Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jarang dalam kehidupan kita menjumpai suatu hal yang berkaitan dengan
sifat kekentalan pada suatu zat cair. Namun, untuk istilah viskositas ini banyak
digunakan dalam dunia pabrik. Dalam pabrik, pasti ada proses dimana suatu zat
diuji kekentalan nya untuk dapat memenuhi standarisasi yang sudah ditentukan.
Contohnya untuk kekentalan pada oli. Pastinya disaat membeli oli motor, dapat
dilihat pada bungkus produknya terdapat kode terkait kekentalan oli tersebut.
Dengan tujuan, oli yang dibeli oleh pembeli sesuai dengan oli pada motor. Tidak
semua kendaraan memiliki kode kekentalan oli yang sama, oleh karena itu
diperlukan keterangan pada bungkus produk untuk kode kekentalan.
Dalam dunia industri rumahan, istilah fluida digunakan. Khususnya pada
produk minyak. Minyak sendiri memiliki tingkat kekentalan yang berbeda beda.
Namun, pada industri rumahan, minyak yang dihasilkan tidak bervariasi jenisnya.
Jika dilihat pada dunia industri besar seperti pabrik, maka pabrik pun memiliki
banyak variasi jenis produk yang dihasilkan. Minyak yang dibutuhkan pun
bervariasi dan kebanyakan yang dibutuhkan adalah minyak yang banyak dijual di
toko-toko yang menjual aneka produk kebutuhan rumah tangga. Maka dari itu,
pentingnya untuk mempelajari terkait viskositas agar mengerti fungsi dari
kekentalan fluida pada kebutuhan hidup sehari hari.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan diatas, didapatkan rumusan masalah tentang
viskositas sebagai berikut:
1. Bagaimana dinamika dalam fluida?
2. Bagaimana menentukan koefisien viskositas fluida berdasarkan Hukum
Stokes?
3. Bagaimana menentukan kecepatan terminal fluida?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka didapatkan tujuan dari
praktikum viskositas sebagai berikut:
1. Untuk mempelajari dinamika dalam fluida.
2. Untuk menentukan koefisien viskositas fluida berdasarkan Hukum Stokes
3. Untuk menentukan kecepatan terminal pada fluida.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fluida
Suatu fluida merupakan suatu zat yang mampu mengalir. Gas dan zat cair
termasuk kedalam istilah dalam fluida. Beberapa fluida, seperti gelas dan ter,
mengalir begitu lambat sehingga berperilaku seperti benda padat untuk interval-
interval waktu yang biasanya kita gunakan untuk bekerja dengan benda-benda
tersebut.
2.1.1 Tekanan Dalam Fluida
Pada fluida statis, nilai tekanan sama dalam semua arah. Suatu elemen
fluida yang terendam dalam fluida diam akan mendapat gaya yang konstan, yang
bekerja pada sisi-sisinya. Gambar 1 di bawah ini dan penurunan rumusnya
membuktikan bahwa tekanan dalam fluida statis sama ke semua arah [ CITATION
Ghu14 \l 1033 ].

2.1.2 Fluida Statis


Jika ditinjau saat pergerakan fluida saat diposisikan dalam kondisi
kesetimbangan statis terhadap suatu kerangka acuan yang melekat pada batas
fluida dan sekelilingnya, atau pergerakan fluida diposisikan seperti pergerakan
benda tegar [ CITATION Kir18 \l 1033 ].
2.1.3 Fluida Dinamis
Pada statika fluida dikenal juga kinematika fluida yang memepelajari
fluida bergerak tanpa meninjau gaya gaya yang menyebabkan fluida dinamis.
Fluida dinamis merupakan fluida yang bergerak dimana fluida tidak hanya diam
pada setiap kondisi.
[ CITATION Kir18 \l 1033 ].

2.2 Gaya Kohesi dan Adhesi


Kohesi merupakan gaya tarik menarik antar partikel yang sejenis. Kohesi
dipengaruhi oleh jarak antar partikel dan kerapatan suatu zat. Gaya kohesi pada
zat cair lebih lemah dibandingkan dengan gaya pada zat padat. Sedangkan adhesi
merupakan gaya tarik menarik antar partikel yang tidak sejenis. Bila 2 zat
dicampurkan, maka hal tersebut disebabkan karena gaya adhesi yang bekerja
[ CITATION Fau15 \l 1033 ].

2.3 Laminar dan Turbulen


Bilangan Reynold merupakan rasio antara gaya inersia dengan gaya viskos
yang mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut dengan suatu kondisi
aliran tersebut. Bilangan Reynold digunakan saat identifikasi jenis aliran yang
berbeda. Contohnya pada laminar dan turbulen. Kehilangan energi yang lebih
besar yang muncul sebagai sebuah konsekuensi dari hasil aliran turbulen seiring
penambahan temperatur zat cair. Kondisi ini dapat dikurangi dengan
memperpanjang dengan menyediakan penambahan ukuran pipa dengan tujuan
mendapatkan aliran laminar.
[ CITATION Tit14 \l 1033 ].

2.4 Hukum II Newton


Hukum newton II berbunyi “Percepatan sebuah benda berbanding lurus
dengan gaya total yang bekerja padanya dan berbanding terbalik dengan
massanya. Arah percepatan sama dengan arah gaya total yang bekerja
padanya”. Hukum newton II dapat disimpulkan yaitu, jika suatu benda dikenai
gaya yang searah dengan arah geraknya, maka akan bertambah kelajuannya.
Namun bila dikenai gaya yang berlawanan dengan arah geraknya, maka
kemungkinan benda tersebut dapat berhenti atau mengalami perlambatan.
Contohnya ketika kita sedang mendayung perahu, semakin cepat perahu yang kita
dayung, semakin cepat kita sampai di tempat tujuan. Contoh lain adalah ketika
kita sedang berusaha menendang bola, semakin kencang tendangan kita, maka
semakin jauh jangkauan bola tersebut sampai berhenti.
[ CITATION Fir14 \l 1033 ].

2.5 Hukum Archimedes


Setiap benda yang berada di dalam suatu fluida, maka benda itu akan
mengalami gaya ke atas seberat zat cair yang dipindahkan. Sering disebutkan
bahwa Hukum Archimedes ini sebagai gaya apung. Dimana Hukum
Archimedes Memiliki persamaan sebagai berikut:
FA = Wb………………………………………………………….(1)
            Menurut Archimedes, benda menjadi lebih ringan bila diukur dalam air
daripada di udara karena dalam air, benda mendapat gaya ke atas. Sementara
ketika di udara, benda memiliki berat yang sesungguhnya [ CITATION Ahm14 \l
1033 ].

2.6 Hukum Stokes


Bunyi dari hokum stokes sendiri adalah ”Apabila suatu benda bergerak
dengan kelajuan tertentu dalam fluida kental, maka gerakan benda akan dihambat
oleh gaya gesek antara perukaan benda dengan fluida“. Hukum Stokes memiliki
persamaan sebagai berikut :

𝐹𝑑
=6𝜋𝜇𝑉𝑟…………………………………...(2)

Dimana :

Fd = besarnya gaya drag yang diberikan fluida pada bola


μ = besarnya viskositas fluida
V = kecepatan benda bergerak dalam fluida
r = besarnya jari-jari benda ( biasanya bola )
[ CITATION Fid14 \l 1033 ]

2.7 Viskositas
Viskositas atau biasa dituliskan dengan lambang μ adalah suatu ukuran
yang menggambarkan besarnya resistensi atau tahanan dari suatu cairan.
Viskositas dapat juga didefinisikan sebagai suatu aliran fluida yang
menggambarkan besarnya gesekan antara molekul-molekul fluida [ CITATION Fid14
\l 1033 ].

2.8 MSDS

MSDS merupakan suatu surat berupa berkas data yang berisi informasi
tentang sifat-sifat dari suatu bahan. Lembar data ini memiliki tujuan agar dapat
menyampaikan informasi kepada pekerja dan personil gawat darurat mengenai
informasi cara penanganan suatu bahan dengan aman. Lembar data ini
mengandung informasi data seperti titik leleh, titik didih, titik nyala, toksisitas,
efek kesehatan, perawatan pertama, reaktivitas, cara penyimpanan, cara
pembuangan, peralatan pelindung yang diperlukan, dan prosedur penanganan
tumpahan bahan. Format lembar data yang digunakan ini berbeda-beda sesuai
pada persyaratan tiap-tiap negara [ CITATION Sug09 \l 1033 ].

2.8.1 MSDS Minyak


Minyak terbagi menjadi beberapa jenis. Ada minyak yang tidak berbahaya
seperti minyak kelapa sawit, dan ada minyak yang berbahaya seperti minyak
tanah, dan lain-lain. Minyak tanah memiliki sifat yang mudah tebakar bila terkena
api. Adapun efek samping bila terkena papaparan secara langsung diantaranya
yaitu iritasi pernapasan, pusing, mual, pingsan. Pada pernapasan dalam waktu
yang lama dan berulang-ulang akan menyebabkan iritasi kulit dan gangguan kulit
yang lebih serius. Selain itu dilaporkan juga dari penelitian bahwa produk ini
dapat menyebabkan kanker kulit pada manusia dengan kondisi kesehatan yang
buruk, diperkuat dengan pemaparan sinar matahari, waktu pemaparan yang lama
dan berulang.
[ CITATION PTP07 \l 1033 ].

2.8.2 MSDS Oli SAE 40


Oli SAE 40 ini merupakan jenis oli yang cukup berbahaya berdasarkan
bahan yang terkandung dalam oli. Namun, untuk efek samping yang akan terjadi,
tidak begitu berarti dalam jangka pendek. Adapun efek samping yang akan terjadi
dalam jangka waktu lama yaitu jika oli dipanaskan dalam jarak dekat dengan mata
maka akan menimbulkan gangguan pada mata, bila kontak langsung dengan kulit
selama berkali kali akan menyebabkan iritasi dan alergi, dan akan terjadi iritasi
pada saluran pernapasan dalam jangka waktu yang panjang [ CITATION Per06 \l
1033 ].

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Neraca ohauss 1
buah
2. Stopwatch (HP) dan dokumentasi 1
buah
3. Mikrometer sekrup 1
buah
4. 2 set tabung panjang 2
buah
5. Meteran 1
buah
6. Picnometer 5 ml 1
buah
3.1.2 Bahan
Bahan – bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai
berikut :
1. Fluida (minyak, Oli SAE 40) 2
buah
2. Kelereng (besar, sedang, dan kecil) 3
buah

3.2 Cara Kerja


Berikut cara kerja yang kami gunakan :
1. Mengukur diameter kelereng menggunakan mikroeter sekrup.
2. Mengukur massa kelereng menggunakan neraca ohauss.
3. Mengulangi langkah 1-2 sebanyak 3 kali dan diambil nilai rata-rata.
4. Memasukkan kelereng kedalam tabung yang sudah diisi fluida.
5. Mencatat waktu yang dibutuhkan kelereng untuk mencapai batas-batas
yang telah ditentukan yaitu 30 cm, 60 cm, 90 cm.
6.. Mengulangi langkah 4-5 sebanyak 5 kali.
7. Menghitung massa picnometer kosong dengan neraca ohauss.
8. Menghitung massa dari masing-masing fluida minyak dan oli dengan
memasukkan kedalam picnometer 5 ml lalu menimbangnya dengan neraca
ohauss.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisa Data
Berikut merupakan hasil analisis yang dilakukan oleh praktikan pada
praktikum viskositas:
Tabel 4.1 Perlakuan dan Pengamatan

No Perlakuan Pengamatan
1 Di ukur diameter Mengukur diameter kelereng kecil dengan
kelereng kecil melakukan 3 percobaan:
menggunakan 1. 12,11 mm
mikrometer sekrup 2. 12,10 mm
3. 12,12 mm

Rata-rata: 12,11 mm

2 Diukur diameter Mengukur diameter kelereng sedang dengan


kelereng sedang melakukan 3 percobaan:
menggunakan 1. 16,64 mm
mikrometer sekrup 2. 16,63 mm
3. 16,33 mm

Rata-rata: 16,53 mm
3 Diukur diameter Mengukur diameter kelereng besar dengan
kelereng besar melakukan 3 percobaan:
menggunakan mikromter 1. 25,61 mm
sekrup 2. 25,77 mm
3. 25,52 mm

Rata-rata: 25,63 mm

4 Ditimbang massa Mendapatkan massa kelereng sebesar 2,4


kelereng kecil gram
menggunakan neraca
Ohauss

5 Ditimbang massa Mendapatkan massa kelereng sebesar 5,0


kelereng sedang gram
menggunakan neraca
Ohauss

6 Ditimbang massa Mendapatkan massa kelereng sebesar 19,4


kelereng besar gram
menggunakan neraca
Ohauss

7 Diukur tabung minyak Mengukur garis batas pada minyak:


dan oli SAE 40 S1 = 30 cm, S2=60 cm, S3=90 cm
berdasakan batas yang
telah ditentukan

8 Diluncurkan kelereng Menghitung waktu kelereng kecil saat


kecil kedalam oli SAE meluncur kedalam oli SAE 40 sebanyak 5
40 sebanyak 3 kali dan kali dan didapatkan waktu pada:
dihitung waktunya Percobaan I:
30 cm = 0,88 s
60 cm = 2,08 s
90 cm = 3,05 s
Percobaan II:
30 cm = 0,94 s
60 cm = 2,14 s
90 cm = 3,27 s
Percobaan III:
30 cm = 0,97 s
60 cm = 2,25 s
90 cm = 3,30 s
Percobaan IV:
30 cm = 1,03 s
60 cm = 2,24 s
90 cm = 3,28 s
Percobaan V:
30 cm = 1,13 s
60 cm = 2,34 s
90 cm = 3,54 s

Rata-rata selama 5 kali pecobaan:


30 cm: 0,990 s
60 cm: 2,110 s
90 cm: 3,288 s

9 Diluncurkan kelereng Menghitung waktu kelereng sedang saat


sedang kedalam oli SAE meluncur kedalam oli SAE 40 sebanyak 5
40 sebanyak 5 kali dan kali dan didapatkan waktu pada
dihitung waktunya Percobaan I:
30 cm = 0,77 s
60 cm = 1,82 s
90 cm = 2,78 s
Percobaan II:
30 cm = 0,65 s
60 cm = 1,62 s
90 cm = 2,74 s
Percobaan III:
30 cm = 0,77 s
60 cm = 1,82 s
90 cm = 2,78 s
Percobaan IV:
30 cm = 0,82 s
60 cm = 1,78 s
90 cm = 2,75 s
Percobaan V:
30 cm = 0,77 s
60 cm = 1.81 s
90 cm = 2,86 s

Rata-rata selama 5 kali pecobaan:


30 cm: 0,756 s
60 cm: 1,770 s
90 cm: 2,782 s

10 Diluncurkan kelereng Menghitung waktu kelereng besar saat


besar kedalam oli SAE meluncur kedalam oli SAE 40 sebanyak 5
40 sebanyak 5 kali dan kali dan didapatkan waktu pada
dihitung waktunya Percobaan I:
30 cm = 0,89 s
60 cm = 1,94 s
90 cm = 2,66 s
Percobaan II:
30 cm = 0,70 s
60 cm = 1,74 s
90 cm = 2,63 s
Percobaan III:
30 cm = 0,91 s
60 cm = 1,82 s
90 cm = 2,78 s
Percobaan IV:
30 cm = 0,77 s
60 cm = 1,74 s
90 cm = 2,70 s
Percobaan V:
30 cm = 0,72 s
60 cm = 1,76 s
90 cm = 2,73 s

Rata-rata selama 5 kali pecobaan:


30 cm: 0,798 s
60 cm: 1,796 s
90 cm: 2,712 s
11 Diluncurkan kelereng Menghitung waktu kelereng kecil saat
kecil kedalam minyak meluncur kedalam minyak sebanyak 5 kali
sebanyak 5 kali dan dan didapatkan waktu pada
dihitung waktunya Percobaan I:
30 cm = 0,51 s
60 cm = 1,16 s
90 cm = 1,80 s
Percobaan II:
30 cm = 0,41 s
60 cm = 1,13 s
90 cm = 1,77 s
Percobaan III:
30 cm = 0,49 s
60 cm = 1,22 s
90 cm = 1,94 s
Percobaan IV:
30 cm = 0,30 s
60 cm = 0,94 s
90 cm = 1,75 s
Percobaan V:
30 cm = 0,41 s
60 cm = 1,05 s
90 cm = 1,78 s

Rata-rata selama 5 kali pecobaan:


30 cm: 0,424 s
60 cm: 1,100 s
90 cm: 1,808 s

12 Diluncurkan kelereng Menghitung waktu kelereng sedang saat


sedang kedalam minyak meluncur kedalam minyak sebanyak 5 kali
sebanyak 5 kali dan dan didapatkan waktu pada
dihitung waktunya Percobaan I:
30 cm = 0,58 s
60 cm = 1,15 s
90 cm = 1,55
Percobaan II:
30 cm = 0,42 s
60 cm = 1,07 s
90 cm = 1,47 s
Percobaan III:
30 cm = 0,61 s
60 cm = 1,17 s
90 cm = 1,65 s
Percobaan IV:
30 cm = 0,41 s
60 cm = 1,05 s
90 cm = 1,62 s
Percobaan V:
30 cm = 0,32 s
60 cm = 1,05 s
90 cm = 1,61 s

Rata-rata selama 5 kali pecobaan:


30 cm: 0,468 s
60 cm: 1,098 s
90 cm: 1,580 s

13 Diluncurkan kelereng Menghitung waktu kelereng besar saat


besar kedalam minyak meluncur kedalam minyak sebanyak 5 kali
sebanyak 5 kali dan dan didapatkan waktu pada
dihitung waktunya Percobaan I:
30 cm = 0,70 s
60 cm = 1,42 s
90 cm = 1,99 s
Percobaan II:
30 cm = 0,43 s
60 cm = 1,15 s
90 cm = 1,72 s
Percobaan III:
30 cm = 0,49 s
60 cm = 1,13 s
90 cm = 1,62 s
Percobaan IV:
30 cm = 0,52 s
60 cm = 1,24 s
90 cm = 1,72 s
Percobaan V:
30 cm = 0,47 s
60 cm = 1,12 s
90 cm = 1,60 s

Rata-rata selama 5 kali pecobaan:


30 cm: 0,522 s
60 cm: 1,212 s
90 cm: 1,730 s

14 Menimbang picnometer Mendapatkan hasil picnometer ukuran 5 ml


ukuran 5 ml dalam dalam keadaan kosong sebesar 12,2980 gr
keadaan kosong
menggunakan neraca
ohauss

15 Menimbang picnometer Mendapatkan hasil picnometer ukuran 5 ml


ukuran 5 ml dalam dalam keadaan isi dengan oli SAE 40
keadaan di isi dengan oli sebesar 16,8758 gr
SAE 40 menggunakan
neraca ohaus

16 Menimbang picnometer Mendapatkan hasil picnometer ukuran 5 ml


ukuran 5 ml dalam dalam keadaan isi dengan minyak sebesar
keadaan di isi minyak 17,0899 gr
dengan menggunakan
neraca ohaus

4.2 Data Hasil Pengamatan


4.2.1 Berikut merupakan data hasil pengamatan diameter kelereng dengan
menggunakan micrometer sekrup:
Tabel 4.2 Diameter Kelereng

Kelereng Diameter Kelereng


1 2 3 Rata - Rata
Kecil 12,11 mm 12,10 mm 12,12 mm 12,11 mm
Sedang 16,64 mm 16,63 mm 16,33 mm 16,53 mm
Besar 25,61 mm 25,77 mm 25,52 mm 25,63 mm

4.2.2 Massa Kelereng


Berikut merupakan data hasil pengamatan massa kelereng dengan
menimbangnya pada neraca ohauss
Tabel 4.3 Massa Kelereng
Kelereng Massa
Kecil 2,4 gram
Sedang 5,0 gram
Besar 19,4 gram

4.2.3 Waktu Tempuh Kelereng Besar Dalam Fluida Minyak


Tabel 4.4 Waktu Tempuh Kelereng Besar Dalam Fluida Minyak

Jarak 1 2 3 4 5 Rata – Rata


0,3 m 0,70 0,43 0,49 0,52 0,47 0,522
0,6 m 1,42 1,15 1,13 1,24 1,12 1,212
0,9 m 1,99 1,72 1,62 1,72 1,60 1,730

4.2.4 Waktu Tempuh Kelereng Sedang Dalam Fluida Minyak


Tabel 4.5 Waktu Tempuh Kelereng Sedang Dalam Fluida Minyak

Jarak 1 2 3 4 5 Rata – Rata


0,3 m 0,58 0,42 0,61 0,41 0,32 0,468
0,6 m 1,15 1,07 1,17 1,05 1,05 1,098
0,9 m 1,80 1,47 1,65 1,62 1,61 1,580

4.2.5 Waktu Tempuh Kelereng Kecil Dalam Fluida Minyak


Tabel 4.6 Waktu Tempuh Kelereng Kecil Dalam Fluida Minyak

Jarak 1 2 3 4 5 Rata – Rata


0,3 m 0,51 0,41 0,49 0,30 0,41 0,424
0,6 m 1,16 1,13 1,22 0,94 1,05 1,100
0,9 m 1,99 1,77 1,94 1,75 1,78 1,808

4.2.6 Waktu Tempuh Kelereng Besar Dalam Fluida Oli SAE 40


Tabel 4.7 Waktu Tempuh Kelereng Besar Dalam Fluida Oli SAE 40
Jarak 1 2 3 4 5 Rata – Rata
0,3 m 0,89 0,70 0,91 0,77 0,72 0,798
0,6 m 1,94 1,74 1,80 1,74 1,76 1,796
0,9 m 2,66 2,63 2,84 2,70 2,73 2,712

4.2.7 Waktu Tempuh Kelereng Sedang Dalam Fluida Oli SAE 40


Tabel 4.8 Waktu Tempuh Kelereng Sedang Dalam Fluida Oli SAE 40

Jarak 1 2 3 4 5 Rata – Rata


0,3 m 0,77 0,65 0,77 0,82 0,77 0,756
0,6 m 1,82 1,62 1,82 1,78 1,81 1,770
0,9 m 2,78 2,74 2,78 2,75 2,86 2,782

4.2.8 Waktu Tempuh Kelereng Kecil Dalam Fluida Oli SAE 40


Tabel 4.9 Waktu Tempuh Kelereng Kecil Dalam Fluida Oli SAE 40

Jarak 1 2 3 4 5 Rata – Rata


0,3 m 0,88 0,94 0,97 1,03 1,13 0,990
0,6 m 2,08 2,14 2,25 2,24 2,34 2,210
0,9 m 3,05 3,27 3,30 3,28 3,54 3,288

4.2.9 Massa Jenis Fluida


4.10 Tabel perhitungan massa jenis fluida
Fluida m (Kg) V (ml) Ρ (Kg/m3)
Minyak 4,5368 x 10-3 5 907,36
Oli 4,5778 x 10-3 5 915,56

4.2.10 Grafik Regresi Linier


4.2.10.1 Grafik Regresi Kelereng Besar di Fluida Minyak
Tabel 4.11 Variabel X dan Y Grafik Regresi Kelereng Besar di Fluida Minyak
X Y
0,3 0,522
0,6 1,212
0,9 1,730

4.2.10.2 Grafik Regresi Kelereng Sedang di Fluida Minyak


Tabel 4.12 Variabel X dan Y Grafik Regresi Kelereng Sedang di Fluida Minyak
X Y
0,3 0,468
0,6 1,098
0,9 1,580

4.2.10.3 Grafik Regresi Kelereng Kecil di Fluida Minyak


Tabel 4.13 Variabel X dan Y Grafik Regresi Kelereng Kecil di Fluida Minyak
X Y
0,3 0,424
0,6 1,100
0,9 1,808
4.2.10.4 Grafik Regresi Kelereng Besar di Fluida Oli
Tabel 4.14 Variabel X dan Y Grafik Regresi Kelereng Besar di Fluida Oli
X Y
0,3 0,798
0,6 1,796
0,9 2,712

4.2.10.5 Grafik Regresi Kelereng Sedang di Fluida Oli


Tabel 4.15 Variabel X dan Y Grafik Regresi Kelereng Sedang di Fluida Oli
X Y
0,3 0,756
0,6 1,770
0,9 2,782

4.2.10.6 Grafik Regresi Kelereng Kecil di Fluida Oli


Tabel 4.16 Variabel X dan Y Grafik Regresi Kelereng Kecil di Fluida Oli
X Y
0,3 0,990
0,6 2,210
0,9 3,288

4.3 Pembahasan
Untuk bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum viskositas ialah
neraca ohauss, stopwatch, mikrometer sekrup, 2 set tabung panjang, meteran,
picnometer dengan volume 5 ml. Kemudian bahan-bahan yang digunakan pada
praktikum viskositas ini adalah fluida yang terdiri dari minyak dan oli SAE 40,
dan 3 kelereng dengan variasi massa berat, sedang dan ringan. Yang dimana
fungsi dari neraca ohauss adalah menimbang massa dari 3 kelereng dengan variasi
massa berat, dan menimbang massa picnometer yang kosong serta yang telah diisi
oleh fluida minyak dan fluida oli. Stopwatch yang digunakan untuk menghitung
waktu untuk kelereng meluncur mulai dari permukaan fluida sampai ke dasar
fluida. Mikrometer sekrup yang berfungsi mengukur diameter dari 3 kelereng
yang telah ditentukan. 2 set tabung panjang untuk menampung fluida yang akan
menjadi bahan untuk praktikum viskositas. Meteran digunakan sebagai alat
pengukur tinggi tabung panjang serta untuk menentukan garis batas sesuai
ketentuan yaitu 30 cm, 60 cm, 90 cm. Fungsi dari picnometer adalah sebagai
penghitung massa jenis dari masing-masing fluida.
Untuk langkah awal dalam praktikum viskositas ialah mengukur diameter
3 kelereng yang telah disiapkan, kemudian menimbang massa dari masing-masing
kelereng. Setelah menimbang massa dari masing-masing kelereng, praktikan
dapat memulai mencelupkan 1 kelereng untuk dihitung waktunya dimulai dari
permukaan fluida sampai dasar fluida. percobaan ini dapat diulang sebanyak 5
kali dari masing-masing kelereng. Setelah selesai meluncurkan kelereng kedalam
fluida, kemudian praktikan dapat menimbang massa picnometer kosong
menggunakan neraca ohauss. Setelah itu memasukkan sebagian fluida kedalam
picnometer untuk dapat menghitung masing-masing massa fluida menggunakan
neraca ohauss. Langkah yang terakhir ialah menghitung massa nya dengan cara
mengurangi massa picnometer yang telah diisi fluida dengan massa picnometer
kosong.
Hasil dari pengamatan menunjukan bahwa semakin berat massa benda,
akan semakin mudah benda tersebut dapat meluncur dari permukaan fluida hingga
dasar, begitu juga sebaliknya. Semakin ringan massa benda tersebut, maka akan
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk benda dapat

TIME SCHEDULE

No Waktu Real Time Keterangan PJ


1. 13.15 – 12.30 - 13.00 Praktikan memasuki Semua
13.30 lab, absen, dan
memakai jas lab praktikan
2. 13.15 – 13.10 – 13.20 Peminjaman alat Yusuf
13.30
3. 13.15 – 13.20 – 13.35 Pre test Semua
13.30 praktikan
4. 13.30 – 13.35 – 13.40 Briefing Aslab
14.00
5. 14.15 – 13.40 – 15.00 Melakukan Praktikum
15.30 percobaan viskositas
6. 15.00 – 15.00 – 15.05 Menghitung dan Praktikum
15.30 mencatat data hasil
praktikum
7. 15.30 – 15.05 – 15.10 Pengembalian alat Yusuf
15.45
8. 15.45 – 15.10 - 15.20 Briefing laporan Aslab
16.00
9. 16.00 – 15.20 - 16.00 Evaluasi Semua
16.15 aslab

TUGAS PENDAHULUAN
1. Buktikan persamaan (3) berdasarkan persamaan (1) dan (2).
2. Cari nilai viskositas fluida yang digunakan dalam percobaan berdasarkan
literatur.
Jawab:
1.
Diketahui: Fs = - 6πηv .............................................. (1)
ΣF = Fa + Fs - ω ..........................................(2)

2r 2 8( p . ρa)
Ditanya: V=

Dijawab: ΣF = Fa + Fs –
V = Fa + Fs –
ω = ρf . v 0 + 2 + 6πη + v
ρb . v 0 . g = ρt. v t . g + 6πη + v

( ρb. ρt ) Vb . g
V=
6 πηrv
( ρb. ρt ) η . g
V=
18 η

2r 2 g ( ρb. ρt )
V=

2. Viskositas minyak: 0,97 Ns/m 2

Viskositas oli SAE 40: 16,58 Ns/m 2

LAMPIRAN
SKEMA KERJA

Kelereng
Diukur diameter kelereng menggunakan mikrometer
sekrup.
Ditimbang massa kelereng menggunakan neraca
Ohauss.
Dimasukkan kelereng kedalam tabung fluida minyak
dan oli secara bergantian.
Dicatat waktu (t) yang ditempuh dan titik nol hingga
jarak yang ditentukan yaitu 30 cm, 60 cm, 90 cm.
Diulangi langkah 3-4 sebanyak 5 kali.
Ditimbang massa picnometer kosong dengan neraca
ohauss.
Dimasukkan fluida minyak dan oli secara bergantian
kedalam picnometer.
Ditimbang picnometer setelah di isi oleh fluida minyak
dan oli dengan neraca ohauss.
Ditulis massa fluida minyak dan oli dengan mengurangi
massa picnometer yang telah di isi dan fluida dengan
massa picnometer kosong.

Hasil

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadun. (2014). Hukum Archimedes. Cirebon: IAIN Cirebon.
Fauzi, L. C. (2015). Tegangan Permukaan. Bandung: Universitas Padjadjaran.
Fidelia, J. (2014). Hukum Stokes dan Viskositas. Jakarta: Universitas Surya.
Firmansyah, A. d. (2014). Fisika Dasar 1 Hukum 1, 2, 3 Newton. Jakarta:
Universitas Indraprasta .
Ghurri, A. (2014). Dasar-Dasar Mekanika Fluida. Badung: Universitas Udayana.
Kironoto, B. A. (2018). Statika Fluida. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Pertamina. (2006). MSDS Meditran S 40. Jakarta: Pertamina.
PT. Pertamina (Persero). (2007). MSDS Minyak Tanah. Jakarta: PT. Pertamina
(Persero).
Sugian O, S. (2009). Material Safety Data Sheet (MSDS) Apakah Itu? Bandung:
Universitas Widyatama.
Titin, I. (2014). Pengukuran Bilangan Reynold untuk Aliran Produk Pangan Cair.
Mataram: Universitas Mataram.

Anda mungkin juga menyukai