Anda di halaman 1dari 11

MKALAH KEWIRAUSAHAAN TENBTANG IMPLEMENTASI KEWIRAUSAHAAN DI BIDANG KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH

NAMA:OLIVIA FEBRIANI

NIM:19736

POLITEKNIK AISYIYAH SUMATERA BARAT TAHUN AJARAN 2020-2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas rahmat dan hidayah-Nya saya bisa menyelesaikan
makalah "IMPLEMENTASI KEWIRAUSAHAAN DI BIDANG KEPERAWATAN ” untuk menyelesaikan tugas
Kewirausahaan .Makalah ini saya susun berdasarkan bahan yang kami gunakan. Dalam rangka
meningkatkan proses belajar mandiri, kami sebagai mahasiswa dituntut untuk selalu kreatif dalam
belajar dan mengembangkan potensi diri.

Saya menyadari bahwa walaupun telah bekerja keras untuk menyusun makalah ini namun tidak akan
mungkin menjadi lebih baik tanpa masukan pihak lain. Untuk itu kamimengharapkan kepada semua
pihak agar memberikan masukan demi perbaikan makalah ini.

Padang, 22 januari 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................ii

BAB I: PENDAHULUAN........................................................................1

LATAR BELAKANG.............................................................1

RUMUSAN MASALAH.........................................................1

BAB II:PEMBAHASAN............................................................................2

2.1.Keseimbangan antara kualitas dan akses pelayanan kesehatan ...............................2

2. 2. Dampak Teknologi..........................................3

2.3. Penanggung Jawab Mutu..........................................4

2.4. Isu Etik dengan Insentif Keuangan.....................................4

2.6 Sistem Legal Sebagai Standar dan Panduan Pengguna.............. 5

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................8
ii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG

Keperawatan bukanlah profesi yang statis dan tidak berubah melainkan profesi yang terus bergerak
menuju masa depan. Profesi tersebut terus berkembang secara terus menerus sejalan dengan
perkembangan dinamika masyarakat, globalisasi, dan tantangan ekonomi. Dinamika keperawatan juga
sejalan dengan masyarakat yang berubah, sehingga pemenuhan dan metode perawatan berubah,
karena perubahan gaya hidup.

Perubahan dunia keperawatan yang diharapkan harus disesuaikan dengan keadaan dan lingkungan
sosial di Indonesia. Namun, perubahan tersebut bukanlah perkara mudah. Jalan menanjak penuh
tantangan harus dihadapi bahkan ketika memulai menjalani perubahan tersebut.

Nursepreneur sebagai agent of change harus berusaha menunjukkan jati diri menghadapi banyak
tantangan global saat ini baik tantangan internal maupun eksternal. Tantangan tersebut semakin
meningkat seiring tuntutan menjadikan profesi perawat yang dihargai profesi lain dan khalayak umum.
Salah satu tantangan yang patut mendapat perhatian khusus bagi seorang nursepreneur yaitu dampak
konsep entrepreneurship dalam bidang keperawatan yang erat kaitannya dengan profesionalisme
pelayanan keperawatan kepada masyarakat.

Tantangan tersebut sudah seharusnya disikapi secara serius oleh seorang nursepreneur agar
keperawatan di Indonesia ke depan lebih siap untuk berkompetisi di era globalisasi. Beberapa dampak
entrepreneurship dalam bidang keperawatan antara lain: keseimbangan antara kualitas dan akses
pelayanan kesehatan, dampat teknologi, penanggung jawab mutu pelayanan keperawatan, serta isu etik
dengan insentif keuangan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Keseimbangan antara kualitas dan akses pelayanan kesehatan

Dengan jiwa entrepreneurship, masalah sehari-hari yang dihadapi perawat dapat menjadi uang. Hal
tersebut dikarenakan seorang nursepreneur memiliki orientasi pada keuntungan. Sebagai contoh,
masalah menumpuknya botol infus bekas, abocate yang tak terpakai, penunggu pasien, terpisahnya
orang tua yang sakit dengan anak, dan sebagainya.

Semua hal tersebut dapat dijadikan ladang menggali keuntungan perawat dalam menjalankan bisnisnya.
Sehingga hal yang dikhawatirkan ketika perawat mengimplementasikan bisnisnya akan berdampak pada
keseimbangan antara kualitas pelayanan kesehatan dan akses keterjangkauan masyarakat terhadap
pelayanan tersebut. Pelayanan kesehatan akan mengalami perubahan paradigma dari berorientasi
kemanusiaan bergeser ke orientasi bisnis.

Paradigma pelayanan kesehatan yang berorientasi ke bisnis menuntut tidak hanya berorientasi
kemanusiaan tapi juga berorientasi pada keuntungan. Pada akhirnya pelayanan kesehatan pun tidak
dikelola dengan profesional. Kualitas pelayanan kesehatan, keterjangkauan biaya oleh klien,
peningkatan kualitas, serta kuantitas sarana medis menjadi hal yang rawan ketika terjadi pergeseran
paradigma pelayanan kesehatan yang berorientasi ke bisnis.

Perawat yang memiliki jiwa entrepreneurship juga dikhawatirkan akan berdampak pada pelayanan
keperawatan yang diberikan kepada pasien. Nursepreneur akan sibuk berorientasi pada keuntungan
semata dalam memberikan asuhan keperawatan ke pasien. Pelayanan kesehatan kepada pasien menjadi
seadanya dan tidak sesuai standar asuhan keperawatan yang sudah ditetapkan ketika tidak ada nilai
keuntungan yang akan didapatkan.

Jika mereka tidak berorientasi pada keuntungan akibat pelayanan yang diberikannya, maka mereka akan
kehilangan sumber pemasukan tambahan dari pelayanan kesehatan yang telah diberikan. Padahal,
keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-
sosial-spiritual yang komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga, dan masyarakat, baik sakit
maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia .

2. 2. Dampak Teknologi

Memasuki dunia usaha yang makin kompetitif, seorang nursepreneur harus memiliki kecerdasan
menangkap peluang usaha. Dunia usaha zaman sekarang telah melahirkan kreatifitas dan inovasi yang
cukup tinggi. Dunia marketing atau pemasaran saat ini sudah bertransformasi, dari media tradisional ke
media digital.

Oleh karena itu, seorang nursepreneur harus melek teknologi. Bayangkan jika seorang nursepreneur
tidak dapat menggunakan komputer. Padahal, perkembangan teknologi begitu pesat dewasa ini.
Kehadirannya membawa suatu perubahan yang berarti. Segala hal menjadi terasa lebih praktis dan
serba instan.

Nursepreneur yang memiliki kreaktivitas dan kemampuan dalam memanfaatkan sesuatu untuk
dikembangkan menjadi peluang usaha baru mempunyai peranan penting dalam menciptakan inovasi
teknologi dalam bidang keperawatan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Contohnya saja
saat ini sudah diterapkan teknologi dalam pelayanan asuhan keperawatan seperti sistem registrasi
online, penggunaan robot untuk merawat pasien, telenursing, dan berbagai hal lainnya. Dengan
teknologi tersebut, perawat dapat melakukan pengumpulan database pasien, organizer, mengakses
secara cepat informasi tentang obat dan penyakit, perhitungan kalkulasi obat dan juga bisa digunakan
untuk membuat rencana asuhan keperawatan.

Selain itu, perawat sebagai salah satu bagian dari tenaga kesehatan yang meliputi pelayanan terhadap
masyarakat mulai dari tahap promotif, preventif, sampai rehabilitatif, dapat menggunakan teknologi
sebagai promosi kesehatan yang efektif dan bisa diakses oleh siapapun.

Kemajuan teknologi di bidang keperawatan memang dapat memberikan banyak manfaat terutama
dalam pemerataan akses dan informasi terhadap kesehatan, namun banyak juga pihak yang khawatir
terhadap dampak buruk yangakan ditimbulkannya dari kemajuan teknologi kesehatan tersebut.

Contohnya adalah berkembangnya teknologi tentang penyedia informasi kesehatan atau alat diagnosa
kesehatan yang dapat digunakan sendiri sehingga membawa kekhawatiran terhadap eksistensi profesi
perawat di tengah-tengah masyarakat. Bagaimanapun teknologi tetaplah sebuah alat untuk kehidupan
manusia, jika tidak bijak menggunakannya tetap akan membawa keburukan untuk kehidupan manusia

2.3. Penanggung Jawab Mutu

Pada era bisnis modern saat ini, rumah sakit dihadapkan pada dua pilihan besar, yaitu fungsi pelayanan
kesehatan dan bisnis murni (profit orientated). Bahkan rumah sakit swasta yang jelas berorientasi pada
bisnis yang kental dalam industri pelayanan kesehatan ini harus berjuang untuk tetap survive dari lahan
yang harus dikelola dengan mindset bisnis. Padahal rumah sakit memiliki tanggung jawab besar di
bidang kesehatan serta dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan bermutu tinggi dari
masyarakat. Tanggung jawab moral rumah sakit sudah seharusnya lebih mengedepankan
profesionalisme, bukan untuk orientasi kapitalisme semata.

Peningkatan mutu sebagai salah satu upaya merupakan tujuan fundamental dari pelayanan kesehatan,
yakni melindungi pasien, tenaga kesehatan, dan organisasi tersebut. Mutu tidak akan pernah dicapai
dalam jangka waktu yang singkat. Hal tersebut memerlukan waktu yang sangat bervariasi tergantung
dari standar mutu yang diinginkan.

Hal tersebut merupakan suatu proses dengan output akan dapat terlihat pada program jangka
menengah ataupun program jangka panjang. Mutu pelayanan kesehatan yang tinggi dapat diwujudkan
dalam bentuk pelayanan prima di bidang kesehatan, khususnya dalam bidang keperawatan.
Profesionalisme perawat sangat diharuskan untuk memberikan pelayanan komprehensif yang mampu
memuaskan konsumen dan mampu menciptakan loyalitas pelanggan.

Profesionalisme perawat tersebut akan diukur melalui proses akreditasi ataupun evaluasi mutu yang
lain. Profesionalisme pelayanan keperawatan merupakan pekerjaan terpenting yang harus dilakukan
profesi perawat dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Profesionalisme pelayanan
keperawatan merupakan proses pengakuan terhadap perawat yang dinilai dan diterima secara spontan
oleh masyarakat sehingga diharapkan dapat merubah pandangan masyarakat sedikit demi sedikit.

Proses tersebut tidaklah semudah membalikkan tangan. Profesionalisme perlu dipersiapkan dengan
baik, berencana, berkelanjutan. Selain itu, profesionalisme juga memerlukan waktu yang lama agar
perawat dapat belajar untuk bekerja lebih baik.

Perawat harus mampu menyuguhkan profesionalisme pelayanan kepada masyarakat. Perawat dapat
merubah pandangan masyarakat dengan cara berperilaku baik, pemberian intervensi yang bertanggung
jawab, serta tunjukkan sikap profesional. Perawat dituntut mengembangkan potensi diri untuk
berpartisipasi aktif dalam sistem pelayanan kesehatan di Indonesia sesuai dengan tuntutan profesi dan
kebutuhan masyarakat agar keberadaan profesi perawat mendapat pengakuan dari masyarakat.

Perawat juga harus menjadikan tantangan tersebut sebagai pemicu adrenalin untuk membuktikan jati
diri sebagai seorang perawat yang profesional dengan segala atribut yang menyertai proses
profesionalisme perawat. Pada akhirnya, masyarakat akan menilai wajar terhadap orientasi bisnis yang
disuguhkan rumah sakit seiring dengan peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang diterima.

2.4. Isu Etik dengan Insentif Keuangan

Perkembangan dunia entrepreneurship yang pesat membawa dampak yang luas dalam berbagai aspek
termasuk pelayanan kesehatan. Hal yang wajar ketika lembaga pelayanan kesehatan pada umumnya
atau rumah sakit pada khususnya memperoleh keuntungan dari proses penyembuhan yang mereka
lakukan, asalkan berada dalam batas-batas norma yang ada. Norma–norma yang termaktub dalam kode
etik rumah sakit, yang mencerminkan bagaimana bisnis rumah sakit dijalankan sehingga pada akhirnya
rumah sakit dapat memperoleh kepercayaan dari masyarakat.

Weber (2001) dalam buku berjudul Business Ethics in Health Care: Beyond Compliance berpendapat
bahwa dalam menjalankan etika, lembaga pelayanan kesehatan harus memperhatikan tiga hal yaitu: (1)
sebagai pemberi pelayanan kesehatan; (2) sebagai pemberi pekerjaan; dan (3) sebagai warga negara.
Weber menyatakan bahwa tiga hal tersebut merupakan ciri–ciri organisasi pelayanan kesehatan yang
membedakannya dengan perusahaan biasa. Dasar etika bisnis pelayanan kesehatan adalah komitmen
memberikan pelayanan terbaik dan menjaga hak-hak pasien (Trisnantoro, 2009).

Berdasarkan buku Weber (2001) juga terdapat sebagian etika bisnis pelayanan kesehatan yang
berhubungan langsung dengan prinsip-prinsip ekonomi yaitu biaya dan mutu pelayanan, insentif untuk
pegawai, kompensasi yang wajar, dan eksternalitas (Trisnantoro, 2005). Pelayanan keperawatan juga
merupakan bagian pelayanan kesehatan sehingga isu etika kesehatan juga menjadi isu etika
keperawatan. Ciri-ciri tersebut dapat dipergunakan sebagai pedoman bagi nursepreneur dalam
menyusun strategi membangun atau mengembangkan bisnisnya.

Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien, tidak dapat dihindarkan munculnya insentif
keuangan untuk dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang berhubungan dengan besarnya revenue
rumah sakit atau berdasarkan kinerja keuangan rumah sakit.

Sebagai bagian dari etika bisnis, rumah sakit harus memberikan gaji dan pendapatan lain yang cukup
untuk sumber daya yang bekerja di rumah sakit. Rumah sakit sebagai layaknya lembaga tempat bekerja
harus memberikan kompensasi bagi stafnya secara layak.

Namun, fakta yang terjadi saat ini, suatu tindakan tidak etis ketika pihak rumah sakit menggaji perawat
berdasarkan upah minimum pekerja karena perawat mempunyai risiko tinggi tertular penyakit dan
mempunyai pola kerja shift merupakan risiko hidup tidak sehat. Padahal, pada kasus lain, petugas
bagian Radiologi telah mendapatkan tunjangan khusus dan pemberian makanan tambahan untuk
menghadapi risiko akibat radiasi.

Rumah sakit pemerintah pun saat ini menganggap hal biasa jika gaji dan pendapatan perawat rendah.
Hal tersebut merupakan pengaruh konsep misionarisme masa lalu yang menempatkan para perawat
sebagai pegawai misi yang bekerja bukan atas dasar profesionalisme tapi berdasarkan motivasi surgawi.
Dampak penerapan tersebut menjadikan perawat diperlakukan sebagai aparat pemerintah, bukan
sebagai profesional.

Akibatnya untuk mendapatkan pendapatan lain, perawat tidak hanya pada satu rumah sakit. Dalam hal
ini, rumah sakit, sebagai tempat bekerja, berperilaku tidak etis dalam hal mengatur pendapatan
perawat. Ketidaketisan tersebut terutama dalam memberikan kompensasi jauh di bawah standar
profesional. Memang masalah penting dalam hal ini berkaitan dengan berapa standar pendapatan
perawat. Tanpa standar pendapatan tersebut sulit bagi rumah sakit dan para profesional melakukan
penilaian mengenai masalah tersebut.

Selain itu, sistem pembayaran insentif eksklusif yang diberikan rumah sakit kepada dokter, dimana
dokter dibayar berdasarkan tindakan yang dilakukan (fee for service). Namun hal tersebut, tidak berlaku
bagi tenaga kesehatan lainnya termasuk perawat. Padahal, dalam etika bisnis pemberian insentif
sebaiknya dilakukan berdasarkan kriteria mutu tertentu yang mempengaruhi kinerja pelayanan
kesehatan.
Suatu hal yag memprihatinkan apabila dokter sering meninggalkan pasien di rumah sakit untuk bekerja
di tempat lain. Mereka justru mendapat insentif tinggi karena senioritas bukan pada jumlah maupun
mutu pekerjaan. Oleh karena itu, penting bagi seorang nursepreneur memahami etika bisnis dan etika
keperawatan dalam menjalankan bisnisnya terutama kaitannya dengan sistem insentif keuangan.

Ketika membangun atau mengembangkan bisnisnya, seorang nursepreneur memang pasti ada harapan
bahwa individu, kelompok, maupun masyarakat akan menggunakannya, baik orang yang sakit maupun
sehat. Namun, seringkali seorang nursepreneur terbentur dengan beberapa isu yang terkait dengan
etika keperawatan itu sendiri. Pelayanan keperawatan bagi seorang nursepreneur memiliki sifat khusus.

Berbisnis dalam bidang keperawatan tidak ada ilmu yang paling relevan digunakan perawat dengan jiwa
entrepreneur, sehingga akan menimbulkan masalah yang kaitannya dengan uang. Bahkan banya
perawat beranggapan bahwa berbisnis di bidang keperawatan bertentangan dengan kode etik dan nilai-
nilai keperawatan. Kerapkali pelaku bisnis tidak mengindahkan aturan-aturan, norma-norma serta nilai
moral yang berlaku dalam bisnis karena bisnis merupakan suatu persaingan, sehingga pelaku bisnis
harus memfokuskan diri untuk berusaha dengan berbagai macam cara dan upaya agar bisa menang
dalam persaingan bisnis yang ketat.

Nursepreneur juga dianggap akan menurunkan penilaian masyarakat terhadap perawat. Selain itu,
untuk menghindari terjadinya konflik personal, perawat lebih senang bekerja di klinik tempat praktik
dokter dibandingkan menjalankan fungsi mandiri dari perawat itu sendiri. Sehingga pada akhirnya
eksistensi perawat di mata masyarakat dianggap tidak ada perannya.

Namun, anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar karena ternyata beberapa pelaku bisnis dapat
berhasil karena memegang teguh kode etis dan komitmen moral tertentu. Bahkan seorang pelaku bisnis
yang ingin mematuhi dan menerapkan aturan moral atau etika akan berada pada posisi yang
menguntungkan. Sama halnya dengan berbisnis di bidang keperawatan, seorang nursepreneur harus
berpegang teguh pada etika keperawatan dalam menjalankan bisnisnya.

2.6Sistem Legal Sebagai Standar dan Panduan Pengguna

International Organization for Standardization, atau lebih dikenal sebagai ISO, adalah salah satu standar
internasional dalam sebuah sistem manajemen untuk pengukuran mutu organisasi.

Mereka memegang peranan penting dalam mengukur bagaimana kredibilitas perusahaan yang ingin
bersaing secara global dan juga adalah salah satu cara untuk meningkatkan sistem manajemen mutunya.

Manfaat ISO
 Meningkatkan kredibilitas

Dengan menerapkan sistem manajemen mutu, sebuah perusahaan akan dapat menjamin kredibilitas
mereka. Yang dimaksud kredibilitas di sini adalah kendali proses dan prosedur sebuah perusahaan
dimana memastikan apabila terdapat sesuatu yang tidak beres maka antisipasi akan dilakukan dengan
cepat. Pada akhirnya kredibilitas ini akan menghasilkan nilai positif dalam kepuasan pelanggan.

 Jaminan Atas Kualitas dengan Standar Internasional

Untuk mendapatkan Standardisasi ISO sebuah perusahaan harus melalui sebuah siklus pasti yang
dikenal dengan PDCA yakni identifikasi, analisa, dan eksekusi sebuah penyelesaian masalah untuk
menjamin mutu internasional. Siklus atau prinsip ini adalah prinsip internasional yang juga diterapkan di
segala jenis industri.

 Menghemat Biaya

Standar ISO akan memungkinkan suatu perusahaan untuk menerapkan sistem manajemen khusus yang
membantu mereka untuk mengetahui kinerja perusahaan secara menyeluruh. Jika ada indikasi bahwa
produk akan gagal atau kinerja perusahaan menurun maka antisipasi akan segera dilakukan. Hal itu juga
secara tidak langsung berarti mencegah kemungkinan pemborosan anggaran terkait produk atau kinerja
yang buruk tersebut.

 Mengoptimalkan Kinerja Karyawan

Kembali kepada prinsip manajemen mutu, semua prinsip tersebut ditetapkan untuk dapat diikuti oleh
seluruh karyawan dari level staff hingga level eksekutif dalam sebuah perusahaan. Hal ini akan memacu
para karyawan untuk dapat menjaga kualitas, efisiensi, serta produktivitas mereka dalam standar ISO
yang telah ditetapkan sebelumnya.

 Meningkatkan Image Perusahaan

Salah satu keuntungan paling jelas dari perusahaan yang telah mendapatkan sertifikasi ISO adalah
tentunya image atau brand perusahaan akan menjadi jauh lebih positif.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/riodeners/implikasi-entrepreneurship-
dalam-bidang-keperawatan-part-ii_5605e2450023bd3f0d904236

https://www.google.com/amp/s/riodeners.wordpress.com/2015/11/03/implikasi-entrepreneurship-
dalam-bidang-keperawatan-part-iii/amp/

https://www.google.com/amp/s/liputan4.com/implikasi-entrepreneurship-dalam-bidang-keperawatan/
%3famp

Anda mungkin juga menyukai