Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN PENYALAHGUNAAN NAPZA DAN AIDS

DOSEN PENGAMPU :
Iva Milia H.R., S.Kep., Ns., M.Kep.

DISUSUN OLEH :

1. ACH. ROYYAN (193210003)


2. AISAH RAIHAN FADILA (193210005)
3. ANITA NUR HIDAYATI (193210006)
4. HAMMY LAILATUS S. (193210015)
5. MIASIH SEKARWANGI N. (193210021)
6. FAJAR BAGUS KURNIAWAN (193210042)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan rahmat-Nya, hanya dengan
karunia-Nya penulisan makalah ini yang berjudul Asuhan Keperawatan NAPZA dan
HIV/AIDS dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Ada beberapa kendala yang menghambat
terselesainya karya tulis ini diantaranya keterbatasan pengetahuan serta sumber yang kami
miliki.

Kami menyadari bahwa tugas makalah ini tidak akan dapat diselesaikan tanpa adanya
bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen
pengampu yaitu Ibu Iva Milia H.R., S. Kep., Ns., M. Kep.

Kami menyadari bahwa penulisan tugas makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca. Semoga tugas makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi kami dan pembaca.

Jombang, 21 April 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................................1

KATA PENGANTAR............................................................................................................2

DAFTAR ISI..........................................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.................................................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................5
1.3 Tujuan...............................................................................................................................5

BAB 2 PEMBAHASAN........................................................................................................6

A. TINJAUAN TEORITIS...................................................................................................6
2.1 Definisi..........................................................................................................................6
2.2 Epidemiologi.................................................................................................................6
2.3 Demografi......................................................................................................................7
2.4 Komorbiditas.................................................................................................................7
2.5 Jenis-Jenis Narkotika dan Psikotropika.........................................................................7
2.6 Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika..............................................................10
2.7 Efek/Akibat Pemakaian Zat........................................................................................16
2.8 Faktor Penyebab Penggunaan Narkoba.......................................................................18
2.9 Upaya Pencegahan dan Penanggulangan....................................................................19
B. HIV/AIDS......................................................................................................................20
C. ASUHAN KEPERAWATAN........................................................................................22

BAB 3 PENUTUP................................................................................................................27

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................27
3.2 Saran...............................................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................28

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan
pembangunan di segala bidang, baik pembangunan fisik maupun pembangunan
mental spiritual manusia seutuhnya lahir maupun batin. Seiring dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, dewasa ini berkembang pengaruh pemakaian obat-
obatan dikalangan masyarakat. Hal ini sebagai dampak kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang semakin lama semakin berkembang dengan pesat, dan salah satu
yang paling marak saat ini adalah “Masalah Narkotika dan Psikotropika.”
Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainya
(NAPZA) atau istilah yang populer dikenal masyarakat sebagai NARKOBA
(Narkotika dan Bahan/ Obat berbahanya) merupakan masalah yang sangat kompleks,
yang memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif dengan melibatkan
kerja sama multidispliner, multisektor, dan peran serta masyarakat secara aktif yang
dilaksanakan secara berkesinambungan, konsekuen dan konsisten. Meskipun dalam
Kedokteran, sebagian besar golongan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya
(NAPZA) masih bermanfaat bagi pengobatan, pelayanan kesehatan dan
pengembangan ilmu pengetahuan, namun di sisi lain dapat pula menimbulkan
addication (ketagihan dan ketergantungan) tanpa adanya pembatasan, pengendalian
dan pengawasan yang ketat dan seksama dari pihak yang berwenang, dan juga jika
disalahgunakan atau digunakan tidak menurut indikasi medis atau standar pengobatan
akan berakibat sangat merugikan bagi individu maupun masyarakat luas khususnya
generasi muda.
AIDS merupakan kumpulan gejela penyakit yang disebabkan oleh virus HIV
yang mudah menular dan mematikan. Virus tersebut merusak system kekebalan tubuh
manusia. Salah satu penularan penyakit tersebut melalui cairan darah, melalui alat
berupa jarum, sex bebas, air susu ibu, dll. Termasuk NAPZA akan gampang tertular
penyakit AIDS, karena pengguna seperti narkoba atau yang dikatakan NAPZA
menggunakan alat seperti jarum suntik.

4
1.2 RUMUSAN MASALAH
a. Apa definisi dari NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif) ?
b. Apa saja jenis-jenis dari NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif) ?
c. Bagaimana Epidemiologi , Demografi dan Komobiditas dari pengguna NAPZA ?
d. Bagaimana Penyalahgunaan dari NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat
adiktif) ?
e. Efek Dan dampak apa saja yang ditimbulkan dari pemakaian NAPZA (Narkotika,
Psikotropika dan Zat adiktif) ?
f. Faktor apa saja yang menjadi penyebab penggunaan NAPZA (Narkotika,
Psikotropika dan Zat adiktif) ?
g. Bagaimana Penanggulangan dan pencegahan yang dilakukan ?
h. Apa yang dimaksud HIV/AIDS?
i. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien dengan penggunaan NAPZA?

1.3 TUJUAN
a. Mengetahui definisi dari NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif)
b. Mengetahui jenis-jenis dari NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif)
c. Mengetahui Epidemiologi , Demografi dan Komobiditas dari pengguna NAPZA .
d. Mengetahui Penyalahgunaan dari NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat
adiktif)
e. Mengetahui dan memahami Efek Dan dampak apa saja yang ditimbulkan dari
pemakaian NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif)
f. Mengetahui Faktor apa saja yang menjadi penyebab penggunaan NAPZA
(Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif)
g. Memahami dan dapat mengaplikasikan Penanggulangan dan pencegahan yang
dilakukan terhadap NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif)
h. Memahami asuhan keperawatan pada klien dengan NAPZA
i. Memahami ilmu tentang HIV/AIDS

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. TINJAUAN TEORITIS
2.1 DEFINISI
Narkotika adalah suatu zat atau obat yg berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semisintetis yg dpt menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri,
dan dapat menimbulkan ketergantungan ( Undang-undang RI No.22 thn 1997 ttg
Narkotika)

Psikotropika adalah suatu zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

Zat adiktif lain adalah bahan/zat yg berpengaruh psikoaktif diluar yang


disebut Narkotika dan Psikotropika.

2.2 EPIDEMIOLOGI

Di Amerika, prevalensi :

o 16,7 % > usia 18 tahun


o Alkohol 13,8%
o Non – alcohol 6,2%
o Marijuana 12- 33% per tahun, 5% pengguna baru
o Zat psikotherapetic dan kokain : 12,5% zat psikotherapetic, 11,5% kokin
o Zat – zat lain inhalan – halusinogen : 9%

Di Indonesia, prevalensi 0,065% pada tahun 1971 Bakilah dan hasil penelitian 10x lebih
besar. Jumlah pecandu sampai sekarang ± 3.800.000 orang

6
2.3 DEMOGRAFI
o Usia : 18- 25 tahun
o Jenis kelamin : laki-laki > wanita
o Ras dan etnik : kulit hitam > kulit putih
o Daerah padat pendudukmetropolitan lebih tinggi
o Daerah barat > timur

2.4 KOMORBIDITAS
o Ditemukan 76% laki-laki dan 65% wanita
o Paling sering penggunaan alcohol dan zat lain
o Gangguan kepribadian atau autisosial
o Depresi dan bunuh diri

2.5 JENIS-JENIS NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA

A. Golongan Narkotika

1. Narkotika Golongan I :

Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan,


dan tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi

7
menimbulkan ketergantungan. Contoh narkotika golongan 1 heroin/putauw,
kokain, ganja .

2. Narkotika Golongan II :

Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir


dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan
ketergantungan .Contoh kodein

3. Narkotika Golongan III :

Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam


terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
ringan mengakibatkan ketergantungan (Contoh : kodein).

B. Golongan Psikotropika

Psikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan sindroma ketergantungan


digolongkan menjadi 4 golongan yaitu :

1. Psikotropika Golongan I :
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan
dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan. (Contoh : ekstasi, shabu, LSD).

2. Psikotropika Golongan II :

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi,


dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan . ( Contoh amfetamin, metilfenidat atau ritalin).

3. Psikotropika Golongan III :

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi


dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
mengakibatkan sindroma ketergantungan (Contoh : pentobarbital, Flunitrazepam).

4. Psikotropika Golongan IV :

8
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam
terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindrom ketergantungan (Contoh : diazepam, bromazepam,
Fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide, nitrazepam, seperti pil BK, pil Koplo,
Rohip, Dum, MG).

C. Zat adiktif lainnya

Yang dimaksud disini adalah bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif diluar yang
disebut Narkotika dan Psikotropika, meliputi :

1. Minuman berakohol

Mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan syaraf


pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari dalam
kebudayaan tertentu. Jika digunakan sebagai campuran dengan narkotika atau
psikotropika, memperkuat pengaruh obat/zat itu dalam tubuh manusia. Ada 3
golongan minuman beralkohol :

a. Golongan A : kadar etanol 1-5% (Bir)

b. Golongan B : kadar etanol 5-20%, (Berbagai jenis minuman anggur)

c. Golongan C : kadar etanol 20-45 %, (Whiskey, Vodca, TKW, Manson House,


Johny Walker, Kamput.)

2. Inhalansia

Yaitu gas yang dihirup dan solven (zat pelarut) mudah menguap berupa senyawa
organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor, dan
sebagai pelumas mesin. Yang sering disalahgunakan adalah : Lem, Tiner,
Penghapus Cat Kuku, Bensin.

3. Tembakau

Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di masyarakat.


Dalam upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian rokok dan
alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya pencegahan, karena
rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan NAPZA lain yang
berbahaya.

9
2.6 PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA & PSIKOTROPIKA
 Golongan Narkotika

OPIOID (OPIAD)

Opioid atau opiat berasal dari kata opium, jus dari bunga opium, Papaver
somniverum, yang mengandung kira-kira 20 alkaloid opium, termasuk morfin. Nama Opioid
juga digunakan untuk opiat, yaitu suatu preparat atau derivat dari opium dan narkotik sintetik
yang kerjanya menyerupai opiat tetapi tidak didapatkan dari opium. opiat alami lain atau
opiat yang disintesis dari opiat alami adalah heroin (diacethylmorphine), kodein (3-
methoxymorphine), dan hydromorphone (Dilaudid).

o Efek samping yang ditimbulkan

Mengalami pelambatan dan kekacauan pada saat berbicara, kerusakan


penglihatan pada malam hari, mengalami kerusakan pada liver dan ginjal, peningkatan
resiko terkena virus HIV dan hepatitis dan penyakit infeksi lainnya melalui jarum
suntik dan penurunan hasrat dalam hubungan sex, kebingungan dalam identitas
seksual, kematian karena overdosis.

o Gejala intoksitasi (keracunan) opioid

Konstraksi pupil ( atau dilatasi pupil karena anoksia akibat overdosis berat )
dan satu ( atau lebih ) tanda berikut, yang berkembang selama , atau segera setelah
pemakaian opioid, yaitu mengantuk atau koma bicara cadel ,gangguan atensi atau
daya ingat.
Perilaku maladaptif atau perubahan psikologis yang bermakna secara klinis misalnya:
euforia awal diikuti oleh apatis, disforia, agitasi atau retardasi psikomotor, gangguan
pertimbangaan, atau gangguan fungsi sosial atau pekerjaan ) yang berkembang
selama, atau segera setelah pemakaian opioid.

o Gejala putus obat dari ketergantungan opioid


Kram otot parah dan nyeri tulang, diare berat, kram perut, rinorea
lakrimasipiloereksi, menguap, demam, dilatasi pupil, hipertensi takikardia disregulasi

10
temperatur, termasuk pipotermia dan hipertermia.
Seseorang dengan ketergantungan opioid jarang meninggal akibat putus opioid,
kecuali orang tersebut memiliki penyakit fisik dasar yang parah, seperti penyakit
jantung. Gejala residual seperti insomnia, bradikardia, disregulasi temperatur, dan
kecanduan opiat mungkin menetap selama sebulan setelah putus zat. Pada tiap waktu
selama sindroma abstinensi, suatu suntikan tunggal morfin atau heroin menghilangkan
semua gejala. Gejala penyerta putus opioid adalah kegelisahan, iritabilitas, depresi,
tremor, kelemahan, mual, dan muntah.

Turunan OPIOID (OPIAD) yang sering disalahgunakan adalah :

a. Candu

Getah tanaman Papaver Somniferum didapat dengan menyadap (menggores)


buah yang hendak masak. Getah yang keluar berwarna putih dan dinamai "Lates".
Getah ini dibiarkan mengering pada permukaan buah sehingga berwarna coklat
kehitaman dan sesudah diolah akan menjadi suatu adonan yang menyerupai aspal
lunak. Inilah yang dinamakan candu mentah atau candu kasar. Candu kasar
mengandung bermacam-macam zat-zat aktif yang sering disalahgunakan. Candu
masak warnanya coklat tua atau coklat kehitaman. Diperjual belikan dalam kemasan
kotak kaleng dengan berbagai macam cap, antara lain ular, tengkorak,burung elang,
bola dunia, cap 999, cap anjing, dsb. Pemakaiannya dengan cara dihisap.

b. Morfin

Morfin adalah hasil olahan dari opium/candu mentah. Morfin merupaakan


alkaloida utama dari opium ( C17H19NO3 ) . Morfin rasanya pahit, berbentuk tepung
halus berwarna putih atau dalam bentuk cairan berwarna. Pemakaiannya dengan cara
dihisap dan disuntikkan.

c. Heroin ( putaw )

Heroin mempunyai kekuatan yang dua kali lebih kuat dari morfin dan
merupakan jenis opiat yang paling sering disalahgunakan orang di Indonesia pada
akhir - akhir ini . Heroin, yang secara farmakologis mirip dengan morfin
menyebabkan orang menjadi mengantuk dan perubahan mood yang tidak menentu.
Walaupun pembuatan, penjualan dan pemilikan heroin adalah ilegal, tetapi

11
diusahakan heroin tetap tersedia bagi pasien dengan penyakit kanker terminal karena
efek analgesik dan euforik-nya yang baik.

d. Codein

Codein termasuk garam / turunan dari opium / candu. Efek codein lebih lemah
daripada heroin, dan potensinya untuk menimbulkan ketergantungaan rendah.
Biasanya dijual dalam bentuk pil atau cairan jernih. Cara pemakaiannya ditelan dan
disuntikkan.

e. Demerol

Nama lain dari Demerol adalah pethidina. Pemakaiannya dapat ditelan atau
dengan suntikan. Demerol dijual dalam bentuk pil dan cairan tidak berwarna.

f. Methadon

Saat ini Methadone banyak digunakanorang dalam pengobatan ketergantungan


opioid. Antagonis opioid telah dibuat untuk mengobati overdosis opioid dan
ketergantungan opioid. Sejumlah besar narkotik sintetik (opioid) telah dibuat,
termasuk meperidine (Demerol), methadone (Dolphine), pentazocine (Talwin), dan
propocyphene (Darvon). Saat ini Methadone banyak digunakan orang dalam
pengobatan ketergantungan opioid. Antagonis opioid telah dibuat untuk mengobati
overdosis opioid dan ketergantungan opioid. Kelas obat tersebut adalah nalaxone
(Narcan), naltrxone (Trexan), nalorphine, levalorphane, dan apomorphine. Sejumlah
senyawa dengan aktivitas campuran agonis dan antagonis telah disintesis, dan
senyawa tersebut adalah pentazocine, butorphanol (Stadol), dan buprenorphine
(Buprenex). Beberapa penelitian telah menemukan bahwa buprenorphine adalah suatu
pengobatan yang efektif untuk ketergantungan opioid. Nama popoler jenis opioid :
putauw, etep, PT, putih.

g. Kokain

Kokain adalah zat yang adiktif yang sering disalahgunakan dan merupakan zat
yang sangat berbahaya. Kokain merupakan alkaloid yang didapatkan dari tanaman
belukar Erythroxylon coca, yang berasal dari Amerika Selatan, dimana daun dari

12
tanaman belukar ini biasanya dikunyah-kunyah oleh penduduk setempat untuk
mendapatkan efek stimulan.

Saat ini Kokain masih digunakan sebagai anestetik lokal, khususnya untuk
pembedahan mata, hidung dan tenggorokan, karena efek vasokonstriksifnya juga
membantu. Kokain diklasifikasikan sebagai suatu narkotik, bersama dengan morfin
dan heroin karena efek adiktif dan efek merugikannya telah dikenali. Nama lain untuk
Kokain : Snow, coke, girl, lady dan crack ( kokain dalam bentuk yang paling murni
dan bebas basa untuk mendapatkan efek yang lebih kuat ).

 Golongan Psikotropika

Psikotropika yang sekarang sedang populer dan banyak disalahgunakan adalah


psikotropika Gol I, diantaranya yang dikenal dengan Ecstasi dan psikotropik Gol II
yang dikenal dengan nama Shabu-shabu.

a. Ecstasy

Rumus kimia XTC adalah 3-4-Methylene-Dioxy-Methil-Amphetamine


(MDMA). Senyawa ini ditemukan dan mulai dibuat di penghujung akhir abad
lalu. Pada kurun waktu tahun 1950-an, industri militer Amerika Serikat
mengalami kegagalan didalam percobaan penggunaan MDMA sebagai serum
kebenaran. Setelah periode itu, MDMA dipakai oleh para dokter ahli jiwa. XTC
mulai bereaksi setelah 20 sampai 60 menit diminum. Efeknya berlangsung
maksimum 1 jam. Seluruh tubuh akan terasa melayang. Kadang-kadang lengan,
kaki dan rahang terasa kaku, serta mulut rasanya kering. Pupil mata membesar
dan jantung berdegup lebih kencang. Mungkin pula akan timbul rasa mual. Bisa
juga pada awalnya timbul kesulitan bernafas (untuk itu diperlukan sedikit udara
segar). Jenis reaksi fisik tersebut biasanya tidak terlalu lama. Selebihnya akan
timbul perasaan seolah-olah kita menjadi hebat dalam segala hal dan segala
perasaan malu menjadi hilang. Kepala terasa kosong, rileks dan "asyik". Dalam
keadaan seperti ini, kita merasa membutuhkan teman mengobrol, teman
bercermin, dan juga untuk menceritakan hal-hal rahasia. Semua perasaan itu akan
berangsur-angsur menghilang dalam waktu 4 sampai 6 jam. Setelah itu kita akan
merasa sangat lelah dan tertekan.

b. Shabu-Shabu

13
Shabu-shabu berbentuk kristal, biasanya berwarna putih, dan dikonsumsi
dengan cara membakarnya di atas aluminium foil sehingga mengalir dari ujung
satu ke arah ujung yang lain. Kemudian asap yang ditimbulkannya dihirup
dengan sebuah Bong (sejenis pipa yang didalamnya berisi air). Air Bong tersebut
berfungsi sebagai filter karena asap tersaring pada waktu melewati air tersebut.
Ada sebagian pemakai yang memilih membakar Sabu dengan pipa kaca karena
takut efek jangka panjang yang mungkin ditimbulkan aluminium foil yang
terhirup.
Sabu sering dikeluhkan sebagai penyebab paranoid (rasa takut yang berlebihan),
menjadi sangat sensitif (mudah tersinggung), terlebih bagi mereka yang sering
tidak berpikir positif, dan halusinasi visual. Masing-masing pemakai mengalami
efek tersebut dalam kadar yang berbeda. Jika sedang banyak mempunyai
persoalan / masalah dalam kehidupan, sebaiknya narkotika jenis ini tidak
dikonsumsi. Hal ini mungkin dapat dirumuskan sebagai berikut: MASALAH +
SABU = SANGAT BERBAHAYA. Selain itu, pengguna Sabu sering mempunyai
kecenderungan untuk memakai dalam jumlah banyak dalam satu sesi dan sukar
berhenti kecuali jika Sabu yang dimilikinya habis. Hal itu juga merupakan suatu
tindakan bodoh dan sia-sia mengingat efek yang diinginkan tidak lagi bertambah
(The Law Of Diminishing Return). Beberapa pemakai mengatakan Sabu tidak
mempengaruhi nafsu makan. Namun sebagian besar mengatakan nafsu makan
berkurang jika sedang mengkonsumsi Sabu. Bahkan banyak yang mengatakan
berat badannya berkurang drastis selama memakai Sabu.

 Jenis-Jenis Bahan Berbahaya Lainnya


Bahan berbahaya ini adalah zat adiktif yang bukan Narkotika dan Psikotropika
atau Zat-zat baru hasil olahan manusia yang menyebabkan kecanduan.
a. Minuman Keras
Adalah semua minuman yang mengandung Alkohol tetapi bukan obat.
o Efek Samping Yang Ditimbulkan
Efek yang ditimbulkan setelah mengkonsumsi alkohol dapat dirasakan segera
dalam waktu beberapa menit saja, tetapi efeknya berbeda-beda, tergantung dari
jumlah / kadar alkohol yang dikonsumsi. Dalam jumlah yang kecil, alkohol
menimbulkan perasaan relax, dan pengguna akan lebih mudah
mengekspresikan emosi, seperti rasa senang, rasa sedih dan kemarahan.

14
Bila dikonsumsi lebih banyak lagi, akan muncul efek sebagai berikut : merasa
lebih bebas lagi mengekspresikan diri, tanpa ada perasaan terhambat menjadi
lebih emosional ( sedih, senang, marah secara berlebihan ) muncul akibat ke
fungsi fisik - motorik, yaitu bicara cadel, pandangan menjadi kabur,
sempoyongan, inkoordinasi motorik dan bisa sampai tidak sadarkan diri.
Kemampuan mental mengalami hambatan, yaitu gangguan untuk
memusatkan perhatian dan daya ingat terganggu, mulut rasanya kering. Pupil
mata membesar dan jantung berdegup lebih kencang. Mungkin pula akan
timbul rasa mual. Bisa juga pada awalnya timbul kesulitan bernafas (untuk itu
diperlukan sedikit udara segar). Jenis reaksi fisik tersebut biasanya tidak
terlalu lama. Selebihnya akan timbul perasaan seolah-olah kita menjadi hebat
dalam segala hal dan segala perasaan malu menjadi hilang. Kepala terasa
kosong, rileks dan "asyik". Dalam keadaan seperti ini, kita merasa
membutuhkan teman mengobrol, teman bercermin, dan juga untuk
menceritakan hal-hal rahasia. Semua perasaan itu akan berangsur-angsur
menghilang dalam waktu 4 sampai 6 jam. Setelah itu kita akan merasa sangat
lelah dan tertekan.

b. Nikotin

Adalah obat yang bersifat adiktif, sama seperti Kokain dan Heroin.
Bentuk nikotin yang paling umum adalah tembakau, yang dihisap dalam bentuk
rokok, cerutu, dan pipa. Tembakau juga dapat digunakan sebagai tembakau
sedotan dan dikunyah (tembakau tanpa asap).
Walaupun kampanye tentang bahaya merokok sudah menyebutkan betapa
berbahayanya merokok bagi kesehatan
tetapi pada kenyataannya sampai saat ini masih banyak orang yang terus
merokok. Hal ini membuktikan bahwa sifat adiktif dari nikotin adalah sangat
kuat.

o Efek Samping Yang Ditimbulkan


Secara perilaku, efek stimulasi dari nikotin menyebabkan peningkatan
perhatian, belajar, waktu reaksi, dan kemampuan untuk memecahkan maslah.
Menghisap rokok meningkatkan mood, menurunkan ketegangan dan
menghilangkan perasaan depresif. Pemaparan nikotin dalam jangka pendek
15
meningkatkan aliran darah serebral tanpa mengubah metabolisme oksigen
serebtral.

Tetapi pemaparan jangka panjang disertai dengan penurunan aliran


darah serebral. Berbeda dengan efek stimulasinya pada sistem saraf pusat,
bertindak sebagai relaksan otot skeletal. Komponen psikoaktif dari tembakau
adalah nikotin. Nikotin adalah zat kimia yang sangat toksik. Dosis 60 mg pada
orang dewasa dapat mematikan, karena paralisis ( kegagalan ) pernafasan.

c. Desainer

Zat Desainer adalah zat-zat yang dibuat oleh ahli obat jalanan. MEreka
membuat obat-obat itu secara rahasia karena dilarang oleh pemerintah. Obat-
obat itu dibuat tanpa memperhatikan kesehatan. Mereka hanya memikirkan
uang dan secara sengaja membiarkan para pembelinya kecanduan dan
menderita. Zat-zat ini banyak yang sudah beredar dengan nama speed ball,
Peace pills, crystal, angel dust rocket fuel dan lain-lain.

2.7 EFEK / AKIBAT PEMAKAIAN ZAT


 Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan dari NAPZA dapat
digolongkan menjadi 3 golongan :

1. Golongan Depresan (Downer)

Adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional tubuh.


Jenis ini menbuat pemakaiannya merasa tenang, pendiam dan bahkan membuatnya
tertidur dan tidak sadarkan diri. Golongan ini termasuk Opioida (morfin,
heroin/putauw, kodein), Sedatif (penenang), hipnotik (otot tidur), dan tranquilizer
(anti cemas) dan lain-lain.

2. Golongan Stimulan (Upper)

Adalah jenis NAPZA yang dapat merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan
kegairahan kerja. Jenis ini membuat pemakainya menjadi aktif, segar dan
bersemangat. Zat yang termasuk golongan ini adalah : Amfetamin (shabu, esktasi),
Kafein, Kokain.

3. Golongan Halusinogen

16
Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang bersifat
merubah perasaan dan pikiran dan seringkali menciptakan daya pandang yang
berbeda sehingga seluruh perasaan dapat terganggu. Golongan ini tidak digunakan
dalam terapi medis. Golongan ini termasuk : Kanabis (ganja), LSD, Mescalin.

Namun, secara umum dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik, psikis
maupun sosial seseorang.diantaranya :

1. Dampak Fisik:

Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang, halusinasi,


gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi

 Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti: infeksi akut
otot jantung, gangguan peredaran darah

 Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses), alergi, eksim

 Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi pernapasan,


kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru

 Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat,
pengecilan hati dan sulit tidur

 Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan padaendokrin, seperti:


penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta
gangguan fungsi seksual

 Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain


perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak
haid)

 Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik
secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan
HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya

 Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over Dosis yaitu
konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis
bisa menyebabkan kematian

17
2. Dampak Psikologi:

 Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah

 Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga

 Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal

 Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan

 Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri

 Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan

 Merepotkan dan menjadi beban keluarga

 Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram

Dampak fisik dan psikis berhubungan erat. Ketergantungan fisik akan


mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus obat (tidak
mengkonsumsi obat pada waktunya) dan dorongan psikologis berupa keinginan
sangat kuat untuk mengkonsumsi (biasa disebut sugest). Gejala fisik dan psikologis
ini juga berkaitan dengan gejala sosial seperti dorongan untuk membohongi orang
tua, mencuri, pemarah, manipulatif, dll.

2.8 FAKTOR PENYEBAB PENGGUNAAN NARKOBA


Faktor penyebab penggunaan narkoba antara lain:
1. Ingin terlihat gaya
Zat terlarang jenis tertentu dapat membuat pamakainya menjadi lebih berani,
keren, percaya diri, kreatif, santai, dan lain sebagainya. Efek keren yang terlihat
oleh orang lain tersebut dapat menjadi trend pada kalangan tertentu sehingga
orang yang memakai zat terlarang itu akan disebut trendy, gaul, modis, dan
sebagainya.
2. Solidaritas Kelompok
Suatu kelompok orang yang mempunyai tingkat kekerabatan yang tinggi antar
anggota biasanya memiliki nilai solidaritas yang tinggi. Misalnya, jika ketua atau

18
beberapa anggota kelompok yang berpengaruh pada kelompok itu menggunakan
narkotik, maka biasanya anggota yang lain baik secara terpaksa atau tidak
terpaksa akan ikut menggunakan narkotik itu agar merasa seperti keluarga senasib
sepenanggungan.
3. Menghilangkan rasa sakit
Seseorang yang memiliki suatu penyakit atau kelainan yang dapat menimbulkan
rasa sakit yang tidak tertahankan dapat membuat orang jadi tertarik jalan pintas
untuk mengobati sakit yang dideritanya yaitu dengan menggunakan obat-obatan
dan zat terlarang.
4. Coba-coba / penasaran
Dengan merasa tertarik melihat efek yang ditimbulkan oleh suatu zat yang
dilarang, seseorang dapat memiliki rasa ingin tahu yang kuat untuk mencicipi
nikmatnya zat terlarang tersebut. Jika iman tidak kuat, maka seseorang dapat
mencoba ingin mengetahui efek dari zat terlarang. Tanpa disadari dan diinginkan
orang yang sudah terkena zat terlarang itu akan ketagihan dan akan melakukannya
lagi berulang-ulang tanpa bisa berhenti.
5. Menyelesaikan Masalah
Orang yang dirudung banyak masalah dan ingin lari dari masalah dapat terjerumus
dalam pangkuan narkotika, narkoba atau zat adiktif agar dapat tidur nyenyak atau
jadi gembira ria dan kemudian merasa masalahnya terselesaikan sejenak.
6. Mencari Tantangan / Kegiatan Beresiko
Bagi orang-orang yang senang dengan kegiatan yang memiliki resiko tinggi dalam
menjalankan aksinya ada yang menggunakan obat terlarang agar bisa menjadi
yang terhebat, penuh tenaga dan penuh percaya diri.

2.9 UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN


Upaya penanggulangan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika dapat
dilakukan melalui beberapa cara, sebagai berikut ini :
a. Preventif (pencegahan), yaitu untuk membentuk masyarakat yang mempunyai
ketahanan dan kekebalan terhadap narkoba. Pencegahan adalah lebih baik dari
pada pemberantasan. Pencegahan penyalahgunaan Narkoba dapat dilakukan
dengan berbagai cara, seperti pembinaan dan pengawasan dalam keluarga,
penyuluhan oleh pihak yang kompeten baik di sekolah dan masyarakat,
pengajian oleh para ulama, pengawasan tempat-tempat hiburan malam oleh

19
pihak keamanan, pengawasan obat-obatan illegal dan melakukan tindakan-
tindakan lain yang bertujuan untuk mengurangi atau meniadakan kesempatan
terjadinya penyalahgunaan Narkoba.
b. Represif (penindakan), yaitu menindak dan memberantas penyalahgunaan
narkoba melalui jalur hokum, yang dilakukan oleh para penegak hukum atau
aparat kemananan yang dibantu oleh masyarakat. Jika masyarakat mengetahui
harus segera melaporkan kepada pihak berwajib dan tidak boleh main hakim
sendiri.
c. Kuratif (pengobatan), bertujuan penyembuhan para korban baik secara medis
maupun dengan media lain. Di Indonesia sudah banyak didirikan tempat-tempat
penyembuhan dan rehabilitas pecandu narkoba seperti Yayasan Titihan Respati,
pesantren-pesantren, yayasan Pondok Bina Kasih dll.
d. Rehabilitatif (rehabilitasi), dilakukan agar setelah pengobatan selesai para
korban tidak kambuh kembali “ketagihan” Narkoba. Rehabilitasi berupaya
menyantuni dan memperlakukan secara wajar para korban narkoba agar dapat
kembali ke masyarakat dalam keadaan sehat jasmani dan rohani. Kita tidak
boleh mengasingkan para korban Narkoba yang sudah sadar dan bertobat,
supaya mereka tidak terjerumus kembali sebagai pecandu narkoba.

Upaya pencegahan penyalahgunaan napza :

Upaya pencegahan meliputi 3 hal :

1. Pencegahan primer : mengenali remaja resiko tinggi penyalahgunaan NAPZA dan


melakukan intervensi.

Upaya ini terutama dilakukan untuk mengenali remaja yang mempunyai resiko
tinggi untuk menyalahgunakan NAPZA, setelah itu melakukan intervensi
terhadap mereka agar tidak menggunakan NAPZA.

Upaya pencegahan ini dilakukan sejak anak berusia dini, agar faktor yang dapat
menghabat proses tumbuh kembang anak dapat diatasi dengan baik.

2. Pencegahan Sekunder : mengobati dan intervensi agar tidak lagi menggunakan


NAPZA.
3. Pencegahan Tersier : merehabilitasi penyalahgunaan NAPZA.

20
B. HIV/AIDS
AIDS singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome merupakan kumpulan
dari gejala dan infeksi atau biasa disebut sindrom yang diakibatkan oleh kerusakan sistem
kekebalan tubuh manusia karena virus HIV, sementara HIV singkatan dari Human
Immunodeficiency Virus merupakan virus yang dapat melemahkan kekebalan tubuh pada
manusia. Meningkatnya angka penularan HIV/AIDS secara seksual terutama melalui
hubungan seks, telah menggantikan posisi penularan lewat jarum suntik di kalangan
pengguna napza suntik, sebagai jalur utama penularan HIV. Meningkatnya angka
penularan melalui kelompok heteroseksual menyebabkan semakin rentannya penularan
kepada kelompok resiko rendah seperti ibu rumah tangga dan bayi.

Penyakit HIV /AIDS menimbulkan beberapa permasalahan yang cukup serius bagi
penderitanya. Secara fisik menimbulkan kerentanan terhadap beberapa penyakit seperti
munculnya penyakit TB, Infeksi pada mulut dan tenggorokan oleh jamur, pembengkakan
kelenjar getah bening, muncul herpes zoster berulang dan muncul bercak gatal diseluruh
tubuh Banyak dampak negative yang ditimbulkan dari HIV AIDS bukan hanya bagi
penderitanya tetapi juga dampak negative bagi Negara yang disebabkan oleh penyakit ini.
HIV/AIDS memperlambat pertumbuhan ekonomi dengan menghancurkan jumlah
manusia dengan kemampuan produksi (human capital), tanpa nutrisi yang baik, fasilitas
kesehatan dan obat yang ada dapat meruntuhkan ekonomi dan daerah. Di daerah yang
terinfeksi berat, epidemic telah banyak meninggalkan anakanak yatim piatu yang dirawat
oleh kakek dan neneknya yang telah tua. Semakin tingginya tingkat kematian (mortalitas)
di suatu daerah akan menyebabkan mengecilnya populasi pekerja dan mereka yang
berketerampilan.
Penggunaan narkoba (NAPZA) suntikan dan alcohol adalah faktor besar dalam
penyebaran infeksi HIV. Di luar Afrika, penggunaan narkoba suntikan bertanggung jawab
untuk sepertiga infeksi HIV yang baru. Alat-alat yang dipakai secara bergantian untuk
memakai narkoba dapat membawa HIV dan Hepatitis virus, dan penggunaan narkoba dan
alkohol juga dikaitkan dengan hubungan sex secara tidak aman.
Penggunaan narkoba dan alcohol juga dapat berbahaya untuk orang yang memakai
terapi-terapi antiretroviral (ART) . kepatuhan pada pengobatan tampaknya lebih sulit
untuk pengguna narkoba, dan narkoba jalanan dapat berinteraksi secara gawat dengan

21
obat antiretriviral (ARV). Terapi pemulihan ketergantungan narkoba dan alcohol dapat
mengurangi resiko terinfeksi HIV.
C. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Tahap pengkajian terdiri atas kumpulan data yang meliputi data biologis,
psikologis, social, dan spiritual. Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah sebagai
berikut :
a. Kaji situasi kondisi penggunaan zat
- Kapan zat digunakan
- Kapan zat menjadi lebih sering digunakan/mulai menjadi masalah
- Kapan zat dikurangi/dihentikan, sekalipun hanya sementara

b. Kaji risiko yang berkaitan dengan penggunaan zat


1) Berbagi peralatan suntik
2) Perilaku seks yang tidak nyaman
3) Menyetir sambil mabuk
4) Riwayat over dosis
5) Riwayat serangan (kejang) selama putus zat

c. Kaji pola penggunaan


1) Waktu penggunaan dalam sehari (pada waktu menyiapkan makan malam)
2) Penggunaan selama seminggu
3) Tipe situasi (setelah berdebat atau bersantai di depan TV)
4) Lokasi (timbul keinginan untuk menggunakan NAPZA setelah berjalan
melalui rumah Bandar)
5) Kehadiran atau bertemu orang-orang tertentu (mantan pacar, teman pakai)
6) Adanya pikiran-pikiran tertentu (“Ah, sekali nggak bakal ngerusak” atau
“Saya udah nggak tahan lagi nih, saya harus make”)
7) Adanya emosi-emosi tertentu (cemas atau bosan)
8) Adanya faktor-faktor pencetus (jika capek, labil, lapar, tidak dapat tidur atau
stress yang berkepanjangan)

d. Kaji hal baik/buruk tentang penggunaan zat maupun tentang kondisi bila tidak
menggunakan

22
2. Pohon Masalah
Resti Menciderai Diri

(CP)

HDR

Gangguan Konsep Diri


Atau
Koping Mal Adaptif

3. Diagnosa yang mungkin timbul :


a. Resiko tinggi menciderai diri sendiri
b. Intoksikasi
c. Harga diri rendah
d. Koping mal adaptif

4. Intervensi
 Strategi Pertemuan 1- klien :
a. Mendiskusikan dampak penggunaan NAPZA bagi kesehatan, cara
meningkatkan motivasi berhenti, dan cara mengontrol keinginan.
b. Melatih cara meningkatkan motivasi dan cara mengontrol keinginan
c. Membuat jadwal latihan

Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perawat untuk membantu klien
mengatasi craving / nagih (keinginan untuk menggunakan kembali NAPZA) adalah
sebagai berikut:
a. Identifikasi rasa nagih muncul
b. Ingat diri sendiri, rasa nagih normal muncul saat kita berhenti
c. Ingatlah rasa nagih seperti kucing lapar, semakin lapar, semakin diberi makan
semakin sering muncul
d. Cari seseorang yang dapat mengalihkan dari rasa nagih
e. Coba menyibukkan diri saat rasa nagih dating

23
f. Tundalah penggunaan sampai beberapa saat
g. Bicaralah pada seseorang yang dapat mendukung
h. Lakukan sesuatu yang dapat membuat rileks dan nyaman,
i. Kunjungi teman-teman yang tidak menggunakan narkoba
j. Tontonlah video, ke bioskop atau dengar musik yang dapat membuat rileks
k. Dukunglah usaha anda untuk berhenti sekalipun sering berakhir dengan
menggunakan lagi
l. Bicara pada teman-teman yang berhasil berhenti
m. Bicaralah pada teman-teman tentang bagaimana mereka menikmati hidup atau
rilekslah untuk dapat banyak ide.

Menurut Keliat dkk. (2006). Tujuan tindakan keperawatan untuk keluarga


adalah sebagai berikut:
a. Keluarga dapat mengenal masalah ketidakmampuan anggota keluarganya berhenti
menggunakan NAPZA.
b. Keluarga dapat meningkatkan motivasi klien untuk berhenti.
c. Keluarga dapat menjelaskan cara merawat klien NAPZA.
d. Keluarga dapat mengidentifikasi kondisi pasien yang perlu dirujuk

Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan pada keluarga antara lain :


a. Diskusikan tentang masalah yang dialami keluarga dalam merawat klien.
b. Diskusikan bersama keluarga tentang penyalahgunaan / ketergantungan zat (tanda,
gejala, penyebab, akibat) dan tahapan penyembuhan klien (pencegahan,
pengobatan, dan rehabilitasi).
c. Diskusikan tentang kondisi klien yang perlu segera dirujuk seperti: intoksikasi
berat, misalnya penurunan kesadaran, jalan sempoyongan, gangguan penglihatan
(persepsi), kehilangan pengendalian diri, curiga yang berlebihan, melakukan
kekerasan sampai menyerang orang lain. Kondisi lain dari klien yang perlu
mendapat perhatian keluarga adalah gejala putus zat seperti nyeri (Sakau), mual
sampai muntah, diare, tidak dapat tidur, gelisah, tangan gemetar, cemas yang
berlebihan, depresi (murung yang berkepanjangan).
d. Diskusikan dan latih keluarga merawat klien NAPZA dengan cara: menganjurkan
keluarga meningkatkan motivasi klien untuk berhenti atau menghindari sikap-
sikap yang dapat mendorong klien untuk memakai NAPZA lagi (misalnya
menuduh klien sembarangan atau terus menerus mencurigai klien memakai lagi);

24
mengajarkan keluarga mengenal ciri-ciri klien memakai NAPZA lagi (misalnya
memaksa minta uang, ketahuan berbohong, ada tanda dan gejala intoksikasi);
ajarkan keluarga untuk membantu klien menghindar atau mengannkan perhatian
dari keinginan untuk memakai NAPZA lagi, anjurkan keluarga memberikan
pujian bila klien dapat berhenti walaupun 1 hari, 1 minggu atau 1 bulan; dan
anjurkan keluarga mengawasi klien minum obat.

 Strategi Pertemuan dengan Pasien dan Keluarga Penyalahgunaan dan


Ketergantungan NAPZA.
a. Pasien
Sp1-P
1) Membina hubungan saling percaya
2) Mendiskusikan dampak NAPZA
3) Mendiskusikan cara meningkatkan motivasi
4) Mendiskusikan cara mengontrol keinginan
5) Latihan cara meningkatkan motivasi
6) Latihan cara mengontrol keingan
7) Membuat jadwal aktivitas

Sp 2-P
1) Mendiskusikan cara menyelesaikan masalah
2) Mendiskusikan cara hidup sehat
3) Latihan cara menyelesaikan masalah
4) Latihan cara hidup sehat
5) Mendiskusikan tentang obat

b. Keluarga
Sp1-K
1) Mendiskusikan masalah yang dialami
2) Mendiskusikan tentang NAPZA
3) Mendiskusikan tahapan penyembuhan
4) Mendiskusikan cara merawat
5) Mendiskusikan kondisi yang perlu dirujuk
6) latihan cara merawat
25
Sp2-K
1) Mendiskusikan cara meningkatkan motivasi
2) Mendiskusikian pengawasan dalam minum obat
(Sumber: Keliat dkk, 2006).

5. Evaluasi
 Evaluasi yang diharapkan dari klien adalah sebagai berikut :
a. Klien mengetahui dampak NAPZA
b. Klien mampu melakukan cara meningkatkan motivasi untuk berhenti
menggunakan NAPZA
c. Klien mampu mengontrol kemampuan keinginan menggunakan NAPZA
kembali
d. Klien dapat menyelesaikan masalahnya dengan koping yang adaptif
e. Klien dapat menerapkan cara hidup yang sehat
f. Klien mematuhi program pengobatan
 Evaluasi yang diharapkan dari keluarga adalah sebagai berikut :
a. Keluarga mengetahui masalah yang dialami klien
b. Keluarga mengetahui tentang NAPZA
c. Keluarga mengetahui tahapan proses penyembuhan klien
d. Keluarga berpartisipasi dalam merawat klien
e. Keluarga memberikan motivasi pada kilien untuk sembuh
f. Keluarga mengawasi klien dalam minum obat

26
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Masalah penyalahguanaan NARKOBA / NAPZA khususnya pada remaja
adalah ancaman yang sangat mencemaskan bagi keluarga khususnya dan suatu bangsa
pada umumnya. Pengaruh NAPZA sangatlah buruk, baik dari segi kesehatan
pribadinya, maupun dampak sosial yang ditimbulkannya.
Masalah pencegahan penyalahgunaan NAPZA bukanlah menjadi tugas dari
sekelompok orang saja, melainkan menjadi tugas kita bersama. Upaya pencegahan
penyalahgunaan NAPZA yang dilakukan sejak dini sangatlah baik, tentunya dengan
pengetahuan yang cukup tentang penanggulangan tersebut.

3.2 SARAN

- Kita sebagai generasi penerus bangsa seharusnya sadar akan pentingnya bahaya
narkoba di lingkungan sekitar kita.

- Memahami dan mendalami ilmu pengetahuan yang cukup tentang bahaya


narkoba.

- Adanya penyuluhan yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait mengenai bahaya


narkoba dalam kehidupan sehari-hari kepada masyarakat luas, agar upaya
penanggulangan penyalahgunaan narkoba dapat dilaksanakan dalam tugas
bersama.

- Kesadaran untuk menjahui barang-barang haram narkoba.

- Kuatkan tekad untuk berkata, “TIDAK PADA NARKOBA”.

27
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A.A.A. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi, Konsep, dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba.
Kusumawaati, Farida, 2010, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Salemba Medika
Keliat, Budi ana, 2006, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi 2, EGC, Jakarta
Depkes. (2002). Keputusan Menteri kesehatan RI tentang pedoman penyelenggaraan sarana
pelayanan rehabilitasi penyalahgunaan dan ketergantungan narkotika, psikotropika dan zat
adiktif lainnya (NAPZA). Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Depkes. (2001). Buku pedoman tentang masalah medis yang dapat terjadi di tempat
rehabilitasi pada pasien ketergantungan NAPZA. Jakarta: Direktorat Kesehatan Jiwa
Masyarakat
http://www.bnn.go.id
http://repository.unimus.ac.id/1895/3/BAB%201.pdf diakses pada 21 April 2021
https://www.academia.edu/19575765/Asuhan_Keperawatan_pada_pasien_ketergantungan_o
bat_obatan_NAPZA diakses pada 21 April 2021

28

Anda mungkin juga menyukai