Anda di halaman 1dari 10

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Penelitian


Pada penelitian ini merupakan penelitian bidang gizi masyarakat yang meneliti
pengaruh efektivitas senam aerobic intensitas sedang terhadap indeks massa tubuh dan
kadar gula darah pada remaja overweight di Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Semarang.
Penelitian dilakukan selama bulan April hingga Mei tahun 2018. Sampel penelitian ini
adalah mahasiswi di Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Semarang. Sampel yang dipilih
berdasarkan criteria yaitu sebanyak 34 mahasiswi yang masing-masing dibagi menjadi 2
kelompok yaitu 17 mahasiswi sebagai kelompok control dan 17 mahasiswi sebagai
kelompok perlakuan. Adapun tabel sebaran sampel mahasiswi dengan status gizi lebih.

Tabel 9.

Status Gizi Mahasiswi

(Penjelasan Tabel Status Gizi Mahasiswi)

Sampel dipilih dari populasi dengan berdasarkan perhitungan dan disesuaikan dengan
kriteria sampel yang telah ditetapkan. Dari 269 mahasiswi di Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes
Semarang sebanyak 57 mahasiswi dengan status gizi lebih. Adapun jumlah sampel yang
didapatkan pada penelitian ini adalah 36 mahasiswi yang dibagi menjadi masing-masing
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan sebanyak 18 mahasiswi.
Dalam penelitian ini kelompok perlakuan diberi intervensi aktivitas fisik selama 5 minggu
berupa senam aerobik intensitas sedang selama 60 menit pada hari Senin, Rabu, dan Jum’at.
Total senam aerobik yang harus dilakukan oleh sampel kelompok perlakuan adalah sebanyak 15
kali. Sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan intervensi apapun.

(tabel sebaran mahasiswi dengan status gizi lebih)

Dari tabel (berapa) diatas diketahui bahwa status gizi obesitas I ditemukan pada mahasiswi
tingkat I, sedangkan mahasiswi dengan status overweight paling banyak pada tingkat II.
Dalam penelitian ini kelompok perlakuan diberi intervensi aktivitas fisik secara
kelompok selama 5 minggu berupa senam aerobik intensitas sedang selama 60 menit pada hari
Senin, Rabu, Jum’at. Total senam aerobik intensitas sedang yang harus dilakukan oleh sampel
kelompok perlakuan adalah sebanyak 15 kali. Sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan
intervensi apapun.

Karakteristik sampel terdiri dari umur, berat badan, tinggi badan, dan indeks massa tubuh.
Data karakteristik sampel penelitian terdapat pada tabel 8.

(Tabel Karakteristik Sampel Sebelum Penelitian)

(Penjelasan Karakteristik Sampel Sebelum Penelitian)

Dari tabel 8 diatas dapat dilihat bahwa sampel penelitian memiliki rata-rata umur yang tidak
jauh berbeda. Rata-rata umur kelompok perlakuan adalah 19,51 tahun sedangkan rata-rata umur
kelompok kontrol adalah 19,55 tahun. Rata-rata berat badan pada kelompok perlakuan adalah
64,61 kg, sedangkan rata-rata berat badan pada kelompok kontrol adalah 61,48 kg. Rata-rata
tinggi badan pada kelompok perlakuan adalah 154,21 cm, sedangkan rata-rata tinggi badan pada
kelompok kontrol adalah 154,30 cm. Rata-rata IMT pada kelompok perlakuan adalah 27,13
kg/m2, sedangkan rata-rata IMT kelompok kontrol adalah 25,82 kg/m2.
(Tabel Karakteristik Sampel Menurut Kategori Status Gizi, Tingkat Aktivitas Fisik, dan
Kecukupan Energi)
(penjelasan Karakteristik Sampel Menurut Kategori Status Gizi, Tingkat Aktivitas Fisik, dan
Kecukupan Energi)

Berdasarkan hasil pengukuran indeks massa tubuh menunjukkan sebagian besar sampel
termasuk dalam kategori status gizi overweight pada kelompok perlakuan sebagian besar sampel
termasuk dalam kategori status gizi Obesitas 1 yaitu sebesar 50% sedangkan pada kelompok
kontrol dengan persentase 55,6%.
Berdasarkan hasil pengukuran tingkat aktivitas fisik menunjukkan bahwa sebagian besar
sampel baik kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan memiliki aktivitas yang ringan.
Persentase tingkat aktivitas pada kelompok perlakuan yang meiliki tingkat aktivitas fisik ringan
sebesar 72,2% sedangkan 27,8% lainnya memiliki tingkat aktivitas fisik sedang dan pada
kelompok kontrol 88,9% memiliki aktivitas fisik ringan dan 11,1% memiliki tingkat aktivitas
fisik sedang.
Berdasarkan pengukuran tingkat kecukupan energi dengan membandingkan asupan dan
kebutuhan energi sampel, didapatkan bahwa pada kedua kelompok penelitian sebagian besar
mempunyai kecukupan energi dengan kategori defisit berat, pada kelompok perlakuan terdapat
61,1% sampel dengan kecukupan energi defisit berat dan pada kelompok kontrol terdapat 50,0%
sampel dengan kecukupan defisit berat. Selain dengan kecukupan energi defisit berat, beberapa
sampel memiliki tingkat kecukupan energi defisit sedang, defisit ringan, dan normal. Dari 36
sampel penelitian, tidak terdapat sampel yang memiliki tingkat kecukupan energi lebih.

B. Analisis Univariat
1. Karakteristik Sampel Menurut Indeks Massa Tubuh
Berdasarkan hasil pengukuran indeks massa tubuh dapat disimpulkan bahwa pada
saat pengukuran awal sebelum intervensi dilakukan sebagian besar sampel baik
kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol memiliki indeks massa tubuh antara
60 – 69,9 kg masing-masing sebesar 50,0% dan 44,4%. Setelah dilakukan intervensi
sebagian besar indeks massa tubuh sampel kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol masih berada antara 60 – 69,9 kg yaitu masing-masing sebesar 50,0%. Hasil
analisis dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9.
Karakteristik Sampel menurut Indeks Massa Tubuh
Intervensi
Berat Badan Sebelum Sesudah
(kg) Perlakuan Kontrol Perlakuan Kontrol
n % n % n % n %
40 – 49,9 0 0,0 0 0,0 1 5,6 0 0,0
50 – 59,9 5 27,8 8 44,4 4 22,2 7 38,9
60 – 69,9 9 50,0 8 44,4 9 50,0 9 50,0
70 – 79,9 3 16,7 2 11,1 3 16,7 2 11,1
≥ 80 1 5,6 0 0,0 1 5,6 0 0,0
Total 18 100,0 18 100,0 18 100,0 18 100,0

2. Karakteristik Sampel Menurut Kadar Gula Darah


Berdasarkan hasil pengukuran kadar gula darah dapat disimpulkan bahwa pada saat
pengukuran awal sebelum intervensi dilakukan sebagian besar sampel baik kelompok
perlakuan maupun kelompok kontrol memiliki kadar gula darah antara 60 – 69,9 kg
masing-masing sebesar 50,0% dan 44,4%. Setelah dilakukan intervensi sebagian
besar kadar gula darah sampel kelompok perlakuan dan kelompok kontrol masih
berada antara 60 – 69,9 kg yaitu masing-masing sebesar 50,0%. Hasil analisis dapat
dilihat pada tabel 9.
Tabel 9.
Karakteristik Sampel menurut Kadar Gula Darah
Intervensi
Berat Badan Sebelum Sesudah
(kg) Perlakuan Kontrol Perlakuan Kontrol
n % n % n % n %
40 – 49,9 0 0,0 0 0,0 1 5,6 0 0,0
50 – 59,9 5 27,8 8 44,4 4 22,2 7 38,9
60 – 69,9 9 50,0 8 44,4 9 50,0 9 50,0
70 – 79,9 3 16,7 2 11,1 3 16,7 2 11,1
≥ 80 1 5,6 0 0,0 1 5,6 0 0,0
Total 18 100,0 18 100,0 18 100,0 18 100,0

C. Analisis Bivariat

1. Pengaruh Senam Aerobik Intensitas Sedang Terhadap Indeks Massa Tubuh


Tabel 12.
Pengaruh Senam Aerobik Intensitas Sedang Terhadap Indeks Massa Tubuh
Indeks Massa Tubuh Kelompok P
2
(kg/m ) Perlakuan (n=18) Kontrol (n=18) Value
Rata-rata±SD Rata-rata±SD
Sebelum Intervensi 64,61±9,248 61,48±6,615 0,268a
Sesudah Intervensi 64,16±9,306 61,36±6,702 0,308b
P Value 0,016c 0,487d
a
Mann-Whitney
b
Independent t-test
c
Wilcoxon
d
Paired t-test

Dari tabel 12 dapat diketahui bahwa rata-rata indeks massa tubuh sebelum intervensi
pada kelompok perlakuan adalah 64,61±9,248 kg, sedangkan rata-rata indeks massa tubuh
sebelum intervensi pada kelompok kontrol adalah 61,48±6,615 kg. Berdasarkan hasil
analisis dengan uji Mann-Whitney diperoleh nilai p= 0,268 (p> 0,05) menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan indeks massa tubuh antara kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan.
Rata-rata indeks massa tubuh setelah intervensi pada kelompok perlakuan adalah
64,16±9,306 kg, sedangkan pada kelompok kontrol adalah 61,36±6,702 kg. Berdasarkan
hasil analisis dengan uji Independent t-test didapatkan nilai p= 0,308 (p> 0,05) yang
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan indeks massa tubuh pada kedua kelompok
setelah intervensi.
Untuk mengetahui perbedaan indeks massa tubuh sebelum dan sesudah intervensi pada
kelompok perlakuan dilakukan analisis statistik menggunakan uji Wilcoxon diperoleh hasil
bahwa terdapat perbedaan indeks massa tubuh sebelum dan setelah intervensi pada
kelompok perlakuan, hal ini dibuktikan dengan nilai p= 0,016 (p< 0,05).
Sedangkan untuk mengetahui perbedaan indeks massa tubuh sebelum dan sesudah
intervensi pada kelompok kontrol dilakukan analis statistik menggunakan uji Paired t-test
diperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan indeks massa tubuh sebelum dan setelah
intervensi pada kelompok kontrol, hal ini dibuktikan dengan nilai p= 0,487 (p> 0,05).
Tabel 16.
Penurunan indeks massa tubuh Sebelum dan Setelah Intervensi
Penurunan Indeks Massa Kelompok P Value
Tubuh Perlakuan Kontrol
2
(kg/m ) (n= 18) (n= 18)
Rata-rata±SD 0,45±0,703 0,11±0,696 0,162b
Minimum -0,90 -1,20
Maximum 1,40 1,20
b
Independent t-test

Intervensi senam aerobik intensitas sedang dalam penelitian ini merupakan suatu wadah
atau sarana dalam memotivasi kelompok untuk memecahkan permasalahan dalam
penurunan indeks massa tubuh. Didalam senam aerobik intensitas sedang yang dilakukan
diharapkan dapat menurunkan indeks massa tubuh.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata penurunan indeks massa tubuh pada
kelompok perlakuan sebesar 0,45±0,703 kg dan kelompok kontrol sebesar 0,11±0,696 kg.
Penurunan indeks massa tubuh maksimum yaitu 1,40 kg sedangkan untuk penurunan indeks
massa tubuh minimum sebesar -0,9 kg. Penurunan indeks massa tubuh terjadi pada kedua
kelompok tetapi penurunan lebih besar pada kelompok perlakuan.
Penurunan indeks massa tubuh pada kelompok perlakuan lebih baik dikarenakan bahwa
pada kelompok perlakuan diberikan intervensi berupa senam aerobik intensitas sedang. Pada
kelompok kontrol terjadi penurunan indeks massa tubuh lebih sedikit karena tidak diberikan
senam aerobik intensitas sedang dan dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan dan aktivitas
sampel sehari-hari.
Aktifitas fisik yang dapat meningkatkan kebugaran adalah aktifitas fisik yang memiliki
pedoman dan prinsip aktifitas fisik. Aktifitas fisik aerobik yang dapat meningkatkan dan
menjaga kebugaran seseorang, salah satunya adalah senam aerobik. Senam aerobik
merupakan olahraga yang mudah dan sangat diminati oleh semua kalangan. Karena
senam aerobik merupakan olahraga yang berkelompok sehingga dapat menumbuhkan
hubungan sosial. Selain itu senam aerobik juga mudah dilakukan dimana saja. Senam
aerobik adalah serangkaian gerak senam ritmis yang dilakukan secara terus menerus.
Pengaruh lain dari latihan senam aerobik adalah kebugaran akan meningkat, daya tahan
jantung paru akan meningkat, dan terjadi penurunan berat badan yang akan
mempengaruhi indeks massa tubuh.9
Pengaruh lain dari senam aerobik yaitu pada komposisi tubuh seseorang. Komposisi
tubuh dibagi menjadi dua, yaitu indeks massa tubuh (IMT) dan persentase lemak. Pada
saat senam aerobik berlangsung tubuh akan membakar kalori dan lemak lebih banyak,
sehingga menyebabkan berat badan akan menurun.9
Gerakan-gerakan yang dilakukan dalam senam aerobik tidak sulit dilakukan oleh ibu-
ibu maupun anak remaja yang pemula, karena diciptakan secara sistematis dan terencana
sehingga mudah untuk diikuti, dan dapat membawa manfaat bagi kesegaran jasmani bagi
pelakunya. Senam aerobik secara teratur dan terukur dapat membentuk tubuh menjadi
lebih proposional, indah dipandang dan menimbulkan daya tarik, dimana komposisi
tubuh yang ditunjukan dengan indeks massa tubuh (IMT). Senam aerobik yang
dilakukan secara teratur dapat mencegah overweight.31
Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa senam aerobik intensitas sedang dengan
frekuensi senam aerobik 3 kali seminggu durasi waktu 60 menit 5 minggu dapat
berpengaruh terhadap penurunan indeks massa tubuh. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Pratiwi (2015) bahwa untuk memelihara kapasitas aerobik dan memperoleh penurunan
berat badan dilakukan senam aerobik 3 – 5 kali seminggu dengan durasi latihan 20 – 30
menit. Beberapa cara untuk menangani masalah overweight yang akan mempengaruhi
indeks massa tubuh antara lain dengan berolahraga, diet dan terapi psikologis. Dari hasil
penelitian, latihan fisik jauh lebih baik menurunkan berat badan yang akan
mempengaruhi indeks massa tubuh dibandingkan dengan dua intervensi lain, aktifitas
fisik akan membakar energi dalam tubuh.5 Pada aktivitas fisik akan terjadi proses
terbakarnya cadangan lemak tubuh untuk memenuhi kebutuhan kalori tubuh pada saat
latihan senam aerobik.6 Aerobik yang dilakukan pada intensitas ringan sampai sedang
dalam durasi 30 – 60 menit akan membakar lemak. Aerobik yang dilakukan dengan
intensitas yang tinggi dalam waktu singkat atau kurang dari 30 menit akan membakar
gula.34
Terdapat pengaruh yang signifikan dari senam aerobik yang dilakukan sebanyak tiga
kali dalam seminggu selama lima minggu dengan durasi 30 menit terhadap penurunan
indeks massa tubuh.7 Aktivitas fisik dapat ditingkatkan dengan melakukan olahraga
secara teratur, dengan melakukan aktivitas fisik baru dapat memberikan hasil apabila
latihan dilakukan minimal 4-6 minggu.8
Dari beberapa pendapat diatas dapat dipahami bahwa senam aerobik intensitas
sedang bermanfaat menurunkan menurunkan berat badan dan akan mempengaruhi status
gizi. Namun penurunan indeks massa tubuh pada mahasiswi overweight tersebut tidak
terlepas dari faktor lain seperti asupan yang berkurang dan stress yang berlebihan. Dari
formulir Food Recall yang diberikan diawal penelitian, saat penelitian dan diakhir
penelitian untuk mengetahui kebiasaan makan sampel selama penelitian didapatkan
bahwa pada kelompok perlakuan rata-rata asupan energinya termasuk dalam kategori
baik dan hanya satu mahasiswi yang asupannya berlebih.
Selain faktor asupan gizi, kemungkinan juga adanya stres yang dialami oleh sampel.
Karena penelitian dilakukan selama 5 minggu dan ditengah-tengah padatnya jadwal
kuliah dan tugas yang didapatkan dari perkuliahan.

2. Pengaruh Senam Aerobik Intensitas Sedang Terhadap Kadar Gula Darah


Tabel 12.
Pengaruh Senam Aerobik Intensitas Sedang Terhadap Kadar Gula Darah
Kadar Gula Darah Kelompok P
(mg/dl) Perlakuan (n=18) Kontrol (n=18) Value
Rata-rata±SD Rata-rata±SD
Sebelum Intervensi 64,61±9,248 61,48±6,615 0,268a
Sesudah Intervensi 64,16±9,306 61,36±6,702 0,308b
c d
P Value 0,016 0,487
a
Mann-Whitney
b
Independent t-test
c
Wilcoxon
d
Paired t-test

Dari tabel 12 dapat diketahui bahwa rata-rata kadar gula darah sebelum intervensi pada
kelompok perlakuan adalah 64,61±9,248 kg, sedangkan rata-rata kadar gula darah sebelum
intervensi pada kelompok kontrol adalah 61,48±6,615 kg. Berdasarkan hasil analisis dengan
uji Mann-Whitney diperoleh nilai p= 0,268 (p> 0,05) menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan kadar gula darah antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.
Rata-rata kadar gula darah setelah intervensi pada kelompok perlakuan adalah
64,16±9,306 kg, sedangkan pada kelompok kontrol adalah 61,36±6,702 kg. Berdasarkan
hasil analisis dengan uji Independent t-test didapatkan nilai p= 0,308 (p> 0,05) yang
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kadar gula darah pada kedua kelompok
setelah intervensi.
Untuk menetahui perbedaan kadar gula darah sebelum dan sesudah intervensi pada
kelompok perlakuan dilakukan analisis statistik menggunakan uji Wilcoxon diperoleh hasil
bahwa terdapat perbedaan kadar gula darah sebelum dan setelah intervensi pada kelompok
perlakuan, hal ini dibuktikan dengan nilai p= 0,016 (p< 0,05).
Sedangkan untuk mengetahui perbedaan kadar gula darah sebelum dan sesudah
intervensi pada kelompok kontrol dilakukan analis statistik menggunakan uji Paired t-test
diperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan kadar gula darah sebelum dan setelah
intervensi pada kelompok kontrol, hal ini dibuktikan dengan nilai p= 0,487 (p> 0,05).
Tabel 16.
Penurunan (kalo ada yg normal gimana) Kadar Gula Darah Sebelum dan Setelah
Intervensi
Penurunan Berat Badan Kelompok P Value
(kg) Perlakuan Kontrol
(n= 18) (n= 18)
Rata-rata±SD 0,45±0,703 0,11±0,696 0,162b
Minimum -0,90 -1,20
Maximum 1,40 1,20
b
Independent t-test

(Cari Jurnal yang mendukung tentang aktifitas fisik terhadap kadar gula darah)

Adanya pengaruh latihan fisik senam aerobik terhadap penurunan kadar gula
darah disebabkan karena senam aerobik merupakan suatu proses yang sistematis dengan
menggunakan rangsangan gerak yang bertujuan untuk meningkatkan atau
mempertahankan kualitas fungsional tubuh yang meliputi kualitas daya tahan paru-
jantung, kekuatan dan daya tahan otot, kelenturan dan komposisi tubuh.32
Individu yang overweight mempunyai risiko lebih besar mengalami resistensi
insulin dibandingkan dengan individu dengan berat badan normal. Kondisi ini disebabkan
oleh peningkatan adipositas pada orang obesitas yang akan menyebabkan penurunan
sensitivitas insulin.9,10 Penurunan berat badan yang dihasilkan dari olahraga terbukti
meningkatkan sensitivitas insulin dan menurunkan kadar gula darah pada orang
overweight, baik yang diabetes maupun tidak.11

Terdapat perbedaan penurunan kadar gula darah sewaktu antara kelompok


perlakuan dan kelompok tidak mendapat perlakuan . Penurunan rata-rata gula darah
sewaktu pada kelompok perlakuan 2,3 kali lebih besar daripada kelompok tidak
mendapat perlakuan (31,5 mg/dl berbanding 13,5 mg/dl). Sehingga senam efektif dalam
menurunkan kadar gula darah.33

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Semarang
pada tahun 2018 dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Rata-rata penurunan indeks massa tubuh setelah dilakukan senam aerobik intensitas sedang
adalah 0,45 kg.
2. Rata-rata penurunan kadar gula darah setelah dilakukan senam aerobik intensitas sedang
adalah 11,38 mmHg.
3. Senam aerobik intensitas sedang berpengaruh terhadap penurunan indeks massa tubuh
dengan p value 0,016.
4. Senam aerobik intensitas sedang berpengaruh terhadap penurunan kadar gula darah dengan
p-value 0,000.

B. Saran
1. Senam aerobik intensitas sedang dapat digunakan sebagai salah cara dalam upaya mengatasi
masalah pada remaja overweight.
2. Perlu dilakukan penelitian serupa dengan jangka waktu yang lebih lama dan dilakukan
monitoring setiap minggu untuk melihat efektivitas dan hasil yang lebih nyata.

Anda mungkin juga menyukai