Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Melalui UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara, pemerintah telah bertekad untuk mengelola aparatur sipil
negara menjadi semakin profesional agar mampu
menyelenggarakan pelayanan publik yang berkualitas bagi
masyarakat. Salah satu upaya untuk mewujudkan hal tersebut, maka
seluruh Calon Pegawai Negeri Sipil wajib mengikuti Pelatihan Dasar
agar dapat memahami nilai – nilai dasar sebagai ASN. Nilai – nilai
dasar tersebut kemudian wajib diinternalisasikan dan juga harus
dapat diaktualisasikan dalam menjalankan tugas pokok dan
fungsinya di unit kerjanya masing – masing.
Penyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan atau
Healthcare Associated Infection (HAIs) merupakan salah satu
masalah kesehatan di berbagai Negara di dunia, termasuk
Indonesia. Dalam forum Asian Pasific Economic Comitte (APEC)
atau Global Health Security Agenda (GHSA) penyakit infeksi terkait
pelayanan kesehatan telah menjadi agenda yang di bahas. Hal ini
menunjukkan bahwa HAIs yang ditimbulkan berdampak secara
langsung sebagai beban ekonomi negara. Secara prinsip, kejadian
HAIs sebenarnya dapat dicegah bila fasilitas pelayanan kesehatan
secara konsisten melaksanakan program Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI).
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi merupakan
upaya untuk memastikan perlindungan kepada setiap orang
terhadap kemungkinan tertular infeksi dari sumber masyarakat
umum dan disaat menerima pelayanan kesehatan pada berbagai
fasilitas kesehatan. Salah satu upaya yang dilakukan dalam program
PPI adalah dengan melakukan cuci tangan yang benar dan memakai
alat pelindung diri sesuai dengan ketentuan.

1
Puskesmas Sungailiat adalah tempat pelayanan kesehatan
tingkat pertama yang juga berpotensi menyebarkan HAIs dimana
organisme penyebab infeksi tentu banyak berada di Puskesmas.
Salah satu faktor penularan penyakit tidak hanya dari orang sakit
yang datang ke puskesmas langsung terhadap orang yang sehat,
tetapi sangat mungkin diperantarai oleh tenaga kesehatan di
pelayanan kesehatan yang memindahkan penyakit dari satu pasien
ke pasien yang lain atau dari pasien ke tenaga kesehatan yang lain.
I.2 Tujuan dan Manfaat
I.2.1 Tujuan
Tujuan rancangan aktualisasi ini adalah untuk meningkatkan
kepatuhan pegawai terhadap prosedur cuci tangan dan
penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai SOP dan menjadi
pedoman dalam mengaktualisasikan nilai-nilai ANEKA
(Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen mutu, dan
Anti Korupsi) sesuai dengan profesi dokter di tempat penulis
bertugas.

1.2.2 Manfaat
1. Mengaktualisasikan nilai – nilai dasar PNS yang meliputi
Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan
Antikorupsi melalui kegiatan – kegiatan yang dilakukan di
Puskesmas Sungailiat.
2. Mengaktualisasikan kompetensi bidang sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi sebagai dokter ahli pertama sehingga dapat
mengoptimalkan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas
Sungailiat.
3. Membantu mewujudkan tercapainya visi puskesmas Sungailiat
dengan menjalankan misi dan mengaktualisasikan nilai-nilai
yang ada di dalamnya.
I.3 Gambaran Umum Unit Kerja
1. Profil Puskesmas Sungailiat
a. Gambaran Umum Puskesmas Sungailiat

2
1) Kondisi Geografis
2) Wilayah Kerja Puskesmas Sungailiat terletak di Kecamatan
Sungailiat Kabupaten Bangka. Letak Kabupaten Bangka
adalah di Pulau Bangka,dengan luas kurang lebih 2.950,68
km2 atau 295.068 Ha. Tanah di daerah Kabupaten Bangka
mempunyai Ph rata-rata di bawah 5, di dalamnya
mengandung mineral biji timah dan bahan galian lainnya
seperti : pasir kuarsa, kaolin, batu gunung, dan lain-lain.
Bentuk dan keadaan tanahnya adalah sebagai berikut : 4%
berbukit, 51% berombak dan bergelombang, 20%
lembah/datar sampai berombak, dan 25% berupa rawa
bencah /datar.
3) Pada umumnya sungai-sungai di daerah Kabupaten
Bangka berhulu di daerah perbukitan dan pergunungan
yang berada di bagian tengah Pulau Bangka dan bermuara
di pantai laut. Sungai-sungai yang terdapat di Kabupaten
Bangka antara lain: Sungai Baturusa, Sungai Layang, dan
lain-lain. Sungai-sungai tersebut berfungsi sebagai sarana
transportasi dan belum bermanfaat untuk pertanian dan
perikanan karena para nelayan lebih cenderung mencari
ikan ke laut. Pada dasarnya di daerah Kabupaten Bangka
tidak ada danau alam, hanya ada bekas penambangan biji
timah yang luas dan hingga menjadikannya sebagai danau
buatan yang di sebut kolong.

I.4 Visi, Misi, dan Nilai Organisasi


Sesuai SK Kepala UPT Puskesmas Sungailiat Nomor : 188.4 /
SK / PKM-SGT/ I / 2019 tentang Visi, Misi, dan Tata Nilai yang ada
di UPT Puskesmas Sungailiat, menetapkan tata nilai Pelayanan
UPT Puskesmas Sungailiat Kabupaten Bangka
1. Visi Puskesmas Sungailiat : Mewujudkan pusat pelayanan
kesehatan terdepan, professional, berkualitas, berakhlak, dan

3
terjangkau demi tercapainya Kecamatan Sungailiat sehat menuju
Bangka SETARA
2. Misi Puskesmas Sungailiat :
a. Menjadikan Puskesmas Sungailiat sebagai Puskesmas yang
berkomitmen meningkatkan mutu pelayanan
b. Mengembangkan paradigma sehat
c. Mengembangkan manajeman yang dapat
dipertanggungjawabkan
d. Meningkatkan kerjasama lintas sektor
e. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
3. Tata Nilai Puskesmas Sungailiat : “S-E-H-A-T” singkatan dari :
a. S= Santun : Sopan dalam tutur kata dan perilaku
b. E= Empati : Melayani dengan sepenuh hati
c. H= Handal : Memberikan pelayanan oleh tenaga profesional
d. A= Adil : Pelayanan yang merata dan tidak membedakan
d. T= Teladan : Menjadi panutan masyarakat dalam berperilaku
sehat.

I.5 Tupoksi, dan Uraian Tugas


Berdasarkan peraturan dalam Keputusan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 139 Tahun 2003 tentang
Jabatan Fungsional Dokter dan angka kreditnya, tugas pokok dan
fungsi dokter ahli pertama adalah memberikan pelayanan kesehatan
pada sarana pelayanan kesehatan yang meliputi upaya kesehatan
promotif (promosi kesehatan), preventif (pencegahan penyakit),
kuratif (penyembuhan penyakit), dan rehabilitatif (pengembalian
fungsi setelah sakit) untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dalam rangka kemandirian di bidang kesehatan kepada
masyarakat.

4
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Nilai – Nilai Dasar Pegawai Negeri Sipil


Berdasarkan dari kelima nilai dasar ANEKA yaitu Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi yang
harus di tanamkan kepada setiap ASN maka perlu diketahui indikator-
indikator dari kelima kata tersebut yaitu:
2.1.1 Akuntabilitas
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok
atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi
kewajiban atau amanah yang diberikan kepadanya. Akuntabilitas
adalah kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk
memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya. Nilai-nilai dasar
yang ada pada akuntabilitas agar menciptakan lingkungan kerja yang
akuntabel meliputi:
a. Kepemimpinan
Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah
dimana pimpinan memainkan peranan yang penting dalam
menciptakan lingkungannya. Pimpinan mempromosikan lingkungan
yang akuntabel dapat dilakukan dengan memberikan contoh pada
orang lain (lead by example), adanya komitmen yang tinggi dalam
melakukan pekerjaan sehingga memberikan efek positif bagi pihak
lain untuk berkomitmen pula, terhindarnya dari aspek-aspek yang
dapat menggagalkan kinerja yang baikyaitu hambatan politis
maupun keterbatasan sumber daya, sehingga dengan adanya
saran dan penilaian yang adil dan bijaksana dapat dijadikan
sebagai solusi.

5
b. Transparansi
Transparansi merupakan suatu sikap keterbukaan terhadapt
situasi dan kondisi di lingkungan sekitar. Adapun tujuan dari
transparansi, antara lain :
 Mendorong komunikasi yang lebih besar dan kerjasama antar
kelompok internal dan eksternal;
 Memberikan perlindungan terhadap pengaruh yang tidak
seharusnya dan korupsi dalam pengambilan keputusan;
 Meningkatkan akuntabilitas dalam pengambilan keputusan-
keputusan;
 Meningkatkan kepercayaan dan keyakinan kepada pimpinan
secara keseluruhan.
c. Integritas
Integritas merupakan suatu sikap yang menunjukkan
harmonisasi antara hati, pikiran, ucapan dan tindakan/perbuatan.
Dengan adanya integritas menjadikan suatu kewajiban untuk
menjunjung tinggi dan mematuhi semua hukum yang berlaku,
Undang-undang, kontrak, kebijakan dan peraturan yang berlaku.
Dengan adanya integritas institusi, dapat memberikan kepercayaan
dan keyakinan kepada publik dan/atau stakholders.
d. Tanggungjawab (Responsibilitas)
Responsibilitas institusi dan responsibilitas perseorangan
memberikan kewajiban bagi setiap individu dan lembaga, bahwa
ada suatu konsekuensi dari setiap tindakan yang telah dilakukan,
karena adanya tuntutan untuk bertanggungjawab atas keputusan
yang telah dibuat. Responsibilitas terbagi menjadi 2, yaitu
responsibilitas perseorangan dan responsibilitas institusi.
e. Keadilan
Keadilan merupakan landasan utama dari akuntabilitas.
Keadilan harus dipelihara dan dipromosikan oleh pimpinan pada
lingkungan organisasinya. Oleh karena itu, ketidakadilan harus
dihindari karena dapat menghancurkan kepercayaan dan

6
kredibiltas organisasi yang mengakibatkan kinerja menjadi tidak
optimal.
f. Kepercayaan
Rasa keadilan akan membawa pada sebuah kepercayaan.
Kepercayaan ini yang akan melahirkan akuntabilitas. Dengan kata
lain, lingkungan akuntabilitas tidak akan terwujud dari hal-hal yang
tidak dapat dipercaya.
g. Keseimbangan
Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja, maka
diperlukan adanya keseimbangan antara akuntabilitas dan
kewenangan, serta harapan dan kapasitas. Setiap individu yang
ada di lingkungan kerja harus dapat menggunakan kewenangan
untuk meningkatkan kinerja. Adanya peningkatan kinerja juga
memerlukan adanya perubahan kewenangan sesuai kebutuhan
yang dibutuhkan. Selain itu, adanya harapan dalam mewujudkan
kinerja yang baik juga harus disertai dengan keseimbangan
kapasitas sumber daya dan keahlian (skill) yang dimiliki.
h. Kejelasan
Agar individu atau kelompok dalam melaksanakan
wewenang dan tanggung jawabnya, mereka harus memiliki
gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan dan hasil
yang diharapkan.
i. Konsistensi
Konsistensi menjamin stabilitas. Penerapan yang tidak
konsistten dari sebuah kebijakan, prosedur, sumber daya akan
memiliki konsekuensi terhadap tercapainya lingkungan kerja yang
tidak akuntabel, akibat melemahnya komitmen dan kredibilitas
anggota organisasi.

2.2.1 Nasionalisme

7
Nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar
terhadap bangsa dan negara dan sekaligus menghormati bangsa lain.
Nilai-nilai dasar nasionalisme didasarkan pada sila-sila Pancasila, yaitu:
a. Religius
b. Hormat
c. Kerjasama
d. Tidak memaksakan kehendak
e. Jujur
f. Amanah
g. Adil
h. Tidak diskriminatif
i. Persatuan
j. Cinta tanah air
k. Musyawarah
l. Gotong royong
m.Kekeluargaan
Nilai-nilai nasionalisme tersebut merupakan dasar setiap
pegawai ASN sebagai pelayan publik, pelaksana kebijakan publik
serta perekat dan pemersatu bangsa.
2.2.2 Etika Publik
Etika publik adalah refleksi tentang standar/norma yang
menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan
untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan
tanggung jawab pelayanan publik. Nilai-nilai dasar etika publik yakni
sebagai berikut:
a. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.
b. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia 1945.
c. Mengabdi kepada Negara dan rakyat Indonesia.
d. Menjalankan tugas secara professional dan tidak berpihak.
e. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
f. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.

8
g. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
h. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada
publik.
i. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan
program pemerintah.
j. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat,
tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
k. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
l. Menghargai komunikasi, konsultasi dan kerjasama.
m. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
n. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
o. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis
sebagai perangkat sistem karir.

2.2.3 Komitmen Mutu


UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN, secara keseluruhan
mencerminkan perlunya komitmen mutu dari setiap aparatur dalam
memberikan layanan, apapun bidang layanannya dan kepada
siapapun layanan itu diberikan. target utama kinerja aparatur yang
berbasis komitmen mutu adalah mewujudkan kepuasan masyarakat
yang menerima layanan (customer satisfaction).
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, setiap aparatur
mesti dilandasi oleh kesadaran tinggi untuk memaknai esensi
komitmen mutu dalam memberikan pelayanan kepada publik sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Perilaku sebagai
aparatur dapat diwujudkan melalui karakter kepribadian yaitu :
a. Efektif dan efisien
b. Inovasi
c. Mengedepankan komitmen terhadap konsumen atau klien
d. Memberi layanan yang menyentuh hati untuk menjaga dan
memelihara agar konsumen atau klien tetap setia.

9
2.2.4 Anti Korupsi
Korupsi berasal dari bahasa latin, yaitu corruptio dan corruptus
yang berarti kerusakan atau kebobrokan. Sedangkan dalam bahasa
Yunani corruptio berarti perbuatan yang tidak baik, buruk, curang,
dapat disuap, tidak bermoral, menyimpang dari kesucian, melanggar
norma-norma agama, material, mental dan umum. Korupsi juga dapat
diartikan sebagai tindakan yang menyalahgunakan kepercayaan
dalam suatu masalah atau organisasi untuk mendapatkan
keuntungan. Tindakan korupsi dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain :
 Sifat tamak
Sifat tamak merupakan sifat yang dimiliki oleh manusia, di
setiap harinya pasti manusia menginginkan kebutuhan yang lebih, dan
selalu kurang akan sesuatu yang didapatkan. Akhirnya muncul sifat
tamak ini di dalam diri seseorang untuk memiliki sesuatu yang lebih
dengan cara korupsi.
 Gaya konsumtif
Gaya hidup konsumtif ini dirasakan oleh manusia di dunia,
dimana manusia pasti memiliki kebutuhan masing-masing dan untuk
memenuhi kebutuhan tersebut manusia harus mengonsumsi
kebutuhan tersebut, dengan perilaku tersebut tidak bisa diimbangi
dengan pendapatan yang diperoleh sehingga terjadilah tindakan
korupsi.
 Faktor politik
Di dalam politik akan terjadi suatu persaingan dalam
mendapatkan kekuasaan. Setiap orang dalam politik bersaing untuk
mendapatkan kekuasaan lebih tinggi, dengan berbagai cara mereka
lakukan untuk menduduki posisi tersebut, yang pada akhirnya timbul
lah korupsi atau suap menyuap dalam mendapatkan kekuasaan
tersebut.
 Faktor hukum

10
Kita pernah mendengar istilah bahwa hukum di negara kita ini
tumpul ke atas dan tajam ke bawah. Dalam penegakan hukum masih
banyak kelemahan yang terlihat dalam menyelesaikan masalah. Hal
ini terbukti dengan banyaknya praktek suap menyuap di lembaga
hukum dalam menyelesaikan suatu masalah. Sehingga dalam hal
tersebut dapat dilihat bahwa praktek korupsi sangatlah mungkin terjadi
karena lemahnya penegakan hukum yang mendiskriminasi suatu
masalah.
 Faktor ekonomi
Manusia pasti memiliki kebutuhan dalam hidupnya. Oleh sebab
itu, manusia harus berusaha dengan keras untuk memenuhi
kebutuhannya tersebut. Bahkan tidak menutup kemungkinan
kebanyakan orang memiliki rasa tidak puas terhadap apa yang telah
dimilikinya dan selalu merasa kekurangan. Dari sifat yang selalu
merasa kekurangan inilah yang nantinya dapat mendorong seseorang
memiliki keinginan untuk memperkaya diri, sehingga jika ada peluang
untuk melakukan korupsi maka tanpa berpikir panjang merekan akan
segera untuk melakukannya.
 Faktor organisasi
Tindak korupsi yang terjadi dapat terjadi pada organisasi yang
memiliki struktur lemah, aturan-aturan yang dinyatakan kurang baik,
kemudian kurang adanya ketegasan dalam diri seorang pemimpin
organisasi tersebut. Korupsi dalam organisasi juga dapat terjadi
apabila belum adanya kejujuran dan kesadaran diri dari setiap
pengurus maupun anggota organisasi.
Anti korupsi adalah tindakan atau gerakan yang dilakukan untuk
memberantas segala tingkah laku atau tindakan yang melawan
norma-norma dengan tujuan memperoleh keuntungan pribadi,
merugikan negara atau masyarakat baik secara langsung maupun
tidak. KPK bersama dengan para pakar telah melakukan identifikasi
nilai-nilai dasar anti korupsi yaitu sebagai berikut:
a. Kejujuran

11
Kejujuran merupakan nilai dasar yang menjadi landasan utama
bagi penegakan integritas diri seseorang. Tanpa adanya kejujuran
mustahil seseorang bisa menjadi pribadi yang berintegritas.
Seseorang dituntut untuk bisa berkata jujur dan transparan serta tidak
berdusta baik terhadap diri sendiri maupun orang lain, sehingga dapat
membentengi diri terhadap godaan untuk berbuat curang.
b. Kepedulian
Kepedulian sosial kepada sesama menjadikan seseorang
memiliki sifat kasih sayang. Individu yang memiliki jiwa sosial tinggi
akan memperhatikan lingkungan sekelilingnya di mana masih terdapat
banyak orang yang tidak mampu, menderita, dan membutuhkan
uluran tangan. Pribadi dengan jiwa sosial tidak akan tergoda untuk
memperkaya diri sendiri dengan cara yang tidak benar tetapi ia malah
berupaya untuk menyisihkan sebagian penghasilannya untuk
membantu sesama.
c. Kemandirian
Kemandirian membentuk karakter yang kuat pada diri
seseorang menjadi tidak bergantung terlalu banyak pada orang lain.
Mentalitas kemandirian yang dimiliki seseorang memungkinkannya
untuk mengoptimalkan daya pikirnya guna bekerja secara efektif.
Pribadi yang mandiri tidak akan menjalin hubungan dengan pihak-
pihak yang tidak bertanggungjawab demi mencapai keuntungan
sesaat.
d. Kedisiplinan
Disiplin adalah kunci keberhasilan semua orang. Ketekunan
dan konsistensi untuk terus mengembangkan potensi diri membuat
seseorang akan selalu mampu memberdayakan dirinya dalam
menjalani tugasnya. Kepatuhan pada prinsip kebaikan dan kebenaran
menjadi pegangan utama dalam bekerja. Seseorang yang mempunyai
pegangan kuat terhadap nilai kedisiplinan tidak akan terjerumus dalam
kemalasan yang mendambakan kekayaan dengan cara yang mudah.
e. Tanggung jawab

12
Pribadi yang utuh dan mengenal diri dengan baik akan
menyadari bahwa keberadaan dirinya di muka bumi adalah untuk
melakukan perbuatan baik demi kemaslahatan sesama manusia.
Segala tindak tanduk dan kegiatan yang dilakukannya akan
dipertanggungjawabkan sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa,
masyarakat, negara, dan bangsanya. Dengan kesadaran seperti ini
maka seseorang tidak akan tergelincir dalam perbuatan tercela dan
nista.
f. Kerja keras
Individu beretos kerja akan selalu berupaya meningkatkan
kualitas hasil kerjanya demi terwujudnya kemanfaatan publik yang
sebesar-besarnya. Ia mencurahkan daya pikir dan kemampuannya
untuk melaksanakan tugas dan berkarya dengan sebaik-baiknya. Ia
tidak akan mau memperoleh sesuatu tanpa mengeluarkan keringat.
g. Kesederhanaan
Pribadi yang berintegritas tinggi adalah seseorang yang
menyadari kebutuhannya dan berupaya memenuhi kebutuhannya
dengan semestinya tanpa berlebih-lebihan. Ia tidak tergoda untuk
hidup dalam gelimang kemewahan. Kekayaan utama yang menjadi
modal kehidupannya adalah ilmu pengetahuan. Ia sadar bahwa
mengejar harta tidak akan pernah ada habisnya karena hawa nafsu
keserakahan akan selalu memacu untuk mencari harta sebanyak-
banyaknya.
h. Keberanian
Seseorang yang memiliki karakter kuat akan memiliki
keberanian untuk menyatakan kebenaran dan menolak kebathilan. Ia
tidak akan mentolerir adanya penyimpangan dan berani menyatakan
penyangkalan secara tegas. Ia juga berani berdiri sendirian dalam
kebenaran walaupun semua kolega dan teman-teman sejawatnya
melakukan perbuatan yang menyimpang dari hal yang semestinya. Ia
tidak takut dimusuhi dan tidak memiliki teman kalau ternyata mereka
mengajak kepada hal-hal yang menyimpang.

13
i. Keadilan
Pribadi dengan karakter yang baik akan menyadari bahwa apa
yang dia terima sesuai dengan jerih payahnya. Ia tidak akan menuntut
untuk mendapatkan lebih dari apa yang ia sudah upayakan. Bila ia
seorang pimpinan maka ia akan memberi kompensasi yang adil
kepada bawahannya sesuai dengan kinerjanya. Ia juga ingin
mewujudkan keadilan dan kemakmuran bagi masyarakat dan
bangsanya.

2.3 Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI


Tujuan nasional adalah mewujudkan masyarakat yang adil dan
makmur secara merata dan berkesinambungan materill dan spiritual.
Hal tersebut dapat dicapai salah satunya dengan adanya Pegawai
Negeri Sipil (PNS) sebagai Warga Negara, Unsur Aparatur Negara,
Abdi Negara, dan Abdi Masyarakat yang dengan penuh kesetiaan
dan ketaatan kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah.
Hubungan antara PNS dengan negara menimbulkan kaidah-
kaidah dalam hukum kepegawaian. Kelancaran pelaksanaan
pembangunan dan pemerintahan tergantung pada kesempurnaan
dan kemampuan aparatur Negara, dalam hal ini adalah PNS.
Kedudukan dan peranan pegawai dalam setiap organisasi
pemerintahan sangatlah menentukan, sebab PNS merupakan tulang
punggung pemerintah dalam melaksanakan pembangunan nasional.
Dalam rangka memberikan Pelayanan yang profesional, jujur adil
dan merata maka dibutuhkan juga Sumber Daya Manusia Aparatur
Pemerintah yang berkualitas dan mempunyai kesadaran tinggi akan
tanggung jawabnya sebagai aparatur negara, abdi negara, serta abdi
masyarakat. Sedangkan Sumber Daya Manusia dapat dikatakan
berkualitas ketika mereka memiliki kemampuan untuk melaksanakan
tugas pokok dan fungsinya sesuai dengan kewenangan yang
diberikan kepadanya.

14
Peranan PNS yang penting dan strategis tersebut menjadikan
sebuah tanggung jawab besar bagi setiap pribadi pengembannya.
Terdapat 4 (empat) unsur untuk menyatakan seseorang menjadi
Pegawai Negeri;
1. Memenuhi syarat yang ditentukan dalam peraturan perundang-
undangan.
2. Diangkat oleh pejabat yang berwenang.
3. Diserahi tugas dalam suatu jabatan negara atau tugas lainnya
yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
4. Digaji berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku.
Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang No. 5 Tahun 2014
Tentang Aparatur Sipil Negara menyatakan bahwa : Aparatur Sipil
Negara (ASN) adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai
pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi
pemerintah. Pegawai ASN berperan sebagai perencana, pelaksana,
dan pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan
pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan
pelayanan publik yang profesional, bebas dari intervensi politik, serta
bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Dengan terbitnya Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang
aparatur sipil Negara, pegawai negeri sipil diharuskan mempunyai
fungsi sebagai:
1. Pelaksana kebijakan publik
2. Pelayan publik
3. Perekat dan pemersatu bangsa
Berdasarkan pada Pasal 13 Undang-Undang No. 5 Tahun 2014
tentang aparatur sipil Negara mengatur bahwa jabatan ASN terdiri
atas:
1. Jabatan Administrasi
2. Jabatan Fungsional
3. Jabatan Pimpinan Tinggi

15
Peran dan kedudukan ASN dalam NKRI bisa dilihat dari kemampuan
mereka memahami manajemen ASN, Pelayanan Publik dan inovasi
yang berkaitan dengan Whole of Government (WOG).
2.3.1 Manajemen ASN
Manejemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk
menghasilkan pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai
dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari
praktik korupsi, kolusi dan nepotisme. Manajemen ASN lebih
menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga
diharapkan agar selalu tersedia sumber daya ASN yang
unggul selaras dengan perkembangan zaman.
1. Kedudukan ASN
Kedudukan atau status jabatan PNS dalam sistem birokrasi
selama ini dianggap belum sempurna untuk menciptakan
birokrasi yang profesional. Untuk dapat membangun
profesionalitas birokrasi, maka konsep yang dibangun
dalam UU ASN tersebut harus jelas. Berikut beberapa
konsep yang ada dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang
ASN.
a. Berdasarkan jenisnya, pegawai ASN terdiri atas
Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah
dengan Perjanjian Kerja (PPPK). PNS merupakan
warga negara Indonesia yang memenuhi syarat
tertentu, diangkat sebagai pegawai ASN secara tetap
oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki
jabatan pemerintahan, memiliki nomor induk pegawai
secara nasional. Sedangkan PPPK adalah warga
negara Indonesia yang memnuhi syarat tertentu, yang
diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian
berdasarkan perjanjian kerja sesuai dengan kebutuhan
instansi pemerintah untuk jangka waktu tertentu dalam
rangka melaksanakan tugas pemerintahan.

16
b. Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara
yang menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh
pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari
pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai
politik. Pegawai ASN dilarang menjadi anggota
dan/atau pengurus partai politik. Selain itu untuk
menjauhkan birokrasi dari pengaruh partai politik, hai ini
dimaksudkan untuk menjamin keutuhan, kekompakan
dan persatuan ASN, serta dapat memusatkan segala
perhatian, pikiran dan tenaga pada tugas yang
dibebankan kepadanya. Oleh karena itu dalam
pembinaan karir pegawai ASN, khususnya di daerah
dilakukan oleh pejabat berwenang yaitu pejabat karir
tertinggi.
c. Kedudukan ASN berada di pusat, daerah dan luar
negeri. Namun demikian pegawai ASN merupakan
kesatuan. Kesatuan bagi pegawai ASN sangat penting,
mengingat dengan adanya desentralisasi dan otonomi
daerah, sering terjadinya isu putra daerah yang hampir
terjadi dimana-mana sehingga perkembangan birokrasi
menjadi stagnan di daerah-daerah. Kondisi tersebut
merupakan ancaman bagi kesatuan bangsa.
2. Peran ASN
Untuk menjalankan kedudukan pegawai ASN, maka pegawai
ASN berfungsi dan bertugas sebagai berikut:
a. Pelaksana kebijakan publik
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk
melaksanakan kebijakanyang dibuat oleh pejabat
pembina kepegawaian sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Untuk itu ASN harus
mengutamakan kepentingan publik dan masyarakat
luas dalam menjalankan fungsi dan tugasnya, serta

17
harus mengutamakan pelayanan yang berorientasi
pada kepentingan public.
b. Pelayan publik
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk memberikan
pelayanan publik yang profesional dan berkualitas.
Pelayanan publik merupakan kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga negara dan
penduduk atas barang, jasa dan/atau pelayanan
administratif yang diselenggarakan oleh penyelenggara
pelayanan publik dengan tujuan kepuasan pelanggan.
c. Perekat dan pemersatu bangsa
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk mempererat
persatuan dan kesatuan NKRI. ASN senantiasa setia
dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD1945,
negara dan pemerintah. ASN senantiasa menjunjung
tinggi martabat ASN serta senantiasa mengutamakan
kepentingan negara dari pada kepentingan diri sendiri,
seseorang dan golongan. Dalam UU ASN disebutkan
bahwa dalam penyelengaraan dan kebijakan
manajemen ASN, salah satu diantaranya asas
persatuan dan kesatuan.
3. Hak dan Kewajiban ASN
Hak adalah suatu kewenangan atau kekuasaan yang
diberikan oleh hukum, suatu kepentingan yang dilindungi
oleh hukum, baik pribadi maupun umum. Dapat diartikan
bahwa hak adalah sesuatu yang patut atau layak diterima.
Agar melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dengan
baik, dapat meningkatkan produktivitas, menjamin
kesejahteraan ASN dan akuntabel, maka setiap ASN
diberikan hak. Hak ASN dan PPPK yang diatur dalam UU
No. 5 Tahun 2014 tentang ASN sebagai berikut;

18
PNS berhak memperoleh:
a. gaji, tunjangan, dan fasilitas
b. cuti
b. jaminan pensiun dan jaminan hari tua
c. perlindungan
d. pengembangan kompetensi
PPPK berhak memperoleh:
a. gaji dan tunjangan
b. cuti
c. perlindungan
b. pengembangan kompetensi
Selain hak sebagaimana disebutkan di atas, berdasarkan
pasal 70 UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN disebutkan bahwa
setiap pegawai ASN memiliki hak dan kesempatan untuk
mengembangkan kompetensi. Berdasarkan Pasal 92
pemerintah juga wajib memberikan perlindungan berupa:
a. Jaminan kesehatan
b. Jaminan kecelakaan kerja
c. Jaminan kematian
d. Bantuan hukum
Sedangkan kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan
yang bersifat kontraktual. Dengan kata lain kewajiban adalah
suatu yang sepatutnya diberikan.Pegawai ASN berdasarkan
UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN wajib:
a. setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah yang
sah;
b. menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
c. melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat
pemerintah yang berwenang;
d. menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;

19
e. melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh
pengabdian, kejujuran, kesadaran,dan tanggung jawab;
f. menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap,
perilaku, ucapan dan tindakan kepada setiap orang,
baik di dalam maupun di luar kedinasan;
g. menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat
mengemukakan rahasia jabatan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; danh.
bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
4. Kode Etik dan Kode Perilaku ASN
Dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN disebutkan
bahwa ASN sebagai profesi berlandaskan pada kode etik
dan kode perilaku. Kode etik dan kode perilaku ASN
bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN.
Kode etik dan kode perilaku berisi pengaturan perilaku agar
pegawai ASN.
a. melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung
jawab, dan berintegritas tinggi.
b. melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
c. melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa
tekanan
d. melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
e. melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan
atau Pejabat yangberwenang sejauh tidak bertentangan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
etika pemerintahan
f. menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan
g. menggunakan kekayaan dan barang milik negara
secara bertanggung jawab,efektif, dan efisien

20
h. menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam
melaksanakan tugasnya
i. memberikan informasi secara benar dan tidak
menyesatkan kepada pihak lain yangmemerlukan
informasi terkait kepentingan kedinasan
j. tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas,
status kekuasaan dan jabatannya untuk mendapat atau
mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau
untuk orang lain.
k. memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga
reputasi dan integritas ASN
l. melaksanakan ketentuan peraturan perundang-
undangan mengenai disiplin Pegawai ASN.
2.3.2 Whole of Government (WoG)
Whole of Government (WoG) dapat didefinisikan sebagai
sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang
menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari
keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih
luas guna mencapai tujuan-tujuan pembangunan kebijakan,
manajemen program dan pelayanan publik.
1. Penerapan Whole of Government
Terdapat beberapa cara pendekatan WoG yang dapat
dilakukan, baik dari sisi penataan institusi formal maupun
informal. Cara-cara ini pernah dipraktekan oleh beberapa
negara, termasuk Indonesia dalam level-level tertentu.
a. Penguatan koordinasi antar lembaga. Penguatan
koordinasi dapat dilakukan jika jumlah lembaga-lembaga
yang dikoordinasikan masih terjangkau dan manageable.
Dalam prakteknya, span of control atau rentang kendali
yang rasional akan sangat terbatas. Salah satu
alternatifnya adalah mengurangi jumlah lembaga yang
ada sampai mendekati jumlah yang ideal untuk sebuah

21
koordinasi. Dengan jumlah lembaga yang rasional, maka
koordinasi dapat dilakukan lebih mudah.
b. Membentuk lembaga koordinasi khusus, pembentukan
lembaga terpisah dan permanen yang bertugas dalam
mengkoordinasikan sektor atau kementrian adalah salah
satu cara melakukan WoG. Lembaga koordinasi ini
biasanya diberikan status lembaga setingkat lebih tinggi,
atau setidaknya setara dengan kelembagaan yang
dikoordinasikan.
c. Membangun gugus tugas, gugus tugas merupakan
bentuk pelembagaan koordinasi yang dilakukan di luar
struktur formal, yang setidaknya tidak permanen.
Pembentukan gugus tugas biasanya menjadi salah satu
cara agar sumber daya yang terlibat dalam koordinasi
tersebut dicabut sementara dari lingkungan formalnya
untuk berkonsentrasi dalam proses koordnasi tadi.
b. Koalisi sosial, koalisi sosial merupakan bentuk informal
dari penyatuan koordinasi antar sektor atau lembaga,
tanpa perlu membentuk pelembagaan khusus dalam
koordinasi.
2. Nilai-nilai Dasar Whole of Government
Praktek WoG dalam pelayanan publik dilakukan
dengan menyatukan seluruh sektor yang terkait dengan
pelayanan publik berdasarkan nilai-nilai dasar berikut ini.
a. Koordinasi
Kompleksitas lembaga membutuhkan koordinasi yang
efektif dan efisien antar lembaga dalam menjalankan
kegiatan kelembagaan
b. Integrasi
Integrasi dilakukan dengan pembauran sebuah sistem
antar lembaga sehingga menjadi kesatuan yang utuh
c. Sinkronisasi

22
Sinkronisasi merupakan penyelarasan semua
kegiatan/data yang berasal dari berbagai sumber ,
dengan menyingkronkan seluruh sumber tersebut.
d. Simplifikasi
Simplikasi merupakan penyederhanaan segala sesuatu
baik terkait data/proses disuatu lembaga untuk
mengefisienkan waktu, tenaga dan biaya.
2.3.4 Pelayanan Publik
Sebagai Aparatur pemerintahan, ASN mempunyai salah
satu peran yang penting dalam tugas dan fungsinya sebagai
Aparatur Sipil Negara dalam penyelenggaraan tugas
pemerintahan dan pembangunan nasional melalui
pelaksanaan pelayanan publik kepada masyarakat. Aparatur
Sipil Negara melakukan perannya sebagai aparatur
pemerintah dengan memberi pelayanan publik.
Pengertian melayani adalah membantu menyiapkan
(mengurus) apa yang diperlukan seseorang". Sedangkan
pengertian pelayanan adalah "usaha rnelayani kebutuhan
orang lain". Contoh: menerima telepon dari pihak lain yang
berhubungan dengan unit kerja kita, adalah bentuk pelayanan
yang rutin kita lakukan.
Adapun menurut Keputusan MENPAN Nomor 63 tahun 2003,
mengenai pelayanan adalah sebagai berikut:
a. Pelayanan Publik adalah segala kegiatan pelayanan yang
dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai
upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Penyelenggara pelayanan publik adalah Instansi
Pemerintah
c. Instansi Pemerintah adalah sebutan kolektif meliputi satuan
kerja satuan organisasi Kementrian, Departemen,
Kesekretariatan Lembaga Tertinggi dan Tinggi Negara, dan

23
instansi Pemerintah lainnya, baik Pusat maupun Daerah
termasuk Badan Usaha Milik Negara, Badan Hukum Milik
Negara dan Badan Usaha Milik Daerah.
d. Unit Penyelenggara pelayanan publik adalah unit kerja
pada instansi Pemerintah yang secara langsung
memberikan pelayanan kepada penerima pelayanan publik.
e. Pemberi pelayanan publik adalah pejabat/pegawai instansi
pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi
pelayanan publik sesuai dengan peraturan perundang-
undangan
f. Penerima pelayanan publik adalah orang, masyarakat,
instansi pemerintah dan badan hukum yang menerima
pelayanan dari instansi pemerintah Pelayanan merupakan
suatu proses. Proses tersebut menghasilkan suatu produk
yang berupa pelayanan, kemudian diberikan kepada
pelanggan. Sebagai contoh adalah proses pelayanan surat
masuk. Proses pelayanan surat masuk adalah sebagai
berikut: surat diterima oleh seorang petugas, surat disortir
(dipisah-pisahkan), surat diterima pencatat surat dan
kemudian dicatat dalam buku agenda atau kartu kendali,
Surat disampaikan ke pengarah surat, Surat didistribusikan
ke unit organisasi sesuai dengan alamat yang tertulis dalam
surat (sering di sebut dengan istilah "unit pengelola"),
Aparatur Sipil Negara merupakan penyelenggara
pelayanan publik dituntut untuk memberikan kinerja dengan
produktivitas yang baik dalam memberikan pelayanan,
memberikan kualitas pelayanan yang baik dan prima, dimana
Aparatur Sipil Negara responsive serta responsibel dalam
melakasanakan dan memberikan pelayanan publik kepada
masyarakat dan bertanggung jawab atau ada pertanggung
jawaban (akuntabel) terhadap tugas dan fungsinya serta hasil
pencapaian yang telah dilaksanakannya.

24
Prinsip-prinsip Pelayanan Publik Penyelengaraan
pelayanan publik juga harus memenuhi beberapa prinsip
pelayanan sebagaimana yang disebutkan dalam Keputusan
Menteri Pendayagunaan Negara Nomor 63 Tahun 2003
adalah sebagai berikut:
1. Kesederhanaan
2. Kejelasan
3. Kepastian waktu
4. Akurasi
5. Keamanan
6. Tanggung jawab
7. Kelengkapan sarana dan prasarana
8. Kemudahan akses
9. Kedisiplinan, kesopanan, dan keramahan
10. Kenyamanan
Sementara itu, kualitas pelayanan publik untuk mencapai
kepuasan dituntut kualitas pelayanan prima adalah sebagai
berikut:
1. Transparansi
2. Akuntabilitas
3. Kondisonal
4. Partisipatif
5. Kesamaan hak
6. Keseimbangan hak dan kewajiban
Pelayanan prima merupakan terjemahan dari istilah
"Excellent Service" yang secara harfiah berarti pelayanan
yang sangat baik dan atau pelayanan yang terbaik. Disebut
sangat baik atau terbaik, karena sesuai dengan standar
pelayanan yangberlaku atau dimiliki oleh instansi yang
memberikan pelayanan. Apabila instansi pelayanan belum
memiliki standar pelayanan, maka pelayanan disebut sangat
baik atau terbaik atau akan menjadi pr ima, manakala dapat

25
atau mampu memuaskan pihak yang dilayani (pelanggan).
Jadi pelayanan prima dalam hal ini sesuai dengan harapan
pelanggan. Tentunya agar keprimaan suatu pelayanan dapat
terukur, bagi instansi pemberi pelayanan yang belum memiliki
standar pelayanan, maka perlu membuat standar pelayanan
prima sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Tujuan pelayanan prima adalah memberikan pelayanan
yang dapat memenuhi dan memuaskan pelanggan atau
masyarakat serta memberikan fokus pelayanan kepada
pelanggan Pelayanan prima kepada masyarakat didasarkan
pada tekad bahwa "pelayanan adalah pemberdayaan". Kalau
pada sektor bisnis atau swasta tentunya pelayanan selalu
bertujuan atau berorientasi profile atau keuntungan
perusahaan. Pelayanan prima yang diberikan kepada
masyarakat pada dasarnya tidaklah mencari untung, tetapi
memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
secara sangat baik atau terbaik dalam hal memberdayakan
masyarakat ini, pelayanan yang diberikan tidaklah bertujuan
selain mencari untung, juga menjadikan masyarakat justru
terbebani atau terperdayakan dengan pelayanan dari
pemerintahan yang diterimanya.
Pelayanan prima bertujuan memberdayakan
masyarakat, bukan memperdayakan, sehingga akan
menumbuhkan kepercayaan publik atau masyarakat kepada
pemerintahannya. Adapun kepercayaan adalah awal atau
modal dari kolaborasi dan partisipasi masyarakat dalam
program-program pembangunan. Adapun pelayanan prima
akan bermanfaat bagi upaya peningkatan kualitas pelayanan
pemerintah kepada masyarakat sebagai pelanggan dan
sebagai acuan untuk pengembangan penyusunan standar
pelayanan. Baik pelayan, pelanggan atau stakeholder dalam
kegiatan pelayanan, akan memiliki acuan mengenai mengapa,

26
kapan, dengan siapa, dimana dan bagaimana pelayanan
dilakukan.

27
BAB III
RANCANGAN AKTUALISASI

3.1. Identifikasi Isu


Menurut Kepmenpan No. 139 tahun 2003 tentang jabatan
fungsional dokter, tugas pokok dokter, adalah memberikan pelayanan
kesehatan ada sarana pelayanan kesehatan yang meliputi promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat, serta membina peran serta masyarakat dalam
rangka kemandirian di bidang kesehatan kepada masyarakat.
Dalam upaya pelayanan kesehatan ini, kesadaran dan kepatuhan
kepada tenaga medis amat sangat dibutuhkan, terutama dalam hal ini
adalah upaya dalam pencegahan.
Begitu banyaknya angka kontak terhadap pasien yang berbeda
– beda dalam keseharian pelayanan kesehatan tentu akan membawa
banyak jenis infeksi yang bisa terjadi, angka penularan bisa meningkat
bila kita lengah dalam menjaga kebersihan tangan. Oleh karena
melihat pentingnya hal ini, penulis memiliki gagasan untuk melakukan
pengamatan terhadap kepatuhan cuci tangan dan pemakaian alat
pelindung diri pegawai puskesmas Sungailiat sebagai bentuk
pengendalian dan pencegahan infeksi guna meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat dan pegawai kesehatan di sekitar lingkungan
puskesmas Sungailiat.
Beberapa isu yang menjadi perhatian penulis adalah sebagai berikut :
1. Kurangnya tingkat kepatuhan pegawai puskesmas Sungailiat
terhadap prosedur cuci tangan dan penggunaan alat pelindung diri
sehingga dapat menimbulkan penularan infeksi kepada tenaga
medis lainnya ataupun kepada pasien.
2. Belum tercapainya angka kontak sehat di wilayah kerja Puskesmas
Sungailiat
3. Kurang maksimalnya kinerja pegawai karena belum adanya
aktivitas peregangan disepanjang waktu pelayanan

28
3.1.1 Isu yang diangkat
Berdasarkan isu – isu yang terjadi di Puskesmas Sungailiat
maka dilakukan analisis untuk menentukan isu yang akan diangkat
dalam upaya melakukan perubahan dengan memperhatikan visi misi
dan nilai – nilai Puskesmas Sungailiat serta tugas pokok dokter ahli
pertama agar isu tersebut segera diselesaikan. Analisis isu yang
digunakan adalah dengan menggunakan metode USG (Urgency,
Seriousness, Growth) dengan sistem scoring pada masing – masing
komponen dengan rentang nilai antara 1 – 5. Semakin besar angka
yang diberikan semakin besar pula pengaruh komponen terhadap isu
tersebut. Untuk menentukan isu yang akan diangkat di Puskesmas
Sungailiat, maka dilakukan analisis sebagai berikut :

Tabel 3.1 Analisis Isu menggunakan metode, Urgency, Seriousness,


dan Growth
Permasalahan Urgency Seriousness Growth Total
Belum 4 4 4 12
tercapainya
angka kontak
sehat
Kurang 4 4 3 11
maksimalnya
kinerja pegawai
Kurangnya 5 5 4 14
tingkat
kepatuhan
pegawai
terhadap
prosedur cuci
tangan dan
penggunaan
alat pelindung
diri

29
Pengisian USG diatas berdasarkan pertimbangan posisi dan
kewenangan penulis saat ini ( CPNS), maka berdasarkan anilis
diatas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa isu yang diambil
adalah :
“Kurangnya tingkat kepatuhan pegawai puskesmas Sungailiat
terhadap cuci tangan dan penggunaan alat pelindung diri sehingga
dapat menimbulkan penularan infeksi terhadap diri sendiri, tenaga
medis lainnya, ataupun kepada pasien”

3.2. Kegiatan pemecahan isu


Unit Kerja : Puskesmas Sungailiat
Isu yang diangkat : Kurangnya tingkat kepatuhan pegawai
puskesmas Sungailiat terhadap cuci tangan
dan penggunaan alat pelindung diri sehingga
dapat menimbulkan penularan infeksi terhadap
diri sendiri, tenaga medis lainnya, ataupun
kepada pasien.
Gagasan Pemecahan Isu : Upaya meningkatkan kepatuhan pegawai
terhadap prosedur cuci tangan dan
penggunaan alat pelindung diri (APD) sesuai
SOP di Puskesmas Sungailiat.

30
3.2.1 Akar penyebab masalah:

MAN
Belum terbiasa
melakukan cuci
tangan dan
memakai APD
sesuai SOP
MONEY
Kurangnya
Belum mengetahui kepatuhan
SOP cuci tangan dan
pemakaian APD
tenaga
kesehatan
MACHINE Belum optimalnya untuk cuci
penerapan SOP cuci tangan dan
tangan dan pemakaian
APD memakai
Kurangnya sosialisasi tentang APD sesuai
cuci tangan dan pemakaian SOP MATERIAL SOP

METHOD

Dari diagram tulang ikan tersebut di atas, maka tampak bahwa


penyebab dari kurangnya tingkat kepatuhan cuci tangan pegawai
Puskesmas adalah :
1. Belum terbiasa melakukan cuci tangan dan memakai APD sesuai
SOP
2. Belum mengetahui SOP cuci tangan dan pemakaian APD
3. Belum optimalnya penerapan SOP cuci tangan dan pemakaian
APD
4. Kurangnya sosialisasi tentang cuci tangan dan pemakaian SOP

31
Untuk mengatasi faktor-faktor yang menjadi penyebab masalah
tersebut diatas maka, kami akan meninjau ulang SOP,
Mensosialisasikan, mensimulasikan dan melakukan monitoring
terhadap perilaku cuci tangan dan penggunaan APD kepada para
pegawai Puskesmas Sungailiat sesuai dengan langkah – langkah atau
lakukan agar tercapainya tujuan bersama untuk menjadi lebih baik dan
angka kepatuhan cuci tangan pegawai Puskesmas Sungailiat dapat
meningkat penularan infeksi dapat dicegah.

3.3 Kegiatan dan Tahapan Kegiatan Pemecahan Isu


Permasalahan atau isu yang ditentukan menjadi prioritas untuk
dilakukan proses pemecahan masalah dan diperlukan beberapa rencana
kegiatan dalam pemecahan masalah tersebut. Kegiatan yang diusulkan
kepada pimpinan di unit kerja Puskesmas Sungailiat. Kegiatan yang
diusulkan adalah sebagai berikut:
1. Melakukan konsultasi dengan atasan dalam rangka memperoleh
izin dan saran mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan.
2. Melakukan Tinjauan SOP cuci tangan dan pemakaian Alat
Pelindung Diri (APD)
3. Membuat pamflet dan poster yang akan digunakan sebagai media
edukasi
4. Melakukan sosialisasi SOP cuci tangan dan pemakaian APD
terhadap tenaga kesehatan
5. Melakukan kegiatan simulasi cuci tangan untuk membiasakan
pegawai
6. Bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain melakukan edukasi
cuci tangan terhadap masyarakat terutama pada pelayanan Poli
DOTS
7. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan cuci
tangan dan pemakaian APD sesuai SOP

32
3.4 Keterkaitan Kegiatan dengan Nilai ANEKA & Peran Kedudukan
PNS
Kegiatan pemecahan isu terdiri dari beberapa tahapan. Kegiatan-
kegiatan tersebut akan diaktualisasikan di Puskesmas Sungailiat dengan
beberapa tahapan menerapkan nilai-nilai dasar Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi (ANEKA)
dan kedudukan peran PNS dalam NKRI (manajemen ASN, Whole of
Government, dan Pelayanan Publik). Kegiatan dan tahapan tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Melakukan konsultasi dengan atasan dalam rangka memperoleh
izin dan saran mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan.
a. Membuat konsep kegiatan
Output/Hasil : Adanya konsep kegiatan yang akan disampaikan
kepada atasan.
Pada tahap ini, Saya akan membuat konsep dengan baik
agar dapat memberikan kejelasan kepada atasan saat
menyampaikan konsep yang saya buat sebagai wujud prinsip
kejelasan dalam nilai Akuntabilitas. Saya akan membuat konsep
kegiatan sebelum memulai agar pada saat pelaksanaannya dapat
berlangsung dengan lancar sehingga kegiatan dapat berlangsung
secara efektif dan efisien. Hal ini merupakan wujud dari Komitmen
Mutu; Efektif dan Efisien.
b. Menyampaikan konsep kegiatan yang telah dibuat
Output/Hasil : Atasan mengetahui kegiatan yang akan dilaksanakan
Pada tahap ini, Saya akan menyampaikan kepada atasan
tentang konsep kegiatan yang saya lakukan agar atasan
mendapatkan kejelasan dari kegiatan tersebut. Hal ini merupakan
nilai dari Akuntabilitas; Kejelasan. Saya akan menyampaikan
konsep kegiatan yang sudah dibuat kepada atasan dengan sopan
dan tutur kata yang baik demi Memelihara dan Menjunjung
Tinggi Standar Etika Luhur sesuai dengan nilai Etika Publik.

33
c. Meminta saran dan persetujuan kepada atasan untuk
melakukan kegiatan
Output/Hasil : Atasan memberi sarab dan menyetujui kegiatan yang
akan saya lakukan
Saya akan meminta saran dan persetujuan dari atasan agar
terjalin kepercayaan dan keyakinan dari pimpinan secara
keseluruhan yang tercantum dalam nilai Akuntabilitas;
Kepercayaan. Menggunakan tutur kata yang lembut dan bersikap
sopan dimana termasuk nilai dari Etika Publik: Memelihara dan
Menjunjung Tinggi Standar Etika Luhur
Proses meminta saran atau masukan merupakan salah satu
bentuk musyawarah atau kerja sama sesuai dengan nilai
pancasila, yaitu Sila ke-4 yang mewujudkan sikap Nasionalisme.
Melakukan konsultasi kepada atasan, diharapkan akan
mendapatkan izin serta saran yang mendukung kegiatan dengan
menerapkan nilai-nilai Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, dan
Komitmen Mutu, sehingga diharapkan dapat berkontribusi dalam
mendukung terwujudnya Visi Puskesmas Sungailiat “Mewujudkan pusat
pelayanan kesehatan terdepan, professional, berkualitas, berakhlak,
dan terjangkau demi tercapainya Kecamatan Sungailiat sehat menuju
Bangka SETARA” dan mewujudkan Misi puskesmas ke-3, yaitu
Mengembangkan Manajemen Yang Dapat Dipertanggungjawabkan. Konsultasi
dengan atasan merupakan penguatan nilai Santun (Sopan dalam tutur kata dan
perilaku.

2. Melakukan Tinjauan SOP cuci tangan dan pemakaian Alat


Pelindung Diri (APD)
a. Meminta dokumen SOP cuci tangan dan pemakaian APD ke
bagian tata usaha untuk di tinjau kembali
Output/Hasil : Adanya SOP cuci tangan dan pemakaian APD

34
Pada tahap ini, Saya akan melakukan tinjauan dokumen
dengan penuh tanggung jawab mencerminkan sikap Akuntabilitas;
Tanggung jawab dan Integritas.
Saya akan melakukan Tinjauan SOP dalam rangka
mencapai tujuan yang diinginkan mencerminkan nilai Komitmen
Mutu; Efektivitas.
b. Mencari referensi terkait SOP cuci tangan dan pemakaian APD
Output/Hasil : Mendapat referensi yang terbaru dan dapat
dipercaya
Saya akan mencari referensi terbaru terkait isu yang saya
angkat, sehingga dapat memberikan pembaharuan informasi,
seperti yang tercantum dalam nilai Komitmen Mutu; Inovasi.
c. Berdiskusi dengan mentor dan atasan terkait SOP cuci tangan
dan pemakaian APD serta memberi masukan bila diperlukan
Output/Hasil : Mendapat masukan dari mentor terkait SOP cuci
tangan dan pemakaian APD
Pada tahap ini, Saya akan berdiskusi dengan atasan agar
mendapatkan hasil yang sempurna, seperti wujud musyawarah dan
kerjasama yang tercantum dalam Pancasila pada sila ke 4 yang
mencerminkan nilai Nasionalisme. Menggunakan tutur kata yang
lembut dan bersikap sopan dalam berdiskusi termasuk nilai dari
Etika Publik: Memelihara dan Menjunjung Tinggi Standar Etika
Luhur.
d. Menyempurnakan SOP cuci tangan dan pemakaian APD bila
diperlukan
Output/Hasil : Mendapat SOP yang sempurna sesuai dengan
referensi dan hasil diskusi
Saya akan menyempurnakan SOP dalam rangka mencapai
tujuan dan meningkatkan kualitas pelayanan dalam rangka
pelaksanaan nilai Komitmen Mutu; Efektif dan Mutu.
Adanya SOP membantu untuk mewujudkan masyarakat sehat dan
pelayanan kesehatan terdepan sesuai Visi puskesmas, yaitu

35
“Mewujudkan pusat pelayanan kesehatan terdepan, professional,
berkualitas, berakhlak, dan terjangkau demi tercapainya Kecamatan
Sungailiat sehat menuju Bangka SETARA”. Adanya SOP membantu
mewujudkan Misi ke 1 yaitu Berkomitmen Meningkatkan Mutu
Pelayanan. Adanya SOP berhubungan dengan penguatan nilai organisasi
puskesmas, yaitu Handal (Memberikan pelayanan oleh tenaga yang
profesional).

3. Membuat pamflet dan poster yang akan digunakan sebagai media


edukasi
a. Mencari referensi yang akan digunakan untuk membuat
Pamflet
Output/Hasil : Mendapat referensi terbaru yang dapat dipercaya
Pada tahap ini, saya akan mencari referensi terbaru terkait
isu yang saya angkat, sehingga dapat memberikan pembaharuan
informasi, seperti yang tercantum dalam nilai Komitmen Mutu;
Inovasi.
b. Membuat konsep atau desain Pamflet/poster yang akan dibuat
Output/Hasil : Adanya desain Pamflet dan poster
Pada tahap ini, Saya akan membuat desain poster dan
Pamflet yang akan saya gunakan sebagai media edukasi, hal ini
merupakan wujud nilai Komitmen Mutu; Inovasi.
c. Meminta persetujuan kepada atasan tentang konsep Pamflet
yang akan dibuat
Output/Hasil : Atasan memberi saran dan menyetujui
Saya akan meminta saran dan persetujuan dari atasan agar
terjalin kepercayaan dan keyakinan dari pimpinan secara
keseluruhan seperti nilai Transparansi yang tercantum dalam
nilai Akuntabilitas.
Proses meminta saran atau masukan merupakan salah satu
bentuk musyawarah sesuai dengan nilai pancasila, yaitu Sila ke-4
yang mencerminkan nilai Nasionalisme. Menggunakan tutur kata

36
yang lembut dan bersikap sopan dimana termasuk nilai dari Etika
Publik: Memelihara dan Menjunjung Tinggi Standar Etika
Luhur.
d. Proses Pencetakkan Bekerjasama dengan Percetakkan
Output/Hasil : Pamflet dan Poster
Pada tahap ini, Saya akan melakukan koordinasi dan
bekerjasama dengan pihak percetakkan dalam pembuatan
pamphlet dan poster sesuai dengan penerapan Whole of
Government.
e. Menempelkan Pamflet dan poster di setiap poli dan ruang
tunggu
Output/Hasil : Pamflet dan poster dapat dilihat oleh petugas
puskesmas dan pengunjung sebagai media edukasi sehingga
dapat meningkatkan pengetahuan.
Pada tahap ini, Saya akan menempelkan Pamflet dan poster
di tiap poli dan ruang tunggu agar dapat memberikan informasi
secara benar kepada pihak lain yang memerlukan informasi
sebagai wujud memeberikan pelayanan publik secara tepat dan
akurat sesuai nilai Etika Publik. Saya akan menempelkan Pamflet
dan poster di setiap ruangan agar dapat memberikan kejelasan
bagi setiap orang yang membacanya sebagai wujud nilai
Akuntabilitas; Kejelasan.
Membuat media edukasi berupa Pamflet/poster bertujuan untuk
meningkatkan mutu puskesmas sesuai Visi Puskesmas, yaitu Menjadi
pusat pelayanan kesehatan terdepan, professional, berkualitas dan
berakhlak, dan terjangkau demi tercapainya Kecamatan Sungailiat
Sehat menuju Bangka SETARA. Dengan adanya media edukasi
membantu mewujudkan Misi Puskesmas ke 1 yaitu Berkomitmen
Meningkatkan Mutu Pelayanan. Memberika edukasi merupakan
penguatan nilai organisasi Teladan (Menjadi panutan masyarakat dalam
berperilaku sehat).

37
4. Melakukan sosialisasi tentang pentingnya cuci tangan dan
pemakaian APD terhadap tenaga kesehatan
a. Membuat bahan presentasi dan kuesioner yang berkaitan
dengan SOP cuci tangan dan pemakaian APD
Output/Hasil : Tersedianya bahan presentasi tentang cuci tangan
dan pemakaian APD
Pada tahap ini, Saya akan membuat bahan presentasi yang
sesuai dengan referensi terbaru dan menarik agar mencerminkan
nilai Komitmen Mutu; Inovasi.
b. Pembagian dan pengisian kuesioner
Output/Hasil : Pengetahuan pegawai terhadap prosedur cuci
tangan dan pemakaian APD dapat diukur
Pada tahap ini, Saya akan memberikan kuesioner kepada
setiap pegawai dengan jenis dan jumlah soal yang sama demi
mewujudkan prinsip keadilan sesuai dengan nilai Akuntabilitas.
Menggunakan kuesioner sebagai alat ukur pengetahuan karena
metode ini cukup efektif dan efisien sesuai dengan Nilai
Komitmen Mutu.
c. Berkoordinasi dengan atasan dan tata usaha untuk persiapan
ruangan dan alat peraga
Output/Hasil : Adanya izin dari tasan untuk penggunaan ruangan
dan alat peraga
Pada tahap ini, saya akan meminta saran dan persetujuan
dari atasan agar terjalin kepercayaan dan keyakinan dari pimpinan
secara keseluruhan seperti yang tercantum dalam nilai
Akuntabilitas; Transparansi
d. Mengundang tenaga kesehatan puskesmas beberapa hari
sebelum sosialisasi
Output/Hasil :
Saya akan mengadakan sosialisasi dengan mengumpulkan
tenaga kesehatan dalam satu waktu mencerminkan tindakan yang

38
efektif dan efisien seperti yang tercantum pada nilai Komitmen
Mutu.
e. Melakukan sosialisasi kepada tenaga kesehatan yang telah
hadir
Output/Hasil :Tenaga kesehatan menjadi lebih paham tentang
prosedur cuci tangan dan penggunaan APD.
Pada saat sosialisasi, saya akan menggunakan tutur kata
yang lembut dan bersikap sopan dimana termasuk nilai dari Etika
Publik: Memelihara dan Menjunjung Tinggi Standar Etika
Luhur serta menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan
benar yang merupakan penerapan nilai Nasionalisme : Cinta
Tanah Air
f. Melakukan tanya jawab terkait dengan bahan presentasi
Output/Hasil : Adanya tanya jawab
Saya akan melakukan tanya jawab yang mencerminkan
musyawarah sesuai dengan nilai sila ke 4 Pancasila yang
merupakan penerapan nilai Nasionalisme.
Melakukan sosialisasi membantu untuk mewu judkan masyarakat
sehat sesuai Visi puskemas, yaitu “Menjadi Pusat Pelayanan
Kesehatan Terdepan, Professional, Berkualitas Dan Berakhlak,
Dan Terjangkau Demi Tercapainya Kecamatan Sungailiat Sehat
Menuju Bangka SETARA”. Tenaga kesehatan yang mengerti cara
cuci tangan sesuai SOP membantu mewujudkan Misi ke 1 yaitu
Berkomitmen Meningkatkan Mutu Pelayanan. Melakukan
sosialisasi merupakan salah satu wujud edukasi yang merupakan
penguatan nilai Teladan (Menjadi panutan masyarakat dalam
berperilaku sehat).

5. Melakukan kegiatan simulasi cuci tangan untuk membiasakan


pegawai melakukannya.
a. Merancang metode yang akan dilakukan
Output/Hasil : Mendapat metode yang sesuai

39
Pada tahap ini, Saya akan membuat metode simulasi cuci
tangan dan akan dilaksanakan menjadi rutinitas sebagai wujud dari
nilai Komitmen Mutu; Inovasi.
Saya akan melakukan kegiatan simulasi agar dapat
dilakukan secara rutin dalam setiap tindakan yang dilakukan oleh
petugas agar dapat menjadi pegawai yang memiliki integritas
tinggi sesuai dengan nilai Akuntabilitas.
b. Berdiskusi dengan atasan untuk membuat aturan mengenai
pelaksanaan kegiatan simulasi cuci tangan dan pemakaian APD
sesuai SOP bila disetujui
Output/Hasil : Mendapat persetujuan dari atasan terkait kegiatan
simulasi
Saya akan berdiskusi dengan atasan mencerminkan sikap
bermusyawarah yang sesuai dengan pengamalan sila ke 4
Pancasila sebagai wujud pengamalan nilai Nasionalisme.
Berdiskusi dengan menggunakan tutur kata yang lembut dan
bersikap sopan demi memelihara dan menjunjung tinggi standar
etika luhur sesuai dengan prinsip Etika Publik.
c. Membuat surat edaran agar kegiatan dapat diterapkan secara
menyeluruh
Output/Hasil : Pegawai mengetahui kegiatan yang akan diterapkan
Saya akan membuat surat edaran sebagai media yang
cukup efektif untuk memberikan informasi kepada pegawai sesuai
nilai yang terkandung dalam Komitmen Mutu; Efektif.
d. Melaksanakan kegiatan di Puskesmas sesuai dengan aturan
yang telah dibuat
Output/Hasil : Kegiatan simulasi menjadi rutinitas yang dilakukan
dengan tujuan sebagai upaya peningkatan kepatuhan pegawai
terhadap prosedur cuci tangan dan penggunaan APD sesuai SOP.
Saat melaksanakan kegiatan simulasi harus dilakukan
dengan tutur kata yang baik dan sopan sesuai nilai dari Etika
Publik: Memelihara dan Menjunjung Tinggi Standar Etika

40
Luhur. Saya akan menegur kesalahan melalui kegiatan simulasi
mencerminkan nilai Anti Korupsi; kepedulian dan tanggung
jawab
Tenaga kesehatan yang terbiasa melaksanakan prosedur sesuai
SOP membantu untuk mewujudkan masyarakat sehat sesuai Visi
Puskesmas Sungailiat. Tenaga kesehatan yang terbiasa melaksanakan
prosedur sesuai SOP membantu mewujudkan Misi puskesmas ke 1 yaitu
memberikan pelayanan yang profesional, selain itu juga melakukan
kegiatan simulasi secara rutin untuk membangun kebiasaan tenaga
kesehatan membantu untuk mewujudkan Misi puskesmas ke 2 yaitu
mengembangkan paradigma sehat. Kegiatan ini dapat menguatkan nilai
organisasi Adil (Pelayanan yang merata) dan Teladan (Menjadi panutan
masyarakat dalam berperilaku sehat).

6. Bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain melakukan edukasi


cuci tangan terhadap masyarakat terutama pada pelayanan Poli
DOTS
a. Meminta izin kepada atasan untuk melakukan edukasi pasien
di Puskesmas terutama pada pelayana poli DOTS
Output/Hasil : Mendapat izin dari atasan untuk melakukan edukasi
Pada tahap ini, saya akan menyampaikan kepada atasan dengan
jelas tentang kegiatan edukasi yang saya lakukan sebagai wujud
nilai Akuntabilitas; Kejelasan.
b. Melakukan edukasi terhadap masyarakat terutama kepada
penderita penyakit TB yang rutin mengambil obat di poli
DOTS
Output/Hasil :
Pada tahap ini, Saya akan melakukan edukasi terhadap
masyarakat merupakan tanggung jawab sebagai dokter ahli
pertama karena salah satu tupoksinya adalah upaya kesehatan
promotif dan preventif. Edukasi dengan penuh tanggung jawab

41
dan memberikan edukasi dengan jelas merupakan wujud nilai
Akuntabilitas; Tanggung jawab dan Kejelasan.
Saya akan Melakukan edukasi terhadap pasien sebagai
bentuk nilai kemanusian dalam wujud memberikan upaya
pencegahan sesuai dengan sila ke 2 Pancasila yang
mencerminkan nilai Nasionalisme. Menyampaikan edukasi
dengan tutur kata yang baik dan bersikap sopan merupakan wujud
nilai Etika Publik; Memelihara dan Menjunjung Tinggi Standar
Etika Luhur. Melakukan Edukasi dengan target masyarakat
penderita TB yang datang ke poli DOTS merupakan tindakan yang
efektif dan efisien karena tidak membutuhkan dana yang
berlebihan sehingga mencerminkan nilai Komitmen Mutu.
Melakukan edukasi mencerminkan sikap peduli terhadap
masyarakat dan merupakan upaya untuk menanamkan kepedulian
terhadap penderita TB mengenai penularan penyakitnya apabila
APD tidak digunakan dengan baik dan benar. Kepedulian
merupakan sikap dari nilai Anti Korupsi. Edukasi merupakan
pelayanan jasa terhadap masyarakat dan salah satu bentuk
Pelayanan Publik.
c. Membuka tanya jawab terkait bahan edukasi
Output/Hasil : Adanya Tanya jawab
Saya akan membuka ruang tanya jawab yang
mencerminkan sikap musyawarah sesuai sila ke 4 Pancasila
yang tercantum delam nilai Nasionalisme.
Melakukan kegiatan edukasi membantu untuk mewujudkan
masyarakat sehat sesuai visi puskesmas, yaitu “Menjadi Pusat
Pelayanan Kesehatan Terdepan, Professional, Berkualitas Dan
Berakhlak, Dan Terjangkau Demi Tercapainya Kecamatan
Sungailiat Sehat Menuju Bangka SETARA” dengan membantu
mewujudkan misi ke 1 yaitu Memberikan Pelayanan Kesehatan
Terdepan Dan Misi Ke 5 Yaitu Meningkatkan Derajat Kesehatan
Masyarakat. Melakukan edukasi terhadap masyarakat menguatkan

42
nilai organisasi puskesmas yaitu Teladan (Menjadi panutan
masyarakat dalam berperilaku sehat).

7. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan cuci


tangan dan pemakaian APD sesuai SOP
a. Mengisi daftar tilik tentang cuci tangan dan penggunaan APD
sesuai SOP untuk tiap tenaga kesehatan
Output/Hasil : : Adanya daftar tilik cuci tangan dan pemakaian
APD yang akan digunakan terhadap masing-masing pegawai
Pada tahap ini, Saya akan melakukan pengisian daftar tilik
sesuai dengan apa yang saya lihat, karena sebagai ASN harus
mengutamakan kejujuran seperti yang tercantum pada nilai Anti
Korupsi.
Metode daftar tilik merupakan penilaian yang efektif dan
efisien dalam tahapan monitoring sesuai dengan nilai yang
terkandung dalam Komitmen Mutu.
b. Memberi kuesioner kepada pegawai
Output/Hasil : Pegawai mengisi kuesioner yang diberikan
Pada tahap ini, Saya akan memberikan kuesioner kepada
setiap pegawai dengan jenis dan jumlah soal yang sama demi
mewujudkan prinsip keadilan sesuai dengan nilai Akuntabilitas.
Pemberian kuesioner merupakan suatu alat ukur yang akan
digunakan sebagai upaya peningkatan mutu, metode kuesioner
merupakan salah satu metode yang efektif dan efisien sesuai
yang tercantum dalam nilai Komitmen Mutu.
c. Merekap hasil kuesioner
Output/Hasil : Hasil kuesioner sebagai tolak ukur tingkat
pengetahuan pegawai tentang cuci tangan dan penggunaan APD
Pada tahap ini, saya akan melakukan perekapan hasil
dengan penuh integritas dan tanggung jawab sesuai dengan nilai
Akuntabilitas.

43
d. Membuat laporan hasil monitoring dan evaluasi terhadap
pelaksanaan cuci tangan dan pemakaian APD sesuai SOP
Output/Hasil : Adanya laporan hasil monitoring terhadap
kepatuhan prosedur cuci tangan dan penggunaan APD
Saya akan melakukan pengawasan dan membuat laporan
dengan penuh integritas dan tanggung jawab sesuai dengan
nilai Akuntabilitas. Melakukan monitoring dengan ramah dan
sopan dilakukan sebagai upaya dalam mengutamakan
pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai sesuai
dengan nilai Etika Publik.
Saya akan melakukan monitoring dalam rangka mencapai
tujuan agar terciptanya mutu pelayanan yang berkualitas sesuai
dengan nilai Komitmen Mutu. Saya tidak akan memanipulasi
laporan demi menjunjung tinggi kejujuran dan tanggung jawab
sesuai dengan nilai Anti Korupsi.
Melakukan monitoring membantu untuk mewujudkan
pelayanan yang terdepan, professional, dan berkualitas sesuai visi
puskemas. Tenaga kesehatan yang mengerti cara cuci tangan sesuai
SOP membantu mewujudkan Misi ke 1 yaitu memberikan
pelayanan yang professional, misi ke 3, yaitu Mengembangkan
manajemen yang dapat dipertanggungjawabkan dan misi ke 5,
yaitu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Melakukan
monitoring terhadap tenaga kesehatan berhubungan dengan nilai –
nilai puskesmas yaitu Handal (Memberikan pelayanan oleh tenaga
profesional).

44
3.5 Jadwal Rencana Kegiatan
Kegiatan yang akan dilaksanakan selama tahap 2 Latsar CPNS off
campus di Puskesmas Sungailiat selama tanggal 22 Juli 2019 sampai
dengan 26 Agustus 2019 adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1. Jadwal Rencana Kegiatan


Minggu ke-
No. Kegiatan
Berkonsultasi kepada atasan tentang
1.
kegiatan yang akan dilakukan
Melakukan Tinjauan SOP cuci tangan
2.
dan pemakaian APD
Membuat pamflet dan poster yang
3. akan digunakan sebagai media
edukasi
Melakukan sosialisasi SOP cuci
4. tangan dan pemakaian APD terhadap
tenaga kesehatan
Melakukan kegiatan simulasi cuci
5. tangan untuk membiasakan pegawai
melakukannya
Bekerjasama dengan tenaga
kesehatan lain melakukan edukasi
6.
cuci tangan terhadap masyarakat
terutama pada pelayanan Poli DOTS
Melakukan monitoring dan evaluasi
7. terhadap pelaksanaan cuci tangan
dan pemakaian APD sesuai SOP

45
BAB IV
PENUTUP

4.1 Penutup
Rancangan aktualisasi ini berisi rencana kegiatan yang akan
dilakukan di Puskesmas Sungailiat yang dapat digunakan oleh
peserta pelatihan dasar Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan III
Angkatan 3 Kabupaten Bangka dalam mengaktualisasikan nilai-nilai
ANEKA, yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen
Mutu dan Anti Korupsi serda Kedudukan PNS dalam NKRI.
Rancangan aktualisasi ini diharapkan dapat meningkatkan
kinerja dan mutu peserta pelatihan dasar Calon Pegawai Negeri Sipil
Golongan III Angkatan 3 dalam menjalankan tugas dan fungsinya
sebagai Dokter Ahli Pertama serta diharapkan dapat mewujudkan
Visi dan Misi instansi dan dapat memperkuat nilai organisasi.
4.2 Saran
Dalam rangka mendukung pelaksanaan aktualisasi di
Puskesmas Sungailiat diharapkan coach dan mentor dapat
membimbing penulis secara optimal sehingga rancangan aktualisasi
dapat terlaksana dengan baik. Bagi instansi atau lokasi aktualisasi
sekiranya dapat membantu memfasilitasi dan mendukung kegiatan
penulis selama melakukan kegiatan aktualisasi. Dengan
mengaktualisasi nilai-nilai dasar ANEKA maka diharapkan PNS
dapat memahami dan mampu mengimplementasikannya pada
profesi masing-masing. Dengan nilai-nilai tersebut, seorang PNS
akan menjadi pelayan publik yang profesional dan memiliki integritas
dalam mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkualitas.

46
DAFTAR PUSTAKA

Berita Negara Republik Indonesia. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017 tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan. Jakarta: Sekretariat Negara.
Lembaga Administrasi Negara. 2015. Aktualisasi Nilai-Nilai Dasar Profesi
Pegawai Negeri Sipil. Modul Penyelenggaraan Perdana Pendidikan
dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil Prajabatan Golongan III.
Jakarta.
Lembaga Administrasi Negara. 2015. Akuntabilitas. Modul
Penyelenggaraan Perdana Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai
Negeri Sipil Prajabatan Golongan III. Jakarta.
Lembaga Administrasi Negara. 2015. Nasionalisme. Modul
Penyelenggaraan Perdana Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai
Negeri Sipil Prajabatan Golongan III. Jakarta.
Lembaga Administrasi Negara. 2015. Etika Publik. Modul
Penyelenggaraan Perdana Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai
Negeri Sipil Prajabatan Golongan III. Jakarta.
Lembaga Administrasi Negara. 2015. Komitmen Mutu. Modul
Penyelenggaraan Perdana Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai
Negeri Sipil Prajabatan Golongan III. Jakarta.
Lembaga Administrasi Negara. 2015. Anti Korupsi. Modul
Penyelenggaraan Perdana Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai
Negeri Sipil Prajabatan Golongan III. Jakarta.
Lembaga Administrasi Negara. 2015. Pelayanan Publik. Modul
Penyelenggaraan Perdana Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai
Negeri Sipil Prajabatan Golongan III. Jakarta.
Lembaga Administrasi Negara. 2015. Manajemen ASN. Modul
Penyelenggaraan Perdana Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai
Negeri Sipil Prajabatan Golongan III. Jakarta; Lembaga Administrasi
Negara.
Lembaga Administrasi Negara. 2015. Whole of Government. Modul
Penyelenggaraan Perdana Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai
Negeri Sipil Prajabatan Golongan III. Jakarta.

47

Anda mungkin juga menyukai