Anda di halaman 1dari 2

MAKALAH USHUL FIQIH

MADZHAB SHAHABY

A. Pandangan dan penolakan al-syaukani terhadap madzhab shohabi


Sebelum mempertegas pendapatnya tentang eksistensi qaul al-sahaby, ia
memaparkan dahulu beberapa pendapat ulama tentang hal ini. Dalam uraiannya
dikatakan nahwa qaul al-shahaby yang semata-mata berdasarkan ijtihad murni
tidak dapat dibuat hujjah oleh sahabat lainnya. Kesepakatan ini dinukil imam Asy-
Syaukani dari pendapat Qadli Abu Bakar, Al-Amidy, Ibnu Hajib,dll. Namun
setelah itu para ulama terjadi perbedaan pendapat tentang Qaul Al-Sahaby yang
semata-mata hasil ijtihat. Dalam hal ini ternyata menyimpulkan beberapa
pendapat:
1. Menurut Jumhur ulama secara mutlak tidak dapat dibuat hujjah. Kemutlakan
ini tidak memandang apakah Qaul Al-Shahaby itu keluar dari sahabat yang
punya nama atau tidak.
2. Menurut dhahir pendapat imam syafi’i dalam kitab Ar-risalah Qaul Al shahaby
dapat dibuat hujjah apabila berkumpul bersama qiyas.
3. Kebanyakan ulama Hnafiyah berpendapat bahwa Qaul Al-shahaby sebagai
hujjah syari’ah yang harus didahulukan dari pada qiyas
4. Qaul Al-shahaby dapat dibuat hujjah apabila bertentangan dengan qiyas.
Karena tidak mungkin hal itu timbul kecuali bersifat tauqify.

Dari uraian tersebut jelas bahwa pada dasarnya imam Asy-Syaukani tidak
menolak dan menentang Qaul Al-shahaby yang bersifat tafiqi. Artinya bila diantara
oara sahabat itu ada yang mengatakan suatu masalah yang menyangkut status
hukum tertentu atau melakukan perbuatan yang bukan semata-mata dari pemikiran
murni mereka akan tetapi mendengar atau melihat dari Rasulullah. Beliau hanya
menolak hal tersebut yang berdasarkan ijtihat murni mereka dengan alasan bahwa
Allah tidak mengutus umat didunia ini kecuali hanya seorang nabi yang sekaligus
sebagai seorang Rasul.1

1
Asnawi, perbandingan Ushul Fikih, (Jakarta: Amzah,2011),hlm:168

1
2

Anda mungkin juga menyukai