Anda di halaman 1dari 2

HOMILI

Ceritera panjang dan tegang tentang pembangkitan kembali Lazarus merupakan puncak tanda-tanda
kesungguhan Yesus sebagai Almasih, seba-gai pemberi dan penyelamat hidup. Peristiwa itu terjadi tak lama
sebelum kemudian Ia sendiri diadili dengan hukuman mati oleh orang-orang yang menolak menerima Dia
sebagai Penyelamat sejati. Mengapa Yesus tidak langsung datang mengunjungi Lazarus ketika Ia mendengar
sahabat yang dikasihi-Nya itu sakit bahkan sudah mati. Baru beberapa hari kemudian Ia datang. Kita sendiri
heran, menghadapi teka-teki hidup manusia. Mengapa? Sautu ironi, teka-teki,yaitu bahwa Yesus yang
datang untuk memberi hidup, tak lama kemudian harus mengalami kematian, bahkan kematian di salib!
Teka-teki itu dijawab jelas dengan fakta lain: kebangkitan Lazarus dan kebangkitan Yesus sendiri!

Kepada Marta Yesus menegaskan: "Akulah kebangkitan dan hidup. Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia
akan hidup walaupun sudah mati, dan setiap orang yang percaya kepada-Ku tidak akan mati selama-
lamanya"  (Yoh 11:25). Kemudian Ia bertanya: "Percayakah engkau akan hal ini?"  Pertanyaan Yesus kepada
Marta itu sekarang pun ditujukan kepada kita. Bukankah sekarang pun kita jawaban Marta harus merupakan
jawaban kita?: "Ya, Tuhan, kami pun percaya, meskipun kami menghadapi hidup penuh keragu-raguan
dan ketakutan dalam kegelapan hati dan pikiran. Kami percaya kepada-Mu, sebab Engkau memiliki dan
menyampaikan sabda-sabdaMu tentang kehidupan kekal. Kami ingin tetap percaya kepada-Mu, karena
Engkau menganugerahkan kepada kami suatu harapan penuh kepastian akan hidup sesudah hidup kami
sekarang ini. Suatu hidup yang utuh dan otentik di dalam Kerajaan-Mu penuh terang dan damai".

Namun kita harus berani mengakui, bahwa kita seperti Marta dan Maria berkali-kali mengungkapkan kata-
kata atau keluhan yang pahit dan kehilangan harapan ini: "Tuhan, seandainya Engkau ada di sini"  (Yoh
11:32), ibu atau bapaku, ataupun saudaraku bahkan sahabat-sahabatku pasti tidak akan begitu mendadak
atau meninggal di luar dugaan kami". Tetapi dalam Injil hari ini Yohanes berkata: "Ketika Yesus melihat
Maria menangis..., maka masygullah hati-Nya. Ia sangat terharu"  (Yoh 11:33). Maka tertulis juga
selanjutnya: " Maka Yesus menangis"! Inilah kiranya secara sangat singkat namun sangat kena
terlukiskan kabar gembira pesan Injil Yohanes tentang Yesus sebagai Penyelamat kita!

Injil hari ini mewartakan kepada kita, bahwa Yesus menunjukkan kepada kita Allah adalah seorang pribadi
yang bersatu dengan kita dalam penderitaan, kesedihan, dukacita bahkan kematian! Allah yang menangis
bersama kita. Allah bukan datang menghilangkan bencana, kesukaran dan penderitaan dan kesengsaraan
hidup. Seandainya Allah datang langsung menyingkirkan segala bencana dan kesukaran hidup, maka Ia hanya
tampil bagaikan seorang "Allah mesin" (deus ex machina). Jikalau demikian, bahwa agama dan iman
kepercayaan kita akan sekadar merupakan suatu bentuk kekuatan magis, ibarat suatu sulapan, pertunjukan
sulap belaka. Timbul pertanyaan: Di manakah Allah hadir di tengah bencana dan kesengsaraan manusia?
Allah sungguh hadir di tengah segala sesuatu, gembira di dalam apa yang menggembirakan, tetapi juga
bahkan baratnya justru di mana ada kesesangsaraan dan kematian, di situlah Allah menangis! Ia adalah Allah
kita, yang selalu berada dan hadir bersama dengan kita di tengah segala kancah dan situasi hidup kita, begitu
solider dan manusiawi. Kita disadarkan bahwa kemuliaan dan keluhuran Allah kita itu justru menjadi nyata
dalam kesediaan Putera-Nya sebagai Sabda Ilahi-Nya menjadi daging manusiawi: inkarnasi yang berarti Allah
menjadi manusia dalam segala kondisi hidupnya, kecuali dosa.

Sebagai pelengkapan untuk keutuhan pengertian kita tentang kematian, kita harus sadar bahwa kematian
kita bukan hanya kematian badani, tetapi, inilah yang justru mudah dilupakan manusia!, juga kematian
rohani! Kita harus juga dibangkitkan dari kematian rohani! Hati dan batin banyak orang mati karena
mengalami situasi hidup, yang menyedihkan, merasa tak mampu mengatasi aneka kesukaran yang dialami,
kehilangan harapan, tak melihat terang dalam kegelapan dalam hidupnya. Kita semua harus pula menyadari
kebutuhan mutlak untuk bangkit kembali untuk hidup lagi penuh harapan. Yesus berkata: "Akulah
kebangkitan dan hidup!"  (Yoh 11:25). "Percayakah engkau akan hal ini?"  (Yoh 11:26).

(8 April 2011, jam: 22.05)

Anda mungkin juga menyukai