Anda di halaman 1dari 2

Apakah Ada Kehidupan Sesudah Kematian? Inilah Jawaban Yesus!

– Renungan Harian Katolik Sabtu 25


November 2017

Apakah Ada Kehidupan Sesudah Kematian? Inilah Jawaban Yesus! – Renungan Harian Katolik Sabtu 25
November 2017, Amorpost.com – Bacaan: Lukas 20 27-40

Pertanyaan orang-orang Saduki tentang kebangkitan bukanlah sesuatu yang baru. Kebangkitan orang-orang
mati sepanjang sejarah Israel telah menjadi perdebatan yang selalu menarik.

Beberapa kelompok orang Yahudi percaya akan adanya kebangkitan, namun sebagian lain, orang Saduki
salah satunya, tidak mengakui atau tidak percaya akan adanya kebangkitan badan. Mereka juga tidak
percaya perkara malaikat-malaikat dan roh, apalagi soal kebangkian setelah kematian.

Ketidakpercayaan itulah yang menjadi konteks pertanyaan mereka pada Yesus. Mereka membayangkan
kehidupan setelah kebangkitan sama seperti kehidupan saat ini.

Kasus yang mereka kemukakan sebenarnya bukan untuk dipecahkan tetapi itu merupakan contoh
argumentasi bahwa tidak mungkin ada kebangkitan, tidak mungkin ada kehidupan setelah kematian.

Jawaban Yesus ini kiranya menjadi renungan kita: “Orang-orang dunia ini kawin dan dikawinkan, tetapi
mereka yang dianggap layak untuk mendapat bagian dalam dunia yang lain itu dan dalam kebangkitan dari
antara orang mati, tidak kawin dan tidak dikawinkan. Sebab mereka tidak dapat mati lagi; mereka sama
seperti malaikat-malaikat dan mereka adalah anak-anak Allah, karena mereka telah dibangkitkan.”

Beberapa point penting yang dapat kita petik dari  jawaban Yesus ini antara lain:

#1 Dalam kebangkitan dari antara orang mati, tidak ada kawin dan dikawinkan

Tuhan Yesus ingin menegaskan di sini bahwa situasi dan kondisi kehidupan setelah kematian akan sangat
jauh berbeda. Jika manusia di dunia ini kawin, maka itu adalah untuk kelangsungan hidup manusia di dunia.

Namun orang yang dibangkitkan itu dan yang layak menerima kehidupan kekal tidak akan ada lagi kematian,
maka perkawinan tidak lagi diperlukan. Selanjutnya Yesus juga mengatakan bahwa mereka yang
dibangkitkan itu “sama” seperti malaikat-malaikat, dalam arti bahwa mereka tidak lagi sama seperti tubuh
manusia di bumi yang fana.

Jika dalam dunia ini kita ada sebutan Bapa, Ibu, Anak, Cucu, Nenek, Suami, Istri atau apapun itu. Kita juga
bisa membuat garis lurus keturunan dari leluhur kita sampai saat ini, bahkan kita menyatukan tulang
belulang leluhur kita yang sudah meninggal dalam satu tempat, itu sah-sah saja.

Namun dalam kehidupan kekal kita semua adalah “anak-anak Allah”. Kita semua hidup dalam satu kesatuan
dengan Allah bapa di surga. Hanya ada satu bapa yaitu Allah bapa di surga.

Tempat dimana Tuhan sediakan bagi orang yang layak tidak lagi ada gosip, kecemburuan, sakit hati, dendam
maupun amarah, sebab kita semua adalah sama-sama anak-anak Allah yang satu dalam Kasih Allah. Bukan
sistem dunia yang di pakai, tetapi Kasih Allah. Maka kita tidak bisa membayangkan hal surgawi dengan cara
pikir kita di dunia ini.

#2 Tuhan disebut Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub


Artinya di situ bahwa Allah itu bukan hanya Allah Abraham, Ishak dan Yakub selama hidup, tetapi hubungan
mereka dengan Allah tidak akan terputus oleh karena kematian.

Hal ini menjelaskan kepada ketika bahwa Tuhan yang menampakkan diri kepada Musa dalam semak duri
yang menyala-nyala itu adalah Allah yang memperkenalkan diri-Nya sebagai Allah Abraham, Ishak dan
Yakub.

Bagi manusia, kematian sudah memisahkan kita dengan orang yang sudah meninggal namun bagi Allah
mereka tetaplah hidup sebagai anak-anak Allah. Dalam arti bahwa manusia itu sudah mati, maka dia itu tidak
akan lenyap begitu saja. Sebab kita diciptakan berbeda dengan binatang maupun tumbuh-tumbuhan.

#3 Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup

Kita diciptakan dan menerima kehidupan dari Allah sebagai ciptaan khusus (Kej. 2:7). Allah yang hidup itulah
yang memberikan kehidupan kepada manusia, maka dari itu kematian jasmani tidaklah begitu saja langsung
memisahkan kita dari Allah, sebab kehidupan yang ada pada manusia itu berasal dari Allah pencipta
(“menghembuskan nafas hidup”).

Sebagaimana kita menjalani hidup ini, demikianlah Allah akan menentukan apakah kita “dianggap layak
untuk mendapatkan bagian dalam dunia yang lain” (Bangkit untuk kehidupan yang kekal atau bangkit untuk
di hukum – Yoh. 5: 29).

Apa kiranya makna yang dapat kita petik dari bacaan hari ini? Sebagai Katolik yang percaya kepada Yesus
sebagai Mesias, sebagai jalan, kebenaran dan kehidupan, kita yakin bahwa kehidupan kita di dunia adalah
cermin dari kehidupan yang akan datang.

Jika hidup kita baik dan sesuai dengan ajaran Yesus penebus kita, maka kita berharap bahwa kita akan
termasuk , “mereka yang dianggap layak untuk mendapat bagian dalam dunia yang lain itu”. Jika hidup kita
mencerminkan kasih Allah maka kita akan tetap bersatu dengan-Nya di hari kebangkitan kita masing.

Mari kita berusaha untuk hidup bukan untuk kebutuhan dunia fana, tetapi untuk kehidupan sesudah
kematian, untuk hidup kekal. (LN)

Anda mungkin juga menyukai