Anda di halaman 1dari 1

Violleta Rambing

Permasalahan dan praktik-praktik pelaksanaan Pendidikan Kejuruan di Indonesia


Pendidikan menengah kejuruan di SMK terindikasi terdapat gejala yang konsisten
bahwa program pendidikan di SMK, tidak dapat memenuhi kebutuhan riil dunia usaha
dan industri. Program pendidikan bersifat “supply driven” karena jenis program studi,
materi pendidikan, cara mengajar, media belajar, evaluasi dan sertifikasi lebih
ditentukan oleh provider utama, yaitu Pemerintah bukan dari pihak perusahaan dan
industri selaku pengguna dari lulusan SMK.
Pendidikan kejuruan di sekolah telah menimbulkan permasalahan struktural yang
menjadikan kurangnya relevansi dengan lapangan kerja. Perkembangan program studi
bersifat konstan (constant) karena perangkat pendidikan dibentuk secara legal-formal,
yang dapat membatasi ruang kreativitas para pengelola program dan terkesan
“menghindari” perubahan. Sebaliknya dunia usaha terus berubah (variable), bahkan
teknologi baru-pun lebih dahulu masuk ke dunia usaha karena mengikuti tuntutan
pasar sedangkan pendidikan kejuruan di sekolah terhambat oleh pengadaan teknologi
baru dikarenakan sulitnya pengadaan alat untuk menunjang kompetensi siswa untuk
tetap mengikuti perubahan teknologi terbaru,
Penaganan khusus dalam mengembangkan pendidikan kejuruan agar dapat efektif dan
efisien dengan defenisi awal tujuan SMK antara lain yaitu menyiapkan peserta didiknya
untuk dapat bekerja pada bidang tertentu dengan cara mengambil langkah-langkah
strategis dalam mengantisipasi tingkat pengangguran, pemerintah menyiapkan
lapangan pekerjaan untuk mengantisipasi membludaknya pencari kerja yang berasal
dari lulusan sekolah mengah kejuruan.

Anda mungkin juga menyukai