Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang membutuhkan

perhatian karena dapat menyebabkan kematian utama di negara-negara

maju maupun berkembang diseluruh dunia sekitar 972 juta orang atau

26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi dengan perbandingan 26,6%

pria dan 26,1% wanita. Angka ini kemungkinan akan meningkat 29,2% di

tahun 2025. 972 juta penderita hipertensi, 333 juta berada di negara maju

dan 639 sisanya berada di negara sedang berkembang, termasuk

Indonesia (WHO, 2014).

Prevalensi penderita hipertensi di Indonesia setiap tahun semakin

meningkat. Berdasarkan data Kemenkes RI (2012), penyakit hipertensi

termasuk dengan jumlah yang banyak pada kasus rawat jalan yaitu

80.615 kasus. Hipertensi sudah melebihi rata-rata Nasional, dari 33

provinsi di Indonesia 8 provinsi yang kasus penderita hipertensi yaitu:

Sulawesi Selatan (27%), Sumatera Barat (27%), Jawa Barat (26%), Jawa

Timur (25%), Sumatera Utara (24%), Riau (23%), dan Kalimantan (22%).

Sedangkan dalam perbandingan kota di Indonesia kasus hipertensi

cenderung tinggi pada daerah urban seperti: Jabodetabek, Medan,

Bandung, Surabaya, dan Makasar yang mencapai 30-34%. Hipertensi


merupakan penyakit penyebab kematian peringkat ke tiga di Indonesia

CFR (Case Fatality Rate) sebesar 4,81 % (Kemenkes, 2012).

Menurut profil kesehatan provinsi sulawesi selatan, prevalensi

hipertensi di Sulawei Selatan yang didapatkan sebesar 28,1 %, hipertensi

tertinggi berada di kabupaten Enrekang (31,3 %), kemudian Bulukumba

(30,80 %), Sinjai (30,4 %) dan Gowa (29,2 %). Prevalensi hipertensi ini

didapat melalui kuesioner yang didiagnosis oleh tenaga kesehatan

sebesar 10,3 %, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau yang sedang

minum obat sebesar 10,5 %, sehingga ada 0,2 % yang minum obat

sendiri (Dinkes, 2014).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Schaffer, dkk

menunjukkan bahwa pasien yang tergolong tidak patuh dalam

mengkonsumsi obat lebih dari 50% bahkan pasien yang tidak patuh pada

akhirnya akan diikuti dengan berhentinya pasien untuk mengkonsumsi

obat. Ketidakpatuhan minum obat dapat dilihat terkait dengan dosis, cara

minum obat, waktu minum obat dan periode minum obat yang tidak

sesuai dengan aturan. Faktor faktor yang dapat menyebabkan

ketidakpatuhan minum obat antara lain pengalaman pengguna obat

terhadap efek samping dan kenyamanan obat, pengalaman pasien

terhadap kemanjuran obat atau tingkat kesembuhan yang telah dicapai

(Schaffer dkk, 2015).


Penelitian lain yang dilakukan oleh Hayer, beberapa dampak dari

ketidakpatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat antara lain yaitu:

terjadinya efek samping obat yang dapat merugikan kesehatan pasien,

membengkaknya biaya pengobatan dan rumah sakit, serta menyebabkan

komplikasi seperti kerusakan organ meliputi otak, karena hipertensi yang

tidak terkontrol dapat meningkatkan risiko stroke kemudian kerusakan

pada jantung, hipertensi meningkatkan beban kerja jantung yang akan

menyebabkan pembesaran jantung sehingga meningkatkan 4 risiko

gagal jantung dan serangan jantung (Hayer dkk , 2016).

Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “hubungan kecamasan

dengan kepatuhan pengobatan pada penderita hipertensi di wilayah kerja

Puskesmas Pampang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan data pada latar belakang, rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Adakah hubungan antara kecemasan dengan kepatuhan pengobatan

pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kesehatan.

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui hubungan kecamasan dengan kepatuhan pengobatan

pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pampang.


D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

a. Bagi IPTEK

Dapat digunakan sebagai masukan untuk bahan referensi

bagaimana peran keluarga dalam memantau kepatuhan minum

obat pada anggota keluarga yang menderita hipertensi.

b. Bagi Institusi

Dapat digunakan sebagai salah satu referensi bagi mahasiswa

serta sebagai perbendaharaan kepustakaan.

2. Secara Praktis

a. Bagi Keperawatan

Sebagai bahan masukan bagi perawat dalam pemberian

pendidikan kesehatan kepada pasien hipertensi tentang

pentingnya kepatuhan menjalankan pengobatan hipertensi.

b. Bagi Puskesmas

Sebagai kajian dan juga sebagai bahan untuk

meningkatkan kualitas pelayanan pasien hipertensi, khususnya

dalam memberikan informasi dan motivasi dalam

melaksanakan program promosi kesehatan.

c. Bagi Responden

Sebagai informasi untuk penderita hipertensi agar dapat

melaksanakan pencegahan dan pengendalian hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai