Anda di halaman 1dari 182

drh. GALUH CHANDRA AGUSTINA, M.

SI
 Air
 Protein
 Karbohidrat
 Lemak
 Mineral
 Vitamin
 BB
 Jenis kelamin
 Umur
 Pertumbuhan rata2
 Fase produksi
 Bahan kering: tanpa kandungan air
 Protein kasar: yang mengandung nitrogen
(N)
 Energi: pati, lemak, selulosa, protein
 Serat: karbohidrat yang terdapat dalam
tanaman
 Mineral: makro dan mikro
 Vitamin: larut dalam air, larut dalam lemak
 Daya hidup
 Pertumbuhan
 Reproduksi
 Laktasi
 Ransum harus mengandung semua nutrisi
dalam kuantitas dan kualitas serta
perbandingan yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi ternak
 Ransum: pakan yang diberikan pada ternak
dalam selama 24 jam
 Dapat diberikan 1x atau beberapa kali
 Palatabilitas tinggi
 Nilai gizi cukup
 Harga terjangkau
 Mudah didapat
 Tidak beracun
 Pakan beragam
 Tersedia sepanjang waktu
 Kebutuhan bahan kering > 3% BB
 Total Digestibel Nutrien (TDN) 60-70% BB ->
energi
 Protein kasar 9%
 Status fisiologi dan BB ternak
 Data kebutuhan nutrisi
 Bahan pakan yang akan digunakan
 Data komposisi nutrisi
 Hitung ransum dengan seimbang
 Analisa kesesuaian susunan pakan dengan
kebutuhan
 Rumput gajah
 Rumput raja
 Rumput benggala
 Rumput lapang
 Jerami padi
 Pucuk tebu
 Tebon jagung
 Alang-alang
 Daun lamtoro
 Daun gamal
 Daun turi
 Daun kaliandra
 Daun kelor
 Daun paitan
 Jerami kacang tanah
 Jerami kedelai
 Daun ketela pohon
 Daun pisang
 Kulit coklat
 Daun waru
 Kulit kopi
 Daun akasia
 Isi rumen
 Kulit pisang
 Kulit nangka
 Hijauan Segar
 Rumput 4-10% BB (umur potong tua-muda)
 Limbah pertanian 4% BB
 Leguminosa (tinggi protein) 20-60%
 Konsentrat
 Buatan pabrik 1-1,5% (kandungan: BK>88%,
PK>12%, LK<6%, SK 12-17%, TDN>64%,
Abu<10%)
 Limbah pertanian: dedak padi 100%, bungkil
kedelai 25%, bungkil kelapa 20%, ampas sagu
15% dari konsentrat
 Perbandingan hijauan:kosentrat
50%:50%, 40%:60%, 30%:70%, 20%:80%
 Hijauan semakin sedikit semakin bagus, lebih
bagus lagi jika sudah dilayukan dan
dikeringkan
 Asam propionat akan meningkat pada hijauan
kering untuk pembentung daging
 Berdasarkan BCS ternak
 BCS: digunakan untuk mengetahui performa
reproduksi dan estimasi kebutuhan nutrisi
 Evaluasi BCS dilakukan ketika: dimulainya
program fattening, awal kawin, sapih,
melahirkan
 Amati sekitar anus dan pangkal ekor (cekung
atau terisi)
 Palpasi pelvis (terisi lemak atau tidak)
 Palpasi tulang panggul (berbatas jelas atau
tidak)
 Palpasi tulang duduk (berbatas jelas atau tidak)
 Amati dan palpasi tulang belakang (terlihat jelas
dan teraba atau tidak)
 Amati dan palpasi tulang torak (terlihat atau
tertutupi lemak)
 Badan Litbang Pertanian. 2013. Formulasi Ransum Pada Usaha Ternak Sapi
Penggemukan. Agroinovasi. Sinar Tani.
 Priya Anugera S. 2019. Penyusunan Pakan Ternak Ruminansia (Sapi, Kambing,
Domba). Pengawas Mutu Pakan Ternak Ahli. Dinas Peternakan dan Perikanan
Kabupaten Blitar.
 I Gusti Lanang Oka Cakra. Teknis Penentuan BCS pada Ternak Sapi. Fakultas
Peternakan Universitas Udayana. Denpasar
PENYUSUNAN RANSUM (PAKAN)

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
RANSUM /PAKAN:

PAKAN YANG DIBERIKAN KEPADA TERNAK SELAMA 24


JAM, PEMBERIANNYA DAPAT SATU KALI ATAU BEBERAPA
KALI SELAMA 24 JAM.

PAKAN SEIMBANG
PAKAN YANG DIBERIKAN SELAMA 24 JAM
YANG MENGANDUNG SEMUA NUTRIEN
DALAM KUANTITAS, KUALITAS SERTA
PERBANDINGAN YANG CUKUP UNTUK
MEMENUHI KEBUTUHAN NUTRIEN YANG
DIPERLUKAN TERNAK SESUAI DENGAN
TUJUAN PEMELIHARAAN atau STATUS
FISIOLOGIS.
PAKAN RUMINANSIA

Pakan ruminansia terdiri dari dua


kelompok yaitu:

HIJAUAN ≥ 50% + KONSENTRAT


≤ 50% 3
KONSENTRAT (Pakan Tambahan) :

1. Dibuat/diformulasi dari beberapa bahan pakan asal


hewan atau tumbuhan.
2. Sebaiknya bahan tidak bersaing dengan manusia
3. Dapat digunakan limbah dari pabrik atau
hasil samping pertanian

4
Bahan Pakan Penyusun Konsentrat

• Bahan baku untuk pembuatan pakan konsentrat


sapi atau kambing di kelaskan menjadi :

1. Sumber Energi
Contoh: bekatul, onggok, gaplek, kulit ari
coklat
kulit ari kopi afval
2. Sumber roti, afval mie dll
Protein
Contoh : bungkil sawit, bungkil kopra afval
wijen
susu afkir bubuk, bungkil k.kedelai, ampas
kecap
3. Sumber Mineral
kalsit dan zeolit,mutiara,
5
4. Sumber Vitamin
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEBUTUHAN NURIEN:

• JENIS TERNAK
• JENIS KELAMIN
• BOBOT BADAN
• TARAF PERTUMBUHAN = status fisiologi
• TINGKAT PRODUKSI
• JENIS PRODUKSI
NUTRIEN YANG DIBUTUHKAN
TERNAK RUMINANSIA:

1. BAHAN KERING (BK)


2. ENERGI : DE, ME, NE, TDN
3. PROTEIN : PK, RDP, IDP
4. MINERAL
BAHAN KERING (BK)

• PENYUSUNAN RANSUM DARI


BAHAN YANG BERLAINAN,
HARUS DIHITUNG ATAS DASAR
BK DULU, BARU
DIKONVERSIKAN KE BAHAN
SEGAR
• KONSUMSI BK SEKITAR 2 – 4 %
BB
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEBUTUHAN BK:
1. BOBOT BADAN
2. NILAI NUTRISI PAKAN
3. UMUR TERNAK
4. KADAR ENERGI PAKAN
5. STRES
6. JENIS KELAMIN
Perbandingan Pemberian Hijauan & Konsentrat
serta Hasil yang diinginkan
Hijauan Konsentrat HASIL
Lemak susu tertinggi
P1 70% 30 % Produksi tertinggi
Efisiensi = P3
Lemak susu = P1
P2 60% 40% Produksi = P3
Efisiensi = P3
Lemak susu lebih rendah
P3 50% 50% Produksi = P2
Paling Efisiensi (tinggi)
10
Jumlah Pemberian Pakan
• Walaupun kurang begitu tepat pada umumnya
• jumlah hijauan segar yang sering diberikan pada
ternak ruminansia adalah 10 % dari berat hidup,
• konsentrat hanya diberikan 1 % dari berat hidup.

• Jumlah pemberian Pakan (hijauan + konsentrat) yang


lebih tepat dapat diperkirakan dari kebutuhan bahan
kering (BK).

• Kebutuhan bahan kering sapi perah ± 3,5% BB


Kebutuhan Bahan kering sapi potong ± 3 % BB
• Kebutuhan Bahan kering domba & kambing
• 4 - 4,5 %BB
Perhitungan Berdasarkan BK
• Contoh : BB sapi perah 300Kg, Kebut Bk=3,5 %
• Pemberian Hijauan : Konsentrat = 70 : 30

• Berat badan sapi perah 300 Kg


• Kebutuhan BK 3,5 % 🡪3,5/100 x 300 =
10,5 Kg BK

• Hijauan 70 %🡪70/100x10,5Kg=7,35 Kg BK
• Hijauan Segar 🡪100/20x7,35 Kg=36,75 Kg

• Konsentrat 30%🡪30/100x10,5 Kg=3,15 Kg


• Konsentrat tersedia🡪100/86x3,15=3,66Kg
Kebutuhan Nutrisi Ternak
RUMINANSIA
• Kebutuhan ternak
terhadap pakan (Nutrisi)
tergantung pada :
1. jenis ternak, umur,
2. fase (pertumbuhan,dewasa,
bunting,menyusui),
3. kondisi tubuh (normal, sakit)
4. lingkungan tempat hidupnya
(temperatur, kelembaban
nisbi udara)
5. bobot badannya.
13
Persyaratan pakan yang baik

1. PALATABILITAS
2. NILAI GIZI
3. HARGA MURAH (harga mutrien)
4. MUDAH DIPEROLEH
5. TIDAK BERACUN
6 KERAGAMAN PAKAN
7 TERSEDIA SEPANJANG WAKTU
JENIS HIJAUAN dan LIMBAH
PERTANIAN SUMBER ENERGI UTK
RUMINANSIA
• Rumput Gajah
• Rumput Raja
• Rumput Benggala
• Rumput lapang
• Jerami padi
• Pucuk tebu
• Tebon jagung
• Alang-alang
JENIS HIJAUAN dan LIMBAH
PERTANIAN SUMBER PROTEIN UTK
RUMIANASIA
• Daun Lamtoro
• Daun Gamal
• Daun Turi
• Daun Kaliandra,
• Daun kelor
• Daun Dadap
• Daun Paitan
• Jerami kacang tanah
• Jerami kedelai
• Daun ketela pohon
PAKAN ALTERNATIF
• Daun pisang
• Daun waru
• Daun akasia
• Kulit pisang
• Kult nangka
• Ampas bir
• Kulit Edamame
• Kulit coklat
Bahan pakan penyusun konsentrat

Dedak, onggok,
pollard,
Sumber molases , bekatul,
energi jagung,
Ketela pohon

Konsentrat
Sumber Bk kapok, bk kedelai
protein bk kelapa, ampas
Tahu. Tepung ikan dll
FORMULA KONSENTRAT KUALITAS
BAIK
KOMPOSISI
BAHAN BAKU FORMULA PK TDN
PK TDN
Polard 15 68 30 4,5 20,4
Katul 10 58 15 1,5 8,7
Empok jagung 8 75 10 0,8 7,5
Gaplek 3 65 5 0,2 3,3
B. Kopra 22 75 10 2,2 7,5
B. Kapuk 26 75 10 2,6 7,5
B. Kacang 48 77 10 4,8 7,7
Kulit coklat 8 55 5 0,4 2,8
Tetes 4 70 3 0,1 2,1
Mineral 0 0 2 0 0

17,1 67,4
FORMULA KONSENTRAT SEDERHANA
(KUALITAS SEDANG)

KOMPOSISI
BAHAN FORMU PK TDN
BAKU PK TDN
LA
Polard 15 68 35 5,3 23,8
Katul 10 58 35 3,5 20,3
B. Kopra 22 75 13 2,9 9,8
B. Kapuk 26 75 15 3,9 11,3
Mineral 0 0 0 0 0

15,5 65,1
TERIMA KASIH
Contoh Soal Ternak Sapi Potong:

• Sapi potong dengan berat badan 300 Kg, ingin


dinaikkan berat badannya 1,1Kg/hari.

• Pakan yang tersedia : 4 Kg Hay rumput bermuda ;


0,011 Kg Dikalsium fosfat ; 0,021 Kg Tepung tulang,
jagung giling dan Bungkil kedelai.

• Dalam Tabel terlihat sapi tersebut membutuhan:


Protein = 0,78 Kg dan NEm = 5,55 Mcal/Kg serta
NEg = 4.78 Mcal/Kg
Tabel Komposisi Bahan Pakan

Bahan Pakan BK Berdasarkan Bahan Kering


no
NE m NE g NE lak Protein
(Mcal/K (Mcal/ (Mcal/ (%)
g) Kg) Kg)
1 Rumput 90 1,05 0,39 1,14 5,5
bermuda (hay)
2 Dikalsium 96 - - - -
fosfat
3 Tepung Tulang 96 - - - -

4 Jagung giling 89 2,28 1,48 1,28 10,0

5 Bungkil kedelai 89 1,93 1,29 2,07 51,5


Jawaban Soal :
1. Protein dari Hay rumput bermuda = 5,5/100 x 4Kg =0, 22Kg

2. Net.Energi dari hay rumput bermuda = (1,05 + 0,39) Mcal/Kg


x 4 Kg =5,76 Mcal

Net Energi (Mcal)


Protein (Kg)

Kebutuhan 0,78 5,55 +4,78 = 10,33

Yang terpenuhi 0,22 5,76

Kekurangan 0,56 4,57


3. Membuat Persamaan :
• Misalkan digunakan jagung giling= X Kg dan Bungkil kedelai = Y Kg
• Persamaan Protein 🡪 10/100 X + 51,5/100 Y = 0,56
Persamaan Energi 🡪 (2,28 + 1,48) X + (1,93 +1,29) Y = 4,57

• Menghilangkan Penyebut :
• I. Persamaan Protein (x100)🡪 10 X + 51,5 Y = 56
• II. Persamaan Energi 🡪 3,76 X + 3,22 Y = 4,57

• Menghilangkan salah satu Variabel


I. Persamaan Protein (x 3,76)🡪 37,6 X + 193,64 Y = 210,56
II. Persamaan Energi (x 10) 🡪 37,6 X + 32,20Y = 45,70
• --------------------------------------------------- -
• 161,44 Y = 164,86
• Y = 164,86/161,44 = 1,021 Kg

• Menghitung variabel yang belum diketahui :


• I. Persamaan 🡪 10 X + 51,5 (1,021 ) = 56
• X = (56 – 52,582) / 10 = 0,342 Kg
Pengecekan :

Protein Tabel Protein NEm. Tabel NEm NEg Tabel NEg bahan
Berat (%) Bahan (Mcal/Kg) bahan (Mcal/Kg) kol.1 X kol
Bahan kol 1 X kol.1 x .6 (Mcal)
(Kg) kol 2 kol.4
(Kg) (Mcal)

4 Kg Hay 5,5 0,22 1,05 4,2 0,39 1,56

0,342 kg 10 0,034 2,28 0,778 1,48 0,506


jagung

1,021 kg 51,5 0,526 1,93 1,971 1,29 1,3173


Bungkil

5,363 kg 0,78 6,949 3,383


Total
Ransum
Jumlh Kol.1. Kol. 2. Kol.3. Kol. 4. Kol.5
Ransum Tab. 37 (1x2) Tab.37 (1x4)
Kg As Feed NEmMcal/Kg Tot.NemMcl NEgMcal/K Tot.NEgMcl
g
4.0 Rum.Bermuda 1.05 4.20 0.39 1.56
4.41 Jagung 1.85 8.16 1.26 5.57
0.42 B.l Kedelai 1.79 0.75 1.20 0.50
0.011 Defluor. fosfat 0.00 0.00 0.00 0.00
0.021 Tepung tulang 0.00 0.00 0.00 0.00
8.862 Total Ration 1.48 13.11 0.86 7.63
NEm untuk keseluruhan ransum = 13.11/ 8.862 = 1,48 Mcal/Kg
NE g untuk keseluruhan ransum = 7,63 / 8.862 = 0,86 Mcal / Kg
Kebutuhan Nem untuk Sterr BB 300 Kg (tabel.22) = 5.55 Mcal
Jumlah kebutuhan untuk Maintenen (Hidup Pokok) = 5.55/ 1.48 = 3.75
Jumlah Kebutuhan untuk gain (Pertambahan BB) = 8.86 – 3.75 = 5. 11 Kg
Jumlah NE gain dalam 5.11 Kg ransum tersedia untuk gain = 5.11 x 0.86 = 4.39 Mcal
Jumlah of gain yang diharapkan dari 4,39 Mcal (dilihat Tabel 22) diperkirakan 1,02 Kg/hari
NEm untuk keseluruhan ransum = 13.11/ 8.862 = 1,48 Mcal/Kg

NE g untuk keseluruhan ransum = 7,63 / 8.862 = 0,86 Mcal / Kg

Kebutuhan Nem untuk Sterr BB 300 Kg (tabel.22) = 5.55 Mcal

Jumlah kebutuhan untuk Maintenen (Hidup Pokok) = 5.55/ 1.48 =


3.75
Jumlah Kebutuhan untuk gain (Pertambahan BB) = 8.86 – 3.75 = 5.
11 Kg
Jumlah NE gain dalam 5.11 Kg ransum tersedia untuk gain = 5.11 x
0.86 = 4.39 Mcal
Jumlah of gain yang diharapkan dari 4,39 Mcal (dilihat Tabel 22)
diperkirakan 1,02 Kg/hari
DRH. GALUH CHANDRA AGUSTINA, M.SI
Zoonosis
Penyakit yang dapat ditularkan secara alamiah antar
hewan dan manusia dan juga sebaliknya
Penyakit Zoonosis
Bakteri dan Jamur Parasit dan Virus
 Antraks  Babesiosis
 Brucellosis  Toxoplasmosis
 Botulismus  Kudis
 Tuberkulosis  Fasciolasis
 Leptospirosis  Sisticerkosis dan Taeniasis
 Ringworm  Foot and Mouth Disesase
 Orf
Antraks
Bakteri Bacillus anthracis, membentuk spora bertahan
bertahun-tahun.
 Akut, mati tanpa gejala  Penularan Inhalasi, kontak
disertai keluarnya darah mukosa, tertelan
melalui hidung dan anus  Kutaneus: luka dan keropeng
 Umum: leher bengkak, dada,
hitam, septikemia,
,meningitis
lambung, kelamin luar, lemah
 Inhalasi: pneumonia
 Diagnosa: preparat ulas darah
 Intestinal: gastroenteritis
dari hidung atau anus akut, diare berdarah
 Masa inkubasi: perkutan 3-10
hari, inhalasi 1-5 hari,
intestinal 2-5 hari
Pencegahan dan
Pengendalian Pengobatan
 Semua karkas hewan yang  Antiserum 100-150 ml,
mati dikubur sedalam 2 antibiotik, kemoterapi
meter dan diberi kapur,
daerah terinfeksi diisolasi
berpagar
 Material yg terkontaminasi
dibakar
 Desinfeksi wool import
Brucellosis
Bakteri Brucella abortus, Brucella melitensis, Brucella
suis -> Bang disease

 Abortus usia 5-8 kebuntingan  Penularan: luka terbuka,


 Retensi plasenta mukosa
 Infertil  Demam, sakit persendian,
 Sampel serum darah untuk
sakit punggung, kaku
peneguhan diagnosa  Pembesaran kel. getah
bening, hat, limpa,
endokarditis
Pencegahan dan
Pengendalian Pengobatan
 Hewan ternak stamping out  Antibiotik: tetrasiklin,
 Semua bagian dan alat yang streptomisin, trimetoprim,
terkontaminasi abortus sulfametolsasol
dibakar
 Panasi dan masak produks
peternakan dengan baik
sebelum dikonsumsi
Botulismus
Lamziekte atau Limberneck, Bakteri Clostridium botulinum

 Masa inkubasi 12-36 jam  Penularan: tertelan makanan


 Menyerang saraf, kesulitan yang terkontaminasi
menelan, hipersalivasi  Masa inkubasi 12-36 jam
 Kelumpuhan lidah, bibir,  Gejala saraf, mual, muntah,
tenggorokan, dan kaki paresis, dan paralisis, hingga
 Ambruk, mati dalam 1-4 hari kematian
 Kelumpuhan otot wajah
Pencegahan dan
Pengendalian Pengobatan
 Pemusnahan karkas  Antiserum
 Vaksinasi  Oleum olifarum
 Simptomatis dan supportif
 Manusia: antitoksin polivalen
 Bantuan pernafasan
Tuberkulosis
Bakteri Mycobacterium Tuberculosis

 Tahap awal tidak ada gejala  Penularan: inhalasi, kontak


spesifik mukosa, per oral
 Kronis: batuk, BB menurun,  Gejala dimanusia hampir
pembengkakan kel. limfe sama dg di hewan
 Diagnosa: uji tuberkulin
Pencegahan dan
Pengendalian Pengobatan
 Hewan yang kurus diafkir  Streptomycine, namun hasil
 Vaksinasi BCG (Bacillus tidak efektif
calmette guerin)
Leptospirosis
L. Ichterohemorhagie, L. canicola, L. hardjo -> Weil disease

 Reservoir: tikus, anjing, sapi  Penularan: luka terbuka,


 Abortus, urine bercampur kontak mukosa, per oral
darah, susu bercampur darah  Muntah, ikterus, anemia,
 Diagnosa: sampel darah, nyeri otot, meningitis,
serum, urine, ginjal, hepar pneumonia, nefritis
 Hepatomegali dg degenerasi
hepar
Pencegahan dan
Pengendalian Pengobatan
 Pengendalian vektor  Penisilin dan Streptomisin
terutama tikus  Supportif: dialisis ginjal
Ringworm
Trichophyton sp., Microsporum sp., Epidernophyton sp.

 Bercak kemerahan, alopesia  Penularan: kontak dengan


 Bentuk lesi spesifik seperti hewan sakit
cincin, keropeng didaerah  Pada manusia gejala hampir
wajah, leher, bahu, punggung sama dnegan pada hewan
 Diagnosa: wood lamp
Pencegahan dan
Pengendalian Pengobatan
 Pemsahan hewan sakit dan  Keropeng diangkat
sehat  Pemberian iodium tinctur
 Kurangi kepadatan kandang dan gliserin
 Pemberian vit. A dan D  Na-kaprilat 20%
 Na-trichloromethyl-
thiotetrahydrophthalamide
 Asam borat 2-5%, kalium
pengmanganat 1:5000
Babesiosis
Babesia bigemina / B. Bovis -> redwater disease, vektor caplak
Boophilus sp.

 Demam > 41 C, kejang,  Penularan: per oral


paralisa, urine berwarna  Anemia hemolitik,
merah hemoglobinuria, gagal ginjal
 Kematian 80-90%
 Diagnosa: ulas darah
Pencegahan dan
Pengendalian Pengobatan
 Pengendalian vektor caplak  Imidocarb 4,6% 1mg/kg BB
 Pirevan/Phenamidine 40%
10mg/kg BB
 Tetracycline 11mg/kg BB
 Klindamisin+Kuinin
 Transfusi darah
Toxoplasmosis
Toxoplasma gondii
 Domba terinfeksi dari pakan  Penularan: tertelan stadium
dan minum yang infektif
terkontaminasi stadium  Asimptomatik
infektif  Infeksi kongenital:
 Gejala abortus pada akhir hidrosefali, mikrosefali,
kebuntingan kerusakan otak, pembesaran
hati dan limpa
Pencegahan dan
Pengendalian Pengobatan
 Wanita hamil sebaiknya tidak
menangani kotoran kucing
 Selalu menjaga kebersihan
tangan sebelum makan
 Hindari makan daging
mentah, cuci sayuran dan
buah sebeum disimpan dan
dimakan
Kudis
Sarcoptes sp., Psoroptes sp., Demodex sp.

 Lesi merah, kulit tebal, kasar  Penularan: Kontak langsung


pada daerah wajah dan leher dengan hewan sakit
hingga ke bagian tubuh lain  Ruam kemerahan pada kulit,
 Nafsu makan menurun menebal, terdapat eksudat
 Daerah tangan dan lipatan
tubuh
Pencegahan dan
Pengendalian Pengobatan
 Pisahkan hewan yang sakit  Ivermectin
dan sehat  Amitras (dipping)
 Sanitasi kandnagan dan  Lindane, limesulphure 2%,
lingkungan coumaphos 0,3%, toxaphene
0,5% (dipping)
Fasciolasis
Fasciola hepatica, Fasciola gigantica

 Akut: perdarahan dari hidung  Penularan: Tertelan stadium


dan anus, mati mendadak infektif
 Kronis: konstipasi, diare,  Demam, ikhterus, nyeri ulu
kurus, anemia hati
 Edema bawah kulit dibwah  Sumbatan pada saluran
rahang (bottle jaw) empedu, kerusakan hepar
Pencegahan dan
Pengendalian Pengobatan
 Pemberantasan siput air  Ivermectine
sebagai vektor biologis  Oxyclozanide: sapi 10mg/kg
 Memasak daging hingga BB, kambing 15mg/kg BB
matang sebelum dimakan  Albendazole
 Manusia: Praziquantel
Sisticerkosis dan Taeniasis
Larva cacing Taenia solium, Taenia saginata, Cysticercus sp.,

 migrasi larva ke seluruh  Penularan: Tertelan stadium


tubuh, neurologis infektif
 Masa inkubasi 8-14 hari
 Anoreksia, penuruan BB,
demam, epilepsi, kerusakan
otak
Pencegahan dan
Pengendalian Pengobatan
 Hindari makan daging  Manusia: niklosomid,
mentah praziquantel
 Sanitasi yang baik
Foot and Mouth Disease
Virus Aphtae tipe O, subtipe O11.

 Lepuh gusi, lidah, lepuh akan  Penularan: kontak langsung


pecah menjadi ulser dg lepuh atau ulser
 Malas membuka mulut dan  Demam, vesikel pada bibir,
makan, air liur menetes mulut, kaki, tangan
 Lepuh pada kuku,  Dapat sembuh dg sendirinya
kepincangan stlh 2 minggu
Pencegahan dan
Pengendalian Pengobatan
 Stamping out  Tidak efektif
 Desinfeksi
Orf
Virus parapox
 Masa inkubasi 2 hari  Penularan: kontak lansung
 Radang pada mulut, kelopak dengan cairan cacar
mata, alat genital, medial  Masa inkubasi 3-6 hari
kaki, ambing  Lesi nyeri, makula, papula,
 Keradangan menjadi eritema, pustula pada tangan
lepuh berisi cairan  Disertai infeksi sekunder
Pencegahan dan
Pengobatan
Pengendalian
 Autovaksin: terbuat dr  Antibiotik injek dan topikal
keropeng kulit penderita,  Iodium tinctur
serbuk halus, disuspensi 1%  Manusia: antibiotika, sanitasi
dalam 50% gliserin
Point Penting Penanganan Zoonosis
 Kebijakan pemerintah: vaksinasi, jalur transportasi
hewan, penanganan kasus
 Tenaga Kesehatan: Dokter hewan, Dokter umum
 Peternak / pemilik hewan
 Sanitasi: hewan, peternak/perawat hewan, RPH, pasar,
konsumen
 Tata cara konsumsi dan penanganan produk hewani
dengan baik sebelum dikonsumsi
Oleh
Dr. Dra. Med. Vet. Herawati, MP.
Rumah Potong Hewan yang selanjutnya
disebut dengan RPH adalah suatu bangunan
atau kompleks bangunan dengan desain dan
syarat tertentu yang digunakan sebagai
tempat memotong hewan bagi konsumsi
masyarakat umum.
1. Lokasi,
2. Sarana pendukung,
3. Konstruksi dasar dan disain bangunan,
4. Peralatan.
1. Tidak berada di daerah rawan banjir,
tercemar asap, bau, debu dan kontaminan
lainnya;
2. Tidak menimbulkan gangguan dan
pencemaran lingkungan;
3. Letaknya lebih rendah dari pemukiman;
4. Mempunyai akses air bersih yang cukup
untuk pelaksanaan pemotongan hewan dan
kegiatan pembersihan serta desinfeksi;
5. Tidak berada dekat industri logam dan kimia;
6. Mempunyai lahan yang cukup untuk
pengembangan RPH;
7. Terpisah secara fisik dari lokasi kompleks
RPH Babi atau dibatasi dengan pagar
tembok dengan tinggi minimal 3 (tiga) meter
untuk mencegah lalu lintas orang, alat dan
produk antar rumah potong.
1. Akses jalan yang baik menuju RPH yang dapat dilalui
kendaraan pengangkut hewan potong dan kendaraan
daging;
2. Sumber air yang memenuhi persyaratan baku mutu
air bersih dalam jumlah cukup, paling kurang 1.000
liter/ekor/hari;
3. Sumber tenaga listrik yang cukup dan tersedia terus
menerus;
4. Fasilitas penanganan limbah padat dan cair.
1. Bangunan utama (ruang pemotongan,
pengulitan, pengeluaran organ dalam,, ruang
penimbangan karkas, ruang pemeriksaan
postmortem);
2. Area penurunan hewan (unloading sapi) dan
kandang penampungan/ kandang istirahat
hewan;
3. Kandang penampungan khusus ternak
ruminansia betina produktif;
4. Kandang isolasi;
5. Ruang pelayuan berpendingin (chilling room);
6. Area pemuatan (loading) karkas/daging;
7. Kantor administrasi dan kantor Dokter
Hewan;
8. Kantin dan mushola;
9. Ruang istirahat karyawan dan tempat
penyimpanan barang pribadi (locker) ruang
ganti pakaian;
10.Kamar mandi dan WC;
11. Fasilitas pemusnahan bangkai dan/atau
produk yang tidak dapat dimanfaatkan atau
insinerator;
12.Sarana penanganan limbah;
13. Rumah jaga.
1. Ruang pelepasan daging (deboning room) dan
pemotongan daging (cutting room);
2. Ruang pengemasan daging (wrapping and
packing);
3. Fasilitas chiller;
4. Fasilitas freezer dan blast freezer;
5. Gudang dingin (cold storage);
6. Laboratorium sederhana.
1. Area pemingsanan atau perebahan hewan,
area pemotongan dan area pengeluaran
darah;
2. Area penyelesaian proses penyembelihan
(pemisahan kepala, keempat kaki sampai
metatarsus dan metakarpus, pengulitan,
pengeluaran isi dada dan isi perut);
3. Ruang untuk membersihkan saluran
pencernaan;
4. Ruang untuk menyimpan organ dalam;
5. Ruang untuk membersihkan kepala dan kaki;
6. Ruang untuk kulit.
1. Area pemeriksaan post-mortem;
2. Area penimbangan karkas;
3. Area pengeluaran (loading) karkas/daging.
1. Tata ruang didisain agar alur proses
pemotongan hewan dapat berjalan baik dan
higienis
2. Pemisahan antara daerah bersih dan daerah
kotor;
3. Memiliki fasilitas khusus untuk pemeriksaan
postmortem;
4. Lampu penerangan yang cukup;
5. Dinding bagian dalam berwarna terang dan
paling kurang setinggi 3 meter terbuat dari
keramik atau porselin.
6. Lantai terbuat dari bahan kedap air, tidak
mudah korosif, tidak licinmudah dibersihkan;
7. Permukaan lantai tidak bergelombang,
8. Sudut pertemuan antara dinding dan lantai ,
antara dinding dan dinding harus berbentuk
lengkung;
9. Langit-langit didisain agar tidak terjadi
akumulasi kotoran
10.Ventilasi pintu dan jendela harus dilengkapi
dengan kawat kasa;
1. Seluruh peralatan di RPH harus terbuat dari
bahan yang tidak korosif, tidak toksik,
mudah dibersihkan, dan didesinfektansi dan
mudah dirawat.
2. Pelumas untuk peralatan yang kontak
dengan daging dan jeroan harus food grade
(aman untuk pangan).
1. Alat untuk memfiksasi hewan (Restraining
box);
2. Alat untuk menempatkan hewan setelah
disembelih (Cradle);
3. Alat pengerek karkas (Hoist);
4. Rel dan alat penggantung karkas yang
didisain agar karkas tidak menyentuh lantai
dan dinding;
5. Fasilitas dan peralatan pemeriksaan post-
mortem,
6. Peralatan untuk kegiatan pembersihan dan
desinfeksi;
7. Timbangan hewan, karkas dan daging.
1. Mengembalikan cadangan energi atau
glikogen pada saat hewan dipotong,
2. Pada saat dipotong darah dapat dikeluarkan
sebanyak-banyaknya,
3. Ternak tidak stres.
1. Memperoleh bobot tubuh kosong (BTK)
yang sempurna,
2. Mempermudah proses penyembelihan
ternak,
3. Mengurangi resiko kontaminasi isi saluran
pencernaan.
 Pemingsanan ternak adalah memberikan
perlakuan terhadap ternak yang akan
dipotong sehingga ternak menjadi pinsan
tetapi tidak sampai mati.
1. Mempermudah proses penyembelihan
ternak,
2. Ternak tidak tersiksa dan terhindar dari
perlakuan kasar,
3. Memperoleh karkas dan kulit yang
berkualitas baik.
1. Pemingsanan secara fisik dengan stunning
gun atau knocker,
2. Pemingsanan dengan gas atau pembiusan,
3. Pemingsanan dengan listrik.
1. Ternak tidak diperlakukan secara kasar,
2. Ternak tidak mengalami stress,
3. Penyembelihan dan pengeluaran darah
dilakukan secapat dan sesempurna mungkin,
4. Kerusakan karkas minimal,
5. Pemotongan ternak dilaksanakan secara
higienis, ekonomis dan aman bagi pekerja.
1. Ternak dinyatakan SEHAT oleh pihak yang
berwenang (dokter hewan),
2. Ternak tidak dalam keadaan lelah,
3. Ternak sudah tidak produktif,
4. Ternak dipotong dalam keadaan darurat.
Pemeriksaan antemortem adalah
pemeriksaan kesehatan dan kondisi fisik
ternak sebelum dipotong.
Pemeriksaan dilakukan pada posisi ternak
berdiri sempurna.
1. Mengetahui ternak menderita sakit atu tidak,
untuk menentukan ternak bisa langsung
dipotong, dipotong dengan persyaratan
khusus, atau ternak dimusnahkan,
2. Mengetahui ternak yang cidera, sehingga
harus dipotong terlebih dahulu sebelum yang
lain.
Pemeriksaan postmortem adalah
pemeriksaan kesehatan ternak setelah
dipotong.
Pemeriksaaan postmortem dilakukan pada
(1) karkas pada bagian kelenjar limfe, (2)
kepala pada bagian mulut, lidah, bibir dan
otot maseter, dan (3) organ dalam pada
bagian paru-paru, jantung, ginjal, hati dan
limpa.
1. Melindungi konsumen dari penyakit karena
mengkonsumsi daging yang tidak sehat,
2. Melindungi konsumen dari pemalsuan
daging,
3. Mencegah penularan penyakit di antara
ternak.
1. Ternak yang dinyatakan sehat oleh dokter
hewan dan sudah diistirahatkan dibawa ke
ruang pemotongan.
2. Penyiraman ternak dengan air dingin,
3. Perebahan ternak di lantai (kepala di bagian
utara, ekor di bagian selatan, dan
menghadap ke kiblat).
4. Ternak disembelih oleh Kaum atau Modin
yang juga menghadap ke kiblat, yang
sebelumnya membaca doa sesuai syariat
islam.
5. Proses penyembelihan harus memutus: (1)
saluran pernapasan (trakhea), (2) saluran
makanan (esofagus), dan (3) pembuluh darah
(arteria carotis dan vena jugularis)
1. Reflek mata: dengan menyentuh pelupuk
mata masih apakah bergerak atau tidak,
2. Reflek kaki: dengan memukul persendian
kaki atau memijit sela-sela kuku,
3. Reflek ekor: dengan membengkokkan ekor.
1. Pemisahan kepala dari tubuh ternak,
2. Pemisahan kaki depan mulai dari karpus, dan kaki
belakang mulai dari tarsus,
3. Pengulitan ternak,
4. Pengeluaran saluran pencernaan, dengan membuat
irisan sepanjang ventral tengah,
5. Pengeluaran organ dalam, dengan membuka rongga
dada tepat melalui ventral teangah tulang dada atau
sternum,
6. Pembelahan karkas menjadi karkas bagian
kanan dan karkas bagian kiri, tepat
sepanjang garis tengah tulang belakang.
7. Perapian karkas (triming), dengan
menghilangkan atau memotong bagian-
bagian karkas yang dianggap tidak perlu.
8. Penimbangan karkas untuk memperoleh
berat karkas segar.
1. Membuat irisan panjang pada kulit
sepanjang garis tengah dada dan bagian
perut (abdomen),
2. Irisan dilanjutkan sepanjang permukaan
dalam (medial) kaki,
3. Kulit dipisahkan mulai dari ventral ke arah
punggung.
Prinsip pemotongan ternak ruminansia kecil
sama dengan ruminansia besar.
Pengistirahatan ternak bisa dilakukan bisa
tidak (perjalanan jauh perlu diistirahatkan).
Pemuasaan sama seperti pada ternak
ruminansia besar.
Cara pengulitan: dengan cara digantung kaki
belakang di atas, dan kepala di bagian bawah
Pemotongan babi dilaksanakan secara tidak
langsung atau melalui proses pemingsanan.
Pemingsanan dilakukan dengan listrik pada
bagian belakang telinga dengan tang
penjepit yang dialiri listrik tegangan rendah
70 volt atau lebih rendah.
Penyembelihan dilakukan dengan
menusukkan pisau pada bagian leher ke arah
pembuluh darah besar dan jantung.
Tidak dilakukan pengilitan, tetapi dilakukan
pengerokan bulu, sebelum dilakukan
pengerokan bulu babi direndam dalam air
hangat 60-70oC selama 5-6 menit.
Pengistirahatan dan pemuasaan ternak
diperlukan untuk memperoleh karkas yang
baik.
Proses penyembelihan sama dengan ternak
ruminansia, yaitu dengan memotong (1)
trakhea, (2) esofagus dan (3) pembuluh darah
(arteria carotis dan vena jugularis).
Proses scalding, yaitu perendaman dalam air
hangat 50-80oC selama waktu tertentu
tergantung jenis unggas.
Pencabutan bulu (defeathering),
Pemotongan kepala dan leher, serta kaki
(shank)
Pengeluaran organ dalam kecuali paru-paru
dan ginjal.
Pencucian karkas dilanjutkan perendaman
dalam air dingin.
1. Sub scalding: 50-54oC selama 30-40 menit,
untuk ayam muda dan kalkun.
2. Semi scalding: 55-60oC selama 45-90 detik,
untuk ayam tua.
3. Hard scalding: 65-80oC selama 5-30 detik,
untuk itik dan angsa,
MANAJEMEN PRODUKSI
SUSU(PEMERAHAN)

Oleh :
Dr. Dra. Med.Vet. Herawati, MP.
Sarana yang harus disediakan untuk pemerahan terdiri dari :
a. Peralatan susu misalnya gelas pemerahan (strip cup), ember dan milk can
b. Kain lap untuk pemerahan. Sehelai kain lap untuk satu ekor sapi.
c. Kain blacu, kain tetra, atau kain popok berwarna putih berukuran 60 x 60 cm
untuk menyaring susu
d. Sikat
e. Keranjang
f. Ember untuk kain lap yang kotor
g. Bahan kimia :
- Sabun untuk mencuci peralatan
- Desinfektan untuk suci hama peralatan susu, kain lap dan kain saring
Berdasarkan Surat Keputusan Direktur
Jenderal Peternakan Nomor 17
Tahun 1983, peralatan susu yang digunakan
untuk mewadahi,
menampung dan mengangkut susu harus
memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
a. Kedap air
b. Terbuat dari bahan yang tidak berkarat
(baja, stainless steel, aluminium)
c. Tidak mengelupas bagian-bagiannya
d. Tidak bereaksi dengan susu
e. Tidak merubah warna, bau dan rasa susu
f. Mudah dibersihkan dan disucihamakan
Sudut-sudut bagian dalam peralatan
susu harus melengkung sehingga
mudah disikat atau dibersihkan.

Sudut-sudut bagian dalam peralatan


susu yang lancip akan sulit
dibersihkan dengan sikat, sehingga
sisa-sisa susu dapat menempel di
tempat tersebut. Mikroba pun tumbuh
subur sehingga kualitas susu
menurun. Susu menjadi cepat rusak
(cepat pecah).
Jerigen tidak baik untuk mengangkut
susu. Mulut jerigen yang berulir
sulit dibersihkan. Sisa-sisa susu
menempel di bagian dalam mulut
jerigen.

Drum plastik sering digunakan untuk


menampung susu di Tempat
Penampungan Susu. Bagian dalam drum
plastik mudah mengelupas
saat dibersihkan dengan sikat. Sisa-sisa
susu dapat menempel di
tempat tersebut.
Menyiapkan peralatan susu dengan urutan
langkah sebagai berikut :
1. Membersihkan peralatan susu :
a. Membersihkan dengan sikat dan
sabun/ deterjen
b. Membilas dengan air bersih
c. Membilas dengan air panas 40°C atau
larutan desinfektan.
Contoh desinfektan : Kaporit dosis 200 ppm.
Jika lebih dari 200 ppm, susu akan berbau
kaporit !
2. Mengeringkan peralatan susu :
b. Peralatan susu diletakkan terbalik pada rak
c. Peralatan susu dibiarkan sampai kering
(diangin-anginkan)
Menyiapkan kain lap dan kain saring untuk pemerahan :
1. Menyimpan kain lap dan kain saring yang kotor (setelah pemerahan)
di ember khusus
2. Mencuci kain lap dan kain saring dengan sabun/deterjen
3. Membilas kain lap dan kain saring dengan air bersih
4. Membilas kain lap dan kain saring dengan air panas 40°C atau larutan
desinfektan konsentrasi yang aman.
5. Menjemur kain lap dan kain saring
Kandang yang kotor sangat merugikan
KEBERSIHAN KANDANG karena :
a. Berakibat buruk utamanya terhadap
kesehatan pemelihara
b. Berakibat buruk terhadap
kesehatan ternak. Lantai kandang
yang kotor, penuh dengan mikroba
akan mencemari ambing dan
putting sehingga memudahkan
terjadinya penyakit radang ambing
(mastitis).
c. Menurunkan kualitas susu :
- Susu tercemar mikroba
sehingga cepat rusak atau
cepat pecah
- Susu menjadi bau karena
menyerap bau kandang.
Berdasarkan hal di atas maka kebersihan
kandang harus selalu
dijaga. Caranya adalah senantiasa :
a. Membersihkan tempat makan dan minum
b. Membersihkan lantai kandang
c. Memiliki tempat khusus untuk menyimpan atau
membuang kotoran kandang
Sebelum, selama dan setelah pemerahan, tidak
boleh ada pekerjaan yang menimbulkan debu.
Mikroba menyukai kondisi lingkungan yang
basah/lembab. Pada kandang yang basah/lembab serta
tubuh sapi yang masih basah, misalnya selesai
dimandikan sapi langsung diperah, akan menyebabkan
banyak mikroba. Susu dapat tercemar mikroba sehingga
kualitasnya menurun atau menjadi cepat rusak.

Sebaiknya kondisi kandang dan tubuh


ternak selalu bersih dan kering.
Sebaiknya ternak dimandikan setelah pemerahan.
Jika ternak hendak diperah dan kondisinya kotor,
ternak tersebut dapat dimandikan dengan syarat :
a. Hanya membersihkan bagian tubuh ternak yang
kotor saja. Caranya :
- Hanya bagian tubuh yang kotor yang disiram
dengan air
-Sikat bagian tubuh yang kotor dari punggung
ke perut dan jatuhkan bulu-bulu yang lepas
a. Ambing tidak ikut dibersihkan, kecuali
kondisinya sangat kotor, hal ini untuk mencegah
keluarnya hormon oksitosin terlalu dini.

Agar tidak mengganggu


pemerahan, sebaiknya
ekor ternak diikat.
PERSIAPAN PEMERAH

Mempersiapkan kebersihan diri sebelum memerah :


a. Pemerah dalam keadaan sehat
b. Kuku harus pendek. Kuku yang panjang dapat melukai ambing atau puting
c. Pakaian harus bersih
d. Mencuci tangan sebelum memerah atau memerah sapi berikutnya
e. Tangan dalam keadaan kering dan bersih pada saat akan memerah

Kuku yang panjang dapat menjadi sumber penyakit karena


mengandung banyak kotoran dan kuman. Kuku yang panjang juga
dapat melukai ambing dan puting.
Kebersihan telapak tangan berpengaruh
terhadap kebersihan dan kesehatan susu.
Tangan yang kotor atau tangan yang tidak
dibersihkan mengandung banyak kuman.
Susu mudah menyerap bau lingkungan. Oleh karena itu menggunakan
pakaian yang kotor dan bau, dapat berpengaruh pada kualitas susu…!
Membersihkan ambing dilaksanakan sesaat sebelum memerah.
Membersihkan ambing (termasuk membersihkan puting) dengan air
hangat bertujuan :
a. Ambing dan puting menjadi bersih
b. Merangsang pengeluaran susu. Usapan yang hangat pada ambing
akan merangsang otak untuk mengeluarkan hormon oksitosin

Alat dan bahan untuk membersihkan ambing :


a. Ember berisi air hangat atau larutan desinfektan
b. Kain lap bersih, misalnya kain handuk berukuran 50 x 30 cm.
Sehelai kain lap untuk satu ekor sapi.
c. Ember untuk menyimpan kain lap yang kotor
Cara membersihkan ambing :
a. Celupkan kain lap ke dalam air hangat
atau larutan desinfektan yang hangat
tersebut
b. Peras lap tersebut. Air perasan jangan
bercucuran ke sembarang tempat.
c. Bersihkan ambing dan puting dengan
kain lap tersebut
d. Puting dibersihkan dengan cepat. Puting
jangan ditarik ke bawah.
e. Hanya bagian kain lap yang bersih yang
digunakan untuk membersihkan puting
f. Masukkan kain lap yang kotor ke dalam
ember yang lain. Jangan dicampur
dengan kain lap yang bersih atau yang
belum dipakai.
Bulu ambing yang panjang
menyebabkan ambing mudah kotor
dan penuh dengan mikroba. Selain itu
ambing menjadi sulit atau lama kering.
Oleh karena itu bulu ambing yang
panjang sebaiknya dicukur.
PEMERAHAN AWAL

Pemerahan awal adalah mengeluarkan 3 – 4 pancaran susu dari masing-masing


puting dengan tujuan :
a. Mengeluarkan susu yang kotor. Mikroba berkumpul pada susu yang pertama
kali diperah.
b. Mengetahui adanya perubahan pada susu.
c. Merangsang pengeluaran susu
Strip cup, mangkok atau gelas yang dasarnya berwarna hitam merupakan
alat untuk melaksanakan pemerahan awal.
Cara melaksanakan pemerahan awal :
a. Masukkan 3 – 4 pancaran susu dari masing-masing puting ke dalam strip cup
b. Perhatikan keadaan susu : Apakah ada perubahan warna, terbentuk butiran-
butiran halus atau penggumpalan (susu pecah) ?
c. Bersihkan strip cup dan pakai kembali untuk memeriksa ternak yang lain
d. Susu yang pecah menandakan bahwa ternak tersebut terkena mastitis.
Pastikan susu dipancarkan
masuk ke dalam strip cup.
Jangan membuang susu
ke lantai kandang.

Pemerahan dimulai dari ternak perah dan ambing yang sehat.


Ternak yang terkena mastitis diperah terakhir.
Susu yang berasal dari sapi penderita mastitis harus dibuang.
CARA PEMERAHAN YANG DIANJURKAN

Dianjurkan memerah dengan menggunakan seluruh tangan (Metoda


Genggam / Full Hand). Caranya :
- Memerah dengan cara menekan jari satu persatu secara berurutan
-Tiap kali tangan terbuka, rongga puting kembali terisi susu
-Tangan kiri dan tangan kanan memerah susu secara bergantian.
- Kuartir depan diperah terlebih dahulu.
Keuntungan Metoda Full Hand :
a. Puting tidak menjadi panjang
b. Puting tidak mudah lecet
c. Merangsang ambing untuk memproduksi susu lebih banyak
d. Tidak perlu menggunakan pelicin (vaselin) sehingga puting lebih
mudah disucihamakan dengan desinfektan
e. Penularan penyakit dari ternak yang terkena mastitis dapat dihindari
Cara menghabiskan air susu di
dalam ambing kanan depan :
- Tangan kanan mengurut ambing.
Ibu jari digerakkan ke arah kiri
- Tangan kiri memerah

Cara menghabiskan air susu di


dalam ambing kiri depan :
- Tangan kanan mengurut
ambing dengan gerakan dari
atas ke bawah.
-Tangan kiri memerah
Cara menghabiskan air susu di
dalam ambing kanan belakang :
- Tangan kiri mengurut ambing.
- Tangan kanan memerah

Cara menghabiskan air susu di dalam


ambing kiri belakang :
- Tangan kiri mengurut ambing dengan
gerakan dari atas ke bawah.
- Tangan kanan memerah
CARA PEMERAHAN YANG TIDAK DIANJURKAN

Cara memerah yang kurang baik, misalnya dengan menarik puting,


puting tercakar oleh kuku, dan lain-lain yang dapat berakibat buruk
pada ternak perah antara lain :
a. Ternak merasa nyeri atau kesakitan
b. Puting menjadi panjang
c. Puting sering lecet dan pori-porinya menjadi terbuka
sehingga memudahkan terjadinya mastitis.
d. Bila terus-menerus menggunakan pelicin (vaselin), penularan
penyakit mudah terjadi
e. Sering terjadi kematian puting.
Selama pemerahan, sebaiknya
ternak tidak diberi pakan. Jika
ternak terlalu banyak bergerak
(tidak tenang), boleh diberi
sedikit pakan.

Jangan menggunakan vaselin.


Vaselin akan menutupi
permukaan puting. Akibatnya
larutan desinfektan tidak akan
melekat pada saat dipping
(celup puting).
MENSUCIHAMAKAN PUTING

Setelah selesai memerah ke empat puting


pada satu ekor ternak, puting harus
langsung disucihamakan (desinfeksi,
disterilkan) dengan menggunakan larutan
desinfektan. Pada saat ini lubang puting
masih membuka.
Caranya :
a. Puting direndam (dipping) di dalam larutan
desinfektan dalam beberapa detik.
b. Puting disemprot larutan desinfektan
dengan alat semprot (sprayer)
Jika tidak
melaksanakan
sucihama
puting, mikroba
dapat masuk ke
dalam puting.

Keuntungan melakukan
sucihama puting :
- Walaupun lubang atau mulut
puting terbuka, mikroba tidak
dapat masuk ke dalam puting.
Dengan kondisi ini, mastitis
dapat dihindari
Jika terlambat melaksanakan
pemberantasan hama
puting :
-Mikroba yang berada diluar tidak dapat
masuk akibat terhalang lapisan
desinfektan.
-Akan tetapi mikroba yang sudah berada di
dalam puting akan dapat tumbuh dan
berkembang.
PENCATATAN PRODUKSI SUSU

Mencatat produksi susu harian (pemerahan pagi dan sore) merupakan


pekerjaan penting. Dari catatan produksi susu dapat diketahui :
a. Kemampuan ternak perah dalam menghasilkan susu.
b. Analisa usaha ternak perah
Sebaiknya menggunakan timbangan
kilogram agar produksi susu
dapat diukur lebih akurat.
PENGUMPULAN SUSU KE TPS

Susu merupakan makanan bergizi tinggi


dan media yang baik untuk
pertumbuhan mikroba.

Pertumbuhan mikroba dipengaruhi oleh makanan,


kelembaban dan suhu. Dalam lingkungan yang
baik, mikroba akan berkembang biak secara deret
ukur bersamaan dengan bertambahnya waktu.
Selesai pemerahan, susu harus segera
dibawa ke Tempat Pengumpulan
Susu (TPS) atau langsung ke tangki
pendingin di KUD/Koperasi Susu.
Menunda pekerjaan ini berarti memberi
peluang kepada mikroba untuk
berkembangbiak sehingga susu menjadi
cepat rusak.
Ingat !
Susu segar harus dibawa dengan menggunakan milkcan atau ember
yang bertutup. Jika wadah susu tidak bertutup maka susu akan tercemar
penuh mikroba dan cepat menjadi rusak.
PENANGANAN MASTITIS

Laporkan segera kepada petugas kesehatan hewan (dokter


hewan/ mantri hewan) bila mendapatkan gejala mastitis
Urutan pengobatan :
a. Ambing mastitis diperah sampai habis atau kosong untuk
mengeluarkan racun, reruntuhan sel dan hasil metabolisme
mikroba
b. Pada pemerahan terakhir (sore hari), obat antimastitis
(antibiotika) dimasukkan ke dalam puting. Sebaiknya
dilaksanakan pemeriksaan bakteriologis dan antibiogram untuk
menentukan jenis obat yang akan digunakan. Harus
diperhatikan aturan pakai obat tersebut, misalnya pengobatan
dilakukan 3 hari berturut-turut dengan jarak pengobatan 24 jam.
c. Ambing kembali diperah sampai kosong setelah 12 jam
pengobatan. Ambing diperah lebih dari 2 kali sehari (sesering
mungkin)
d. Uji mastitis dilakukan 2 ~ 4 minggu setelah pengobatan. Bila
jumlah sel radang tetap tinggi, sebaiknya dilakukan uji bakteri
dan antibiogram kembali.
PENGERTIAN LIMBAH

• Secara umum yang disebut limbah adalah


bahan sisa yang dihasilkan dari suatu
kegiatan dan proses produksi, baik pada
skala rumah tangga, industri,
pertambangan, dan sebagainya.
• Bentuk limbah tersebut dapat berupa gas,
debu,cair, dan padat.
• Di antara berbagai jenis limbah ini ada
yang bersifat beracun atau berbahaya dan
dikenal sebagai limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun (Limbah B3)
• Limbah B3
setiap bahan sisa suatu kegiatan proses
produksi yang mengandung bahan
berbahaya dan beracun karena sifat
(toxicity, flammability, reactivity, dan
corrosivity) serta konsentrasi atau
jumlahnya yang baik secara langsung
maupun tidak langsung dapat merusak,
mencemarkan lingkungan, atau
membahayakan kesehatan manusia
(BAPEDAL , 1995)
 Limbah Peternakan:
semua kotoran yang dihasilkan dari suatu
kegiatan usaha peternakan baik berupa
limbah padat dan cairan, gas, maupun sisa
pakan.
 Limbah Padat
merupakan semua limbah yang berbentuk
padatan atau dalam fase padat (kotoran
ternak, ternak yang mati, atau isi perut dari
pemotongan ternak).
 Limbah Cair:
semua limbah yang berbentuk cairan atau
dalam fase cairan (air seni atau urine, air
dari pencucian alat-alat).
 limbah Gas:
semua limbah berbentuk gas atau dalam
fase gas.
LIMBAH CAIR
Banyak dibahas/didiskusikan

mudah didaurulang
Airnya dimanfaatkan kembali

LUMPUR (SLUDGE)

Bila tidak dikelola dapat menimbulkan


masalah terutama bila mengandung B3 atau
gas
SUMBER LIMBAH
 Rumah tangga
 Hotel dan restoran
 Rumah makan
 Industri
 Pertanian
 Peternakan
 Tempat rekreasi
 Perkantoran
 Rembesan
AIR LIMBAH INDUSTRI PERTANIAN
DAN PETERNAKAN

1. Pengalengan : pemotongan, pemisahan


sari buah, pengenceran susu, pemisahan
susu, mentega dan keju
2. Daging : kandang, pemotongan hewan,
pembersihan tulang dan daging, sisa
pengendapan, lemak, pencucian,
pembuangan bulu
KOMPOSISI AIR LIMBAH

Bergantung kepada sumbernya

Air Limbah

Bahan padat
Air (99,9%)
(0,1%)

Organik
Protein (65%) Anorganik
Karbohidrat (25%) garam dan mineral
Lemak (10%)
BEBAN LIMBAH PETERNAKAN
TERHADAP LINGKUNGAN

 Salah satu masalah yang timbul


dari meningkatnya kegiatan
manusia adalah terjadinya
pencemaran, baik pencemaran
udara , tanah, dan air.
Proses terjadinya pencemaran

Pertumbuhan
populasi

Pendapatan Permintaan
Limbah
per kapita barang dan jasa
Pertumbuhan meningkat meningkat
Teknologi
industri
 Kebutuhan pangan (khususnya
produk ternak) meningkat

 Perkembangan Industri
Peternakan meningkat

 Limbah yang dihasilkan meningkat


Lingkup Permasalahan
LIMBAH TERNAK

Pemeliharaan
Permintaan hasil Limbah
Ternak
Ternak meningkat terkonsentrasi
terkonsentrasi
PENANGANAN LIMBAH YANG TIDAK TERARAH

PENCEMARAN LINGKUNGAN KARENA


LINGKUNGAN MENERIMA BEBAN PENCEMARAN
YANG MELAMPAUI DAYA DUKUNGNYA
Pengelolaan
Limbah Ternak

Produksi

Interaksi Produksi, keuntungan dan kualitas lingkungan


 PARADIGMA LAMA : limbah merupakan
suatu bahan buangan yang tidak memiliki
nilai ekonomis salah satu faktor
PENGHAMBAT perkembangan teknologi
pengolahan limbah.
 PARADIGMA BARU : limbah (khususnya
limbah organik, merupakan suatu bahan
baku suatu produksi, baik dalam
menghasilkan pupuk, energi, maupun
sebagai bahan baku pakan ternak
PERLU DIMASYARAKATKAN
 Limbah ternak sebagian besar
merupakan bahan organik yang
dapat terurai oleh
mikroorganisma menjadi
senyawa sederhana melalui
suatu proses yang disebut
BIOKONVERSI.
 Karbohidrat,protein dan lemak dalam
persenyawaan kompleks akan
terurai menjadi senyawa sederhana

PAKAN TERNAK
KOMPOS, BIOGAS
DAMPAK NEGATIF
LIMBAH TERNAK
 Membahayakan kesehatan manusia
(penyakit)
 Merugikan secara ekonomi:
merusak benda/bangunan, tanaman
maupun ternak
 Mengganggu kehidupan makhluk air
(aquatik) : ikan dan mikroflora
 Merusak keindahan (estetika), bau
busuk dan merusak pemandangan
 Gangguan terhadap Kesehatan
Masyarakat
“water born diseases” : thypoid,
salmonelosis, disentri dll.
 Rekreasi
Pemancingan : tercemar limbah ternak

DO rendah, ikan butuh DO sektar 6 ppm
 Pemandian umum
Mengandung bakteri patogen
 Perairan umum
N dan P penyuburan eutrofikasi
Algae bloom evapotranspirasi naik
sumberdaya air berkurang, estetika
menurun (sering dinggap bernilai tinggi)
Peraturan Perundangan

 Keputusan Menteri Negara Lingkungan


Hidup Nomor 51 Tahun 1991 tentang
Baku Mutu Limbah Cair Industri. Usaha
dan/atau kegiatan industri yang diatur
dalam peraturan ini meliputi berbagai
industri termasuk industri pengolahan hasil
peternakan yaitu pengolahan susu.
Industri yang baku mutunya belum diatur
secara spesifik dalam Kepmen LH ini,
maka dapat menggunakan Lampiran C
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor 51 Tahun 1991 ini.
 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
02 Tahun 2006 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi
Kegiatan Rumah Pemotongan Hewan. Usaha
dan/atau kegiatan RPH yang diatur dalam peraturan ini
meliputi: pemotongan, pembersihan lantai tempat
pemotongan, pembersihan kandang penampungan,
pembersihan kandang isolasi, dan/atau pembersihan isi
perut dan air sisa perendaman. Baku mutu air limbah
dalam Peraturan Menteri ini berlaku untuk kegiatan RPH:
a. sapi;
b. kerbau;
c. Babi;
d. Kuda;
e. kambing dan/atau
f. domba
 Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 11 Tahun 2009 tentang
Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha
dan/atau Kegiatan Peternakan Sapi dan
Babi. Usaha dan/atau kegiatan peternakan
sapi dan babi adalah usaha peternakan
sapi dan babi yang dilakukan di tempat
yang tertentu serta perkembangbiakan
ternaknya dan manfaatnya diatur dan
diawasi oleh peternak-peternak.
 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 14
Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha
dan/atau Kegiatan Pengolahan Daging. Usaha dan/atau
kegiatan pengolahan daging adalah kegiatan pengolahan
daging menjadi produk akhir berupa daging beku, produk
olahan setengah jadi, dan/atau produk olahan siap
konsumsi. Jenis usaha dan/atau kegiatan pengolahan
daging yang diatur dalam peraturan menteri ini meliputi
usaha dan/atau kegiatan pengolahan daging :
a. ayam;
b. sapi;
c. kerbau;
d. kuda;
e. kambing atau domba;
f. babi; dan/atau
g. gabungan.
Jenis usaha dan atau kegiatan pengolahan daging meliputi
kegiatan usaha dan/atau pengolahan daging yang melakukan
dan/atau tanpa kegiatan pemotongan hewan.

Anda mungkin juga menyukai