Disusun oleh :
Puteri Pricilya Abigael Lagha C11116371
Nitha Sarina C11116378
Residen Pembimbing :
dr. Deisy Chrisanty Betah
Supervisor Pembimbing :
dr. Uleng Bahrun, Sp.PK (K), Ph.D
Mengetahui,
Supervisor Pembimbing,
Residen Pembimbing,
2
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan 2
Daftar Isi 3
Bab I Pendahuluan 4
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1 Defenisi 5
2.2 Epidemiologi 6
2.3 Etiologi 8
2.4 Patogenesis 9
2.5 Manifestasi Klinis 12
2.6 Pemeriksaan Laboratorium 14
2.7 Tatalaksana 16
2.8 Pencegahan 19
2.9 Komplikasi 19
2.10 Prognosis 20
Bab III Kesimpulan 21
Daftar Pustaka 22
BAB I
PENDAHULUAN
Artritis gout merupakan salah satu penyakit metabolisme yang
sebagian besar biasanya terjadi pada laki-laki usia paruh baya sampai lanjut
dan perempuan dalam masa post-menopause. Penyakit metabolik ini
disebabkan oleh penumpukan monosodium urate monohydrate crystals pada
sendi dan jaringan ikat tophi. Berdasarkan onsetnya, artritis gout dibagi
menjadi dua, yaitu episode akut dan kronik. Secara epidemiologi, variasi
prevalensi dipengaruhi oleh lingkungan, pola makan, dan pengaruh
genetik.1,27
Epidemiologi artritis gout lebih banyak dijumpai pada laki-laki
dibandingkan perempuan. Estimasi prevalensi menyatakan bahwa sebesar
5,9% artritis gout terjadi pada laki-laki dan 2% terjadi pada perempuan.
Pada laki-laki kadar asam urat meningkat pada masa pubertas, dan puncak
onset artritis gout pada decade keempat hingga keenam masa kehidupan.
Namun artritis gout pada laki-laki juga dapat terjadi lebih awal jika mereka
memiliki predisposisi genetic dan memiliki faktor resiko. Penelitian
mengatakan bahwa orang yang berumur diantara 70-79 tahun memiliki
resiko 5 kali besar dibandingkan dengan yang berusia dibawah 5 tahun.
Prevalensi gout tertinggi pada kalangan lanjut usia dikaitkan dengan
insufisiensi renal atau gangguan metabolisme purin.2,28
Gejala yang khas pada artritis gout adalah adanya keluhan nyeri,
bengkak, dan terdapat tanda-tanda inflamasi pada sendi metatarsal-
phalangeal ibu jari kaki (atau yang disebut dengan podagra). Artritis gout
fase akut menyebabkan morbiditas yang tinggi, namun apabila diterapi
segera setelah munculnya gejala dapat menghasilkan prognosis yang baik.
Pada fase kronik, gout dapat menyebabkan destruksi sendi yang berat dan
gangguan ginjal.2,29
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi
2.2 Epidemiologi
2.4 PATOGENESIS
Bukti adanya kristal urat dari cairan sinovial atau dari topus
melalui mikroskop polarisasi sudah membuktikan, bagaimanapun juga
pembentukan topus hanya setengah dari semua pasien dengan gout.18
2.6.1 Analisis Profil Hematologi (Darah Rutin)
2.7 PENATALAKSANAAN
2.8 PENCEGAHAN
Asam urat dikeluarkan dari tubuh sebagian besar melalui
urin, maka cara yang paling sederhana sebagai pencegahan dini yaitu
dengan banyak minum air putih dan menghindari makanan dengan
kandungan purin yang tinggi. Terdapat juga terapi farmakologi yang
bisa digunakan sebagai pencegahan dini yaitu dengan mengonsumsi
kolkisi yang tentunya memerlukan pemantauan dari dokter.2
2.9 KOMPLIKASI
Komplikasi dari Artritis Gout meliputi Severe Degenerative
Arthritis, infeksi sekunder, batu ginjal dan fraktur pada sendi. Sitokin,
kemokin, protease, dan oksidan yang berperan dalam proses inflamasi
akut juga berperan pada proses inflamasi kronis sehingga
menyebabkan sinovitis kronis, dekstruksi kartilago, dan erosi tulang.
Kristal monosodium urat dapat mengaktifkan kondrosit untuk
mengeluarkan IL-1, merangsang sintesis nitric oxide dan matriks
metaloproteinase yang nantinya menyebabkan dekstruksi kartilago.
Kristal monosodium urat mengaktivasi osteoblas sehingga
mengeluarkan sitokin dan menurunkan fungsi anabolik yang nantinya
berkontribusi terhadap kerusakan juxta artikular tulang.25
Artritis gout telah lama diasosiasikan dengan peningkatan
risiko terjadinya batu ginjal. Penderita dengan artritis gout membentuk
batu ginjal karena urin memilki Ph rendah yang mendukung terjadinya
asam urat yang tidak terlarut. Terdapat tiga hal yang signifikan
kelainan pada urin yang digambarkan pada penderita dengan uric acid
nephrolithiasis yaitu hiperurikosuria (disebabkan karena peningkatan
kandungan asam urat dalam urin), rendahnya Ph (yang mana
menurunkan kelarutan asam urat), dan rendahnya volume urin
(menyebabkan peningkatan konsentrasi asam urat pada urin.26
2.10 PROGNOSIS
Artritis gout sering dikaitkan dengan morbiditas yang cukup
besar, dengan episode serangan akut yang sering menyebabkan
penderita cacat. Namun, artritis gout yang diterapi lebih dini dan benar
akan membawa prognosis yang baik jika kepatuhan penderita terhadap
pengobatan juga baik.25
BAB III
KESIMPULAN
Penyakit artritis gout adalah penyakit inflamasi sendi yang
ditandai dengan penumpukan kristal monosodium urat di dalam ataupun di
sekitar persendian. Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya
deposit atau penimbunan kristal asam urat dalam sendi, dapat disebabkan
karena metabolisme asam urat abnormal dan kelainan metabolik dalam
pembentukan purin maupun ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal.
Nyeri artritis gout akut pertama umumnya terjadi di daerah
metatarsophalangeal secara tiba-tiba disertai sendi yang mengalami eritema,
bengkak, dan hangat. Diagnosis pasti dari artritis gout ditentukan hanya
dengan membuktikan adanya kristal asam urat dalam cairan sinovia/bursa
atau tophus. Diagnosis dapat dikonfirmasi melalui aspirasi persendian yang
mengalami inflamasi akut atau dicurigai topus. Pemberian terapi pada
Artritis Gout Akut harus ditangani secepatnya. Terapi diberikan secara
farmakologi maupun non-farmakologi. Dalam pencegahan dini Artritis Gout
cukup dengan mengubah pola hidup sehat dengan mengurangi konsumsi
makanan yang mengandung purin yang tinggi. Jika Artritis Gout ditangan
secara cepat dan tepat, maka akan memiliki prognosis yang baik serta
mengurangi terjadinya peluang pasien terkena cacat.
DAFTAR PUSTAKA
10. Doherty, M. New Insights Into The of Gout. Oxford Journals. 2009,
ii2-ii8.
11. Tehupeiory, ES 2006, Artritis Gout dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, FKUI, Jakarta pp. 1208-1210
15. Neogi, T 2011, Clinical Practice of Gout, The New England Journal
of Medicine, pp. 443-447
18. Firestein GS, Budd RC, Harris ED, Rudy S,Sergen JS. (eds) Kelley’s
Textbook of Rheumatology, 8th ed. W.B Saunders, Philadelphia.
2009:1481-1506.
27. Firestein GS, Budd RC, Harris ED, Rudy S,Sergen JS. (eds) Kelley’s
Textbook of Rheumatology, 8th ed. W.B Saunders, Philadelphia.
2009:1481-1506.