Anda di halaman 1dari 4

NAMA: MUHAMMAD ALRIDHO

NIM: 1940200197

TUGAS KUIS

1.)akad pemindahan utang/oiutang suatu pihak kepada pihakyang lain,di dalam istilah ilmu fiqih
hawalah berarti pengalihan penagihan hutang dari orang yang berhutang kepada orang yang
menanggung hutang tersebut

2.) Kontrak hawalah dalam perbankan biasanya diterapkan pada hal-hal berikut:

- Factoring atau anjak piutang, dimana para nasabah yang memiliki piutang kepada pihak

ketiga memindahkan piutang itu kepada bank, bank lalu membayar piutang tersebut dan

bank menagihnya dari pihak ketiga itu.

- Post dated check, dimana bank bertindak sebagai juru tagih, tanpa membayarkan dulu

piutang tersebut.

- Bill counting. Secara prinsip. Bill counting serupa dengan hawalah. Hanya saja, dalam bill

counting, nasabah harus membayar fee, sedangkan pembahasan fee tidak termasuk dalam

hawalah.

3.) Rukun dan Syarat Al-Hawalah

Menurut mazhab Hanafi, rukun hawalah hanya ijab (pernyataan melakukan hawalah) dari

pihak pertama, dan qabul (penyataan menerima hawalah) dari pihak kedua dan pihak ketiga.

Menurut mazhab Maliki, Syafi’i dan Hambali rukun hawalah ada enam yaitu:

-Pihak pertama, muhil (‫( المحيل‬yakni orang yang berhutang dan sekaligus berpiutang.

- Pihak kedua, muhal atau muhtal ( ‫( المحتال او المحال‬yakni orang berpiutang kepada muhil.

- Pihak ketiga muhal ‘alaih ( ‫( عليه المحال‬yakni orang yang berhutang kepada muhil dan wajib

membayar hutang kepada muhal.

- Ada hutang pihak pertama pada pihak kedua, muhal bih ( ‫( به المحال‬yakni hutang muhil
kepada muhal.

- Ada hutang pihak ketiga kepada pihak pertama. Utang muhal ‘alaih kepada muhil.

- Ada sighoh (pernyataan hawalah).

Syarat-syarat yang diperlukan pihak pertama (al-muhil) adalah:

- Cakap melakukan tindakan hukum dalam bentuk akad, yaitu baligh dan

berakal. Khawalah tidak sah bila dilakukan anak-anak meskipun ia sudah mengerti

(mumayyiz), ataupun dilakukan oleh orang gila.

- Ada pernyataan persetujuan atau rida. Jika pihak pertama dipaksa untuk

melakukan khawalah maka akad itu tidak sah. Adapun persyaratan ini berdasarkan

pertimbangan bahwa sebagian orang merasa keberatan dan terhina harga dirinya, jika

kewajibannya untuk membayar utang dialihkan kepada pihak lain.

-Syarat-syarat yang diperlukan oleh pihak kedua (al-muhal) sebagai berikut:

-. Cakap melakukan tindakan hukum, yaitu baligh dan berakal sebagaimana pihak pertama.

-. Ada persetujuan pihak kedua terhadap pihak pertama yang melakukan hawalah. Persyaratan

ini berdasarkan pertimbangan bahwa kebiasaan orang dalam membayar utang berbeda-beda,

ada yang mudah dan ada juga yang sulit membayarnya, sedangkan menerima pelunasan

utang itu merupakan hak pihak kedua.

-Syarat-syarat yang diperlukan oleh pihak ketiga (al-muhal ‘alaih) adalah:

-. Cakap melakukan tindakan hukum, yaitu baligh dan berakal sebagaimana pihak pertama dan

kedua.

-. Adanya pernyataan persetujuan dari pihak ketiga (al-muhal ‘alaih). Hal ini diharuskan

karena tindakan hawalah merupakan tindakan hukum yang melahirkan pemindahan

kewajiban kepada pihak ketuga (al-muhal ‘alaih) untuk membayar utang kepada pihak
kedua (al-muhal), sedangkan kewajiban membayar utang baru dapat dibebankan kepadanya,

apabila ia sendiri yang berutang kepada pihak kedua. Atas dasar itu, kewajiban itu hanya

dapat dibebankan kepadanya, jika ia menyetujui akad hawalah.

-. Imam Abu Hanifah menambahkan syarat bahwa qabul atau pernyataan menerima akad

harus dilakukan dengan sempurna oleh pihak ketiga didalam suatu majelis akad.

-Syarat-syarat yang diperlukan terhadap utang yang dialihkan (al-muhal bih) adalah:

-. Yang dialihkan itu adalah sesuatu yang sudah dalam bentuk utang piutang yang telah pasti.

-. Pembayaran utang itu mesti sama waktu jatuh tempo pembayarannya. Jika terjadi perbedaan

waktu jatuh tempo pembayaran di antara kedua utang itu, maka khawalah tidak sah. Utang

pihak pertama kepada pihak kedua maupun utang pihak ketiga kepada pihak kedua mestilah

sama jumlah dan kualitasnya. Jika antara kedua utang itu terdapat perbedaan jumlah,

misalnya utang dalam bentuk uang, atau perbedaan kualitas misalnya utang dalam bentuk

barang, maka khawalah itu tidak sah.

4.) Mazhab Hanafi membagi hawalah menjadi beberapa bagian.

1 Hawalah Haq. Hawalah ini adalah pemindahan piutang dari satu piutang kepada piutang

yang lain dalam bentuk uang bukan dalam bentuk barang. Dalam hal ini yang bertindak

sebagai Muhil adalah pemberi utang dan ia mengalihkan haknya kepada pemberi hutang

yang lain sedangkan orang yang berhutang tidak berubah atau berganti, yang berganti adalah

piutang. Ini terjadi jika piutang A mempunyai hutang kepada piutang B.

2 Hawalah Dayn. Hawalah ini adalah pemindahan hutang kepada orang lain yang mempunyai

hutang kepadanya. Ini berbeda dari hawalah Haq. Pada hakekatnya hawalah dayn sama

pengertiannya dengan hawalah yang telah diterangkan di depan.

Sedangkan dari sisi lain:

1 Hawalah Muthlaqoh terjadi jika orang yang berhutang (orang pertama) kepada orang lain (
orang kedua) mengalihkan hak penagihannya kepada pihak ketiga tanpa didasari pihak

ketiga ini berhutang kepada orang pertama. Jika A berhutang kepada B dan A mengalihkan

hak penagihan B kepada C, sementara C tidak punya hubungan hutang pituang kepada B,

maka hawalah ini disebut Muthlaqoh. Ini hanya dalam madzhab Hanafi dan Syi’ah

sedangkan jumhur ulama mengklasifikasikan jenis hawalah ini sebagai kafalah.

2 Hawalah Muqoyyadah terjadi jika Muhil mengalihkan hak penagihan Muhal kepada Muhal

Alaih karena yang terakhir punya hutang kepada Muhal. Inilah hawalah yang boleh (jaiz)

berdasarkan kesepakatan para ulama.

Anda mungkin juga menyukai