DI SUSUN OLEH :
NAMA : MUHAMMAD JEFRI MAULANA P
KELAS : XII TKR 4
NO.ABSEN : 32
Organisasi industri merupakan salah satu mata rantai dari sistem perekonomian,
karena ia memproduksi dan mendistribusikan produk (barang atau jasa). Produksi merupakan
fungsi pokok dalam setiap organisasi, yang mencakup aktivitas yang bertanggung jawab
untuk menciptakan nilai tambah produk yang merupakan output dari setiap organisasi
industri itu.
Produksi adalah bidang yang terus berkembang selaras dengan perkembangan
teknologi, dimana produksi memiliki suatu jalinan hubungan timbal balik (dua arah) yang
sangat erat dengan teknologi. Kebutuhan produksi untuk beroperasi dengan biaya yang lebih
rendah, meningkatkan kualitas dan produktivitas, dan menciptakan produk baru telah menjadi
kekuatan yang mendorong teknologi untuk melakukan berbagai terobosan dan penemuan
baru. Produksi dalam sebuah organisasi pabrik merupakan inti yang paling dalam, spesifik
serta berbeda dengan bidang fungsional lain seperti keuangan, personalia, dan lain-lain.
(Santoso, 2005: Jurnal Teknik Informatika).
Sistem produksi adalah suatu rangkaian dari beberapa elemen yang saling
berhubungan dan saling menunjang antara satu dengan yang lain untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Dengan demikian yang dimaksud dengan sistem produksi adalah merupakan suatu
gabungan dari beberapa unit atau elemen yang saling berhubungan dan saling menunjang
untuk melaksanakan proses produksi dalam suatu perusahaan tertentu. Beberapa elemen
tersebut antara lain adalah produk perusahaan, lokasi pabrik, letak dari fasilitas produksi,
lingkungan kerja dari para karyawan serta standar produksi yang dipergunakan
dalamperusahaan tersebut. Dalam sistem produksi modern terjadi suatu proses transformasi
nilai tambah yang mengubah input menjadi output yang dapat dijual dengan harga kompetitif
dipasar. (Ahyani, 1996: 8).
Didalam suatu unit usaha dikenal adanya berbagai macam fungsi yang saling
berkaitan antara yang satu dengan lainnya, diantaranya terdapat tiga fungsi pokok yang selalu
dijumpai yaitu :
1. Pemasaran (marketing) yang merupakan ujung tombak dari unit usaha, sebab bagian ini
langsung berkaitan dengan konsumen. Keterkaitan ini dimulai dari identifikasi kebutuhan
konsumen (jenis dan jumlahnya) maupun pelayanan dan pengantaran produk ketangan
konsumen.
2. Keuangan (finance) yang bertanggung jawab atas perolehan dana guna pembiayaan aktivitas
unit usaha serta pengelolaan dana secara ekonomis sehingga kelangsungan dan
perkembangan unit usaha dapat dipertahankan.
3. Produksi (operasi) yang merupakan penghasil dari produk atau jasa yang akan dipasarkan
kepada konsumen.
Sistem produksi merupakan kumpulan dari sub sistem yang saling berinteraksi dengan
tujuan menstranformasi input produksi menjadi output produksi yang memiliki nilai
lebih/jual. Input produksi ini dapat berupa bahan baku, mesin, tenaga kerja, modal, dan
informasi. Sedangkan output produksi merupakan produk yang dihasilkan berikut hasil
sampingannya, seperti limbah, informasi, dan sebagainya. Sistem pendukung kegiatan
produksi antara lain :
a. perencanaan dan pengendalian produksi
b. pengendalian kualitas
c. penentuan standar operasi
d. penentuan fasilitas produksi
e. perawatan fasilitas produksi
f. penentuan harga pokok produksi.
Fasilitas merupakan fixed asset (aset tetap) biasanya aktiva tetap tidak bergerak
seperti struktur gedung, mesin dan sumber daya tak nyata yang mendukung suatu aktivitas
produksi. Fasilitas bersama dengan manusia, uang, material, dan energi menghasilkan sesuatu
pada suatu aktivitas produksi serta untuk meningkatkan kinerja produksinya.
Sistem produksi berhubungan dengan teori ekonomi makro, hukum permintaan dan
penawaran, peramalan permintaan, perencanaan agregat, perencanaan dan pengendalian
persediaan baik yang tradisional maupun semi modern, serta penjadwalan produksi.
Pada makalah ini akan dibahas tentang hubungan teori ekonomi dengan sistem
produksi, sistem produksi, dan juga tentang peramalan.
BAB II
PEMBAHASAN
Usaha-usaha penghematan itu dilakukan untuk semua input bagi kegiatan produksi,
misalnya menghemat bahan baku, tenaga manusia, modal dan sebagainya. Hukum
kelangkaan sumber daya ini terefleksikan dalam output (barang hasil) produksi. Suatu output
yang bersifat unik dan langka biasanya mempunyai nilai lebih dimata konsumen, sedangkan
output yang bersifat umum akan bernilai lebih rendah. Fenomena ini dalam kegiatan produksi
disebut dengan Sistem Produksi Massal (produknya standar) dan Sistem Produksi
Pesanan (produknya khusus).
Dalam ilmu ekonomi, sistem produksi massal berhubungan erat dengan konsep skala
ekonomis, yaitu bila skala operasi kita tingkatkan dengan jalan menambah semua input pada
saat yang sama dengan proporsi yang sama sebanyak dua kali, maka kita akan mampu
menjalankan usaha secara lebih efektif dengan output yang diperoleh akan berjumlah lebih
dari dua kali lipat. Gejala ini biasa disebut dengan hasil yang meningkat terhadap skala.
Keuntungan cara ini disebabkan karena unit input yang lebih banyak akan menanggung biaya
tetap yang sama, waktu set-up mesin akan ditanggung oleh unit input yang lebih banyak,
yang demikian juga aktivitas-aktivitas produksi lainya, sehingga total biaya rata-rata per unit
akan menjadi lebih murah.
Gejala hasil yang mungkin meningkat terhadap skala ini sering kali dihubungkan
dengan sistem produksi massal dengan ciri-ciri sebagai berikut:
· Penggunaan tenaga bukan manusia.
· Penggunaan peralatan otomatis yang mampu mengatur sendiri.
· Penggunaan komponen terstandarisasi dan tersubtitusi.
· Pembagian proses produksi yang kompleks kedalam beberapa tingkat operasi yang
sederhana.
· Spesialisasi fungsi dan pembagian divisi dan tenaga kerja.
· Penyusunan desain, analisis dan proses produksi terkomputerisasi.
Sistem produksi pesanan merupakan suatu sistem produksi yang membuat produk
berdasarkan keinginan konsumen dalam jumlah yang sedikit. Karena pembuatan disesuaikan
dengan keinginan konsumen, maka sistem tersebut harus dapat membuat bermacam-macam
variasi produk sehingga dibutuhkan ketrampilan pekerja yang tinggi. Ketrampilan pekerja
yang tinggi ditambah dengan jumlah produksi yang belum tentu berada pada skala ekonomis
akan membuat konsumen bersedia membayar lebih tinggi. Kedua fenomena ini, yaitu
karakteristik sistem produksi massal dan sistem produksi pesanan sebenarnya merupakan
refleksi dari Hukum Permintaan dan Penawaran.
Bagian kedua diatas merupakan pernyataan yang akan membentuk Kurva Penawaran
(supplay) dengan kemiringan positif. Misalnya beras, bila harga beras meningkat, maka
petani akan tertarik untuk menanam padi. Dengan harga beras yang tinggi maka pendapatan
petani akan meningkat sehingga mereka akan mampu berproduksi dengan lebih baik dengan
menambah pupuk, tenaga kerja, dan peralatan. Pada kondisi demikian, padi akan lebih
banyak dihasilkan dari luas areal sawah yang sama.
Kurva permintaan dan penawaran akan saling bergeser hingga mencapai titik
keseimbangan pasar. Pada keadaan ini jumlah yang diminta pembeli dengan harga tertentu
sama dengan kuantitas yang ditawarkan oleh penjual pada tingkat harga tersebut. Hal ini
berarti harga keseimbangan tersebut merupakan harga pasar yang diterima oleh produsen dan
konsumen.
C. SISTEM PRODUKSI
Perbedaan pokok antara kedua proses terletak pada lamanya waktu set-up peralatan
produksi. Proses kontinyu tidak memerlukan waktu set-up yang lama karena proses ini
memproduksi secara terus-menerus untuk jenis produk yang sama. Misalnya pada pabrik susu
instan. Sedangkan proses terputus memerlukan total waktu set-up yang lebih lama karena
proses ini memproduksi berbagai proses spesifikasi barang sesuai pesanan, dimana dengan
adanya pergantian jenis barang yang diproduksi akan membutuhkan kegiatan set-up yang
berbeda. Misalnya usaha perbengkelan.
Selain dua jenis ekstrem tersebut, beberapa ahli sistem produksi mengidentifikasikan
adanya proses produksi menurut cara menghasilkan output yang cukup penting, yaitu Proses
Produksi Repetitif. Heizer (1988) mendefinisikan proses produksi repetitif sebagai kombinasi
antara proses kontinyu dan proses terputus.
2. Sistem Produksi Menurut Tujuan Operasinya
Ada tiga jenis dasar aliran operasi, yaitu flow shop, job shop, dan proyek (Kostas,
1982). Ketiga jenis dasar aliran operasi ini berkembang menjadi aliran operasi modifikasi
dari ketiganya, yaitu batch dan continuous). Adapu karakteristikmasing-masing aliran
tersebut, yaitu;
a. Flow Shop, yaitu proses konversi dimana unit-unit output secara berturut-turut melalui
urutan operasi yang sama pada mesin-mesin khusus, biasanya ditempatkan sepanjang suatu
lintasan produksi. Bentuk umum proses flow shop dapat dibagi menjadi jenis produksi flow
shop kontinyu dan flow shop terputus. Pada flow shop kontinyu, proses bekerja untuk
memproduksi jenis output yang sama, misalnya pada industri rokok SKM otomatis. Pada
slow shop terputus, kerja proses secara periodik diinterupsi untuk melakukan set-up bagi
pembuatan produk dengan spesifikasi yang berbeda (meskipun dari desain dasar yang sama).
b. Continuous, proses ini merupakan bentuk ekstrem dari flow shop dimana terjadi aliran
material yang konstan. Contoh dari proses kontinyu adalah industri penyulingan minyak,
pemrosesan kimia, dan industri-industri lain dimana kita tidakdapat mengidentifikasi unit-
unit output urutan prosesnya secara tepat.
c. Job Shop, merupakan bentuk proses konversi dimana unit-unit untuk pesanan yang berbeda
akan mengikuti urutan yang berbeda pula dengan melalui pusat-pusat kerja yang
dikelompokan berdasarkan fungsinya.
d. Batch, merupakan bentuk satu langkah kedepan dibandingkan job shop dalam hal
standarisasi produk, tetapi tidak terlalu terstandarisasi seperti produk yang dihasilkan pada
aliran lintasan perakitan flow shop.
e. Proyek, merupakan proses penciptaan satu jenis produk yang agak rumit dengan suatu
pendefinisian urutan tugas yang teratur dengan kebutuhan sumber daya dan penyelesaiannya
dibatasi oleh waktu.
D. PERAMALAN
A. Kesimpulan