NIM : D0119081
Kelas : 2019/C
3. Judul : Pola Konsumsi Penduduk Kota Batam Terhadap Produk Makanan Ringan
Buatan Malaysia Dengan Metode Etnografi
Komunitas : Masyarakat Kota Batam yang mudik
Kasus yang diteliti : Menganalisis pola konsumsi masyarakat Kota Batam terhadap
produk makanan ringan buatan Malaysia
Analisis data :
Penduduk Kota Batam merupakanpenduduk yang heterogen hanya diwarnai
oleh berbagai suku yang berasal dari Indonesia melainkan juga dari berbagai negara
seperti; India, Singapura, Malaysia, dan negara lainnya. Dengan ini, Kota Batam juga
turut memberi kontribusi terhadap kemajuan ekonomi Nasional dimana posisinya
yang terletak sangat dekat dengan negara industri seperti Singapura dan Malaysia
membuat kawasan ini sangat berpotensi untuk menampung luapan ekonomi dari
negara yang sudah tergolong maju. Sehingga dengan terjadinya itu Negara Malaysia
dan Negara China adalah negara yang paling pertama menangkap peluang budaya
konsumsi tinggi apabila ada situasi mudik di Indonesia khususnya di Batam.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena paradigma, proses,
metode, dan tujuannya berbeda, penelitian kualitatif memiliki model desain yang
berbeda dengan penelitian kuantitatif, Juga menggunakan metode etnografi dengan
bentuk etnografi realis. Dalam penelitian ini, populasinya adalah penduduk kota
Batam pada sembilan kecamatan yang melakukan kegiatan mudik atau pulang
kampung maka teknik pengambilan sampel adalah Non Probability Sampling dengan
Purposive Sampling, Alasan pemakaian teknik ini adalah karena populasi besar dan
peneliti mempunyai keterbatasan dana, tenaga dan waktu, sehingga peneliti dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.
4. Judul : Ceklek’an Sebagai Garap Gerak Dalam Kepenarian Cakil Gaya Surakarta
Komunitas : Penari jawa di surakarta
Kasus yang diteliti : pemikiran penari Jawa tentang fenomena ceklek’an dalam gerak
Cakil
Analisis data :
Istilah ceklek’an bukan suatu istilah yang asing bagi masyarakat Jawa, karena
istilah tersebut lahir dan tumbuh dari masyarakat itu sendiri. Ceklek’an hadir dalam
percakapan sehari-hari, baik itu menjadi sebuah ungkapan-ungkapan atau mengarah
pada sesuatu hal yang bersifat objektif. Ceklek’an akan diamati sebagai kejadian
perwujudan, dan gejala objek yang dialami oleh tubuh penari Jawa. Ceklek’an
menjadi istilah untuk menyebut nama suatu teknik gerak. Nama ini kemudian
berkembang lebih pesat dan menjadi pusat teknik sehingga menjadi titik pencapaian
kualitas kepenarian Cakil gaya Surakarta.
Dalam penelitian ini menggunakan menggunakan metode etnografi realis
dimana metode etnografi dirasa tepat sebagai metode untuk mengungkap pengalaman
ketubuhan yang berhubungan dengan bentuk gerak, konsep, gagasan, ide dan praktek
ketubuhan dengan sudut pandang para informan yang dihimpun oleh peneliti. Data
dikumpulkan melalui wawancara dan observasi partisipan, dengan melakukan
mengobservasi peneliti dapat melihat praktek-praktek ketubuhan para penari Jawa,
dan berusaha memahami makna dan interpretasi. Fokus utama etnografi adalah
mengumpulkan data dengan observasidan wawancara, deskripsi yang tebal dan
mendalam secara alamiah, bekerja Bersama informan kunci, dan dimensi ‘emik-etik’.
Dimensi emik adalah persepsi dari dalam atau persepsi pemilik budaya, sedangkan
etik adalah persepsi luar atau persepsi peneliti.
Dalam penelitian ini dikatakan bahwa, Istilah ceklek’an digunakan untuk
sebutan yang merepresentasikan bentuk, proses, dan hasil kerja dari objek yang telah
patah. Selain itu terdapat juga ungkapan yang digunakan ketika memberi nasehat
terhadap orang lain. Istilah ceklek’an dikenal dan muncul dalam gerak Cakil gaya
Surakarta dan digunakan sebagai dasar kualitas yang utama kepenarian Cakil.
Kemampuan seorang penari Cakil ditentukan dalam teknik ceklek’an yang
dianalogikan seperti dalam bentuk permainan wayang kulit. Dengan ini, penerapan
istilah ceklek’an menunjukkan bahwa ceklek’an telah hidup dan berkembang di sisi
masyarakat Jawa khususnya Surakarta. Ceklekan menjadi suatu proses dan praktek
ketubuhan yang di dalamnya memiliki nilai-nilai mendalam secara konseptual
maupun filosofis. Gerak yang dihasilkan melalui material tubuh yang mengalami,
merasa, dan merekam suatu memori tentang apa itu bentuk, garis, dan warna.
Ceklek’an telah diolah melalui indera dan terwujudkan pada sikap-sikap gerak,
bentuk, ruang yang kemudian diberi rasa. Di dalam proses ketubuhan penari Jawa
tidak berhenti pada praktek secara fisik saja, namun ceklek’an adalah sebuah proses
yang di dalamnya terdapat konsepsi mengenai hal yang menginspirasi sehingga
ceklek’an itu menjadi sebuah bentuk estetis yang khas.
Referensi :