Anda di halaman 1dari 5

Nama : Rasya Anisa Kusuma

NIM : 183507084

Kelas : A

Mata Kuliah : Hubungan Internasional

1. Rasa solidaritas dibangun atas dasar keyakinan bahwa semua Muslim


adalah saudara, bahwa semua Muslim adalah anggota masyarakat Islam
yang komprehensif. Watt menggambarkan pandangan umat Islam tentang
umma sebagai bentuk 'komunitas karismatik. Masyarakat, menurut Berger
dan Luckmann, adalah produk dari kesadaran manusia. Agar suatu ide dapat
mempengaruhi masyarakat, ia harus melalui tiga tahap eksternalisasi,
objektivasi dan internalisasi. Tahap pertama, eksternalisasi, dilakukan pada
saat manusia mengungkapkan gagasan subjektifnya kepada manusia lain.
Tahap kedua, objektivasi, terjadi setiap kali manusia meletakkan ide-ide
mereka ke dalam tanda-tanda atau objek material yang tersedia bagi mereka,
memungkinkan manusia lain untuk memahami ide mereka dan
menyetujuinya. Penting untuk dicatat bahwa meskipun suatu ide
mendominasi suatu masyarakat, ide tersebut akan selalu membutuhkan
bentuk legitimasi tertentu untuk mempertahankan posisinya. Ada tingkat
legitimasi yang membantu melegitimasi suatu gagasan. Yang paling
mendasar adalah transmisi bahasa yang kosa katanya mendefinisikan dan
mendukung gagasan, menyediakan alat untuk percakapan tentang gagasan
itu. Tingkatan selanjutnya adalah pengembangan proposisi teoritis dan
artikulasi teori untuk menjelaskan dan membenarkan gagasan tersebut lebih
jauh. Mengadopsi norma asing bukanlah masalah sepele, seperti yang
dikatakan oleh para konstruktivis. Mereka adalah fondasi dari mana aktor
memperoleh identitas mereka, yang pada gilirannya menentukan
kepentingan mereka. Norma mempengaruhi konteks internasional dengan
menyediakan intersubjektivitas di antara para aktor, dan menentukan
perilaku apa yang pantas. Jika cukup banyak massa yang mengadopsi norma
baru ini, ia akan melewati titik kritis yang kritis. Dalam proses ini, tidak
tertutup kemungkinan pihak lain akan tetap mempertahankan kepentingan
pragmatisnya, namun pada saat yang sama akan semakin terjerat dengan
wacana moral yang dibawa oleh :

Norm Entrepreneur. Menurut mereka, sebuah ide menjadi kebiasaan ketika


menjadi pola yang diterima di masyarakat. Pola yang sesuai kemudian
membebaskan individu dari "beban 'semua keputusan itu dan memberi
mereka kelegaan psikologis. Langkah selanjutnya akan melembagakan ide
dalam masyarakat dan membuatnya dianggap sebagai realitas yang objektif.
Sentralitas konsep umma dapat ditelusuri dari posisinya dalam teks-teks suci
umat Islam. Mengingat akar Alquran ini, kata umma telah mendapat gaung
khusus di kalangan umat Islam. Periode kenabian tampak besar sebagai
masa formatif. Dalam kerangkakonseptual yang kerjadidasarkan pada
Berger dan Luckmann, yang telah dibahas di atas, umma telah menjadi
sebuah kesatuan simbolis yang hidup dalam benak umat Islam. Ciri lain
umat yang membedakannya dengan masyarakat Arab saat itu adalah trans
lokalitasnya. Meskipun wajar jika suku-suku memiliki basis teritorial
mereka sendiri, para anggota umma tidak mengenali dasar seperti itu bagi
umma. Selain efek kemasyarakatan yang cepat, narasi ini juga berfungsi
sebagai instrumen untuk menginternalisasi gagasan umma kepada generasi
muda, dengan para guru secara rutin mengutipini hadits sebagai contoh
persaudaraan yang universal di antara umat Islam. Kemampuan
pembentukan perilaku ini terutama dicapai melalui praktik ritual
keagamaan. Dengan menghadiri ritual keagamaan, orang beriman
membentuk pandangan dunia mereka sesuai dengan agama. Mereka
kemudian dapat menyesuaikan tindakan mereka dengan nilai-nilai yang
tertanam dalam pandangan dunia. Pada masa Nabi, Muhammad sendiri
menjadi sumber otoritas dengan kapasitas untuk menafsirkan Kehendak
Tuhan.Dengan demikian, kekhalifahan didirikan. Secara etimologis, kata
khilāfa berarti “menggantikan seseorang”. Istilah ini kemudian diadaptasi
dalam konteks politik dan merujuk pada jabatan orang yang menggantikan
Muhammad sebagai pemimpin umma tetapi bukan sebagai Nabi
Allah.Terlepas dari penyimpangan ini, kekhalifahan belakangan penting
baik dalam perluasan umma maupun integrasi internalnya. Misalnya,
Mu'āwīya, saat dikelilingi oleh para penentang,membangun rasa integrasi
komunal yang lebih besar dan dia memerintah dengan kepentingan umum
sebagai prioritasnya.Perkembangan pengetahuan teoritis tentang
kekhalifahan dan otoritas umumnya atas umma dan implementasi praktis
dari otoritas tersebut sama-sama penting karena keduanya mendukung
pemeliharaan dibayangkan umma. Sebelum Islam, suku-suku Arab belum
mengembangkan bentuk institusi politik yang cukup maju untuk
mempersatukan seluruh Arab. Alih-alih mengandalkan lembaga politik
untuk mengatur urusan mereka, orang Arab mengandalkan struktur
kesukuan mereka untuk menyediakan kebutuhan dan perlindungan dasar.
Masyarakat Islam awal mengembangkan kesadaran global melalui refleksi
ajaran spiritual Islam dan melalui beberapa jaringan yaitu, jaringan
intelektual, politik dan hukum-kelembagaan dan mistik. Kesimpulannya
bahwa "global umma" berada pada tingkat kepercayaan konseptual,
memanggil umat Islam untuk menjelajahinya. Alquran mengajarkannya.
Ritual Islam memberikan suasana hati dan motivasi untuk mewujudkannya.
Itu mengabadikan dan meresap Islam dan ajaran Islam dan Muslim mau
tidak mau menginternalisasi konsep dengan pengalaman religius mereka.

2. Ketika Eropa berada pada masa-masa kelam yang diisi dengan berbagai
perang. Perjanjian Westphalia muncul sebagai awal lahirnya pendamai di
antara kaum yang terlibat dalam perang yang berlangsung berpuluh-puluh
tahun lamanya. Perjanjian Westphalia juga menandai berakhirnya perang
antara Katolik dan Protestan di Eropa yang berlangsung selama 30 tahun.
Perjanjian ini sedikit banyak membawa pengaruh pada dinamika politik
internasional hingga saat ini. Sebelum munculnya Perjanjian Westphalia,
keadaan Eropa diisi oleh berbagai konflik yang melibatkan kekuatan-
kekuatan besar kala itu. Kekuatan-kekuatan tersebut merupakan kerajaan-
kerajaan yang masing-masing memiliki kuasa yang terlibat konflik
bersenjata dengan berbagai alasan. Konflik tersebut awalnya dipicu oleh
upaya pembunuhan atas Raja Bohemia pada tahun 1618, yang akhirnya
menjadi Kaisar Romawi Suci, Ferdinand II. Setelah menjabat sebagai Kaisar
Romawi Suci, Ferdinand II menerapkan nilai-nilai Katolik di setiap penjuru
kerajaannya. Hal tersebut membuat kaum Protestan memberontak.
Pemberontakan itu kemudian membawa Eropa ke dalam pergolakan perang.
Perang tersebut menghancurkan sebagian besar wilayah Eropa, terutama
Jerman. Di wilayah tersebut, para kelompok bersenjata yang tidak diberikan
upah mengobrak-abrik dan menjarah banyak kota, desa, serta pertanian.
Dengan terjadinya kehancuran, korban tewas berjatuhan dengan jumlah
besar, timbulnya wabah kelaparan dan penyakit, maka muncullah Perjanjian
Westphalia sebagai akhir dari perang tiga puluh tahun yang menjadi
pembawa masa kelam di Eropa. Perjanjian ini merupakan titik awal dari
dikembangkannya sistem negara modern. Selain berakhirnya perang 30
tahun antara kaum Katolik dan Protestan, Perjanjian Westphalia juga secara
resmi mengakui kedaulatan Belanda dan Konfederasi Swiss. Perjanjian
Westphalia melibatkan Kaisar Romawi Suci Ferdinand II beserta Kerajaan
dari Spanyol, Prancis, Swedia, Belanda, dan sejumlah penguasa wilayah lain
di Eropa. Setelah munculnya Perjanjian Westphalia, susunan masyarakat
internasional yang baru didasarkan atas negara-negara nasional dan tidak
lagi berdasarkan pada kerajaan-kerajaan. Perjanjian Westphalia dalam
Hubungan Internasional sebagai pemicu perpecahan Kekaisaran Romawi
Suci dan hadirnya negara-negara berdaulat yang baru di Eropa, Perjanjian
Westphalia secara sarat menghadirkan konsep negara-bangsa (nation-state).
Selain itu muncul juga istilah negara modern. Perjanjian Westphalia
mendukung bangkitnya negara-bangsa (nation-state), institusionalisasi
terhadap diplomasi dan tentara. Sistem yang berasal dari Eropa ini diekspor
ke Amerika, Afrika, dan Asia lewat kolonialisme dan civilization standards.
Sistem internasional kontemporer akhirnya dibentuk lewat dekolonisasi
selama Perang Dingin. Namun, sistem ini tampaknya terlalu
disederhanakan. Sementara sistem negara-bangsa dianggap “modern”,
banyak negara tidak masuk ke dalam sistem tersebut dan disebut sebagai
“pra-modern”. Lebih lanjut, beberapa telah melampaui sistem negara-
bangsa dan dapat dianggap “pasca-modern”.
3. Mengacu pada tingkat kesuburan perempuan Muslim yang saat ini
mencapai 3,1 bayi per perempuan, jumlah populasi kaum Muslim di dunia
pada 2050 akan meningkat sebanyak 70%, menjadi 2,8 miliar orang atau
30% dari penduduk Bumi. Jumlah tersebut sekaligus menyamai populasi
umat Kristen di dunia. Selain itu kaum Muslim juga akan mewakili
sebanyak 10% dari total populasi penduduk Eropa. Namun, juga benar
bahwa penerapan agama Islam di Indonesia pada saat ini memiliki karakter
yang beragam karena setiap wilayah memiliki sejarah tersendiri yang
dipengaruhi oleh sebab-sebab yang unik dan berbeda-beda. Pada akhir 2016,
dalam konteks pemilihan gubernur Jakarta tahun 2017, Ahok membuat
penghujatan ketika dia mengatakan beberapa warga Jakarta tidak akan
memilih Ahok karena mereka "terancam dan tertipu" oleh mereka yang
menggunakan ayat Al-Ma'ida 51 dari Al-Qur'an (yang melarang populasi
Muslim dipimpin oleh pemimpin non-Muslim). Setelah sebuah video (yang
memanipulasi pernyataan Ahok) menjadi viral di media (sosial), kritik
muncul, terutama dari kelompok Muslim garis keras. Namun, penting untuk
memahami bahwa perkembangan Islamisasi ini sama sekali tidaklah sama
dengan radikalisme (atau Islamisme). Sebagian besar umat Muslim di
Indonesia memiliki toleransi tinggi pada agama-agama lain beserta aliran-
aliran lain di dalam Islam. Penyebaran Islam di Indonesia seharusnya tidak
dipandang sebagai proses yang cepat dan yang berasal dari satu asal atau
sumber saja. Sebaliknya, lebih tepat kalau dipandang sebagai proses yang
didorong beberapa gelombang Islamisasi yang sangat berkaitan dengan
perkembangan internasional dalam dunia Islam sebuah proses yang terus
berlanjut sampai dengan hari ini. Seperti yang telah dijelaskan di atas, para
pedagang Muslim yang datang ke wilayah kepulauan ini pada abad-abad
pertama era Islam bisa dianggap sebagai gelombang pertama. Gelombang
kedua juga sudah kami sentuh di atas, yaitu pendirian kerajaan-kerajaan
Islam di Nusantara (dan setelah raja masuk agama Islam, rakyatnya
biasanya mengikutinya).

Anda mungkin juga menyukai