Anda di halaman 1dari 7

A.

DEFINISI
Pneumothorax adalah adanya udara didalam ruang pleura yang
menghalangi ekspansi paru sepenuhnya (Black M. Joyce, dkk. 2014).
Pneumothorax merupakan penumpukan udara dalam rongga pleura
sehingga timbul kolaps persial atau total paru (Jenifer P.kowalak.2011).
B. KLASIFIKASI
Berdasarkan etiologinya pneumothoraks terbagi menjadi 2:
a. Spontan pneumotoraks
1. spontan pneumotoraks primer adalah Pneumotoraks yang terjadi
pada pasien tanpa penyakit paru-paru yang mendasari.
penyebab dari pneumotoraks ini belum diketahui secara pasti. Ada
teori yang menyebutkan, disebabkan oleh factor konginetal, yaitu
terdapatnya bula pada subpleura viseral, yang suatu saat akan
pecah akibat tingginya tekanan intra pleura,sehingga menyebabkan
terjadinya pneumotoraks.
2. spontan pneumotoraks sekunder: pneumothoraks sebagai akibat
dari penyakit paru lainnya / dikaitkan dengan penyakit paru-paru
yang mendasari seperti tuberkuosis dengan kavitas. Mekanisme
terjadinya pneumotoraks pada tuberkulosis milier belum diketahui
secara pasti. Beberapa kemungkinan di antaranya yaitu
pembentukan nodul milier subpleura yang mengalami perkejuan
dan nekrosis yang selanjutnya akan pecah ke rongga pleura,
terjadinya peningkatan tekanan intra alveolar akibat batuk yang
sering menyebabkan septa antara pecah yang mengakibatkan
terjadinya pneumomediastinum, atau pecahnya bula lesi
emfisematus (Fasih Khan, 2018).
b. pneumotoraks traumatic adalah
berdasarkan mekanisme terjadinya yaitu pneumotoraks terbuka, dan
pneumotoraks tertutup yang bisa menjadi pneumotoraks terdesak atau
tension pneumotoraks (Black M. Joyce, dkk. 2014).
\
C. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala pneumothoraks dapat meliputi:
1. Nyeri pleuritic menusuk timbul mendadak dan terasa Kembali
Ketika pasien menggerakkan dada, bernapas, dan batuk
2. Gerakan dinding dada asimetris akibat kolaps paru
3. Sesak napas akibat hipoksia
4. Gawat pernapasan
5. Penurunan remitus vocal yang berkaitan dengan kolap paru
6. Bunyi napas yang tidak terdengar pada sisi yang terkena akibat
kolaps paru
7. Rigiditas (kekakuan) dada pada sisi yang terkena akibat kolaps paru
8. Takikardia akibat hipoksia
9. Bunyi krepitasi pada kulit saat dilakukan palpasi (imfesima
subkutan)
10. yang disebabkan kebocoran udara yang merembes ke dalam
jaringan.
Tension pneumothorax menimbulkan keluhan dan gejala respiratorius
yang paling berat dan meliputi:
1. Penurunan curah jantung
2. Hipotensi akibat penurunan curah jantung
3. Takikardia
4. Takipneu akibat hipoksia
5. Kolaps paru akibat terdapat udara atau darah didalam rongga
intrapleural
6. Pergeseran mediastrium akibat peningkatan penekanan
7. Penyimpangan trakea ke sisi yang berlawanan
8. Distansi vena-vena leher akibat tekanan intrapleura, pergeseran
mediastinum, dan peningkatan tekanan kadiovaskular
9. Pucat yeng berkaitan dengan penurunan curah jantung
10. Kecemasan yang berkaitan dengan keadaan hipoksia
11. Denyut nadi lemah dan cepat akibat penurunan curah jantung
(Jenifer P.kowalak.2011).
Jika kita menemukan penderita ditempat kejadian, identifikasi terlebih
dahulu. Akibat benturan yang keras terhadap dinding dada penderita akan
mengeluhkan nyeri pada dinding dadanya. Disamping itu dilihat juga
apakah ada atau tidak perlukaan yang terjadi pada dinding dada, untuk
mengetahui apakah terdapat luka terbuka pada dinding dada penderita
yang bisa menimbulkan pneumotoraks terbuka. Sesak napas akan terjadi
pada penderita pneumotoraks akibat udara yang mulai masuk mengisi
rongga pleura. Jika terus berlanjut penderita akan terlihat gelisah akibat
kesulitan bernapas. Usaha dari tubuh untuk mengkompensasi akibat sesak
napas yang terjadi adalah bernapas yang cepat (takipneu) dan denyut nadi
yang meningkat (takikardia). Udara yang masuk kedalam rongga pleura ini
akan menyebakan terjadi pendesakan pada parenkim paru-paru hingga
menjadi kolaps, jadi yang mengisi rongga dada yang mengalami
pneumotoraks adalah udara, pada saat diperiksa dengan mengetuk dinding
dada akan terdengar suara hipersonor, akibat akumulasi udara pada rongga
pleura. Kolapsnya paru-paru yang terdesak oleh udara yang berada di
rongga pleura ini menyebabkan proses ventilasi dan oksigenasi berkurang
atau malah tidak terjadi, sehingga jika didengarkan dengan stetoskop suara
napas tidak terdengar(Ricat Hinaywan Malik,2020).
D. PENATALAKSANAAN
Penanganan tergantung pada tipe pneumothoraks (Jenifer
P.kowalak.2011).
Pneumothoraks spontan disertai kolaps paru ynag kurang dari 30%
tanpa tanda-tanda peningkatan tekanan pleura da gejala dipnea atau tanpa
indikasi gangguan fisiologi dapat dilakukan tindakan:
 Tirah baring untuk menghemat energi dan mengurangi kebutuhan
oksigen
 Pemantauan tekanan darah dan denyut nadi untuk deteksi dini
gangguan fisiologi
 Pemantauan frekuensi pernafasan untuk mendeteksi tanda-tanda
dini gangguan fisiologi
 Pemberian oksigen untuk meningkatkan oksigenasi dan
memperbaiki hipoksia
 Aspirasi udara dengan jarum berukuran besar yang dihubungkan
dengan semprit untuk mengembalikan tekanan negative di dalam
rongga pleura.
Penanganan pneumothoraks disertai kolap paru melebihi 30% dapat
meliputi:
 Pemasangan selang torakostomi diruang sela iga kedua atau ketiga
pada linea midklavikularis, selang ini kemudian dihubungkan
dengan botol yang berisi air untuk penyekatan di bawah permukaan
air (underwater seal) dan alat penghisapan bertekanan rendah guna
mencoba menimbulkan menimbulkan reekspansi paru dengan
mengembalikan tekanan intrapleural yang negative
 Jika pneumothoraks terjadi secara rekuren (kambuhan) sokter
bedah data melakukan torakotomi dan pleurotomy yang membuat
paru melekat pada pleura peritalis
Pneumothoraks terbuka dapat dilakukan penanganan dengan
 Drainase selang dada untuk reekspansi paru
 Penanganan paru melalui upaya bedah

a. Pada PSP, aspirasi manual dilakukan pada awalnya jika


pneumotoraksnya besar atau ada sesak napas yang signifikan. Jika
berhasil, pasien dipulangkan dari UGD, jika tidak maka chest tube
drainage (CTD) digunakan. Di antara pasien dengan SSP, sebagian
besar diobati dengan CTD, tetapi pneumotoraks kecil tanpa sesak
napas ditangani secara konservatif. NA sederhana adalah alternatif
yang berharga untuk CTD jika PSP memerlukan evakuasi udara untuk
pasien bergejala (Fasih Khan dkk,2018).
b. Tension pneumothorax biasanya ditangani secara darurat dengan:
 dekompresi jarum (needle decompression atau disebut juga
needle thoracocentesis) dengan cara memasukkan kateter
jarum besar ke dalam ruang pleura (kavum pleura). Lokasi
penusukan di interkostal kedua (ICS II) di linea mid-klavikula.
Karena faktor tebalnya dinding dada, kekakuan kateter, dan
komplikasi teknis atau anatomis, dekompresi dengan jarum
bisa gagal. Faktor ketebalan dinding dada, misalnya pasien
dengan otot dada tebal atau obesitas mempengaruhi
keberhasilan dekompresi needle. Selain itu, kesalahan
identifikasi ICS kedua juga sering terjadi. Panjang needle 5 cm
akan dapat menembus kavum pleura >50%, sedangkan
panjang needle 8 cm dapat menembus kavum pleura >90%.
Bukti terbaru mendukung penempatan kateter needle ukuran
besar di interkostal kelima (ICS V)
 Penanganan pasien tension pneumothorax dengan
memberikan pemasangan Water Seal Drainage (WSD) untuk
tetap mempertahankan tekanan negatif dari cavum pleura
sehingga pengembangan paru sempurna. Tindakan WSD ini
dengan memasukkan selang ke dalam rongga pleura. Selang
tersebut disambungkan ke wadah tertutup yang berisi air.
WSD bertujuan untuk memindahkan udara di rongga pleura ke
dalam wadah tertutup tersebut. (Ricat Hinaywan Malik.
2020).

 Pada open pneumothorak sering kali luka terlihat sebagai luka


pada dinding dada yang menghisap pada setiap inspirasi
(sucking chest wound) . dengan demikian maka yang harus
dilakukan adalah menutup dengan plester 3 sisi. kasa
berbentuk segi empat diplester 3 sisinya sedangkan satu sisi
yang tidak diplester menjadi katup satu arah.dengan penutupan
seperti ini, pada saat penderita inspirasi, diharapkan akan
terjadi efek katup (flutter type valve) untuk memungkinkan
udara yang tadinya masuk kedalam rongga paru akan keluar
melalui katup searah tersebut. Jika penderita melakukan
ekspirasi maka katup searah akan menutup sehingga
menghalangi udara luar masuk ke rongga dada melalui luka
tembus dada tersebut. Hal ini mungkin sulit bila ndilakukan
pada luka yang luas dan efeknya sangat bervariasi . sesegera
mungkin chest drain harus dipasang dan luka ditutup.

Anda mungkin juga menyukai