Anda di halaman 1dari 33

BAB III

STUDI LIIERATUR MENGENAI ASPHALT PAVING FABRIC

GEOTEKSTIL TREVIRA SPUNDBOND 011/130

UI.l UMUM

Asphalt Paving Fabric yang digunakan dalam percobaan ini adalah

geotekstil TREVIRA SPUNBOND 011/130 yang terbuat dari suatu bahan lembaran

yang terbuat dari 100 % CONTINOUS FILAMENT POLYESTER NON WOVEN

NEEDLEPUNCHEED. Bahan ini mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap

pengaruh langsung sinar ultra violet dan kimiawi serta tahan sampai temperatur

220°C tanpa terjadi perubahan bentuk. Hal ini diperlukan sesuai dengan kondisi

pekerjaan di lapangan. Macam-macam serat yang digunakan untuk pembuatan

textile adalah :

- Serat asli ( natural fibres )

- Serat yang dibuat manusia ( man made fibres )

- Serat sintesis ( synthetic fibres )


17

Bahan serat yang paling potensial adalah synthetic fibres karena

merupakan satu-satunya serat yang dapat dibentuk secara kimiawi, mekams, phisik

sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan geothecnical engineering. TREVIRA

SPUNDBOND 011/130 termasuk geotekstil yang terbuat dan serat sintesis. Untuk

memenuhi persyaratan pengolahan bahan yang mudah, murah, dan mempunyai sifat-

sifat yang mudah dipakai, maka synthetic fibres yang umum dikembangkan

akhir-akhir ini dibuat dari bahan-bahan sebagai berikut :

polypropylene

polyethilene

polyester

nylon

Geotextile Trevira Spunbond 011/130

Berikut ini adalah hasil produksi dari synthetic fibres setelah melalui

beberapa proses:
18

• monofilamentfibrcs

• multifilament yarns

• staple fibres.

• staple yarns

[11.2 TIPE-TIPE GEOTEXTILE ( GEOTEKSTIL )

Ditinjau dari bahan yang digunakan dan cara penggunaannya maka

geosintetik dikelompokkan sebagai berikut:

GEOTEXTILE

SYNTHETIC NATURAL

Impermeable

Non Woven Stitched Knitted Kombinasi Woven

Melt Bonded Monofilament


Needle Punched Multifilament
Resin Bonded Tape
Kombinasi Kombinasi

Gambar 1 : Penggolongan Geotekstil


19

111.2.1 Impermeable Gcotcxtilc ( Geotekstil Kedap )

Dalam perdagangan ada dua tipe geotekstil kedap, yaitu :

a. Berupa lembaran yang dibuat dari bahan plastik yang menerus

b. Berupa geotekstil yang dianyam dan dilekatkan diatas lembaran plastik yang

kedap.

111.2.2 Permeable Geotextile ( Geotekstil tidak Kedap )

A. Non woven ( Bukan Anyaman )

Non woven geotextile dibuat dengan menyebarkan serat-serat pada sebuah

platform yang bcrgerak. Scrat-scrat itu kemudian menjadi pokok untuk beberapa

bentuk pengikat. Hasil dari geotekstil ini umumnya mempunyai sifat isotropic

pada bidangnya. Non woven geotextile dapat dibentuk menurut dua cara yang

berbeda tergantung dari tipe serat yang digunakan, yaitu :

• Serabut ( staple )

• Continuous filament

Perbedaan yang jelas dari kedua tipe serat tersebut adalah :

* Investasi dalam perencanaan produksi tipe serabut ( staple ) lebih murah

daripada tipe continuous filament.

* Sisa-sisa pembuatan staple fibres dapat digunakan untuk pembuatan jenis

geotekstil yang lain.

Pada penggunaan bentuk serabut ( staple ) untuk bahan pembentuk

geotekstil diperlukan dua tahap yang berlainan. Pada tahap pertama synthetic

staple fibres dibentuk dan kemudian digunakan untuk membuat geotekstil.


20

Pada penggunaan continous fibres proses pembuatan geotekstil hanya

melalui satu tahap saja. Hasil pembuatan ini disebut SPVNBOND atau SPUN

LAW NON WOVEN FABRIC

Non woven geotekstil ini dapat dibagi lagi atas empat bagian yang

sesuai dengan metode pembuatan geotekstil yaitu :

a. Melt Bounded Non Woven ( Bukan Anyaman yang Diikat Oleh Proses

Pelelehan )

Pada proses ini pengikatan dari serat-serat dibuat dengan membenkan

panas yang dapat menyebabkan lelehnya sebagian dari serat-serat. Pemberian

tekanan ( dengan roller ) menyebabkan ikatan antara serat-serat menjadi lebih

stabil.

b. Needle Punched Non Woven ( Bukan Anyaman yang Diikat oleh Proses

Penjaruman )

Metode pengikatan untuk proses ini adalah menjalankan jarum berkait

diatas lembaran serat, sehingga terjadi belitan-belitan serat. Pada proses ini hanya

serat-serat monofilament yang digunakan, baik staple maupun continous filament.

c. Resin bonded woven ( Anyaman yang Diikat Oleh Proses Perekatan )

Geotekstil ini dibentuk dengan mengisi lembaran serat-serat menjadi satu

kesatuan yang akan menghasilkan ukuran geotekstil yang tepat karena jumlah

bahan perekat yang diberikan tidak dapat dikontroi secara tepat dan keraguan

terhadap durability dari lapisan perekat, maka pemakaian proses ini untuk

geotekstil sudah berkurang. sekarang proses pengikatan dengan perekat ini hanya

dipakai sebagai medium pengikat sekunder untuk needle punched non woven.
21

(I. Kombinasi Non Woven ( Bukan Anyaman yang Diikat Olch Gabungan

Proses Pelelehan dan Penjaruman )

Untuk memenuhi kebutuhan maka kadang-kadang dipakai 2 macam

proses pengikatan serat non woven diatas (a & b) yang dilaksanakan dengan

proses needle punched non woven dan menghasilkan produksi low weight

geotextik (geotekstil ringan J. .

B. Stitched ( Setik Jahitan )

Stitched geotextik dibuat dengan menjahitkan serat-serat yang mempunyai

kekuatan tinggi pada sebuah lapisan serat yang sudah ada. Proses yang umum

digunakan untuk menjahitkan serat-serat tadi disebut malimo proses. Hasilnya adalah

geotekstil yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan geotextik woven

monofilament dan multifilament.

C. Knitteds ( Perajutan )

Knitted geotextik dibentuk dengan memutarkan serat-serat menerus atau

benang-benang mengelilingi satu dengan lainnya sehingga membentuk fabric.

Knitted geotextik dapat dibagi lagi atas dua group yang sesuai dengan metode

pembuatannya yaitu :

a. Weft Knitted ( Perajutan dengan Cara Weft)

Geotekstil ini meliputi putaran berbelit dari seutas benang untuk

membentuk sebuah fabric yang mempunyai bentuk seperti kaus kaki.

b. Warp Knitted ( Perjutan dengan Cara Warp )

Prosesnya sama dengan weft knitted, hanya saja dalam proses ini, kekuatan

yang tcrtinggi dijumpai pada arah warp dan hasilnya adalah geotekstil yang
22

unisotropic. Pemakaian geotekstil jenis ini dibatasi hanya untuk reinforcing slopes

embankment dan dinding penahan tanah

I). Woven ( Anyaman )

Woven geotextile terbuat dari anyaman 2 buah serat yang saling tegak lurus.

Hasil anyaman lersebut menimbulkan si fat mekanis material dalam 2 arah yang

berbeda, yaitu arap warp dan weft.

Arah serat warp adalah serat yang dianyam dalam geotekstil pararel dengan arah

pembuatannya (arah memanjang).

Arah serat weft adalah arah serat yang dianyam tegak lurus pada arah

pembuatannya ( arah lebar).

Arah warp umumnya dibuat lebih kuat dari pada arah weft, hal ini

discbabkan pada waktu pembuatan untuk arah scrat warp diperlukan stress yang

lebih besar.

Geotekstil anyaman ini dibagi atas 4 bagian yang sesuai tipe serat yang

digunakan yaitu :

a. Monofilament Wovens ( Anyaman Serabut Tunggal )

Geotekstil ini terdiri dari serat-serat monofilament pada arah warp

maupun arah weft. Pada potongan melintang dari serat monofilament ini berupa

bentuk lingkaran atau ellips.

b. Multifilament Wovens ( Anyaman lianyak Serabut)

Geotekstil ini terdiri dari serat-serat multifilament yang disusun dari serat-

serat menerus pada kedua arah yaitu arah warp dan arah weft. Untuk serat

multifilament diperlihatkan pada (lumbar 2.


23

Monofllamonl

COinpr
one
malorla

eroNlamenl

Comp
centra
core and an external sheath
ol a dllloront chemical

Cam bar 2 : Pcrbcdaan scrat monofilament dan multifilament

c. Tape Wovens ( Anyaman Pita )

Geotekstil ini terbuat dari serat-serat yang berupa benang tipis menerus

pada kedua arah warp dan weft. Lebar dari serat-serat itu umumnya berkisar

antara 1,5 - 4 mm.

d. Kombinasi Wovens ( Gabungan Anyaman )

Geotekstil ini merupakan gabungan antara jenis-jenisnya woven geotextile

(a,b,c) dan pada umumnya mempunyai sifat yang berbeda arah warp dan arah

weft.

E. Kombinasi ( Gabungan )

Pembuatan geotekstil ini untuk mendapatkan sifat-sifat khusus yang dibentuk

dengan menggabungkan 2 cara utama pembuatan woven dengan nonwoven. Yang

sering dikombinasikati adalah bentuk geotekstil dari melt bonded non woven dengan

high strength fibres yang dijahitkan dengan fibres needle punched. Hasilnya adalah

geotekstil bukan anyaman yang mempunyai sifat filter yang baik & mempunyai

kckuatan yang tinggi.


24

III.3 FUNGSI GEOTEKSTIL

Secara teoritis fungsi dari geotekstil didalam mekanika tanah adalah untuk

beberapa tujuan sebagai berikut :

III.3.1 Separation Function ( Fungsi Pernisah )

a. Untuk mencegah bercampurnya tanah lunak, saturated & halus dengan bahan-

bahan yang berbutir kasar ( granular material). Pada struktur jalan raya diatas

tanah lunak seperti pada Gambar 3. Tampak keuntungan pemakaian geotekstil

dalam penyebaran beban.

Gtimbnr 3 Perbedaan antara pemakaian geotekstil dengan tanpa


geotekstil pnda lapisan tanah subgrade yang lunak

b. Untuk mencegah bercampurnya timbunan tanah liat dengan timbunan batuan

besar seperti terlihat pada Gambar •/. Dengan memakai geotekstil diantara

lapisan tanah liat dengan bahan besar, maka pengaruh erosi yang merugikan

dapat dikurangi. Dalam hal ini geotekstil bcrfungsi sebagai filter.


25

Gnmbnr 4 : Pemakaian Geotekstil untuk slope protection


Beberapa si fat umum yang harus diperhatikan didalam pemakaian

geotekstil untuk bahan pemisah adalah :

• Tensile stcngth extension

• Tear Resistance

• Permeability ( bila fungsi sebagai filter dibutuhkan )

• Burst Resistance

III.3.2 Filtration Function ( Fungsi Penyaring)

Bila suatu tanah menerima gaya tekanan air, maka partikel-partikel tanah

yang dipermukaan akan mengalami erosi. Ada beberapa cara air akan mengikis tanah

yaitu :

a) Keluarnya air dari dalam tanah secara tak teratur.

b) Naik-turunnya muka air pada permukaan tanah secara tidak teratur.

c) Akibat pergerakan air pada permukaan tanah ( Current Water Flows )

d) Akibat benturan / tumbukan gaya-gaya tekanan air pada suatu massa tanah

( Wave forces )
Untuk melindungi tanah dan penyebab-penyebab tersebut diatas, maka dapat

digunakan geotekstil sebagai filter dan separation. Pada struktur pelabuhan dimana

struktur harus menahan gaya gaya akibat gelombang seperti yang diperlihatkan pada

(iambar 5.

Membrane acting
as filler layer
Membrane mysi be sno'ig i n o De.i»e*oit

Gambar 5 : Penggunaan Geotekstil sebagai Filtration

Penggunaan geotekstil pada suatu struktur dapat bertungsi ganda. yaitu

sebagai pemisah dan penyaringan seperti terlihat pada Gambar 6.

Without membrane With membrane

Water tries to Water


escape through escapes Cla
SECTION' SECTION *
small area rapidly soil

M
OO OO
O o o ~c
tx With membrane I
Small surface area Large stone/clay Large surface area Small
lor moisture loss contact area (or moisture loss stone/clay
contact area

Gambar 6 : Penguunaan geotekstil dengan dan tanpa sebagai rungsi penvanng dan pemisah
27

III.3.3 Reinforcement Function ( Fungsi Penulangan )

Bila geotekstil telah dipasang didalam tanah, maka akan berfungsi

penulangan dengan 2 macarn cara yang berbeda :

a) Penulangan dari geotekstil akan tampak jelas bila digunakan sebagai pembatas

mobilisasi strain pada xlruktur-struktuf geoteknik. Dalam hal ini geotekstil akan

berfungsi sebagai tulangan seperti pada struktur beton bertulang. ( Gambar 7a.)

b) Penulangan akan terjadi bila geotekstil digunakan dalam tanah sebagai penerus

atau penyebar beban pada masa tanah yang lebih luas ( Gambar 7b )

Pemakaian prinsip ini untuk pertama kali diuraikan olch Mc. Gown ( 1976 )

dimana dijelaskan mengenai keuntungan pemakaian geotekstil pada struktur jalan

raya yang fleksibel dan bersifat permanen.

Facing Failure plana


unit wlin reinforcement
KVi H

Failure
plane
without
reinforce-
ment

_A
7 Relnlorcing
(a)

,/, , strips
or membrane

C£5

Memorano
wrap
00

G n m h i i r 7 : Pcngyunaan geotekstil sebagai reinforcement


28

II 1.3.4- Drainage Function ( Fungsi Drainasi )

Beberapa macam geotekstil telah dipakai sebagai drain. Salah satu percobaan

telali dilakukan oleh Bucher, et.al ( 1982 ) yang hasilnya membuktikan bahwa

berpindahnya tanah dipengaruhi oleh tekanan lateral. Bila geotekstil berfungsi

sebagai drain, maka diharapkan juga berfungsi sebagai (liter dari tanah sebelum air

itu mengalir.

III.4 PENGGUNAAN GEOTEKSTIL PADA PERKERASAN LENTUR

Perencanaan perkerasan lentur dengan menggunakan stabilitas geotekstil

didasarkan pada prinsip American Association Of State Highway And Transportation

Officials ( AASHTO ) , Interim Guide for Desain of Pavement Structures. Dipilihnya

dasar ini karena AASHTO telah dikenal dan diterima secara umum oleh masyarakat

luas terutama di Amerika Serikat, dan juga komponen struktur yang digunakan

dalam perencanaan mudah diperoleh. Jenis material dan keadaan lingkungan harus

diperhitungkan didalam perencanaan. Selain prosedur ini hanya dapat digunakan

untuk tanah dasar ( subgrade ) yang mempunyai CBR antara 1 - 6 dan beban sumbu

tunggal tidak lebih dari 40.000 lbs. Untuk kendaraan dengan beban roda yang lebih

besar, diperlukan pengalaman khusus untuk mendesain perkerasan tersebut.

III.4.1 Konsep Dasar Penggunaan Geotekstil Pada Perkerasan

Stabilisasi dengan menggunakan geotekstil telah digunakan selama beberapa

tahun untuk stabilisasi pada sistem deformasi tinggi (high deformation sistim), yaitu

pada jalan-jalan tanpa perkerasan untuk daerah dimana lekukan diijinkan. Dengan

digunakan geotekstil pada bebcrapa sistcm struktur diatas, maka daya dukung
29

subgrade akibat beban roda kendaraan akan meningkat. Hal ini dapat terjadi karena

sifat-sifat dari geotekstil yang berfungsi sebagai lapisan batas dari agregat terhadap

subgrade dapat menyebabkan beban pada bidang yang lebih luas. Dengan demikian

tebal total dan struktur perkerasan jalan dapat berkurang bila dibandingkan dengan

struktur perkerasan jalan yang didesain dengan sistem konvensionil, dan struktur

perkerasan jalan tersebut tetap dapat menerima beban kendaraan yang sama serta

memberikan umur rencana yang sama dengan sistem konvensionil.

Dari beberapa penelitian yang dilakukan pada sistem soil - geotekstil -

agregat diperoleh kesimpulan bahwa :

Dengan memisahkan agregat dari subgrade, maka geotekstil akan memelihara

intergritas dari agregat lapis pondasi dan juga meningkatkan umur efektif

perkerasan tersebut.

Akibat tegangan yang terjadi pada geotekstil, maka sifat pemisah geotekstil

terhadap agregat akan melindungi shear strength yang terjadi antar agregat -

subgrade tersebut, sehingga dapat menyebarkan beban roda kendaraan lebih

stabil dan subgrade.

Seperti yang dilaporkan oleh Barenberg dan Raad, bahwa perhitungan

simulasi dari sistem soil-geotekstil-agregat dengan pengujian model fisik

menunjukkan bahwa geotekstil akan berfungsi sebagai penulangan dan sifatnya

sebagai pemisah material lapis pondasi akan meningkat setelah lekukan terjadi pada

subgrade. Perhitungan menunjukkan sedikit penurunan vertikal pada permukaan

( lekukan dalam 1 inch ) untuk menimbulkan tegangan pada geotekstil Tegangan ini

dapat terjadi bila pemasangannya di lapangan rata dan bebas dari lipatan
30

Kemampuan geotekstil sebagai penulangan dan pemisah ditunjukkan dalam

.fungsi modulus geotekstil yang merupakan bilangan dari tegangan pada geotekstil

terhadap regangannya yang terjadi akibat beban yang dikerjakan pada geotekstil.

Pada modulus yang lebih tinggi berarti geotekstil menerima tegangan yang lebih

rendah dari beban yang dikerjakan. Makin tinggi modulusnya makin kecil regangan

yang dibutuhkan untuk menahan tegangan batas yang diberikan pada geotekstil dan

makin besar pula sifat penyebaran bebannya.

Komposisi dari material lapis pondasi juga mempengaruhi struktur

perkerasan jalan. Material lapis pondasi yang ideal adalah agregat bergradasi

menerus dengan partikel halus kadar rendah. Material lapis pondasi yang dibutuhkan

hams terdiri dari batu pecah yang bersih atau kerikil yang dicuci bersih ( < 5 %

melalui ayakan No. 200 ) dan tidak ada material yang bersifat plastis. Umumnya

base course memperoleh kekuatan akibat internal friction yang tidak dipengaruhi

oleh derajat kejenuhan ataupun akibat adanya pembekuan, asalkan mempunyai

drainase yang baik.

1II.4.2 Penempatan Dan Keuntungan Pemakaian Geotekstil Pada Perkerasan

Dalam hal fungsi utama dalam penggunaan geotekstil ini sebagai

penulangan, maka faktor kekuatan yang cukup serta ikatan yang baik terhadap bahan

disekitarnya adalah sangat penting. Geotekstil yang dipasang pada jalan kerikil

mempunyai dua fungsi yaitu sebagai penyaring dan penulangan dimana geotekstil

akan mencegah batuan masuk ke tanah dasar dan sekaligus memperkuat perkerasan

tersebut yang pada akhirnya akan mengurangi ketebalan lapisan agregat yang
31

diperlukan bila dibandingkan dengan ketebalan yang diperlukan sekiranya geotekstil

tidak dipasang.

Tiga penempatan geotekstil yang paling umum pada perkerasan jalan

beraspal adalah sebagai berikut:

I Pada lapisan antar subgrade dan subbase

2. Pada bagian bawah dari lapisan permukaan

3. Dibawah lapisan ulang, pada jalan lama yang mengalami kerusakan

Keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dengan memasang geotekstil

pada lapisan permukaan yaitu :

0 Membatasi refleksi

0 Membatasi alur

0 Membatasi retak yang diakibatkan oleh kelelahan campuran

0 Berfungsi sebagai lapis kedap ( membrane ) antara perkerasan lama dan

overlay

0 Menambah umur (lifetime ) dari overlay

0 Mengurangi beban tekanan retak ( shear stresses ) antara perkerasan lama

dengan overlay pada perkerasan kaku ( rigid pavement)

Pemilihan jenis geotekstil dalam pemakaiannya untuk lapisan permukaan

pada umumnya didasarkan atas percobaan laboratorium atau hasil-hasil dari program

penelitian. Beberapa sifat geotekstil yang diperlukan sehubungan dengan

penggunaannya untuk lapisan permukaan adalah sebagai berikut:

a) Ketahanan terhadap temperatur terutama temperatur campuran beraspal

b) Kuat tank yang cukup tinggi


32

c) Kekakuan terhadap tarikan yang cukup tinggi

d) Ketahanan yang baik terhadap beban berulang

e) Ikatan permukaan seta interlok yang baik terhadap bahan disekitar

Masalah yang timbul sehubungan dengan syarat diatas yaitu mengenai

ketahanan terhadap temperatur yang telah dilaporkan oleh para ahli bahwa geotekstil

yang terbuat dari bahan polythilene kurang tahan terliadap temperatur campuran

beraspal dan lebih cocok fungsinya untuk penulangan pada lapisan tanah, sedangkan

bahan polyprophilene lebih tahan terhadap temperatur yang lebih tinggi dan

karenanya khusus dapat dibuat untuk penggunaan pada lapisan permukaan

campuran beraspal.

Pada pelapisan ulang (overlay) fungsi geotekstil dengan kekuatan yang tidak

terlalu tinggi iaiah sebagai lapis kedap yang mencegah masuknya air pada lapisan

dibawahnya yang mengalami retak dan bila hal ini tidak dilindungi akan

menimbulkan kerusakan baru pada lapisan permukaan. Dalam kasus ini sudah

barang tentu penggunaan lapis pengikat untuk membuat lapis geotekstil menjadi

kedap air adalah sangat penting.

III.5 PENELITIAN GEOTEKSTIL TREVIRA SPUNDBOND 1112 DAN

HASILNYA OLEH PUSLITBANG .JALAN

PUSLITBANG JALAN telah melakukan penelitian yaitu berupa penelitian

pendahuluan terhadap kondisi perkerasan yang sesuai dengan tujuan penelitian.

I.angkah benkutnya adalah pengujian benda uji di laboratorium yang dilanjutkan

dengan percobaaan dengan skala penuh di lapangan yang kemudian diobservasi dan
33

dianalisa. Disamping itu juga dilakukan studi literatur untuk mendapatkan masukan

tentang karakteristik geotekstil sebagai perkuatan khususnya geotekstil Trevira

Spunbond 1112. Berikut ini adalah laporan penelitian beserta hasil-hasilnya yang

telah dilakukan oleh PUSLITBANG JALAN.

111.5.1 Penelitian Pendahuluan

Guna mendapatkan lokasi yang cocok untuk penelitian dilakukan sigi lokasi

pelebaran yang mengalami kerusakan retak memanjang atau longitudinal pada

sambungan Sigi pendahuluan ini dilakukan pada ruas jalan Ciamis - Banjar. Dari

hasil sigi pendahuluan ditentukan sepanjang 200 meter untuk selanjutnya dilakukan

tahap penelitian berikutnya

111.5.2 Pcrcobaan Laboratorium

Campuran beraspal merupakan campuran bahan yang homogen, isotropis dan

viskoelastis, yang kekuatannya sangat dipengaruhi oleh suhu dan lamanya waktu

pembebanan, oleh karena itu untuk memudahkan perhitungan dan analisis pada

pengujian di laboratorium, suhu dan waktu pembebanan dibuat sama. Adapun

langkah-langkah pengujian di laboratorium meliputi :

a) Pengujian karaktcristik dan sifat-sifat bahan serta campuran untuk pclapisan

ulang. Pengujian karakteristik campuran digunakan metode uji Marshall

b) Pengujian lentur terhadap batang uji yang tanpa dan menggunakan geotekstil

Trevira Spunbond 1112 dengan metode dinamis. Dari pengujian ini diperoleh

hubungan antara beban, regangan dan panjang retak yang timbul dari benda uji.
34

c) Pengujian kedalaman alur lapisan yang tanpa dan dengan geotekstil dengan

menggunakan mesin Whell Tracking. Dari hasil pengujian alur diperoleh nilai

deformasi permanen, stabilitas dinamis dan kecepatan deformasi.

III.5.3 Percobaan Lapangan

Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan kriteria

kerusakan jalan, dengan jenis geosintetik sebagai perkuatannya dan mengetahui

kekuatan struktur jalan baik di pelebaran maupun di jalan lama maka sebelum

penghamparan terlebih dahulu dilakukan pemilihan kondisi perkerasan yang dapat

menunjang keberhasilan penelitian. Lokasi percobaan ditentukan berdasarkan

kriteria-kriteria sebagai berikut:

a) Adanya perbedaan kualitas antara jalan lama dan pelebaran yang dapat

mengakibatkan terjadinya retak atau kerusakan memanjang di

sambungan. Perbedaan kualitas tersebut disebabkan oleh pekerjaan

pemadatan yang sulit dilakukan secara sempurna

b) Lalu lintas yang lewat antara sedang dan berat.

c) Tidak jauh dari lokasi unit pencampuran aspal ( AMP )

Untuk dapat memenuhi kriteria tsb maka padajalur jalan lama dilakukan :

a. Sigi kondisi perkerasan jalan level 2.

b. Pemeriksaan lendutan balik dengan alat Benkelmann beam

c. Sigi lalu lintas

Pelaksanaan pelapisan ulang dilakukan secara mekanis, sedangkan

pemasangan geotekstil Trevira'Spunbond 1112 dilakukan secara semi manual pada

lokasi yang telah ditentukan sebagai lokasi percobaan.


35

111.5.4 Observasi dan Evaluasi

Untuk mengetahui kinerja struktur perkerasan dilakukan observasi secara

berkala dan observasi pertama dilakukan pada umur lebih kurang 1 bulan yang

meliputi :

Pengujian lendutan balik dengan alat Benkelmann Beam

Pemeriksaan kondisi perkerasan dengan metode PCS-2

Pengambilan contoh inti untuk diuji di laboratorium

111.5.5 Hasil Pengujian di Laboratorium

A. Bahan

Bahan yang digunakan unluk penelitian meliputi bahan untuk perkuatan yaitu

geotekstil Trevira Spunbond 1112 dan bahan campuran beraspal yaitu agregat dan

aspal. Pada label I disajikan hasil pengujian geotekstil Trevira SB 1112

Tabel I : Hasil pengujian Geotekstil Trevira SB 1112

No J en is Uji Hasil Uji Syarat *


1. Kuat tarik ( Grap Tensile Strength )
ASTM D-4632 lbs 125,75 80 min
2, Pemuluran sampai putus.
ASTM D-4632 , % 81,30 50 min
3. Penyerapan terhadap aspal (gal/yd2)
Al.MS-2 0,21" ) 0,1 min
4. Pcnyusutan pada suhu 300 "F ( % ) . 5 maks

* ) Sumber Trevira Spunbond Engineering Fabric for Asphalt Pavement System, 1986
** ) Dapat dilihat pada tabel 3
36

Untuk mengetaliui penyerapan aspal pada geotekstil Trevira SB 1112

dilakukan percobaan di laboratorium, dan hasil percobaan seperti disajikan pada

label 11

Tabel II Hubungan waktu dengan jumlah penyerapan aspal


eniulsi pada Geotekstil Trevira SB 1112

No. Waktu Banyaknya Aspal


(detik) Hmulsi
(Kfi/m2)
1. 10 1.78
2. 20 2.07
3. 30 2.30
4. 40 2.51
5. 50 2.61
6. 60 2.87

Dengan kadar aspal residu pada aspal emulsi 65 % berat jenis 1.03 diperoleh

jumlah aspal residu yang diserap geotekstil Trevira Spunbond 1112 adalah 1.48

kg/cm2 x 65 % = 0.96 kg /cm2 = 0.932 liter / m2 (= 0.21 gallon / yard2 =)

Adapun bahan-bahan yang digunakan PUSUTBANG JALAN ini untuk campuran

yaitu aspal penetrasi 60/70 dan agregat keduanya diambil dari AMP Angkasa Puri

Tasikmalaya.

B. Campuran

Untuk mendapatkan gradasi yang sesuai dengan spesifikasi yang telah

ditentukan dilakukan pencampuran dari rnasing-masing fraksi. Untuk ini digunakan

mctodc gratis sehingga diperoleh perbandingan tcrtentu dari rnasing-masing fraksi

yang diperlukan agar memenuhi spesifikasi yang diperlukan. sedangkan untuk

mendapatkan karakteristik campuran pada kadar aspal optimum dilakukan dengan


37

metode Marshall. Spesifikasi agregat yang digunakan PUSLITBANG Jalan adalah

spesifikasi Aspal Treated Base ( ATB ) Bina Marga. Komposisi perbandingan

agregat:

Split 36.6%

Screen 24.4 %

Pasir 39 %

Dapat dilihat pada tabel III.

Tabel III: Komposisi dan gradasi agregat

No Saringan Split Screen Abu Batu Campuran Spec •)


1. 1" 100 - - 100 100
2. 3/4" 76,8 91,5 90-100
3. 1/2" 39,3 100 100 77,5 68-100
4. 3/8" 15,9 99,8 99,9 68,0 51-74
5. No. 4 0,7 41,3 99,8 57,0 45-65
6. No. 8 0,5 1,6 87,4 47,1 38-58
7. No. 30 0,4 1,1 39,5 21,0 18-50
8. No. 50 0,3 1,1 25,3 17,5 7-39
9. No. 100 0,3 0,9 18,9 19,9 8-28
10. No. 200 0,2 0,7 12,4 6,5 2-8

A. Karakteristik Marshall

Dari hasil percobaan di laboratorium diperoleh kadar aspal optimum 6.9 %

dimana karaklenstik campuran dengan kadar aspal optimum tersebut memenuhi

persyaratan sebagaimana disajikan dalam tabel IV.


18

Tabel IV : Rangkuman hasil pengujian campuran dengan met ode Marshall

No. Pengujian Hasil Spesifikasi

Minimum Maximum

1. Kadar Aspal ( % ) 6.90 . .

2. Stabilitas ( K g ) 1160 450 .

3. Rongga terhadap 5.80 4 8

Campuran ( % )
4. Marshall Kuosien KN 2.9 1.8 5

B. Pengujian kedalaman alur lapisan beraspal dengan menggunakan mesin

Whell Tracking.

Dengan kadar aspal optimum berdasarkan hasil pengujian metode Marshall

dibuat benda uji dengan campuran yang sama seperti hasil pengujian dengan

Marshall untuk selanjutnya dilakukan pengujian kedalaman alur dengan

menggunakan mesin Whell Tracking. Pengujian dilakukan dengan 2 cara, yaitu :

• Lapisan Campuran ATB tanpa geotekstil Trevira SB 1112

• Lapisan Campuran ATB dengan geotekstil Trevira SB 1112

Pada pemasangan geotekstile pada perkerasan juga digunakan lapis

perekat ( tack coat ). Jumlah lapis perekat disesuaikan dengan kondisi kondisi

perkerasan ditambah jumlah aspal yang diserap geotekstil Trevira SB 1112

Penentuan jumlah lapis perekat tergantung pada kondisi permukaan jalan lama dan

sebagai pegangan dapat digunakan ketentuan pada label V. Pada pengujian

kedalaman alur dan lentur dengan menggunakan geotekstil Trevira SB 1112

digunakan aspal emulsi dengan jumlah 1.48 kg/m2.


39

Tabel V : Hubungan kondisi permukaan dan lapis perekat peresap

No Kondisi Permukaan Lapis Ikat Aspal Keras ( L/m2)

1. Bleeding (flusked) <0,09

2. Lunak tidak porous 0,09 - 0,23

3. Sedikit porous, sedikit teroksidasi 0,13-0,36

4. Sedkit porous teroksidasi 0,36-0,50

5. Porous, kering (Badly pocked) 0,50 - 0,59

Tabel V I : Hubungan banyaknya lapis perekat dan gaya geser

No Aspal Emulsi ( Kg/cm2 ) Hasil Pengujian

<P Kohesi Kuat Geser

1 1,48 33,8 2,40 3,07 kg/cm 2

2 0,66 34,0 1,71 2,38 kg/cm 2

3 0,00 32,3 1,51 2,14 kg/cm 2

Tabel VTI : Hasil uji alur dgn Whell Tracking Machine

No Jenis Contoh Nilai kecepatan Stabilitas Deformasi


deformasi (mm/menit) dinamis permanen (mm)
lintasan/mm
1 ATB tanpa 0,025 1737 2,65
geotekstil
2 ATB dengan 0,022 2000 2,20
geotekstil

Dari hasil pengujian dan pengolahan rumus yang ada temyata bahwa nilai

stabilitas dinamis lapisan ATB dengan geotekstil Trevira SB 1112 27 % lebih besar

dibanding lapis ATB tanpa geotekstil Trevira SB 1112 atau geotekstil akan
40

menaikkan nilai stabilitas dinamis lapisan ATB 1,27 kali dari lapisan ATB tanpa

geotekstil Trevira SB 1112.

Juga lapisan ATB dengan geotekstil Trevira SB 1112 mempunyai nilai

deformasi permanen 20 % lebih kecil dibandingkan dengan tanpa geotekstil Trevira

SB 1112, atau dengan geotekstil Trevira SB 1112 menurunkan deformasi permanen

ATB sebesar 80%. Dengan memperhatikan hasil pengujian alat tersebut, lapisan

ATB yang menggunakan geotekstil Trevira SB 1112 cenderung lebih kecil dan tahan

terhadap deformasi akibat beban, bila dibandingkan dengan lapisan ATB tanpa

geotekstil Trevira SB 1112.

Tabel VIII : Pemeriksaan tingkat deformasi dan stabilitas dinamis


dengan alat Whell tracking machine

Waktu Lintasan Deformasi (mm)


Tanpa Geotekstil Dengan Geotekstil
SB 1112 SB 1112
0 1320 0 0
0,5 1309 0.5 0.5
1 1298 0.71 0.61
2 1276 0.99 0.89
3 1254 1.19 1.09
4 1232 1.4 1.30
5 1210 1.6 1.40
10 1100 2.11 1.96
15 990 2.54 2.36
20 880 2.79 2.64
30 660 3.3 3.10
40 440 3.71 3.45
50 220 3.99 3.76
60 0 4.24 394
41

C. Pengujian lentur terbadap batang uji dengan metoda dinamis.

Sebagai ilustrasi struktur dan prinsip pengujian lentur dapat dilihat pada gambar
Lapisan ATB

• Trevira SB 1112

Plywood -i Karet

lOcrrT"

52.50 cm
Gambar 8 : Posisi penempatan Trevira SB 1112 untuk pengujian lentur

Tabel IX Hubungan frekuensi dgn regangan untuk batang uji


dengan dan tanpa menggunakan geoteksril.

No Beban Frek. Regangan ( u m / mm )

Kg/cm 2 Put/ Tanpa 2.5 cm dr 5 cm dr


mnt Trevira bawah bawah
1. 6.54 20 0.33 0.19 0.2
2 6.54 50 0.44 0.26 037

.V 6 54 145 0.51 0 37 0 46

Tabel X Hubungan frekuensi dgn panjang retak untuk batang uji


dengan dan tanpa menggunakan geotekstil.

No Beban Frek. Panjang Retak ( cm )

Kg / cm2 Put/ Tanpa 2.5 cm dr 5 cm dr


mnt Trevira bawah bawah
1. 6.54 20 6.9 0.87 2.12
2 6.54 50 7.5 1.22 2.75
3. 654 145 9.25 2.2 4.4
42

Tabel XI Hubungan frequensi dgn lendutan untitle batang uji


dengan dan tanpa menggunakan geotekstil.

No Beban Krek. Lendutan

Kg / cm2 Put/ Tanpa 2.5 cm dr 5 cm dr


mat Trevira bawah bawah
1. 6 54 20 0.45 0.22 0.41

2. 6.54 50 0.95 0.39 0.67

3. 6.54 145 1.82 0.68 1.44

Dari data tabel serta gambar diatas pada pengujian lentur memperlihatkan

kesimpulan sebagai berikut :

1. Dengan jumlah frekwensi beban yang sama retak yang terjadi pada batang uji

lapis ATB yang mengunakan geotekstil Trevira SB 1112 relatif lebih kecil

dibanding dengan lapisan ATB tanpa geotekstil.

2. Jumlah pengulangan beban yang dapat dipikul lapisan ATB yang

menggunakan geotekstil, makin besar untuk letak geotekstil yang mendekati

dasar batang uji pada regangan yang sama. Pada jumlah beban yang sama

ternyata tinggi atau panjang retak maksimum yang terjadi pada lapisan ATB

dengan geotekstil Trevira SB 1112 sangat tergantung pada penempatan

geotekstil. Makin dekat penempatan pada batang uji, panjang atau tinggi

retak makin kecil.

3. Dari hasil pengujian, dapat diketahui bahwa lendutan maksimun yang terjadi

pada lapisan ATB yang diperkuat Trevira SB 1112 lebih kecil 63 % bila

dibandingkan dengan yang tanpa geotekstil. Dari hasil pengujian tersebut

menunjukkan bahwa penggunaan geotekstil Trevira SB 1112 menghasilkan


43

beban yang dapat dipikul batang uji lebih tinggi, sehingga kinerja lapisan

lebih tahan terhadap beban bila dibandingkan tanpa geotekstil Trevira SB

1112. Penggunaan geotekstil pada lapisan ATB ternyata dapat menahan retak

akibat beban terbatas yang dipikul.

4. Disamping hal-hal tersebut diatas penggunaan geotekstil Trevira SB 011/130,

ternyata memperkecil lendutan yang terjadi, yang nantinya akan

mengakibatkan pula tegangan lentur yang terjadi diharapkan menjadi kecil

pula.

III.5.6 Aplikasi Data Puslitbang Jalan Untuk Penelitian Laboratorium

Data yang diambil untuk dibandingkan dengan percobaan yang dilakukan

adalah hasil pengujian lentur dan waktu pembebanan yang telah dilakukan oleh

PUSLITBANG Jalan. Keadaan-keadaan yang mempengaruhi hasil percobaan juga

diperhatikan, seperti suhu dll.

Dari hasil pengujian lentur yang telah dilakukan dapat kita peroleh modulus

elastisitas sebagai berikut :

Tabel XII : Pengujian Lentur dengan Bidang Kontak 75 cm2

No Beban Frek. Regangan ( u ni / mm ) Modulus Elastisitas ( Mpa )

Kg / cm Cycle Tanpa 2.5 cm dr 5 cm dr Tanpa 2.5 cm dr 5 cm dr

/ mnt Trevira bawah bawah Trevira bawah bawah

1. 654 20 0.33 0.19 0.2 1942.17 3373.26 3204.6

2. 6.54 50 0.44 0.26 0.37 145663 2465.07 1732.21

3 6.54 145 0.51 0.37 0.46 1256.71 1732.21 1393.3

I lasil-hasil pengujian lersebut dilakukan pada waktu pembebanan yang

bervaiiasi dan keadaan sampel yang berbeda yaitu dengan menggiinakan Trevira SB
44

1112 atau tanpa menggunakan Trevira SB 1112. Untuk mendesain perkerasan

sebagai patokan diambil frekwensi 10 hertz atau vvaktu pembebanan 0.016 detik

dengan bidang kontak roda sepanjang 20 cm. Untuk pengujian lentur digunakan

patokan jumlah pukulan permenit ± ( 72 ± 3 ) sebagai acuan untuk mendapatkan

parameter - paremeter ( regangan, panjang retak, lebar retak, dll.) yang diperlukan.

( Diambil dari sumber : Murray CD, Simulation Jesting of Geolextile Membrane

Reflection (racking ).

Hasil tcrsebut akan kita bandingkan dengan mengadakan percobaan indirect

tensile strain dengan memperhalikan keadaan yang sama dengan percobaan

PUSLITBANG. Keadaan yang hams diperhatikan yaitu lamanya waktu pembebanan,

suhu dll. Jenis perkerasan yang dicoba adalah AC VIII sedangkan pada

PUSLITBANG menggunakan ATB. Pemilihan jenis campuran aspal AC VIII ini

karcna ukuran maksimum agregat campuran aspal ini adalah 1/2 inch ( 12.5 mm ).

Hal ini dimaksudkan supaya dalam pembuatan bendauji dengan tinggi 38.1 mm

( minimum ) dengan pemasangan geotekstil pada tengah benda uji ( 19.1 mm ),

agregat dapat dipadatkan dengan baik pada cetakan ( mold ) benda uji. Perbedaan

lamnya adalah type geotekstil yang digunakan PUSLITBANG menggunakan Trevira

Spunbond 1112 sedang dalam percobaan ini menggunakan Trevira Spunbond

011/130.

Perbedaan antara Trevira Spunbond 1112 dengan Trevira Spunbond 011/130

adalah terletak pada berat geotekstil tersebut, Trevira Spunbond 1112 mempunyai

berat 120 grarn/m2 sedangkan Trevira SB 011/130 mempunyai berat 130 gram/m .
45

Perbedaan berat 10 gram/m2 dapat ditoleransi bahkan akan semakin memperjelas

kontribusi geotekstil Trevira Spunbond 011/130 terhadap perkerasan.

Dengan adanya perbedaan modulus elastisitas antara lapisan perkerasan aspal

dengan dan tanpa Trevira setelali pengujian, maka diharapkan terjadi pula perbedaan

kekuatan antara lapisan perkerasan tersebut dalam menjalankan fungsinya. Misalnya

apakah dengan adanya Trevira SB 011/130 akan dapat memperpanjang umur

rencana, mencegah terjadinya retak-retak secara sporadis dll. Pembahasan tentang

hal ini akan dibahas lebih lanjut dalam Bab IV dan Bab V dengan melakukan

pengujian Indirect Tensile Strain serta bantuan program DAMA dari Asphalt

Institute untuk mendapatkan umur rencana perkerasan.

III.6 CARA PEMASANGAN TREVIRA SPUNBOND 011/130 PADA

PERKERASAN DI LAPANGAN

Dari hasil percobaan di laboratorium dapat ditentukan cara pemasangan

Trevira Spunbond 011/130 pada perkerasan secara benar sehingga dapat

memberikan keuntungan teknis dan ekonomis sebesar-besarnya.

Cara pclaksanaan pemasangan Trevira Spunbond 011/130 pada perkerasan

dilapangan adalah sebagai berikut:

III.6.1 Peralatan

A. Scmprotan Angin Mekaois

Semprotan angin mekanis yang digunakan hams mampu membersihkan

permukaan perkerasan lama dari kotoran, air, batu kerikil atau benda-benda tajam

yang dapat mcrusak Asphalt Paving Fabric


46

B. Aspal Distributor

Aspal distributor yang digunakan harus mampu menyemprotkan lapis

perekat secara merata dan sesuai dengan kebutuhan

C. Alat Penghampar

Alal yang digunakan untuk mengelar Asphalt Paving Fabric yaitu batang

pipa berdiameter 2 inch dengan panjang 4 meter, dipasang dilubang tengah rol

Asphalt Paving Fabric Penghamparan tersebut dapat dilakukan dengan

menggunakan kendaraan yang telah dimodifikasi.

111.6.2 Metoda Pelaksanaan Pekerjaan

A. Persiapan Permukaan Perkerasan Lama

Tahap pertama pelaksanaan pekerjaan Asphalt Paving Fabric adalah

mempersiapkan permukaan perkerasan lama, sebagai berikut:

1. Sebelum penyemprotan lapis perekat dimulai, semua kotoran, air, batu kerikil

ataupun benda-benda tajam yang dapat merusak atau merobek Asphalt Paving

Fabric harus disingkirkan terlebih dahulu dengan memakai sikat mekanis atau

semprotan angin mekanis atau kombinasi kedua-duanya.

2. Pcmbcrsihan harus dilanjutkan atau mclcwati 200 mm dari tcpi bidang yang

akan disemprot

3. Retak-retak yang terjadi ada permukaan perkerasan lama dengan lebar kurang

dan 5 mm, harus ditutup terlebih dahulu dengan aspal filler.

4. Kerusakan berupa lubang-lubang yang terjadi ada pemiukaan perkerasan lama

harus ditutup dengan melakukan patching setempat dan harus dipadatkan

dengan mesin pemadat roda baja.


47

5. Kemsakan yang terjadi karena defleksi ( rusak struktur ) harus diperbaiki

terlebih dahulu sampai diperoleh permukaan perkerasan yang rata dan

mantap.

B. Penyemprotan Lapisan Perekat

1. Sebelum penyemprotan lapis perekat dilakukan, maka permukaan permukaan

perkerasan lama harus benar-benar kering.

2. Penyemprotan lapis perekat kepennukaan lama harus dilaksanakan dalam

cuaca terang dan harus tidak dilaksanakan pada waktu angin kencang

3. Penyemprotan lapis perekat ke permukaan lapisan lama harus mcrata dan

lebar bidang penyemprotan harus dilebihkan 200 mm sebagai bidang tumpang

tindih sambungan sisi-sisi dari Asphalt Paving Fabric

4 Takaran pemakaian lapis perekat yaitu 1.00 liter per meter persegi untuk

permukaan perkerasan yang tidak berpori ( permukaan licin) dan 1.50 liter per

meter persegi untuk permukaan perkerasan yang berpori ( permukaan lapuk )

5. Permukaan perkerasan lama yang telah disemprotkan lapis perekat tidak

diijinkan dilalui oleh lalu-lintas kendaraan bermotor ataupun manusia.

C. Penggelaran Asphalt Paving Fabric

1. Kondisi Asphalt Paving Fabric sebelum digelar diatas lapis perekat harus

benar-benar bersih dan kering.

2. Pengelaran Asphalt Paving Fabric harus dilakukan dengan hati-hati segera

setelah penyemprotan lapis perekat diatas permukaan perkerasan lama

3. Jika dalam pelaksanaan penggelaran Asphalt Paving Fabric terjadi kerutan,

maka Asphalt Paving Fabric haris dipotong, kemudian dilakukan overlap dan
48

diberi perekat lagi dimana pemasangan overlap tersebut harus searah dengan

arah gerak mesin finisher.

!>• Penvambunga.n Asj)lialt Paving Fabric

I. Penyambungan pada ujung-ujung Asphalt Paving Fabric harus dilakukan

dengan metode tumpang tindih dimana jarak lumpang tindih tersebut harus

150 mm.

2 Penyambungan pada sisi-sisi Asphalt Paving Fabric harus dilakukan dengan

metoda tumpang tindih dimana jarak tumpang tindih tersebut minimal harus

150 mm

3. Sebelum dilakukan penyambungan pada bagian ujung atau sisi Asphalt Paving

Fabric, maka pada ujung atau sisi Asphalt Paving Fabric harus diberi lagi lapis

perekat dengan jarak 150 mm.

4. Seliap penyambungan pada ujung-ujung Asphalt Paving Fabric, harus

disesuaikan dengan arah gerak alat finisher ( arah overlap harus sama dengan

arah gerak alat finisher)

Anda mungkin juga menyukai