Anda di halaman 1dari 13

Sithe's Blog

ASUHAN KEPERAWATAN GASTRITIS ▼

ASUHAN KEPERAWATAN GASTRITIS

PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung (Kapita Selekta
Kedokteran, 2001)
Gastritis adalah suatu peradangan lokal atau menyebar
pada mukosa lambung yang berkembang bila mekanisme
protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan. ( J.
Reves, 1999 )
Gastritis adalah peradangan mukosa lambung yang
bersifat akut, kronik, difus dan lokal yang disebabkan oleh
makanan, obat – obatan, zat kimia, stres, dan bakteri.
B. KLASIFIKASI
Gastritis menurut jenisnya terbagi menjadi 2 (dua), yaitu:
1. Gastritis Akut
Gastritis (inflamasi mukosa lambung) paling sering
diakibatkan oleh kesembronoan diit, misalnya makan terlalu
banyak, terlalu cepat, makan-makanan yang terlalu banyak
bumbu atau makanan yang terinfeksi. Penyebab lain termasuk
alcohol, aspirin, fefluks empedu dan terapi radiasi. Gastritis
dapat juga menjadi tanda pertama infeksi sistemik akut. Bentuk
gastritis akut yang lebih parah disebabkan oleh asam kuat aatu
alkali, yang dapat menyebabkan mukosa menjadi ganggren atau
perforasi.
2. Gastritis Kronis
Inflamasi yang berkepanjangan yang disebabkan baik oleh
ulkus lambung jinak maupun ganas, oleh bakteri H. Pylori .
gastritis kronis mungkin diklasifikassikan sebagai Tipe A atau
Tipe B. Tipe A ini terjadi pada fundus atau korpus lambung. Tipe
B (H. Pylori)mengenai antrum dan pylorus. Mungkin berkaitan
dengan bacteria H. Pylori. Faktor diit seperti minuman panas,
bumbu penyedap,penggunaan obat, alcohol, merokok atau
refluks isi usus kedalam lambung.
C. PATOFISIOLOGI
Bahan-bahan makanan, minuman, obat maupun zat kimia
yang masuk kedalam lambung menyebabkan iritasi atau erosi pada
mukosanya sehingga lambung kehilangan barrier (pelindung).
Selanjutnya terjadi peningkatan difusi balik ion
hidrogen. Gangguan difusi pada mukosa dan penngkatan sekresi
asam
lambung yang meningkat / banyak. Asam lambung dan
enzim-enzim
pencernaan. Kemudian menginvasi mukosa lambung dan terjadilah
reaksi
peradangan. Inilah yang disebut gastritis. Respon mukosa lambung
terhadap kebanyakan penyebab iritasi tersebut adalah dengan
regenerasi mukosa, karena itu gangguan-gangguan tersebut
seringkali menghilang dengan sendirinya.
Dengan iritasi yang terus menerus, jaringan menjadi meradang dan
dapat terjadi perdarahan.
Masuknya zat-zat seperti asam dan basa kuat yang bersifat
korosif mengakibatkan peradangan dan nekrosis pada dinding
lambung (gastritis korosif). Nekrosis dapat mengakibatkan
perforasi dinding lambung dengan akibat berikutnya perdarahan
dan peritonitis.
Gastritis kronis dapat menimbulkan keadaan atropi kelenjar-
kelenjar lambung dan keadaan mukosa terdapat bercak-bercak
penebalan berwarna abu-abu atau abu-abu kehijauan (gastitis
atropik). Hilangnya mukosa lambung akhirnya akan mengakibatkan
berkurangnya sekresi lambung dan timbulnya anemia pernisiosa.
Gastritis atropik boleh jadi merupakan pendahuluan
untuk karsinoma lambung. Gastritis kronis dapat pula terjadi
bersamaan dengan ulkus peptikum atau mungkin terjadi setelah
tindakan gastroyeyunostomi.
D. ETIOLOGI
1. Infeksi bakteri. Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh
bakteri H. Pylori yang hidup di bagian dalam lapisan mukosa
yang melapisi dinding lambung. Walaupun tidak sepenuhnya
dimengerti bagaimana bakteri tersebut dapat ditularkan, namun
diperkirakan penularan tersebut terjadi melalui jalur oral atau
akibat memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi
oleh bakteri ini. Infeksi H. pylori sering terjadi pada masa kanak
– kanak dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan
perawatan. Infeksi H. pylori ini sekarang diketahui sebagai
penyebab utama terjadinya peptic ulcer dan penyebab tersering
terjadinya gastritis. Infeksi dalam jangka waktu yang lama akan
menyebabkan peradangan menyebar yang kemudian
mengakibatkan perubahan pada lapisan pelindung dinding
lambung. Salah satu perubahan itu adalah atrophic gastritis,
sebuah keadaan dimana kelenjar-kelenjar penghasil asam
lambung secara perlahan rusak. Peneliti menyimpulkan bahwa
tingkat asam lambung yang rendah dapat mengakibatkan
racun-racun yang dihasilkan oleh kanker tidak dapat
dihancurkan atau dikeluarkan secara sempurna dari lambung
sehingga meningkatkan resiko (tingkat bahaya) dari kanker
lambung. Tapi sebagian besar orang yang terkena infeksi H.
pylori kronis tidak mempunyai kanker dan tidak mempunyai
gejala gastritis, hal ini mengindikasikan bahwa ada penyebab
lain yang membuat sebagian orang rentan terhadap bakteri ini
sedangkan yang lain tidak.
2. Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus. Obat
analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin,
ibuprofen dan naproxen dapat menyebabkan peradangan pada
lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas
melindungi dinding lambung. Jika pemakaian obat – obat
tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah
lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara
terus menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat
mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer.
3. Penggunaan alkohol secara berlebihan. Alkohol dapat
mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding lambung dan
membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung
walaupun pada kondisi normal.
4. Penggunaan kokain. Kokain dapat merusak lambung dan
menyebabkan pendarahan dan gastritis.
5. Stress fisik. Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma,
luka bakar atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan
juga borok serta pendarahan pada lambung.
6. Kelainan autoimmune. Autoimmune atrophic gastritis terjadi
ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat yang
berada dalam dinding lambung. Hal ini mengakibatkan
peradangan dan secara bertahap menipiskan dinding lambung,
menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung dan
menganggu produksi faktor intrinsic (yaitu sebuah zat yang
membantu tubuh mengabsorbsi vitamin B-12). Kekurangan
B-12, akhirnya, dapat mengakibatkan pernicious anemia,
sebuah konsisi serius yang jika tidak dirawat dapat
mempengaruhi seluruh sistem dalam tubuh. Autoimmune
atrophic gastritis terjadi terutama pada orang tua.
7. Crohn’s disease. Walaupun penyakit ini biasanya menyebabkan
peradangan kronis pada dinding saluran cerna, namun kadang-
kadang dapat juga menyebabkan peradangan pada dinding
lambung. Ketika lambung terkena penyakit ini, gejala-gejala dari
Crohn’s disease (yaitu sakit perut dan diare dalam bentuk
cairan) tampak lebih menyolok daripada gejala-gejala gastritis.
8. Radiasi and kemoterapi. Perawatan terhadap kanker seperti
kemoterapi dan radiasi dapat mengakibatkan peradangan pada
dinding lambung yang selanjutnya dapat berkembang menjadi
gastritis dan peptic ulcer. Ketika tubuh terkena sejumlah kecil
radiasi, kerusakan yang terjadi biasanya sementara, tapi dalam
dosis besar akan mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi
permanen dan dapat mengikis dinding lambung serta merusak
kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung.
9. Penyakit bile reflux. Bile (empedu) adalah cairan yang
membantu mencerna lemak-lemak dalam tubuh. Cairan ini
diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu akan melewati
serangkaian saluran kecil dan menuju ke usus kecil. Dalam
kondisi normal, sebuah otot sphincter yang berbentuk seperti
cincin (pyloric valve) akan mencegah empedu mengalir balik ke
dalam lambung. Tapi jika katup ini tidak bekerja dengan benar,
maka empedu akan masuk ke dalam lambung dan
mengakibatkan peradangan dan gastritis.
10. Faktor-faktor lain. Gastritis sering juga dikaitkan dengan
konsisi kesehatan lainnya seperti HIV/AIDS, infeksi oleh parasit,
dan gagal hati atau ginjal.
E. KOMPLIKASI
a. Gastritis Akute
· Perdarahan saluran cerna atas, hingga anemia dan
kematian.
· Ulkus pada lambung: Karena erosi pada area yang
mengelilingi membrane mukosa lambung. biasanya
terjadi akibat keseringan menggunakan obat-obat
anti-inflamasi nonsteroid, penggunaan alcohol, dan
perokok berat,juga oleh H. Pylori. Pendarahan pada
lambung dapat menyebabkan muntah darah atau
terdapat darah pada feces dan memerlukan perawatan
segeraPerforasi lambung.
b. Gastritis Kronis

· Gangguan penyerapan Vitamin B12 karena atropi


lambung dan akan terjadi
anemia pernisiosa.
· Gangguan penyerapan zat besi.
· Penyempitan daearah fillorus.
· Kanker lambung; biasanya terjadi pada individu usia 40
tahun keatas dan juga pad individu yang lebih muda.
Diit yang mengiritasi biasanya adalah factor utamanya.
(makanan yang diasap dan sedikit mengkonsumsi buah
dan sayur), penyakit ini timbul akibat gastritis yang
sudah kronis, anemia pernisiosa, ulkus gastrikum.
F. PEMERIKSAAN MEDIS
Bila seorang pasien didiagnosa terkena gastritis, biasanya
dilanjutkan dengan pemeriksaan tambahan untuk mengetahui
secara jelas penyebabnya. Pemeriksaan tersebut meliputi :
a. Pemeriksaan darah. Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya
antibodi H. pylori dalam darah. Hasil tes yang positif
menunjukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada
suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa
pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan
untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat pendarahan
lambung akibat gastritis.
b. Pemeriksaan pernapasan. Tes ini dapat menentukan apakah
pasien terinfeksi oleh bakteri H. pylori atau tidak.
c. Pemeriksaan feces. Tes ini memeriksa apakah terdapat H.
pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang positif dapat
mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan
terhadap adanya darah dalam feces. Hal ini menunjukkan adanya
pendarahan pada lambung.
d. Endoskopi saluran cerna bagian atas. Dengan tes ini dapat
terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas
yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X. Tes ini dilakukan dengan
cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop)
melalui mulut dan masuk ke dalam esophagus, lambung dan
bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dimati-
rasakan (anestesi) sebelum endoskop dimasukkan untuk
memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada
jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter
akan mengambil sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut.
Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk
diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30
menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes
ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi
menghilang, kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada
resiko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa
tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
e. Ronsen saluran cerna bagian atas. Tes ini akan melihat adanya
tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya
akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum
dilakukan ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan
akan terlihat lebih jelas ketika di ronsen.
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan gastritis secara umum adalah
menghilangkan faktor utama yaitu etiologinya, diet lambung
dengan porsi kecil dan sering, serta Obat-obatan. Namun secara
spesifik dapat dibedakan sebagai berikuT:
a. Gastritis Akut
· Pantang minum alkohol dan makan sampai gejala-gejala
menghilang; ubah menjadi diet yang tidak mengiritasi
· Jika gejala-gejala menetap, mungkin diperlukan cairan IV.
· Jika terdapat perdarahan, penatalaksanaannya serupa
dengan hemoragie yang terjadi pada saluran
gastrointestinal bagian atas.
· Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat atau alkali,
encerkan dan netralkan asam dengan antasida umum,
misalnya aluminium hidroksida, antagonis reseptor H2,
inhibitor pompa proton, antikolinergik dan sukralfat (untuk
sitoprotektor).
· Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari
buah jeruk yang encer atau cuka yang di encerkan.
· Jika korosi parah, hindari emetik dan bilas lambung karena
bahaya perforasi.
b. Gastritis Kronis
· Modifikasi diet, reduksi stress, dan farmakoterapi.
· H. phylory mungkin diatasi dengan antibiotik (mis; tetrasiklin
atau amoxicillin) dan garam bismuth (pepto bismol).
TERAPI UNTUK GASTRITIS
Terapi gastritis sangat bergantung pada penyebab spesifiknya dan
mungkin memerlukan perubahan dalam gaya hidup, pengobatan atau,
dalam kasus yang jarang, pembedahan untuk mengobatinya.
Terapi terhadap asam lambung
Asam lambung mengiritasi jaringan yang meradang dalam
lambung dan menyebabkan sakit dan peradangan yang lebih
parah. Itulah sebabnya, bagi sebagian besar tipe gastritis,
terapinya melibatkan obat-obat yang mengurangi atau
menetralkan asam lambung seperti :
1. Anatsida. Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk
cairan atau tablet dan merupakan obat yang umum dipakai untuk
mengatasi gastritis ringan. Antasida menetralisir asam lambung
dan dapat menghilangkan rasa sakit akibat asam lambung
dengan cepat.
2. Penghambat asam. Ketika antasida sudah tidak dapat lagi
mengatasi rasa sakit tersebut, dokter kemungkinan akan
merekomendasikan obat seperti cimetidin, ranitidin, nizatidin
atau famotidin untuk mengurangi jumlah asam lambung yang
diproduksi.
3. Penghambat pompa proton. Cara yang lebih efektif untuk
mengurangi asam lambung adalah dengan cara menutup
“pompa” asam dalam sel-sel lambung penghasil asam.
Penghambat pompa proton mengurangi asam dengan cara
menutup kerja dari “pompa-pompa” ini. Yang termasuk obat
golongan ini adalah omeprazole, lansoprazole, rabeprazole dan
esomeprazole. Obat-obat golongan ini juga menghambat kerja H.
pylori.
4. Cytoprotective agents. Obat-obat golongan ini membantu untuk
melindungi jaringan-jaringan yang melapisi lambung dan usus
kecil. Yang termasuk ke dalamnya adalah sucraflate dan
misoprostol. Jika meminum obat-obat AINS secara teratur
(karena suatu sebab), dokter biasanya menganjurkan untuk
meminum obat-obat golongan ini. Cytoprotective agents yang
lainnya adalah bismuth subsalicylate yang juga menghambat
aktivitas H. pylori.
Terapi terhadap H. pylori
Terdapat beberapa regimen dalam mengatasi infeksi H.
pylori. Yang paling sering digunakan adalah kombinasi dari
antibiotik dan penghambat pompa proton. Terkadang
ditambahkan pula bismuth subsalycilate. Antibiotik berfungsi
untuk membunuh bakteri, penghambat pompa proton berfungsi
untuk meringankan rasa sakit, mual, menyembuhkan inflamasi
dan meningkatkan efektifitas antibiotik.
Terapi terhadap infeksi H. pylori tidak selalu berhasil,
kecepatan untuk membunuh H. pylori sangat beragam,
bergantung pada regimen yang digunakan. Akan tetapi kombinasi
dari tiga obat tampaknya lebih efektif daripada kombinasi dua
obat. Terapi dalam jangka waktu yang lama (terapi selama 2
minggu dibandingkan dengan 10 hari) juga tampaknya
meningkatkan efektifitas.
Untuk memastikan H. pylori sudah hilang, dapat dilakukan
pemeriksaan kembali setelah terapi dilaksanakan. Pemeriksaan
pernapasan dan pemeriksaan feces adalah dua jenis pemeriksaan
yang sering dipakai untuk memastikan sudah tidak adanya H.
pylori. Pemeriksaan darah akan menunjukkan hasil yang positif
selama beberapa bulan atau bahkan lebih walaupun pada
kenyataanya bakteri tersebut sudah hilang.
H. PENCEGAHAN
Walaupun infeksi H. pylori tidak dapat selalu dicegah,
berikut beberapa saran untuk dapat mengurangi resiko
terkena gastritis :
a. Makan secara benar. Hindari makanan yang dapat mengiritasi
terutama makanan yang pedas, asam, gorengan atau berlemak.
Yang sama pentingnya dengan pemilihan jenis makanan yang
tepat bagi kesehatan adalah bagaimana cara memakannya.
Makanlah dengan jumlah yang cukup, pada waktunya dan
lakukan dengan santai.
b. Hindari alkohol. Penggunaan alkohol dapat mengiritasi dan
mengikis lapisan mukosa dalam lambung dan dapat
mengakibatkan peradangan dan pendarahan.
c. Jangan merokok. Merokok mengganggu kerja lapisan pelindung
lambung, membuat lambung lebih rentan terhadap gastritis dan
borok. Merokok juga meningkatkan asam lambung, sehingga
menunda penyembuhan lambung dan merupakan penyebab
utama terjadinya kanker lambung. Tetapi, untuk dapat berhenti
merokok tidaklah mudah, terutama bagi perokok berat.
Konsultasikan dengan dokter mengenai metode yang dapat
membantu untuk berhenti merokok.
d. Lakukan olah raga secara teratur. Aerobik dapat meningkatkan
kecepatan pernapasan dan jantung, juga dapat menstimulasi
aktifitas otot usus sehingga membantu mengeluarkan limbah
makanan dari usus secara lebih cepat.
e. Kendalikan stress. Stress meningkatkan resiko serangan jantung
dan stroke, menurunkan sistem kekebalan tubuh dan dapat
memicu terjadinya permasalahan kulit. Stress juga meningkatkan
produksi asam lambung dan melambatkan kecepatan
pencernaan. Karena stress bagi sebagian orang tidak dapat
dihindari, maka kuncinya adalah mengendalikannya secara
effektif dengan cara diet yang bernutrisi, istirahat yang cukup,
olah raga teratur dan relaksasi yang cukup.
f. Ganti obat penghilang nyeri. Jika dimungkinkan, hindari
penggunaan AINS, obat-obat golongan ini akan menyebabkan
terjadinya peradangan dan akan membuat peradangan yang
sudah ada menjadi lebih parah. Ganti dengan penghilang nyeri
yang mengandung acetaminophen.
g. Ikuti rekomendasi dokter.

KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN DENGAN GASTRITIS
A. PENGKAJIAN
1. Aktivitas/ istirahat.
Gejala: Kelemahan/ kelelahan.
Tanda: Takhikardi, takipnoe, ( hiperventilasi ).
2. Sirkulasi.
Gejala: Hipotensi, Takhikardi, Disritmia.
Tanda: Kelemahan nadi / perifer, Pengisian kapiler
lambat,Warna kulit pucat, sianosis, Kelembaban kulit,
berkeringat.
3. Integritas Ego.
Gejala: Faktor stress akut / psikologi, perasaan tidak berdaya.
Tanda: Tanda ansietas, misalnya ; pucat, gelisah, berkeringat,
perhatian menyempit.
4. Eliminasi.
Gejala: Perubahan pola defekasi /karakteristik feces.
Tanda: Nyeri tekan abdomen, Distensi abdomen, peningkatan
bunyi usus,karakteristik feses ; diare dan konstipasi.
5. Makanan /Cairan.
Gejala: Anorexia,mual, dan muntah, cegukan, tidak toleran
terhadap makanan.
Tanda: Muntah, membran mukosa kering, turgor kulit
menurun.
6. Neorosensori.
Gejala: Pusing, sakit kepala, terasa berdengung.
Tanda: Status mental, tingkat kesadaran terganggu,
cenderung mengantuk, disorientasi, bingung.
7. Nyeri /Kenyamanan.
Gejala: Nyeri digambarkan tajam, dangkal, rasa terbakar,
perih
Tanda: Rasa ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah
banyak makan & hilang setelah minum obat antasida.
Nyeri epigastrium kiri menyebar ketengah dan
menjalar tembus kepinggang 1-2 jam setelah makan (
ulkus peptik ). Nyeri epigastrium kanan ± 4 jam
setelah makan dan hilang setelah diberi antasida (
ulkus doudenum). Faktor pencetus, makanan, rokok,
alkohol penggunaan obat tertentu. Stress psikologis.
8. Keamanan.
Gejala: Alergi terhadap obat.
Tanda: Peningkatan suhu.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN
TIMBUL
1. Perubahan kenyamanan; Nyeri akut berhubungan dengan iritasi
mukosa gaster.
Tujuan jangka pendek : Pasien mengatakan rasa nyeri berkurang.
Tujuan jangka panjang : Tidak terjadi iritasi berlanjut.
Intervensi:

a. Puasakan pasien pada 6 jam pertama.


b. Berikan makanan lunak sedikit demi sedikit dan beri minum yang
hangat.
c. Identifikasi dan batasi makanan yang menimbulkan
ketidaknyamanan.
d. Observasi keluhan nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitasnya, (
skala 0-10 ), serta perubahan karakteristik nyeri.

Rasionalisasi.

a. Mengurangi inflamasi pada mukosa lambung.


b. Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat
setelah
periode puasa.
c. Dapat menyebabkan distres pada bermacam-macam individu /
dispepsia.
d. Perubahan
karakteristik nyeri dapat menunjukan penyebaran penyakit /
terjadinya komplikasi.

2. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan Anorexia.
Tujuan jangka pendek : Pemasukan nutrisi yang adekuat.
Tujuan jangka panjang : Mempertahankan BB tetap seimbang.
Intervensi:

a. Buat program kebutuhan nutrisi harian & standar BB minimum.


b. Berikan perawatan mulut sebelum & sesudah makan.
c. Monitor aktivitas fisik dan catat tingkat aktivitas tersebut.
d. Hindari makanan yang menimbulkan gas.
e. Sediakan makanan dengan ventilasi yang baik, lingkungan yang
menyenangkan,
dengan situasi yang tidak terburu-buru.

Rasionalisasi.

a. Sebagai acuan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien.


b. Memberikan rasa nyaman pada mulut dan dapat mengurangi rasa
mual.
c. Membantu dalam mempertahankan tonus otot dan berat badan
juga untuk
mengontrol tingkat pembakaran kalori.
d. Dapat mempengaruhi nafsu makan / pencernaan dan membatasi
masukan nutrisi.
e. Lingkungan yang mennyenangkan dapat menurunkan stress dan
lebih kondusif untuk
makan.

3. Ansietas tahap sedang berhubungan dengan perubahan status


kesehatan.
Tujuan jangka pendek : Pasien dapat mendiskusikan
permasalahan yang
dihadapinya.
Tujuan jangka panjang : Pasien dapat memecahkan masalah
dengan menggunakan sumber yang efektif.
Intervensi

a. Observasi respon fisiologis, mis : takipnoe, palpitasi, pusing.


b. Catat petunjuk perilaku, mis : gelisah, midah tersinggung.
c. Dorong pernyataan takut dan ansietas, berikan respon umpan
balik.
d. Berikan lingkungan yang tenang untuk beristirahat.
e. Berikan tekhnik relaksasi, mis: latihan nafas dalamdan bimbingan
imaginasi.
f. Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan melakukan koping positif.

Rasionalisasi

a. Dapat menjadi indikasi derajat ansietas yang dialami pasien.


b. Indikator derajat ansietas.
c. Membuat hubungan therafiutik, membantu pasien untuk menerima
perasaan dan
menurunkan ansietas yang tidak perlu tentang ketidak tahuan.
d. Memindahkan pasien dari stresor luar dan meningkatkan relaksasi,
juga dapat
meningkatkan ketrampilan koping.
e. Cara relaksasi dapat membantu menurunkan takut dan ansietas.
f. Perilaku yang berhasil dapat menguatkan pasien dalam menerima
ansietas,
meningkatkan rasa pasien terhadap kontrol diri dan memberikan
keyakinan.
DAFTAR PUSTAKA
Baughman, Diane C. (2000). Keperawatan Medikal-Bedah ; Buku Saku

untuk Brunner dan Suddarth, EGC, Jakarta.

Crowin, Elizabeth J. 2002. Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Doenges, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.

Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arief. (1999). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Media

Aesculapius; Jakarta

Smeltzer, Suzanne C. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 1. Jakarta:

EGC.

________. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2. Jakarta: EGC.


http://en.wikipedia.org, Gastritis

Beranda

Lihat versi web

Mengenai Saya
Siska Wulandari A
Lihat profil lengkapku

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai