Anda di halaman 1dari 10

KERAJAAN SRIWIJAYA

Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Sejarah Indonesia
SMA Labschool Kebayoran

NADIRA AISHA YASMINE


SARAH AZKA ARIEF
X MIPA 2

Yayasan Pembina Universitas Negeri Jakarta


SMA LABSCHOOL KEBAYORAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdirinya kerajaan Sriwijaya dimulai pada abad ke-7 dimana Dapunta
Hyang mendirikan kerajaan ini. Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan
ini berasal dari abad ke-7; seorang pendeta Tiongkok dari Dinasti Tang, I
Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 dan tinggal
selama 6 bulan. Selanjutnya prasasti yang paling tua mengenai Sriwijaya
juga berada pada abad ke-7, yaitu prasasti Kedukan Bukit di Palembang,
bertarikh 682.
Sejauh ini kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan terbesar di
nusantara yang memiliki kekuasaan wilayah yang amat luas. Wilayahnya
meliputi tepian Sungai Musi di Sumatra Selatan sampai ke Selat Malaka
(merupakan jalur perdagangan India – Cina pada saat itu), Selat Sunda,
Selat Bangka, Jambi dan Semenanjung Malaka. Kerajaan ini menjadi
pusat perdagangan dan merupakan negara bahari, namun kerajaan ini tidak
memperluas kekuasaannya di luar wilayah kepulauan Asia Tenggara,
dengan pengecualian berkontribusi untuk populasi Madagaskar sejauh
3.300 mil di barat.

B. Masalah Penelitian
1. Bagaimana kehidupan politik di kerajaan Sriwijaya?
2. Bagaimana kehidupan budaya dan agama di kerajaan Sriwijaya?
3. Faktor apa yang membuat kerajaan Sriwijaya sukses?
4. Apa mata pencaharian utama kerajaan Sriwijaya?
5. Siapa raja-raja yang pernah memimpin kerajaan Sriwijaya?
6. Mengapa Sriwijaya berkembang sebagai kerajaan maritim?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kehidupan politik di kerajaan Sriwijaya
2. Untuk mengetahui kehidupan budaya dan agama di kerajaan
Sriwijaya
3. Untuk mengetahui faktor yang membuat kerajaan Sriwijaya sukses
4. Untuk mengetahui mata pencaharian utama kerajaan Sriwijaya
5. Untuk mengetahui raja-raja yang pernah memimpin kerajaan
Sriwijaya
6. Untuk mengetahui alasan kerajaan Sriwijaya berkembang sebagai
kerajaan maritim

D. Manfaat Penelitian
1. Untuk memenuhi tugas pada mata pelajaran Sejarah Indonesia
2. Untuk menambah wawasan para penulis sekaligus pembaca
makalah ini
3. Untuk menyebarluaskan ilmu dan mensosialisasikan kerajaan
Sriwijaya melalui makalah ini
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Definisi Kerajaan Sriwijaya


Kerajaan atau monarki berasal dari bahasa Yunani monos yang berarti
satu, dan archein yang berarti pemerintah. Kerajaan adalah negara yang
diperintah berdasarkan kemauan fisik seseorang, tanpa mengindahkan
bagaimana orang itu mendapatkan kekuasaannya, secara turun temurun,
dengan pemilihan atau melalui usurpasi.
Kerajaan dibedakan berdasarkan cara memperoleh kekuasaan itu, yaitu ke
dalam kerajaan turun temurun, kerajaan elektif atau kerajaan usurpasi.
Kerajaan dapat juga dibedakan berdasarkan cara pelaksanaan kekuasaan,
yaitu ke dalam kerajaan mutlak dan kerajaan konstitusional atau terbatas.
Sriwijaya berasal dari dua kata yakni ‘Sri’ dan ‘Wijaya’. Kata Sri berarti
bercahaya/gemilang dan Wijaya yang bermakna kemenangan. Jadi, Sriwijaya
mempunyai arti kemenangan yang gemilang.
Menurut geografis, Palembang adalah salah satu wilayah yang strategis,
apalagi adanya Sungai Musi yang menghubungkan dengan wilayah
pedalaman dari daerah Pulau Sumatra. Pulau yang letaknya tepat di depan
Sungai Musi sangat berfungsi sekali, dan fungsinya itu sangat berguna
sebagai tempat pelindung pelabuhan, shingga adanya kegiatan seperti ini
sangat tepat untuk dijadikan kegiatan pertahanan dan kegiatan pemerintahan.
Sampai sekarang pantai timur pulau Sumatera menjadi suatu tempat
persimpangan lalu lintas pelayaran Internasional.
Robohnya Kerajaan Funan di Negara Vietnam dikarenakan adanya
serangan dari Kamboja. Persoalan ini sangat memberikan sekali suatu
kesempatan bagi Kerajaan Sriwijaya sebagai negara maritim untuk
berkembang pesat.
Kerajaan Sriwijaya ini mempunyai berbagai macam kemampuan atau
keahlian, diantaranya kemampuan dalam kegiatan perdagangan atau kegiatan
pelayaran. Misalnya contoh seperti adanya beberapa sungai yang besar,
kondisi perairan didalam laut yang terbilang cukup tenang, dan masyarakat
yang memiliki bakat seperti pelaut ulung.

B. Sejarah Singkat Kerajaan Sriwijaya


1. Kehidupan Sosial
Dari berbagai sumber sejarah seperti diungkap sebelumnya, dapatlah
ditafsirkan bahwa kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Sriwijaya
mengalami dinamika yang tinggi. Ada saatnya ketika rakyat terlibat dalam
berbagai penaklukkan dan perluasan wilayah Sriwijaya. Kemudian, masa
ketika masyarakat menikmati suasana yang tenang. Terakhir, sebuah masa
ketika masyarakat Sriwijaya mengalami goncangan karena sejumlah
penyerangan yang dilakukan pesaing-pesaing Sriwijaya, baik yang berasal
dari Jawa maupun India. Dalam suasana yang stabil, Sriwijaya dan
masyarakatnya tampil menjadi pusat pengajaran Buddha di kawasan Asia
Tenggara. Tersebutlah nama-nama guru besar agama Buddha, seperti
Dharmapala dan Sakyakirti. Dari situ, jelaslah bagaimana gambaran
kehidupan sosial masyarakat Sriwijaya.

2. Kehidupan Ekonomi
Penguasaan Kerajaan Sriwijaya di urat nadi perhubungan pelayaran dan
perdagangan Asia Tenggara yaitu di Selat Malaka, mempunyai arti penting
bagi perekonomian kerajaan. Karena banyak kapal-kapal asing yang singgah
untuk menambah air minum, perbekalan makanan, istirahat, atau melakukan
aktivitas perdagangan. Karena bertambah ramainya kegiatan perdagangan di
Selat Malaka, Sriwijaya membangun ibukota baru di Semenanjung Malaka,
yaitu di Ligor yang dibuktikan dengan Parasasti Ligor (755 M). Pendirian
ibukota Ligor tersebut bukan berarti meninggalkan ibukota di Sumatera
Selatan, melainkan hanya untuk melakukan pengawasan lebih dekat terhadap
aktivitas perdagangan di Selat Malaka atau menghindari penyeberangan yang
dilakukan oleh para pedagang melalui Tanah Genting Kra.

Menurut catatan asing, bumi Sriwijaya menghasilkan cengkeh, kapulaga,


pala, lada, pinang, kayu gaharu, kayu cendana, kapur barus, gading, timah,
emas, perak, kayu hitam, kayu sapan, rempah-rempah dan penyu. Barang-
barang tersebut dijual atau dibarter dengan kain katu, sutera dan porselen
melalui relasi dagang dengan Cina, India, Arab dan Madagaskar.

3. Kehidupan Agama & Budaya


Sriwijaya yang merupakan kerajaan besar penganut agama Budha, serta
merupakan pusat agama Budha yang penting di Asia Tenggara dan Asia
Timur. Agama Budha yang berkembang di Kerajaan Sriwijaya adalah agama
Budha Mahayana. Menurut berita dari Tibet, seorang pendeta bernama Atica
datang dan tinggal di Sriwijaya (1011-1023 M) untuk belajar agama Budha
dari seorang guru bernama Dharmapala. Menurutnya, Sriwijaya merupakan
pusat agama Budha di luar India.

Peninggalan-peninggalan Kerajaan Sriwijaya banyak ditemukan di


daerah Palembang, Jambi, Riau, Malaysia, dan Thailand. Ini disebabkan
karena Sriwijaya merupakan kerajaan maritim yang selalu berpindah-pindah,
tidak menetap di satu tempat dalam kurun waktu yang lama. Prasasti dan situs
yang ditemukan di sekitar Palembang, yaitu Prasasti Boom Baru (abad ke7
M), Prasasti Kedukan Bukit (682 M), Prasasti Talangtuo (684 M), Prasasti
Telaga Batu ( abad ke-7 M), Situs Candi Angsoka, Situs Kolam Pinishi, dan
Situs Tanjung Rawa. Peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya lainnya yang
ditemukan di Jambi, Sumatera Selatan dan Bengkulu, yaitu Candi
Kotamahligai, Candi Kedaton, Candi Gedong I, Candi Gedong II, Candi
Gumpung, Candi Tinggi, Candi Kembar batu, Candi Astono dan Kolam
Telagorajo, Situs Muarojambi. Di Lampung, prasasti yang ditemukan adalah
Prasasti Palas Pasemah dan Prasasti Bungkuk (Jabung). Di Riau, ditemukan
Candi Muara Takus yang berbentuk stupa Budha.

4. Kehidupan Politik

Salah satu cara untuk memperluas pengaruh kerajaan adalah melakukan


perkawinan dengan kerajaan lain.  Hal ini dilakukan oleh penguasa Sriwijaya,
Dapunta Hyang pada tahun 664 M dengan Sobakancana, putri kedua raja
Kerajaan Tarumanegara.

Saat kerajaan Funan di Indo-China runtuh, Sriwijaya memperluas daerah


kekuasaannya hingga bagian barat Nusantara. Di wilayah utara, melalui
kekuatan armada lautnya, Sriwijaya mampu mengusai lalu lintas perdagangan
antara India dan Cina, serta menduduki Semenanjung Malaya. Kekuatan
armada terbesar Sriwijaya juga melakukan ekspansi wilayah hingga ke Pulau
Jawa, Brunei atau Borneo. Hingga pada abad ke-8, Kerajaan Sriwijaya telah
mampu menguasai seluruh jalur perdagangan di Asia Tenggara.

Raja merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam sistem


pemerintahan Kerajaan Sriwijaya. Ada tiga syarat utama untuk menjadi raja
Sriwijaya, yaitu :

1. Samraj, artinya berdaulat atas rakyatnya.


2. Indratvam, artinya memerintah seperti Dewa Indra yang selalu
memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya.
3. Ekachattra, artinya mampu memayungi (melindungi) seluruh rakyatnya.

5. Pemerintahan Raja-Raja di Kerajaan

Berikut daftar silsilah para Raja Kerajaan Sriwijaya :

1. Dapunta Hyang Sri Yayanaga (Prasasti Kedukan Bukit 683 M,


Prasasti Talangtuo 684 M)

Berita mengenai raja ini diketahui dari Prasasti Kedukan Bukit tahun
683 M dan Prasasti Talangtuo tahun 684 M. Pada masa
pemerintahannya, Raja Dapunta Hyang Sri Yayanaga telah berhasil
memperluas wilayah kekuasaannya sampai ke wilayah
Minangatamwan, Jambi. Sejak awal pemerintahannya, Raja Dapunta
Hyang telah mencita-citakan agar Kerajaan Sriwijaya menjadi
kerajaan maritim.

2. Cri Indrawarman (berita Cina, 724 M)


3. Rudrawikrama (berita Cina, 728 M)
4. Wishnu (Prasasti Ligor, 775 M)
5. Maharaja (berita Arab, 851 M)
6. Balaputradewa (Prasasti Nalanda, 860 M)
Pada masa pemerintahan Balaputradewa, Kerajaan Sriwijaya
mengalami masa kejayaannya. Pada awalnya, Raja Balaputradewa
adalah raja dari kerajaan Syailendra (Jawa Tengah). Ketika terjadi
perang saudara di Kerajaan Syailendra, antara Balaputradewa dan
Pramodhawarni (kakaknya) yang dibantu oleh Rakai Pikatan
(Dinasti Sanjaya), Balaputradewa mengalami kekalahan. Akibat
kekalahan itu, Raja Balaputradewa lari ke Sriwijaya. Di Kerajaan
Sriwijaya berkuasa Raja Dharma Setru (kakak dari ibu
Balaputradewa) yang tidak memiliki keturunan, sehingga kedatangan
Raja Balaputradewa disambut baik. Kemudian ia diangkat menjadi
raja.

7. Cri Udayadityawarman (berita Cina, 960 M)


8. Cri Udayaditya (Berita Cina, 962 M)
9. Cri Cudamaniwarmadewa (Berita Cina, 1003. Prasasti Leiden,
1044 M)
10. Maraviyatunggawarman (Prasasti Leiden, 1044 M)
11. Cri Sanggrama Wijayatunggawarman (Prasasti Chola, 1004 M)   

Pada masa pemerintahannya, Sriwijaya mengalami ancaman dari


Kerajaan Chola. Di bawah Raja Rajendra Chola, Kerajaan Chola
melakukan serangan dan berhasil merebut Kerajaan Sriwijaya.
Sanggrama Wijayatunggawarman berhasil ditawan. Namun, pada
masa pemerintahan Raja Kulottungga I di Kerajaan Chola, Raja
Sanggrama Wijayatunggawarman dibebaskan kembali.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat


Penelitian dilakukan dari Rabu, 24 Januari 2018 hingga Selasa, 30 Januari 2018.
Tempat para penulis mengerjakan makalah ini adalah SMA Labschool
Kebayoran, rumah Ajeng, dan melalui sosial media (Skype, LINE Video Call,
dsb.).

B. Metode Penelitian
Makalah ini menggunakan metode penelitian historis dengan lima
tahapan sebagai berikut:
1. Pemilihan Topik
2. Heuristik
3. Verifikasi
4. Interpretasi
5. Historiografi

C. Teknik Analisis Data


Metode yang digunakan untuk menanalisa data pada makalah ini
adalah teknik data kualitatif dan deskriptif-naratif. Teknik analisis data
kualitatif menggunakan berbagai teknik pengumpulan data (wawancara,
kuesioner, rekaman video/audio, data dari buku, data dari web) dan
dilakukan secara terus-menerus, sedangkan teknik analisis data melalui
pendekatan deskriptif-naratif merupakan pengolahan data yang melalui
tiga alur yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi.

D. Hipotesis
Penulis menduga bahwa kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan
terbesar dan tersukses di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai