Anda di halaman 1dari 6

TUGAS I

EKONOMI MANAJERIAL
Lina Ivanti (NIM : E2D020011)

Perekonomian Terbuka

Perekonomian Terbuka merupakan sistem perekonomian suatu negara membuka lebar-


lebar barang dan jasa masuk ke negaranya. Perekonomian ini mencakup pembelian dan
penjualan barang dan jasa melalui ekspor impor serta pembelian dan penjualan asset modal
(capital assets) (Wijaya, 2020). Hal ini akibat dampak dari globalisasi yang ditandai dengan
munculnya World Trade Organization (WTO) pada awal Tahun 1995.

Diagram Model Perekonomian Terbuka

Sistem perekonomian terbuka dibangun dari beberapa sektor pelaku ekonomi (Gambar
1) yakni sektor rumah tangga Terdapat empat unsur dalam perekonomian terbuka yakni sektor
rumah tangga, pasar faktor produksi, pasar barang dan jasa, perusahaan/industri dan
pemerintah, dan lembaga keuangan (D). Selain itu terdapat pelaku ekonomi lainnya yakni
masyarakat luar negeri. Pelaku ekonomi masing-masing memiliki peranan dalam sistem
perekonomian ini.

Gambar 1. Diagram Model Perekonomian Terbuka


Berdasarkan diagram yang disajikan pada gambar 1, rumah tangga sebagai sektor
ekonomi terkecil berperan menyediakan faktor produksi bagi perusahaan/industri dan
pemerintah melalui pasar faktor produksi. Faktor produksi yang disediakan oleh rumah tangga
antara lain bahan baku industri, tenaga kerja, tanah atau lahan yang akan dikelola oleh
perusahaan/industri dan pemerintah untuk menghasilkan produk berupa barang dan jasa.
Rumah tangga dari hasil menjual faktor-faktor produksi tersebut kemudian memperoleh
imbalan berupa upah hasil menjual bahan baku dan upah sebagai imbalan karena menyediakan
tenaga kerja dan menyewakan lahan. Selanjutnya sebagian penghasilan dari upah ini digunakan
oleh rumah tangga untuk membayar pajak kepada pemerintah.
Faktor produksi yang dijual oleh rumah tangga kemudian dikelola oleh
perusahaan/industri untuk menghasilkan produk berupa barang atau jasa. Produk ini lalu
dikonsumsi oleh rumah tangga melalui pasar barang dan jasa. Tidak hanya rumah tangga,
perusahaan/industri juga menjual barang dan jasa kepada pemerintah dan masyarakat luar
negeri melalui kegiatan ekspor. Selanjutnya, dari hasil menjual barang/jasa ini
perusahaan/industri memperoleh keuntungan yang sifatnya tetap dan terus-menerus.
Sebagian keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan/industri lalu dibayarkan kepada
pemerintah dalam bentuk pajak. Selain itu, perusahaan/industri juga turut berkontribusi
terhadap kesejahteraan masyarakat dengan memberikan upah minimum yang sesuai dengan
ketentuan, menjaga keselamatan dan menjamin kesehatan karyawan. Perusahaan/industri juga
memiliki tanggung jawab sosial (corporate social responsibility) seperti menjaga kelestarian
lingkungan, ikut membangun fasilitas umum, dan memberdayakan masyarakat di lingkungan
sekitarnya.
Pajak yang dibayarkan oleh perusahaan/industri maupun rumah tangga
digunakan oleh pemerintah untuk membangun infrastruktur dan menjalankan roda
perekonomian. Pemerintah dalam menjalankan roda perekonomian perlu mengatur dan
mengendalikannya dengan berbagai kebijakan ekonomi untuk kemakmuran warganya.
Kebijakan ekonomi tersebut dapat berupa pemberian subsidi bagi perusahaan/industri
dan rumah tangga. Selain itu, pemerintah juga berperan sebagai produsen yang
menyediakan infrastruktur dan layanan jasa bagi rumah tangga dan perusahaan/industri seperti
menyediakan listrik, sarana transportasi, fasilitas kesehatan, sarana pendidikan, bahan bakar
dan lain-lain.
Rumah tangga, perusahaan/industri, dan pemerintah dalam menjalankan proses
ekonomi membutuhkan dukungan financial dari lembaga keuangan. Lembaga keuangan baik
bank maupun non bank memiliki peran sentral dalam perekonomian. Wiwoho (2014)
menjelaskan peranan lembaga keuangan bank dan non bank adalah menghimpun
danamasyarakat, menyalurkan dana masyarakat, pengalihan aset (assets transmutation),
likuiditas (liquidity), Alokasi pendapatan (income allocation), transaksi (transaction). Seiring
dengan perkembangan zaman, lembaga keuangan mampu memenuhi kebutuhan modal dan
dana bagi rumah tangga maupun industri dalam melaksanakan proses ekonomi.
Masyarakat Luar Negeri juga memiliki peranan dalam sistem perekonomian terbuka.
Peran masyarakat luar negeri yakni berkontribusi pada kegiatan ekspor impor barang dan jasa
bermitra dengan pemerintah.

Studi Kasus Siklus Ekonomi

Studi Kasus Siklus Ekonomi Usaha Ekspor Kopi di Kabupaten Rejang Lebong

Listyati, et al. (2017) melakukan studi kasus tata niaga kopi robusta di Kabupaten
Rejang Lebong. Hasil studi menunjukkan bahwa rantai pemasaran kopi robusta melibatkan
petani sebagai produsen, pedagang pengumpul tingkat desa atau kecamatan sebagai
penampung awal, pedagang besar atau agen, dan eksportir atau pabrikan. Siklus ekonomi
ekspor kopi robusta di Kabupaten Rejang Lebong disajikan pada gambar 2.
Lebih lanjut Listyati, et al. (2017) menjelaskan bahwa kondisi umum tanaman kopi di
Kabupaten Rejang Lebong pada tahun 2017 banyak yang sudah tua dan kurang terawat
sehingga produktivitasnya rendah. Petani biasanya ke kebun pada saat mendekati masa panen.
Panen kopi tidak dilakukan secara selektif sehingga mutu kopi yang dihasilkan rendah.
Rendahnya mutu kopi berkaitan erat dengan pengetahuan dan modal yang dimiliki petani.
Diperlukan pendampingan teknologi oleh institusi pemerintah dan penguatan modal oleh
lembaga keuangan.
Petani dalam budidaya kopi robusta di Kabupaten Rejang Lebong mengeluarkan biaya
produksi tunai dan non tunai. Biaya tunai meliputi biaya pupuk, herbisida, karung, sewa pulper,
transportasi, tenaga kerja luar keluarga sedangkan biaya non tunai meliputi tenaga kerja luar
keluarga, sewa lahan, dan penyusutan.
Pajak Pajak

Subsidi pupuk dll Subsidi


Pemerintah

Pasar Barang

Beras kopi Beras kopi


Rumah Tangga Industri

Pedagang Pedagang besar Eksportir/


Petani Kopi pengumpul Pabrikan

uang
uang

Sewa huller, tenaga kerja tenaga kerja


Pasar Faktor
Uang sewa Produksi imbalan/upah

Gambar 2. Siklus Ekonomi Usaha Tani Kopi Robusta di Kabupaten Rejang Lebong

Berdasarkan siklus ekonomi pada Gambar 2, petani menjual langsung produknya kepada
pedagang pengumpul di tingkat desa maupun kecamatan. Adanya pedagang pengumpul
memperpanjang rantai pemasaran kopi beras. Sementara itu, belum terlihat adanya peran dari
lembaga keuangan dalam siklus ekonomi tersebut.

Studi Kasus Siklus Ekonomi Usaha Ekspor Kedelai Edamame di Kabupaten Jember

Studi kasus siklus ekonomi ekspor kedelai Edamame berdasarkan studi kasus analisis
rantai pasok kedelai Edamame di PT Mitra Tani 27 Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur oleh
Zuniana dan Tidar (2020). PT Mitratani 27 Jember melakukan usaha tani edamame dengan
system kemitraan. Lahan yang digunakan petani edamame adalah lahan sewa. Lahan edamame
tersebar dalam berbagai Area yang mencakup beberapa desa di Kabupaten Jember. Petani
edamame berasal dari daerah Jember dan memiliki kemampuan dalam pelaksanaan budidaya
edamame berkapasitas ekspor. Hal tersebut dikarenakan adanya pelatihan, bimbingan, dan
pengawasan yang dilakukan oleh PT. Mitratani Dua Tujuh.
PT. Mitratani 27 menyediakan sarana produksi seperti benih, pupuk, dan pestisida untuk
petani Edamame selain memberikan bimbingan dan pelatihan budidaya kepada petani. PT.
Mitratani 27 dalam menjalankan usahanya didukung oleh 600-700 karyawan dan 22 mitra
konsumen besar di Jepang terdiri dari produsen makanan olahan, distributor ritel modern,
hingga penyuplai makanan untuk hotel dan restoran mewah di Jepang. PT Mitratni 27 sudah
memiliki sertifikat Halal, sertifikat HACCP ( Hazard Analyzing Critical Control Point), dan BRC.
(Zunaina dan Tidar, 2020).
Menurut Zunaina dan Tidar (2020) proses produksi kedelai Edamame beku
membutuhkan waktu 4 jam dengan tahapan pengolahan meliputi penanganan raw material,
grading, perendaman, blanching, cooling 1, cooling 2, individual quick frozen, cold storage,
sortasi akhir, serta tahapan ouptput meliputi packaging dan stuffing. Selanjutnya proses
pemasaran Edamame beku dilakukan melalui saluran pemasaran pasar domestic dan
internasional. Pemasaran domestik dilakukan melalui distributor di berbagai daerah sedangkan
pemasaran ekspor, PT. Mitratani Dua Tujuh menggunakan sistem Free On Board (FOB) yakni
perusahaan mengirimkan produk hanya sampai ke container pengiriman di Surabaya dan
Jakarta dengan biaya dibebankan kepada importir. Siklus ekonomi Usaha PT Mitratani 27
disajikan pada Gambar 3.
Siklus ekonomi pada Gambar 3 menunjukkan peran masing-masing sektor ekonomi.
Rumah tangga dan petani menyediakan faktor produksi berupa bahan baku dan tenaga kerja
baik secara langsung maupun melalui pasar faktor produksi kepada PT Mitratani 27 kemudian
oleh perusahaan tersebut faktor produksi ini dikelola untuk menghasilkan produk Edamame
beku. Selanjutnya industri melakukan pemasaran produk melalui pasar domestik dan ekspor.
Pemasaran produk menghasilkan keuntungan bagi PT Mitratani 27 dan dari keuntungan
tersebut perusahaan berkontribusi terhadap pembayaran pajak dan dari ekspor dapat
menghasilkan devisa negara.
Peran lembaga keuangan terhadap sektor industri ini beisa terlihat dari besarnya modal
yang dimiliki oleh PT. Mitratani 27. Jumlah modal yang besar untuk investasi peralatan mesin,
menyediakan sarana produksi serta membangun jaringan kemitraan dengan petani dan
memberdayakan 600-700 orang karyawan tentunya membutuhkan penguatan modal dari
lembaga keuangan. Tidak hanya lembaga keuangan, pemerintah juga memiliki peranan dalam
membangun infrastruktur pemasaran domestic dan internasional dan membangun jaringan
dengan masyarakat luar negeri.
Pajak Pajak, devisa

Subsidi pupuk, BBM, dsb


Pemerintah

Raw Material

- Rumah Tangga Industri Pasar


- Petani PT Mitratani 27 (Wholesaler dan
Edamame ekspor)
Upah/imbalan
Saprodi
Pelatihan

Imbalan/upah Tenaga kerja


Pasar Faktor
Produksi

Tenaga kerja Upah/imbalan

MODAL MODAL
Lembaga
Keuangan

Gambar 3. Siklus Ekonomi Usaha Ekspor Edamame di Kabupaten Jember

Referensi :

1. Listyati, D, B. Sudjarmoko, A.M. Hasibuan, E. Randriani. 2017. Analisis Usaha Tani dan
Rantai Tata Niaga Kopi Robusta di Bengkulu. Journal of Industrial and Beverages Crops
Vol. 4 (3) : 145-154.
2. Wijaya, E. 2020. Analisa Perdagangan Bilateral Indonesia denngan Pendekatan Marhall
Lerner Condition dan Fenomena J-Curve. Jurnal Dinamika Ekonomi Pembangunan Vol. 3
(3) : 187-201.
3. Wiwoho, J. 2014. Peran Lembaga Keuangan Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank
dalam Memberikan Distribusi Keadilan Bagi Masyarakat. Jurnal Masalah-masalah Hukum
Vol. 43 (1) : 87-89.
4. Zuniana, Q. dan Tidar, A.H. 2020. Analisis Rantai Pasok (Supply Chain) Kedelai
Edamame Sebagai Kedelai Unggulan Kabupaten Jember. Jurnal Agribest Vol. 4(1) : 22-
29.

Anda mungkin juga menyukai