Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

JENIS-JENIS DAN KONSENTRASI BAHAN EKSIPIEN SEDIAAN OBAT

DI SUSUN OLEH:

Nama: Ni Wayan Eka Laras Apriani

NIM : 2019E0B038

Dosen Pengampu: Bapak Zulkarnain

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

TAHUN AJARAN 2019/2020

Jln. K.H. Ahmad Dahlan No. 1 Nusa Tenggara Barat

Telp. (0370)6610732
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas kekuatan, kesempatan dan kemampuan
yang diberikan-Nya pada penyusun makalah ini sehingga makalah ini dapat diselesaikan.

penyusun menyadari bahwa pada makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh
karena itu penyusun mengharapkan masukan terutama kepada dosen pembimbing, untuk
membangun perbaikan di masa yang akan datang.

Akhirnya penyusun ucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah memberikan
bantuan dalam penyusunan makalah ini, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Mataram,17 Juli 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………......

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………....

BAB I

PENDAHULUAN............................................................................................................................

1.1 Latar belakang

1.2 Rumusan masalah

1.3 Tujuan

BAB II

PEMBAHASAN...............................................................................................................................

BAB III

PENUTUP.........................................................................................................................................

Kesimpulan

Daftar pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obat adalah suatu bahan baik zat kimia, hewani, maupun nabati dalam dosis yang layak
dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit dan gejalanya, baik badaniah
maupun rokhaniah pada manusia atau hewan. Tablet merupakan sediaan farmasi yang paling
banyak digunakan, di mana bahan obatnya berbentuk sediaan padat, dan biasanya dibuat dengan
penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai.

Bentuk sediaan obat merupakan sediaan farmasi dalam bentuk tertentu sesuai dengan
kebutuhan, mengandung satu zat aktif atau lebih dalam pembawa yang digunakan sebagai obat
dalam ataupun obat luar. Ada berbagai bentuk sediaan obat di bidang farmasi, yang dapat
diklasifikasikan menurut wujud zat dan rute pemberian sediaan. Berdasarkan wujud zat, bentuk
sediaan obat dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu sediaan bentuk cair (larutan sejati, suspensi, dan
emulsi), bentuk sediaan semipadat (krim, lotion, salep, gel, supositoria), dan bentuk sediaan
solida/padat (tablet, kapsul, pil, granul, dan serbuk). Perkembangan dalam bidang industri
farmasi telah membawa banyak kemajuan khususnya dalam formulasi suatu sediaan, salah
satunya adalah bentuk sediaan solida. Sediaan solida memiliki beberapa keunggulan
dibandingkan dengan sediaan bentuk cair, antara lain: takaran dosis yang lebih tepat, dapat
menghilangkan atau mengurangi rasa tidak enak dari bahan obat, dan sediaan obat lebih stabil
dalam bentuk padat sehingga waktu kadaluwarsa dapat lebih lama.

Menurut Farmakope Indonesia Edisi V (2014), tablet adalah sediaan padat mengandung
bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan
sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan
merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan
memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Sedangkan
tablet cetak dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab tekanan rendah ke dalam lubang
cetakan.

Penghantaran obat secara oral merupakan rute yang paling umum digunakan dibandingkan
beberapa rute penghantaran lainnya. Pemberian oral juga dapat digunakan untuk pengobatan
sistemik dengan berbagai bentuk sediaan farmasi. Sediaan oral merupakan rute yang paling
banyak digunakan karena memberikan kemudahan dalam penggunaannya. Namun, kelarutan
bahan obat dalam saluran cerna merupakan suatu karakteristik fisika kimia yang perlu
diperhatikan dalam memformulasi suatu sediaan dengan rute pemberian secara oral karena akan
mempengaruhi ketersediaan hayati, sehingga untuk mengatasi keterbatasan tersebut dilakukan
beberapa pendekatan untuk meningkatkan waktu tinggal dari penghantaran obat pada bagian atas
saluran pencernaan.

1.2 Rumusan Masalah


a. Pengertian Eksipien
b. Jenis- jenis Bahan Eksipien Beserta Fungsinya
c. Contoh-contoh Eksipien Bahan Obat
d. Pertimbangan dalam Pemilihan Eksipien untuk Bahan Obat
1.3 Tujuan
1. Mengetahui Pengertian dari Eksipien
2. Mengetahui Jenis- jenis Bahan Eksipien Beserta Fungsinya
3. Mengetahui Contoh-contoh Eksipien Bahan Obat
4. Mengetahui Pertimbangan dalam Pemilihan Eksipien untuk Bahan Obat
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Eksipien

Eksipien farmasi adalah suatu komponen dari produk farmasi selain bahan aktif yang
ditambahkan pada saaat formulasi untuk tujuan tertentu. Eksipien dapat dikatakan sebagai
komponen yang sangat diperlukan selain dari bahan aktif obat itu sendiri. Sebagian besar
formulasi obat menggunakan eksipien dengan proporsi yang lebih banyak dibandingkan bahan
aktif obat. Untuk itu, perlu melakukan pemilihan eksipien yang memenuhi sifat ideal.

Syarat-syarat suatu eksipien farmasi antara lain:

• Stabil secara kimia

• Tidak reaktif

• Penggunaan peralatan rendah dan prosesnya sensitive

• Bersifat inert dalam tubuh

• Tidak toksik

• Karakteristik organoleptik dapat diterima

Eksipien adalah bahan yang tidak aktif yang dibuat bersamaan dengan bahan aktif dari
suatu obat-obatan yang bertujuan untuk meningkatkan volume (bulking up) bahan aktif tersebut.
Eksipien disebut juga dengan pelarut (diluent) atau "pengisi" (filler). Dengan meningkatkan
volume obat tanpa menambah dosis bahan aktifnya memungkinkan obat untuk dikonsumsi lebih
mudah. Eksipien tertentu juga berfungsi untuk melarutkan bahan aktif obat yang sukar untuk
dilarutkan sehingga mempermudah penyerapan di dalam tubuh. Fungsi lainnya dari eksipien
yaitu mempermudah penanganan obat (terutama jika bahan aktif sukar untuk mengalir atau
bersifat lengket terhadap kemasan atau mesin pembuat obat), meningkatkan ketahanan terhadap
perubahan temperatur lingkungan sehingga mencegah denaturasi, dan memperpanjang usia
simpan. Jenis eksipien sangat tergantung dengan jenis bahan aktifnya dan cara obat dikonsumsi.

Eksipien adalah bahan-bahan yang digunakan untuk membuat sediaan obat selain zat aktif.
Eksipien yang digunakan akan mempengaruhi sifat alir, kompresibilitas, dan kemudahan tablet
untuk dikeluarkan dari cetakan. Selain itu, eksipien berperan dalam meningkatkan kekerasan,
waktu hancur, penampilan, warna, rasa, dan kinerja keseluruhan tablet. Sehingga pemilihan
eksipien yang baik dan berdasarkan sifat fisika kimia dari zat aktif menentukan metode
pembuatan tablet.

B. Jenis- jenis Bahan Eksipien Beserta Fungsinya


Pada umumnya, komposisi sediaan solid terdiri atas zat aktif dan eksipien. Fungsi eksipien
dalam sediaan solid adalah sebagai berikut:

1. Bahan Pengisi (Filler)

Bahan pengisi diperlukan pada sediaan padat khususnya tablet, yang berfungsi untuk
meningkatkan atau memperoleh massa agar mencukupi jumlah massa campuran sehingga dapat
dikompresi/dicetak. Selain itu, bahan pengisi pada kapsul berfungsi untuk mengisi kapsul yang
digunakan. Bahan pengisi juga berfungsi untuk menetapkan berat sediaan yang akan diproduksi,
dan memperbaiki laju alir massa sehingga mudah dikempa.

Pemilihan bahan pengisi harus mempertimbangkan syarat-syarat eksipien yang meliputi


inert, stabil secara fisik dan kimia, bebas dari mikroba perusak dan pathogen, mendukng
bioavailabilitas, tersedia dalam perdagangan dan harga relatif murah.

2. Bahan Pengikat (Binder)

Bahan pengikat merupakan eksipien yang digunakan dalam formulasi sediaan tablet yang
memberikan gaya kohesif yang cukup pada serbuk antar partikel eksipien sehingga membentuk
struktur tablet yang kompak dan kuat setelah pencetakan. Bahan pengikat tidak boleh
menghalangi disintegrasi tablet maupun pelepasan zat aktif untuk diabsorbsi. Bahan ini dapat
ditambahkan dalam bentuk kering, pasta (mucilago), cairan atau larutan.

Penggunaan binder dalam jumlah yang tidak sesuai akan mengakibatkan berbagai


permasalahan, jika jumlahnya kurang dalam tablet akan menyebabkan capping, lamination,
sticking, picking dan filming. Namun bila penggunaannya berlebihan dapat meningkatkan
kekerasan tablet yang mengakibatkan tablet sukar hancur.

3. Bahan Penghancur (Disintegrant)

Disintegran merupakan eksipien yang berfungsi untuk memfasilitasi hancurnya tablet ketika
terjadi kontak dalam saluran cerna. Disintegran bekerja dengan menarik air ke dalam tablet,
mengembang dan menyebabkan tablet pecah menjadi bagian-bagian kecil. Dan Ada beberapa
mekanisme aksi disintegran, yaitu:

1. Swelling: Masuknya air ke dalam tablet menyebabkan disintegrant mengembang dan


tekanan diseluruh bagian tablet mengakibatkan ikatan partikel dalam tablet akan pecah.
Sejumlah disintegrant akan  mengembang hingga derajat tertentu, tetapi swelling atau
mengembang bukanlah menkanisme tunggal dari sebuah disintegrant.

2. Heat of Wetting: disintegran bila terbasahi air atau kelembaban menimbulkan panas
akibat reaksi. Panas menyebabkan udara yang terperangkap dalam tablet bergerak
memperbesar volume yang menimbulkan desakan berupa tekanan pada granul sehingga
tablet menjadi pecah/hancur.
3. Deformation Recovery: Partikel disintegrant akan berubah bentuk saat dikempa menjadi
tablet. Pada saat ada kelembapan, partikel disintegrant akan kembali ke bentuk semula,
sehingga akan merubah bentuk (deformasi) dari tablet, sehingga tablet pecah.

4. Repulsion Theory: masuknya air secara kapiler ke dalam tablet menyebabkan rusaknya
ikatan hydrogen sehingga ikatan adhesif berkurang diikuti dengan bertambahnya sifat
kohesif intrapartikel. Keadaan ini menyebabkan partikel-partikel tang berlainan saling
tolak menolak dan tablet menjadi hancur.

5. Water Wicking: masuknya air ke dalam tablet diikuti dengan pembentukan lorong-lorong
seperti rajutan atau anyaman di dalam tablet. Air yang terus bergerak membentuk lorong
yang lebih besar sehingga dinding lorong tersebut terkikis. Keadaan ini menyebabkan
tablet menjadi rapuh dan hancur,

4. Bahan Pelincir  (Lubrikan)

Suatu pelincir diharapkan dapat mengurnagi gesekan antara dinding tablet dengan
dinding die pada saat tablet akan ditekan ke luar. Mekanisme pelincir ada 2 jenis, yaitu:

1. Pelincir dengan cairan, karena adanya dua permukaan tampak terpisah menjadi lapisan
yang dibatasi oleh cairan yang merupakan fase kontinu (cairan lubrikan).

2. Pelincir dengan pelapisan, dihasilkan oleh sifat menempel pada gugus polar molekul
dengan karbon rantai panjang pada permukaan logam dinding dies.

Pemberian lubrikan harus sesuai jumlahnya. Kekurangan lubrikan yang relatif banyak
dapat menyebabkan tablet mengalami goresan pada tepinya, sehingga kurang halus dan dapat
menyebabkan fraktur/pecah pada bagian atas. Kelebihan lubrikan dapat menyebabkan tablet
pecah berkeping-keping saat dikeluarkan.

5. Bahan Pelicin (Glidant)

Pelicin bertujuan untuk memacu aliran serbuk atau granul dengan jalan mengurangi gesekan
di antara partikel-partikel.glidan cenderung mengurangi adhesivitas, sehingga mengurangi
gesekan antar partikulat dari sistem secara menyeluruh. Seperti lubrikan, glidan diperlukan pada
permukaan partikel sehingga harus dalam keadaan halus dan secara tepat dimasukkan ke dalam
cmapuran massa tablet.

Penggunaan glidan yang terlalu sedikit akan mengakibatkan sticking, yang ditunjukkan oleh
permukaan tablet menjadi lembab. Tahap awal dari sticking biasanya adalah filming pada
permukaan punch. Kondisi yang lebih parah dari sticking yaitu picking, terjadi ketika bagian
permukaan tablet terangkat atau keluar dan menempel pada permukaan punch.
6. Antilekat  (Anti-adherent)
Antilekat bertujuan untuk mengurangi melengket atau adhesi bubuk dan granul pada
permukaan punch atau dinding die. Antilekat yang efisien untuk permukaan punch namun tidak
larut air adalah DL-leusin.
C. Contoh-contoh Ekspesien Bahan Obat
1. Pengisi : laktosa
Keuntungan: Laktosa merupakan eksipien yang baik sekali digunakan dalam tablet yang
mengandung zat aktif konsentrasi kecil karena mudah melakukan pencampuran yang homogen.
Harga laktosa lebih murah dari pada bahan pengisi lainnya.

Umumnya formulasi memakai laktosa menunjukkan laju pelepasan obat yang baik, granulnya
cepat kering, dan waktu hancurnya tidak terlalu peka terhadap perubahan pada kekerasan tablet.
Laktosa menghasilkan kompresibilitas yang baik, tidak berbau dan bersifat inert (Lachman,
1994).

Kerugian: Laktosa tidak dapat bergabung (inkompatibel) dengan asam askorbat, salisilamida,
pirilaminmaleat, dan fenil efrin hidroklorida.

Laktosa adalah bahan yang bersifat kompresibel, sifat alirnya kurang baik, dapat menyerap
kelembapan dari udara sehingga kemungkinan dapat berpengaruh pada sifat fisik tablet. Laktosa
dapat berubah warna dengan adanya basa amin dan Mg-stearat.

2. Pengikat : PVP (PolivinilPirolidon)

Keuntungan: Sebagai perekat yang baik dalam larutan air atau alkohol, mempunyai
kemampuan sebagai pengikat kering.  Berdasarkan penelitian Muktamar (2007), PVP bagus
untuk  proses penggranulan, hasil granul lebih cepat kering, memiliki sifat alir yang baik, sudut
diam minimum, menghasilkan fines lebih sedikit dan daya kompatibilitasnya lebih baik sehingga
dapat menghasilkan tablet yang lebih bagus. PVP dapat membentuk ikatan kompleks dengan
bebagai molekul obat sehingga banyak obat-obat yang kelarutannya meningkat dengan adanya
PVP, dimana ikatan PVP lebih lemah sehingga lebih mudah melepaskan obatnya. Tidak
mengeras selama penyimpanan.

Kerugian: Jika menggunakan PVP dalam etanol anhidrat. Jangan menggunakan  isopropanol
anhidrat karena meninggalkan bau pada granul. PVP sifatnya higroskopis sehingga dapat
mengakibatkan  tablet  menjadi basah.

3. Lubrikan: Magnesium stearat

Keuntungan: Magnesium stearate memiliki keuntunganya itu tidak higroskopis.

Kerugian :Tablet asetosal dengan Mg stearat lengket,  seharusnya digunakan asam stearat
(yang mikronize karena fungsi lubrikan adalah antar partikel sehingga kalau halus akan
terselimuti olehl ubrikan). Konsentrasi Mg stearat sebagai lubrikan maksimal 2%. Jika terlalu
besar akan terjadi laminatin. Sifat hidrofobik dari magnesium stearat akan menghalangi proses
pecahnya tablet sehingga obat akan sulit terdispersi dalam medium air.

4. Glidan : Talk

Kelebihan: Dapat memperbaiki daya aliran bahan yang akan ditabletisasi, mengurangi
penyimpangan massa, meningkatkan ketepatan ukuran tabet dan dapat mengurangi keterikatan
antar partikel pada saat di cetak sehingga dapat memberikan sifat alir yang baik.

Kekurangan: Tidak dapat dicampurkan dengan komponen ammonium kuartener, dapat


menurunkan disintegrasi dan disolusi tablet.

5. Desintegran :amylum

Kelebihan: Sebagai bahan penghancur karena granulnya mampu mengembang apabila


kontak dengan air dan amilosa, aksi kapiler yang lebih dominan dari pengembangan, dan juga
dapat menghasilkan gaya tolak antar partikel antara konstituen tablet apabila kontak  dengan air
dan bagian hidrofilik dari amilum

Kerugian: Amylum yang digunakan sebagai penghancur luar haruslah amylum kering karena
dengan adanya air akan menurunkan kemampuannya sebagai penghancur. Pengeringan amylum
dilakukan pada suhu 70 °C karena pada suhu ini tidak terjadi gelatinasi dari amylum.

Penggunaan amylum  yang  terlalu banyak (maksimal 30%) menyebabkan tablet tidak dapat
dicetak karena kompresibilitasnya sangat jelek. Mengandung kadar air 11-14%; akan
menyebabkan tablet terdisintegrasi dengan cepat. Tablet yang mengandung amilum dengan
konsentrasi tinggi menunjukkan tablet yang rapuh dan sukar dikeringkan. Amilum yang tidak
dimodifikasi tidak mempunyai sifat kompresibilitas yang baik dan mempunyai friabilitas yang
besar, dan akan terjadinya capping pada tablet jika digunakan dalam jumlah besar. Amilum harus
dalam keadaan kering, jika fungsinya sebagai penghancur. Jika bercampur dengan air maka sifat
penghancurnya akan berkurang. 

6. Absorben : aerosil

Keuntungan: Terdispersi tinggi, memiliki luas permukaan spesifik yang tinggi dan terbukti
sangat menguntungkan sebagai bahan pengatur aliran. Aerosil dapat mengatasi lengketnya
partikel satu sama lainnya sehingga mengurangi gesekan antar partikel. Selain itu aerosol mampu
mengikat lembab, melalui gugus sianolnya (menyerap air 40% darimassanya) dan sebagai serbuk
masih mampu mempertahankan daya alirnya yang baik (Voigt, 1984). Penambahan aerosol pada
tablet akan menyebabkan penampilan tablet yang bagus, jernih dan mengkilat.

Kerugian: Jumlah aerosil yang ditambahkan tidak boleh lebih dari 3% karena aerosol
bersifat voluminous dan menyerap air sehingga tablet dapat membatu yang menyebabkan waktu
hancur lebih lama.
7. Pengawet : metil benzoate

Keuntungan: Metil paraben lebih sering digunakan karena zat ini mudah larut dalam air
sehingga mudah menyatu dengan bahan-bahan lain ketika dalam pembuatannya, Mencegah
pertumbuhan bakteria dan menghindari produk kosmetik daripada berkulat.

Kerugian : Sabun cepat terhakis apabila direndam atau terdedah pada udara, Bertindak balas
dengan UV B hingga boleh mengakibatkan peningkatan kerosakan DNA dan penuaan kulit jika
digunakan secara berlebihan

8. Antioksidan : asam askorbat

Keuntungan: Mampu menangkal berbagai radikal bebas ekstraseluler.

Kerugian :Pengunaan avicel akan mempercepat oksidasi vitamin C. Metode dengan granulasi
basah akan menyebabkan waktu hancuryang tidak baik.

D. Pertimbangan dalam Pemilihan Eksipien untuk Bahan Obat

a. Menghasilkan pelepasan bahan obat yang baik


b. Mendapatkan sifat – sifat fisik dan mekanik yang baik
c. Memudahkan proses manufaktur
Syarat Eksipien Bahan Obat, diantaranya:

1. Inert (secara kimia dan fisiologis).

2. Organoleptis tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa (kecuali corrigenodoris,
coloris dan saporis).

3. Ekonomis : murah dan mudah didapat.

4. Sedapat mungkin berfungsi lebih dari 1 (efisien).

Eksipien yang dibutuhkan dalam formulasi sediaan padat begitu banyak (jenis dan
fungsinya),dengan pilihan yang beragam pula. Dalam beberapa decade terakhir, produsen terus
mengembangkan dan meriset berbagai eksipien generasi baru dengan berbagai sifat kimia-
fisikadan keunggulannya. Dalam memilih eksipien, dituntut kejelian dan kecerdasan dari
formulatorsehingga dapat dihasilkan suatu tablet yang bermutu (aman, manjur, acceptable dan
stabil).
Banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih eksipien seperti: sifat fisika kimia
zataktif dan eksipien, proses/metode pembuatan, cara/rute pemakaian, dosis dan profil
pelepasanyang dinginkan, dan lain sebagainya. Semua pertimbangan tersebut harus dikaji
secarakomprehensif, sehingga akan dapat dihasilkan suatu formula yang baik. Prinsip dasar yang
dapatmenjadi landasan adalah penggunaan eksipien sebaiknya dalam jumlah (jenis dan kuantitas)
yang sesedikit mungkin untuk menghindari interaksi yang lebih besar yang mungkin terjadi
antarkomponen yang ada. Sebaliknya suatu ketika mungkin akan dibutuhkan jumlah (jenis dan
kuantitas) yang besar untuk mencapai tujuan tertentu.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Eksipien merupakan bahan selain zat aktif yang ditambahkan dalamformulasi suatu
sediaan untuk berbagai tujuan atau fungsi. Bahan tambahan bukanmerupakan bahan aktif, namun
secara langsung atau tidak langsung akanberpengaruh pada kualitas/mutu obat yang dihasilkan. 
Syarat-syarat suatu eksipien farmasi antara lain: Stabil secara kimia, Tidak reaktif, Penggunaan
peralatan rendah dan prosesnya sensitive, Bersifat inert dalam tubuh, Tidak toksik, Karakteristik
organoleptik dapat diterima.

DAFTAR PUSTAKA
Mengenal Bahan Eksipien Obat dan Kegunaannya
https://gudangilmu.farmasetika.com/mengenal-bahan-eksipien-farmasi-dan-kegunaannya/
diakses pada tanggal 16 Juli 2020
Farmaka Jurnal
http://jurnal.unpad.ac.id/farmaka/article/download/12922/pdf diakses pada tanggal 17 Juli 2020

Anda mungkin juga menyukai