupan di dunia ini. Akal tidak
serta merata mampu memahami wahyu Allah, adalah panca indera manusia yang
menyertainya untuk dapat memahami wahyu yang diturunkan Allah. Dengan
demikian, ada hubungan yang erat antara wahyu sebagai kebenaran mutlak karena
berasal dari Tuhan dengan perjalanan hidup manusia.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
a. Akal
Akal adalah suatu alat spiritual atau rohaniah manusia yang berfungsi
untuk membedakan antara benar dan salah dan kemampuan untuk menganalisis
sesuatu pengalaman yang luas sangat tergantung dan tingkat pendidikan, formal
atau informal, pemilik manusia.
Akal adalah kemampuan pikir manusia sebagai kodrat alami yang dimiliki
manusia. Berpikir adalah perbuatan operasional yang mendorong untuk aktif
berbuat demi kepentingan dan peningkatan hidup manusia. Secara sederhana
dapat dikatakan bahwa fungsi akal adalah untuk berfikir. Kemampuan berfikir
manusia mempunyai fungsi mengingat kembali apa yang telah diketahui sebagai
tugas dasarnya untuk memecahkan masalah dan akhirnya membentuk tingkah
laku.
Harun Nasution- Kata akal berasal dari kata Arab “al-Aql” yang menjadi
kata Indonesia, dalam bentuk kata benda tidak ada dalam Al-quran, hanya bentuk
kata kerja al-Aqaluh 1 ayat, ya‟qiluha 1 ayat, ya‟qilun 22 ayat, ta‟qilun 24 ayat
dan na‟qilu 1 ayat, dalam arti mengertian dan paham.
3
Menurut Izutzu- kata “aql” di zaman jahiliyah di pakai dalam arti
kecerdasan praktis, yang dalam istilah psikologi modern disebutkan kecakapan
memecahkan masalah. Lebih lanjut disebutkan, bahwa kata “aql” masuk ke dalam
falsafah Islam dan mengalami perubahan arti.
Menurut Kant- bahwa apa yang kita katakan rasional itu adalah ide yang
masuk akal tapi menggunakan ukuran hukum alam. Dengan kata lain, pikiran
rasional adalah kebenaran yang diukur dengan hukum alam.
b. Wahyu
4
c. Intuisi
Sampai saat ini dipercaya bahwa intuisi yang baik dan tajam adalah syarat
agar seseorang dapat sukses dalam hidup. Oleh karena itu tidak mengherankan
jika banyak buku-buku mengenai kiat-kiat sukses selalu memasukkan strategi
mempertajam intuisi.
intuisi dalam bahasa sederhana bisa diartikan getaran hati (jiwa) akan
sesuatu hal (Kausalitas) yang dihadapi atau yang akan terjadi. Getaran hati atau
mungkin bisa juga diartikan "perasaan" akan sesuatu (itu) muncul atau terasa.
Akal (sehat) berpikir dan berbicara (sehat) akan membuat hati/perasaan sehat
(tenang), begitupun sebaliknya.
5
B. Fungsi Akal dan Wahyu
Akal pikiran manusia merupakan suatu nikmat dari Allah Swt yang tiada
tarana diberikan kepada manusia. Dengan akalnya manusia bisa berpikir dan
memikirkan apa yang terjadi di alam sekitar. Akal juga yang dapat membedakan
antara manusia dengan makhluk lainnya yangjuga berada di muka bumi ini.
Dengan akalnya, manusia bisa membedakan yang baik dan yang buruk, dan bisa
membedakan yang membahayakan dan menyenangkan pada dirinya.
6
dan rujukan epistemologi pengetahuan Islam sekaligus sebagai bentuk untuk
memperkuat eksistensinya.
Menurut Barok (2007: 47) hal ini bisa dicermati dari dasar teks, sumber,
dan karakteristiknya sebagai berikut:
7
parah. Sebabperkembangan sains yang dibangun itu tidak dilandasi dengan
nilai-nilai etik (Barok, 2007: 48).
Kemudian daripada itu, ilmu diperoleh oleh manusia dengan berbagai cara
dan dengan menggunakan berbagai alat. Menurut Juhaya S. Praja, pada dasarnya
terdapat dua cara pokok bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang
benar. Yang pertama adalah mendasarkan diri kepada rasio, dan yang kedua
mendasarkan diri kepada pengalaman. Yang pertama disebut paham rasionalisme,
dan yang kedua disebut paham empirisme. Pengetahuan jenis pertama disebut
logis, dan pengetahuan jenis kedua disebut empiris (Praja, 2005: 27).
8
ilmuwan yang kurang berpihak pada agama, seiring dibatasinya pengetahuan
ilmiah pada logis-empiris.
Ibn Taimiyyah membagi indera pada indera lahir, yakni panca indera yang
kita maklumi, dan indera batin, yakni intuisi hati. Terhadap teori
kasyfsebagaimana disinggung oleh Burhanuddin Salam di atas, Ibn Taimiyyah
juga memberikan kemungkinannya. Hanya menurutnya pengetahuan yang
diperoleh lewat ilham tersebut tidak boleh bertentangan dengan khabar yang
statusnya lebih kuat. Karena selain sama-sama berasal dari Allah swt, khabar ini
juga disampaikan kepada manusia pilihan-Nya, yaitu para Nabi. Sehingga jelas
apa yang disampaikan Allah swt kepada para Nabi lebih kuat kedudukannya
ketika berbenturan dengan ilham yang banyak di antaranya hanya berupa lintasan-
lintasan hati biasa dan tidak bisa dipertanggungjawabkan. Al-Ghazali
menyampaikan pendapat yang sama. Menurutnya, hakim dalam makna pemutus
benar tidaknya sesuatu itu ada tiga, yaitu hissî (indera), wahmî (intuisi), dan „aqlî
(akal).
9
pada dalil-dalil wahyu. Itu semua dikarenakan yang menjadi titik tekan al-Ghazali
dalam pembahasannya ini adalah hâkim dari diri manusia sendiri, bukan dari luar.
Akal ini kemudian dibedakannya lagi menjadi dua macam, yaitu akal
praktis („amilah) dan akal teoritis („alimah). Akal praktis akan mengontrol jiwa
kebinatangan, yang kalau berhasil maka jadilah seseorang itu berakhlak mulia,
dan sebaliknya. Sedangkan akal teoritis memiliki daya untuk menangkap arti-arti
murni, arti-arti yang tidak pernah ada dalam materi, mengetahui yang didominasi
oleh pengetahuan-pengetahuan yang abstrak, seperti Tuhan, ruh, malaikat; dan
dengan daya inilah akan timbul ma‟rifah.
Kemudian intuisi, sebagian orang menyebut hati (qalb) ini dengan intuisi.
Kalangan sufi mengklaim bahwa intuisi lebih unggul ketimbang akal. Hati dapat
memahami pengalaman langsung kadang-kadang tidak seperti yang
dikonsepsikan akal. Hati juga bisa mengenal objeknya secara lebih akrab dan
langsung.
10
Secara umum, yang paling banyak berkutat dengan masalah hati ini adalah
para sufi, tetapi filosofis besar Ibnu Sina juga tak ketinggalan membahas masalah
ini, seperti pada karyanya al-Isyarat wa al-Tanbihat pada bagian akhirnya. Ibnu
Sina mengatakan bahwa ketika akal hanya berkutat pada tataran kesadaran, hati
bisa menerobos ke alam ketidaksadaran (semisal alam ghaib) sehingga mampu
memahami pengalaman-pengalaman non inderawi atau yang diistilahkan dengan
ESP (entra sensory perception), termasuk pengalaman-pengalaman mistik atau
religius.
2) Pendekatan Irfani. Kata „irfan adalah bentuk masdar dari kata „arafa
yang berarti ma‟rifah ilmu pengetahuan. Kemudian „irfan lebih dikenal
sebagai terminologi mistik yang secara khusus berarti “ma‟rifah” dalam
11
pengertian “pengetahuan tentang Tuhan”. Kalau ilmu (pengetahuan
eksoterik) yakni pengetahuan yang diperoleh indera dan intelek melalui
istidlal, nazhar, dan burhan, maka „irfan (pengetahuan esoterik) yaitu
pengetahuan yang diperoleh qalb melalui kasyf, ilham, i‟iyan (persepsi
langsung), dan isyra. Aliran-aliran yang beragam dalam dunia Sufisme
atau Irfan memiliki kesatuan pandangan dalam permasalahan yang
esensial dan substansial ini dimana mereka menyatakan bahwa pencapaian
dan penggapaian hakikat segala sesuatu hanya dengan metode intuisi
mistikal dan penitian jalan-jalan pensucian jiwa, bukan dengan penalaran
dan argumentasi rasional, karena hakikat suatu makrifat dan pengetahuan
adalah menyelami dan meraih hakikat segala sesuatu lewat jalur
penyingkapan, penyaksian, intuisi hati, manifestasi-manifestasi batin, dan
penyaksian alam metafisika atau alam nonmateri dengan mata batin serta
penyatuan dengannya.
12
ayat-ayat yang mengungkapkan tentang pengetahuan yang bersumber pada
intuisi (hati atau perasaan) terdalam. Van Peursen mengatakan bahwa akal
budi tidak dapat menyerap sesuatu, dan panca indera tidak dapat
memikirkan sesuatu. Namun, bila keduanya bergabung timbullah
pengetahuan, sebab menyerap sesuatu tanpa dibarengi akal budi sama
dengan kebutaan, dan pikiran tanpa isi sama dengan kehampaan. Burhani
atau pendekatan rasional argumentatif adalah pendekatan yang
mendasarkan diri pada kekuatan rasio melalui instrumen logika (induksi,
deduksi, abduksi, simbolik, proses, dll.)
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akal adalah kemampuan pikir manusia sebagai kodrat alami yang dimiliki
manusia. Berpikir adalah perbuatan operasional yang mendorong untuk aktif
berbuat demi kepentingan dan peningkatan hidup manusia. Wahyu (bahasa Arab:
) ال وحيadalah hubungan maknawi antara pribadi seorang nabi dengan alam gaib
yang dengan itu pesan Ilahi tersampaikan kepada nabi tersebut, baik pesan
tersebut tersampaikan melalui perantara maupun tanpa perantara. Dalam ilmu
teologi, hal tersebut dinamakan wahyu "tasyri'i" atau wahyu "risali" yang
dikhususkan untuk para nabi yang mana hal ini berbeda dengan ilham dan
"tahdits". Dalam terminologi agama, wahyu adalah hubungan maknawi antara
pribadi seorang nabi dengan alam gaib yang dengan itu pesan Tuhan tersampaikan
kepada nabi tersebut. Intuisi adalah istilah untuk kemampuan memahami sesuatu
tanpa melalui penalaran rasional dan intelektualitas.
B. Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
https://www.gurupendidikan.co.id/akal/
https://id.wikishia.net/view/Wahyu
https://id.wikipedia.org/wiki/Intuisi
https://core.ac.uk/download/pdf/266977069.pdf
file:///C:/Users/Us/Downloads/Documents/48-Article%20Text-90-1-10-
20171208.pdf
15
NAMA : SALWA Tugas : Filsafat Pendidikan soal
KELAS : M7.4
NIM : 1847040026
16
4. Jelaskan pengertian intuisi beserta contohnya?
Jawab :
Intuisi adalah istilah untuk kemampuan memahami sesuatu tanpa
melalui penalaran rasional dan intelektualitas. Sepertinya
pemahaman itu tiba-tiba saja datangnya dari dunia lain dan di luar
kesadaran. Misalnya saja, seseorang tiba-tiba saja terdorong untuk
membaca sebuah buku. Ternyata, di dalam buku itu ditemukan
keterangan yang dicarinya selama bertahun-tahun.
5. Bagaimana cara manusia mengatasi setiap kesulitan-kesulitan yang
dihadapinya?
Jawab :
Cara manusia mengatasi setiap kesulitannya adalah dengan akalnya
membuat perencanaan dalam hidupnya melakukan pengkajian dan
penelitian yang akhirnya menjadikan manusia sebagai mahluk yang
unggul di muka bumi ini. Karena akalnya manusia dapat diakui sebagai
khalifah dimuka bumi ini dari sinilah bisa dirasakan betapa hebatnya akal
yang telah dianugerahkan kepada manusia.
17
Jawab :
Pertama, memiliki orientasi teosentris. Artinya ilmu tersebut
mengemban atau memiliki nilai-nilai Ketuhanan, sebagai nilai yang dapat
memberikan kesejahteraan dan kedamaian bagi semua makhluk, dan juga
ilmu tersebut tidak boleh menyimpang dari ajaran-ajaran Allah.
Kedua, terikat nilai karena nilai dapat memberikan penghargaan
yang tinggi kepada manusia dan lingkungannya.
18