Anda di halaman 1dari 34

KONSEP-KONSEP DASAR

ANALISIS STRUKTUR
Hubungan-hubungan fundamental untuk
Analisis Struktur

Ashar Saputra, PhD


Hubungan-hubungan fundamental untuk
Analisis Struktur
• Analisis struktur secara umum akan
menggunakan tiga tipe hubungan; yaitu
1. Persamaan keseimbangan (equilibrium equations)
2. Kondisi kesesuaian (compatibility condition)
3. Hubungan kejadian (constitutive relation)
Kesetimbangan (equilibrium)
• Sebuah struktur dianggap berada pada keseimbangan
bila, awalnya struktur tetap pada kedudukannya, ia akan
tetap pada kedudukannya ketika menerima gaya-gaya
atau pasangan gaya
• Salah satu tujuan dari analisis struktur adalah mengetahui
berbagai macam reactions yang timbul pada dukungan
dan internal stress resultant (momen lentur, gaya lintang,
gaya normal dan torsi) yang terjadi di setiap titik pada
struktur akibat gaya yang bekerja (applied forces).
Kesetimbangan (equilibrium)
• Solusi yang benar dari reaksi dukungan dan internal
stress resultants tersebut haruslah memenuhi kondisi-
kondisi kesetimbangan statis (static equilibrium), baik
pada:
• Struktur secara keseluruhan
• Setiap bagian dari struktur (yang diambil sebagai free body)

• Secara umum, kondisi kesetimbangan statis


tersebut dapat dinyatakan sebagai;


dan persamaan-persamaan tersebut akan memberikan
hubungan antara applied forces dengan internal actions
Persamaan keseimbangan
(equilibrium equations)
• Keseimbangan pada struktur 2 dimensi dinyaakan sebagai:
• Ilustrasi
Persamaan keseimbangan
(equilibrium equations)
• Keseimbangan pada struktur 3 dimensi dinyaakan
sebagai:
Pertimbangan kinematis dari struktur yang
terdeformasi (compatibility)

• Selain kondisi equilibrium harus terpenuhi, kondisi


compatibility juga harus terpenuhi pula
• Kondisi ini bisa disebut sebagai kontinuitas displacement
sepanjang struktur, atau disebut geometry.
• Perhatikan gambar di atas. Pada dukungan-dukungan
displacements harus konsisten dengan kondisi dukungannya.
Pada dukungan jepit A, besarnya rotasi dan translasi di A harus =0.
Pada dukungan rol B, besarnya translasi vertikal harus = 0
• Pada semua titik di sepanjang stuktur  kontinuitas displacements
harus dipenuhi. Titik D yang dianggap sebagai rigid connections
antara bagian kiri (AD) dan bagian kanan (DBC), displacements
(translasi dan rotasi) di titik D dari bagian AD maupun di titik D dari
bagian DBC harus sama besar.
Derajat keidaktentuan statis dan kinematis

• Bila gaya merupakan bilangan utama yang tidak


diketahui dalam analisis, maka harus diperhitungkan
static indeterminacy
• Dalam hal ini, struktur dibuat menjadi statis tertentu (agar bisa
diselesaikan hanya dengan persamaan kesetimbangan),
kemudian banyaknya gaya-gaya kelebihan (redundant)
merupakan derajat ketidaktenuan statisnya.
• Pada gambar (a), derajat ketidaktentuan statis = 1
• Pada gambar (b), derajat ketidaktentuan statis = 2
Derajat keidaktentuan statis dan kinematis

• Bila displacements merupakan bilangan utama yang tidak


diketahui dalam analisis, maka yang harus diperhatikan
adalah kinematic indeterminacy.
• Dalam hal ini, banyaknya displacements (translasi atau
rotasi) di ujung-ujung batang yang belum diketahui
besarnya merupakan derajat ketidaktentuan kinematisnya.
• Gambar (a), derajat ketidaktentuan kinematis = 1
• Gambar (b), derajat ketidaktentuan kinematis = 0 (kinematically
determinate)
Derajat keidaktentuan statis dan kinematis

• Contoh: tentukan derajat ketidaktentuan statis dan


kinematis struktur berikut.

Ds =2

Ds =6
Derajat keidaktentuan statis dan kinematis

• Contoh: tentukan derajat ketidaktentuan statis dan


kinematis struktur berikut.

For truss
Ds =1 For frame
Dk = 3

Ds =3
Dk = 3
Derajat keidaktentuan statis dan kinematis
Prinsip Superposisi
• Pengaruh beberapa
pembebanan pada
struktur dapat diperoleh
dengan menjumlahkan
pengaruh masing-masing
pembebanan yang
dikerjakan sendiri-sendiri
secara terpisah
• Prinsip tersebut hanya
terbatas berlakunya pada
kondisi dimana
hubungan antara actions
dengan displacements
adalah linear.
Assignment, make review
• https://www.youtube.com/watch?v=XN3Z0azSCpY
FLEXIBILITY AND STIFFNESS
Pengertian Flexibility dan Stiffness

• Hubungan antara
Action dan
Displacement punya
peranan yang sangat
penting dalam analisis
struktur
• Hubungan ini terpakai
pada metode
Kelenturan (Flexibility)
maupun metode
Kekakuan (Stiffness)
• Perhatikan contoh
sederhana berikut ini:
• Pada kondisi yang lebih kompleks prinsip superposisi dipakai!. Perhatikan
contoh berikut:
𝐷1 = 𝐹11 . 𝐴1 + 𝐹12 . 𝐴2 + 𝐹13 . 𝐴3 𝐴1 = 𝑆11 . 𝐷1 + 𝑆12 . 𝐷2 + 𝑆13 . 𝐷3

𝐷2 = 𝐹21 . 𝐴1 + 𝐹22 . 𝐴2 + 𝐹23 . 𝐴3 𝐴2 = 𝑆21 . 𝐷1 + 𝑆22 . 𝐷2 + 𝑆23 . 𝐷3

𝐷3 = 𝐹31 . 𝐴1 + 𝐹32 . 𝐴2 + 𝐹33 . 𝐴3 𝐴3 = 𝑆31 . 𝐷1 + 𝑆32 . 𝐷2 + 𝑆33 . 𝐷3

𝐷1 𝐹11 𝐹12 𝐹13 𝐴1 𝐴1 𝑆11 𝑆12 𝑆13 𝐷1


𝐷2 = 𝐹21 𝐹22 𝐹23 𝐴2 𝐴2 = 𝑆21 𝑆22 𝑆23 𝐷2
𝐷3 𝐹31 𝐹32 𝐹33 𝐴3 𝐴3 𝑆31 𝑆32 𝑆33 𝐷3

{D} = [F] {A} {A} = [S] {D}

FLEXIBILITY STIFFNESS
1 1
 Akan dicari hubungan antara “action” dengan “displacement” , yang
2 2
11 12
memberikan matrix fleksibilitas bila dinyatakan dalam:
21 22

1 11 12 1

2 21 22 2

11 12
atau memberikan matrix kekakuan bila dinyatakan dalam:
21 22

1 11 12 1

2 21 22 2

 Akan ditunjukkan pula bahwa


−1
11 12 11 12

21 22 21 22
𝐿3 𝐿2 12𝐸𝐼 6𝐸𝐼
3𝐸𝐼 2𝐸𝐼 𝐿3 𝐿2
[F] [S]
𝐿2 𝐿 6𝐸𝐼 4𝐸𝐼
− 2
2𝐸𝐼 𝐸𝐼 𝐿 𝐿

6 6
L L

Sehingga dapat disimpulkan bahwa [F] = [S]-1 atau [S] = [F]-1


Equivalent Joint Loads
• Pada metode matrix, pengaruh beban luar yang tidak
bekerja pada titik nodal (“joint”) yang lazim dikenal
sebagai beban-batang (“member loads”) diekivalensikan
dengan beban pada titik nodal yang mempunyai
pengaruh sama seperti beban aslinya.
• Konsep tersebut dikenal sebagai equvalent joint load dan
dijelaskan sebagai berikut:
Equivalent Joint Loads. Contoh Support settlements
Equivalent Joint Loads. Contoh Support settlements
Equivalent Joint Loads. Contoh effect of temperature change

Anda mungkin juga menyukai