Disusun Oleh :
FEBI MUHAMAD RAMDAN
J.
normal.
I FEV1/FVC < 70%, FEV1≥ 80%, dan umumnya, tapi tidak selalu
ada gejala batuk kronis dan produksi sputum. Pada tahap ini,
Ringan
pasien biasanya bahkan belum berasa paru-parunya bermasalah.
II FEV1/FVC < 70%, 50% < FEV1 < 80%, gejalamya biasanya
D. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala PPOK dapat mencakup:
1. Penurunan kemampuan melakukan aktivitas fisik atau pekerjaan yang cukup berat dan
keadaan ini terjadi Karena penurunan cadangan paru
2. Batuk produktif akibat stimulasi reflex batuk oleh mucus
3. Dispenea pada aktivitas fisik ringan
4. Infeksi saluran nafas yang sering terjadi
5. Hipoksemia intermiten atau kontinu
6. Hasil tes faal paru yang menunjukkan kelainan yang nyata
7. Deformitas toraks
E. Patofisiologi
Faktor – faktor resiko yang telah disebutkan diatas akan mendatangkan proses
inflamasi bronkus dan juga menimbulkan kerusakan pada dinding bronkiolus
terminal.Akibat dari kerusakan yang timbul akan terjadi obstruksi bronkus kecil atau
bronkiolus terminal, yang mengalami penutupan atau obstruksi awal fase ekspirasi.Udara
yang pada saat inspirasi mudah masuk ke dalam alveoli, saat ekspirasi banyak yang terjebak
dalam alveolus dan terjadilah penumpukan udara atau air trapping. Hal inilah yang
menyebabkan adanya keluhan sesak nafas dengan segala akibat – akibatnya.Adanya
obstruksi dini saat awal ekspirasi akan menimbulkan kesulitan ekspirasi dan menimbulkan
pemanjangan fase ekspirasi.
F. Komplikasi
1. Hipoksemia
Hipoksemia didefinisikan sebagai penurunan nialai Pa02 < 55 mmHg, dengan nilai
saturasi oksigen < 85%. Pada awalnya klien akan mengalmi perubahan mood, penurunan
konsentrasi, dan menjadi pelupa. Pada tahap lajut akan timbul sianosis
2. Asidosis Respiratori
Rimbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2(hiperkapnea). Tanda yang muncul antara
lain nyeri kepala,fatigue,letargi,dizzines,dan takipnea.
3. Infeksi Respirator
Infeksi pernapasan akut disebabkan karena peningkatan produksi mukus dan rangsangan
otot polos bronkial serta edema mukosa. Terbatasnya aliran udara akan menyebabkan
peningkatan kerja napas dan timbulnya dispnea.
4. Gagal Jantung
Terutama kor pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru), harus diobservasi
terutama pada klien dengan dispnea berat. Komplikasi ini sering kali berhubungan
dengan bronkitis kronis, tetapi klien dengan emfisema berat juga dapat mengalami
masalah ini.
5. Kardiak Disritmia
Timbul karena hipoksemia, penyakit jantung lain, efek obat atau asidosis respirator
6. Status Asmatikus
Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan asma bronkial. Penyakit ini
sangat berat, potensial mengancam kehidupan, dan sering kali tidak berespons terhadap
terapi yang biasa diberikan. Penggunan otot bantu pernapasan dan distensi vena leher
sering kali terlihat pada klien dengan asma.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk penderita PPOK usia lanjut, sebagai berikut :
1. Meniadakan faktor etiologik atau presipifasi
2. Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.
3. Memberantas infeksi dengan antimikrobia. Apabila tidak ada infeksi anti
mikrobia tidak perlu diberikan.
4. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator (Aminophillin dan
Adrenalin).
5. Pengobatan simtomatik ( lihat tanda dan gejala yang muncul )
- Batuk produktif beri obat mukolitik / ekspektoran
- Sesak nafas beri posisi yang nyaman (fowler) , beri O2
- Dehidrasi beri minum yang cukup bila perlu pasang infuse
6. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.
7. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan, O2 harus diberikan dengan aliran
lambat : 1-2 liter/menit.
8. Mengatur posisi dan pola bernafas untuk mengurangi jumlah udara yang terperangkap.
9. Memberi pengajaran mengenai tehnik-tehnik relaksasi dan cara-cara untuk menyimpan
energy
10. Tindakan “Rehabilitasi”
- Fisioterapi, terutama ditujukan untuk membantu pengeluaran sekret bronku
- Latihan pernafasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan pernafasan yang
paling efektif baginya.
- Latihan, dengan beban olah raga tertentu, dengan tujuan untuk memulihkan
kesegaran jasmaninya.
- Vocational Suidance : Usaha yang dilakukan terhadap penderita agar sedapat-dapat
kembali mampu mengerjakan pekerjaan semula.
Pengelolaan Psikososial : terutama ditujukan untuk penyesuaian diri
penderita dengan penyakit yang dideritanya.
H. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Paru Obstruktif Kronis
Proses keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, penyusunan
kriteria hasil, tindakan dan evaluasi. Perawat menggunakan pangkajian dan penilaian klinis
untuk merumuskan hipotesis atau penjelasan tentang penyajian masalah aktual atau potensial,
risiko dan atau peluang promosi kesehatan. Semua langkah-langkah ini membutuhkan
pengetahuan tentang konsep-konsep yang mendasari ilmu keperawatan sebelum pola
diidentifikasikan sesuai data klinis atau penetapan diagnosis yang akurat (Herdman H, 2015).
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi : nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, suku, bangsa, pendidikan,
pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis, nomor registrasi.
b. Keluhan utama
Biasanya pasien PPOK mengeluh sesak nafas dan batuk yang disertai sputum.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya pasien PPOK mengeluhkan sesak napas, kelemahan fisik, batuk yang
disertai dengan adanya sputum.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat paparan gas berbahaya seperti merokok, polusi udara, gas hasil pembakaran
dan mempunyai riwayat penyakit seperti asma (Ikawati 2016).
e. Riwayat kesehatan keluarga
Ditemukan ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat alergi (asma) karna asma
merupakan salah satu penyebab dari PPOK.
f. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat Biasanya pada penderita PPOK terjadi
perubahan persepsi dan tata laksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan
tentang PPOK. Biasanya terdapat riwayat merokok karena merokok
meningkatkan risiko terjadinya PPOK 30 kali lebih besar ( Ikawati, 2016).
2) Pola nutrisi dan metabolisme Biasanya pada pasien PPOK terjadi penurunan nafsu
makan.
3) Pola eliminasi Pada pola eliminasi biasanya tidak ada keluhan atau gangguan.
4) Pola istirahat dan tidur Pola tidur dan istirahat biasanya terganggu karena karena
sesak.
5) Pola aktifitas dan latihan Pasien dengan PPOK biasanya mengalami penurunan
toleransi terhadap aktifitas. Aktifitas yang membutuhkan mengangkat lengan
keatas setinggi toraks dapat menyebabkan keletihan atau distress pernafasan
(Suzanne, 2001).
6) Pola persepsi dan konsep diri Biasa nya pasien merasa cemas dan ketakutan
dengan kondisinya.
7) Pola sensori kognitif Biasa nya tidak ditemukan gangguan pada sensori kognitif
8) Pola hubungan peran Biasanya terjadi perubahan dalam hubungan intrapersonal
maupun interpersonal .
9) Pola penanggulangan stress Biasanya proses penyakit membuat klien merasa
tidak berdaya sehingga menyebabkan pasien tidak mampu menggunakan
mekanisme koping yang adaptif.
10) Pola reproduksi seksual Biasanya pola reproduksi dan seksual pada pasien yang
sudah menikah akan mengalami perubahan
11) Pola tata nilai dan kepercayaan. Biasanya adanya perubahan status kesehatan dan
penurunan fungsi tubuh mempengaruhi pola ibadah pasien.
g. Pemeriksaan fisik
1) Gambaran umum Biasanya kesadaran pasien composmentis
2) Kepala
Biasanya rambut tidak bersih karena pasien dengan PPOK mengalami penurunan
toleransi terhadap aktifitas termasuk perawatan diri.
3) Mata
Biasanya mata simetris, sklera tidak ikterik
4) Telinga
Biasanya telinga cukup bersih,bentuk simetris dan fungsi pendengaran normal
5) Hidung
Hidung simetris, hidung bersih
6) Leher
Biasanya tidak ditemukan benjolan.
7) Paru
a) Inspeksi biasanya terlihat klien mempunya bentuk dada barrel chest
penggunaan otot bantu pernafasan
b) Palpasi biasanya premitus kanan dan kiri melemah
c) Perkusi bisanya hipersonor
d) Auskultasi biasanya terdapat ronkhi dan wheezing sesuai tingkat keparahan
obstruktif
8) jantung
a) inspeksi bisanya ictus cordis tidak terlihat
b) Palpasi biasanya ictus cordis teraba
c) Auskultasi biasanya irama jantung teratur
9) abdomen
a) Inspeksi biasanya tidak ada asites
b) Palpasi biasanya hepar tidak teraba
c) Perkusi biasanya timphany
d) Auskultasi biasanya bising usus normal
10) Ekstremitas biasanya didapatkan adanya jari tabuh (clubbing finger) sebagai
dampak dari hipoksemia yang berkepanjangan ( Muttaqin, 2012).
f. Pemeriksaan diagnostik
1) Pengukuran fungsi paru
a) Kapasitas inspirasi menurun dengan nilai normal 3500 ml
b) Volume residu meningkat dengan nilai normal 1200 ml c) FEV1 (forced
expired volume in one second) selalu menurun : untuk menentukan derajat
PPOK dengan nilai normal 3,2 L d) FVC (forced vital capacity) awalnya
normal kemudian menurun dengan nilai normal 4 L e) TLC (Kapasitas Paru
Total) normal sampai meningkat sedang dengan nilai normal 6000 ml
2) Analisa gas darah PaO2 menurun dengan nilai normal 75-100 mmHg, PCO2
meningkat dengan nilai normal 35-45 mmHg dan nilai pH normal dengan nilai
normal 7,35-7,45 3)
3) Pemeriksaan Laboratorium
a) Hemoglobin (Hb) meningkat dengan nilai normal pada wanita 12-14 gr/dl
dan laki-laki 14-18 gr/dl , hematocrit (Ht) meningkat dengan nilai normal
pada wanita 37-43 % dan pada laki-laki 40-48 %
b) Jumlah darah merah meningkat dengan nilai normal pada wanita 4,2-5,4
jt/mm3 dan pada laki-laki 4,6-6,2 jt/mm3
c) Eosonofil meningkat dengan nilai normal 1-4 % dan total IgE serum
meningkat dengan nilai normal < 100 IU/ml d) Pulse oksimetri , SaO2
oksigenasi meningkat dengan nilai normal > 95 %.
d) Elektrolit menurun
4) Pemeriksaan sputum Pemeriksaan gram kuman / kultur adanya infeksi campuran.
kuman pathogen yang biasa ditemukan adalah streptococcus pneumonia,
hemophylus influenzae.
5) Pemeriksaan radiologi Thoraks foto (AP dan lateral) Menunjukkan adanya
hiperinflasi paru, pembesaran jantung dan bendungan area paru (Muttaqin, 2012)
2. Diagnosa Keperawatan Menurut SDKI diagnosa yang sering muncul dalam PPOK
adalah
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas (D0005)
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan (D0001)
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan hasil (SMART)
1 Pola nafas tidak efektif Tujuan: Setelah Pemantauan Respirasi
berhubungan dengan dilakukan tidakan Observasi:
hambatan upaya nafas keperawatan 3 x 24 1. Monitor pola 1. Untuk mengetahui
(D0005) jam diharapkan pola nafas, monitor pola nafas dan
DS : nafas teratasi. Dengan saturasi oksigen saturasi pasien
Mengungkap sesak kriteria hasil: 2. Monitor 2. Agar terpantau
Sesak berkurang frekuensi, irama, upaya nafas yang
DO : Tidak kedalaman dan upaya dilakukan pasien
Penggunaan otot menggunkan otot napas 3. Untuk mengetahui
bantu pernapasan. bantu nafas 3. Monitor adanya adakah sumbatan
Fase ekspirasi Frekuensi nafas sumbatan jalan nafas nafas
memanjang. Kedalam nafas
Pola napas Terapeutik 1. Mengetahui
1. Untuk mengetahui
Terapi Oksigen kecepatan oksigen
Observasi: 2. Agar terapi
1. Monitor oksigen maksimal
kecepatan aliran 3. Untuk memantau
oksigen tanda hipoventilasi
2. Monitor posisi pada pasien
alat terapi oksigen 4. Agar mengetahui
3. Monitor tanda- mukosa di hidung
tanda hipoventilasi pasien
4. Monitor integritas
mukosa hidung 1. Untuk
akibat pemasangan membersihan
oksigen hambatan
Terapeutik: 2. Memaksimal jalan
1. Bersihkan sekret nafas dengan
pada mulut, hidung terapi oksigen
dan trakea, jika perlu 3. Untuk mengurangi
2. Pertahankan sesak nafas
kepatenan jalan napas
1. Agar keluarga dan
3. Berikan oksigen pasien dapat
jika perlu mengerti
Edukasi
1. Ajarkan keluarga cara 1. Untuk
menggunakan O2 di mendapatkan
rumah terapi oksigen
Kolaborasi
1. Kolaborasi penentuan
2 Bersihan jalan nafas dosis oksigen
tidak efektif Tujuan: Setelah
berhubungan dengan dilakukan tidakan
sekresi yang tertahan keperawatan 3 x 24 1. Untuk mengetahui
(D0001) jam diharapkan Manajemen Jalan pola nafas pasien
DS: bersihan jalan nafas Napas 2. Mengetahui
Mengatakan sesak dapat teratasi. Dengan Observasi: adanya bunyi nfas
Mengatakan sulit kriteria hasil: 1. Monitor pola napas tambahan
bicara Batuk efektif 3. Mengetahui
Produksi sputum 2. Monitor bunyi napas produksi sputum
DO: berkurang tambahan pasien
Pola nafas
Gelisah. 3. Monitor sputum 1. Agar tidak ada
Mengi berkurang
Sianosis. Sianosis teratasi (jumlah,warna,aroma) sumbatan
2. Posisi dapat
Bunyi napas
Terapeutik membantu pasien
menurun. 1. Pertahankan mengurangi sesak
kepatenan jalan napas 3. Agar sesak
Frekuensi napas
2. Posisikan semi fowler berkurang
berubah. atau fowler 4. Untuk
Pola napas berubah. mengeluarkan
3. Lakukan fisioterapi lender
dada, jika perlu 5. Agar dapat
4. Lakukan penghisapan mengurangi sesak
lendir kurang dari 15 nafas
detik
5. Berikan oksigen, jika
perlu
1. Agar asupan
cairan terpenuhi
Edukasi
1. Anjurkan asupan
cairan 2000ml/hari, 1. Untuk
jika tidak mengeluarkan
kontraindikasi lender
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, 1. Untuk mengetahui
mukolitik, jika perlu pola nafas pasien
Pemantauan Respirasi 2. Untuk mengetahui
Observasi: pernafasan pasien
1. Monitor pola nafas
3. Agar terpantau
2. Monitor frekuensi, kondisi pasien
irama, kedalaman dan
upaya napas 4. Mengetahui
3. Monitor saturasi sumbatan jalan
oksigen, monitor nilai nafas yang dialami
AGD pasien
4. Monitor adanya 5. Untuk produksi
sumbatan jalan nafas sputum pasien
1. Untuk memantau
5. Monitor produksi kondisi pasien
sputum
Terapeutik
1. Atur Interval
pemantauan respirasi 1. Agar pasien dan
sesuai kondisi pasien keluarga mengerti
2. Agar pasien dan
Edukasi keluarga
1. Jelaskan tujuan dan mengetahui
prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu
DAFTAR PUSTAKA
Kuwalak, Jennifer.P.2011.PATOHFISIOLOGI,Jakarta:EGC
Somantri,Irwan.2009.Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
pernapasan.Jakarta:Salemba Medika
Syamsudin,Sesilia Andriani keban.2013.Buku ajar Farmakotrapi gangguan saluran
pernapasan.Jakarta:Salemba Medika
Anies.2015.penyakit berbasis lingkungan.Yogyakarta:Ar-Ruzz Media Herdman,T.
Heather.2012.diagnosis keperawatan.Jakarta:EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI
LAPORAN PENDAHULUAN
INSOMNIA PADA LANSIA
Disusun Oleh :
FEBI MUHAMAD RAMDAN
J.
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan hasil (SMART)
1 Gangguan pola tidur Tujuan: Setelah Dukungan Tidur
berhubungan dengan dilakukan tidakan Observasi:
kurang kontrol tidur keperawatan 3 x 24 1. Identifikasi pola 1. Untuk mengetahui
(D.0055) jam diharapkan pola aktivitas dan tidur aktivitas tidur
DO: tidur membaik. pasien
Mengeluh sulit tidur Dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi faktor 2. Mengetahui factor
Mengatakan Keluhan sulit tidur pengganggu tidur penghambat tidur
kemampuan berkurang (fisik dan/atau
beraktivitas Keluhan sering psikologis)
menurun terjaga berkurang 3. Identifikasi makanan 3. Mengetahui factor
Istirahat cukup dan minuman yang makan dan minum
DO: Keluhan pola tidur mengganggu tidur penghambat tidur
Nyeri/kolik berubah (mis. kopi, teh,
Edukasi
1. Jelaskan tujuan,
manfaat, batasan, dan
jenis relaksasi yang 1. Agar pasien dan
tersedia (mis. Musik, keluarga dapat
meditasi, napas memahami
dalam, relaksasi otot
progresif)
2. Anjurkan mengambil
posisi yang nyaman
2. Agar menjadi
3. Anjurkan sering lebih nyaman dan
mengulangi atau tenang
melatih teknik yang 3. Agar menjadi
dipilih lebih nyaman dan
tenang
DAFTAR PUSTAKA
Potter, Patricia A., Perry, Anne G Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku 3. Jakarta: Salemba
Medika NANDA International Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi Jakarta: EGC
Ackley, B . J., Ladwig.G.B., & Makic ,M . B .F . (2017). Nursing Diagnosis Handbook,
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta :
PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta :
PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta :
PPNI