Anda di halaman 1dari 8

MODUL SKILL LAB MANAJEMEN KEPERAWATAN

MENYUSUN RANCANGAN MUTU RUANG RAWAT

Ns. Gamya Tri Utami, M.Kep

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2019
INDIKATOR PENILAIAN MUTU ASUHAN KEPERAWATAN

Mutu asuhan kesehatan sebuah rumah sakit akan selalu terkait dengan struktur, proses, dan
outcome sistem pelayanan RS tersebut. Mutu asuhan pelayanan RS juga dapat dikaji dari tingkat
pemanfaatan sarana pelayanan oleh masyarakat, mutu pelayanan dan tingkat efisiensi RS. Secara
umum aspek penilaian meliputi evaluasi, dokumen,,instrument,audit (EDIA).
1. Aspek instruktur (input)
Struktur adalah semua input untuk system pelayanan sebuah RS yang meliputi MI (tenaga),
M2 (sarana prasarana) , M3 (metode asuhan keperawatan) , M4 (dana), M5 (pemasaran),dan
lainnya. Ada sebuah asumsi yang menyatakan bahwa jika struktur system RS tertata dengan
baik akan lebih menjamin mutu pelayanan. Kualitas struktur RS diukur dari tingkat
kewajaran,kuantitas,biaya(efisiensi), dan mutu dari masing-masing komponen struktur.
2. Proses
Proses adalah semua kegiatan dokter,perawat,dan tenaga profesi lain yang mengadakan
interaksi secara professional dengan pasien. Interaksi ini di ukur antara lain dalam bentuk
penilaian tentang penyakit pasien,penegakan diagnosis,rencana tindakan pengobatan ,indikasi
pengobatan,indikasi tindakan,penanganan penyakit,da prosedur pengobatan.
3. Outcome
Outcome adalah hasil akhir kegiatan dokter,perawat,dan tenaga profesi lain terhadap pasien.
a. Indicator-indikator mutu yang mengacu pada aspek pelayanan meliputi :
Angka infeksi nosokomial 1-2 %
Angka kematian kasar 3-4 %
Kematian pasca bedah 1-2%
Kematian ibu melahirkan 1-2%
Kematian bayi baru lahir 20/1000
Net Death Rate (NDR) 2,5%
Anesthesia Death Rate (ADR) maximal 1/5000
Post operation Death Rate (PODR)1%
Post Operative Infection Rate (POIR)1%
b. Indicator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efisiensi RS :
− Biaya per unit untuk biaya rawat jalan
− Jumlah penderita yang mengalami dekubitus
− Jumlah penderita yang jatuh dari tempat tidur
− Bed Occupancy Rate (BOR) 70-80%
− Bed turn Over (BTO) 5-45 hari atau 40-50 kali per satu tempat tidur/tahun
− Turn Over Interval (TOI)1-3 hari TT yang kosong
− Length of Stay (LOS) 7-10 hari (komplikasi,infeksi nosokomial,gawat darurat,tingkat
kontaminasi darah,tingkat kesalahan,dan kepuasan pasien)
− Normal tissue removal rate 10%
c. Indikator mutu yang berkaitan dengan kepuasan pasien dapat diukur dengan jumlah
keluhan dari pasien/keluarganya,surat pembaca di Koran,surat kaleng,surat masuk dikotak
saran,dan lainnya.
d. Indikator cakupan pelayanan sebuah RS terdiri atas :
− Jumlah dan presentase kunjungan rawat jalan/inap menurut jarak RS dengan asal
pasien.
− Jumlah pelayanan dan tindakan seperti jumlah tindakan pembedahannya dan jumlah
kunjungan SMF spesialis
− Untuk mengukur mutu pelayanan sebuah RS, angka-angka standar tersebut diatas
dibandingkan dengan standar indicator nasional.jika bukan standar
internasional,penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan hasil pencatatan mutu
tahun-tahun sebelumnya di RS yang sama,setelah dikembangkan kesepakatan pihak
manajemen /direksi RS yang bersangkutan dengan masing-masing SMF dan staf
lainnya yang terkait.
e. Indikator mutu yang mengacu pada keselamatan pasien:
− Pasien terjatuh dari tempat tidur/kamar mandi
− Pasien diberi obat salah
− Tidak ada obat/alat emergensi
− Tidak ada oksigen
− Tidak ada suction/penyedot lender
− Tidak tersedia alat pemadam kebakaran
− Pemakaian obat
− Pemakaian air,listrik,gas,dll

Indikator keselamatan pasien,sebagaimana dilaksanakan di Singapore General Hospital (SGH)


tahun 2006 meliputi :
− Pasien jatuh disebabkan kelalaian perawat,kondisi kesadaran pasien,beban kerja
perawat,model tempat tidur,tingkat perlukaan,dan keluhan keluarga
− Pasien melarikan diri atau pulang paksa,disebabkan kurangnya kepuasan pasien,tingkat
ekonomi pasien,respon perawat terhadap pasien dan peraturan RS.
− Clinical incident di antaranya jumlah pasien phlebitis,jumlah pasien ulkus dekubitus,jumlah
pasien pneumonia,jumlah pasien tromboli,dan jumlah pasien edema paru karena pemberian
cairan yang berlebih.
− Sharp injury ,meliputi bekas tusukan infuse yang berkali-kali,kurangnya keterampilan
perawat,dan complain pasien.
− Medication incident, meliputi 5 tidak tepat (jenis obat,dosis,pasien,cara,waktu)

Tabel. Standar Nasional Indikator Mutu Pelayanan


Standar Nasional
BOR 75-80%
ALOS 1-10 hari
TOI (Turn Over Internal) 1-3 hari
BTO (Bed Turn Over) 5-45 hari
NDR (Net Death Rate) < 2,5 %
GDR (Gross Death Rate) <3%
ADR (Anesthesia Death Rate) 1,15000
PODR (Post Operative Death Rate) <1%
POIR (Post Operative Infection Rate) <1%
NTRR (Normal Tissue Removal Rate) < 10%
MDR (Maternal Death Rate) < 0,25%
IDR (Infant Death Rate) < 2%
PENGHITUNGAN INDIKATOR MUTU RUANG RAWAT
A. Indikator Mutu Umum
1. BOR
Menurut Kemenkes RI (2011), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan
waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan
tempat tidur rumah sakit.
Standar internasional BOR dianggap baik adalah 80 –90 %. Nilai ideal untuk BOR
yang disarankan adalah 75% -85%. BOR dihitung dengan cara membandingkan jumlah
tempat tidur yang terpakai (O) dengan jumlah TT yang tersedia (A). Perbandingan ini
ditunjukkan dalam bentuk persentase (%).
Rumus dasar untuk menghitung BOR yaitu:

Keterangan:
Jumlah hari perawatan adalah jumlah total pasien dirawat dalam satu hari kali jumlah hari
dalam satu satuan waktu
Jumlah hari persatuan waktu, jika diukur persatu bulan maka jumlahnya hari, tergantung
jumlah hari dalam bulan tersebut

2. ALOS
ALOS menurut Kemenkes RI (2011) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator
ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran
mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu
pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai ALOS yang ideal antara 1-10 hari
Rumus penghitungan ALOS:

Keterangan:
Jumlah hari perawatan pasien keluar adalah jumlah hari perawatan pasien keluar hidup atau
mati dalam satu periode waktu.
Jumlah pasien keluar (hidup + mati) adalah jumlah pasien yang pulang atau meninggal
dalam satu periode tertentu.
Lama Dirawat = Lamanya 1 orang pasien dirawat setelah pasien tersebut keluar hidup
(pulang atas izin dokter, pulang paksa, melarikan diri dan dirujuk) atau meninggal.

3. TOI
TOI menurut Kemenkes RI (2011) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati
dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat
efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran
1-3 hari.
Rumus penghitungan TOI :

Keterangan:
Jumlah TT : jumlah total kapasitas tempat tidur yang dimiliki
Hari perawatan :jumlah total hari perawatan pasien yang keluar hidup dan mati
Jumlah pasien keluar (hidup + mati) adalah jumlah pasien yang dimutasikan keluar baik
pulang, lari atau meninggal

4. BTO
BTO menurut Kemenkes RI (2011) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu
periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam
satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai kali.
Rumus penghitungan BTO :

Keterangan:
Jumlah TT : jumlah total kapasitas tempat tidur yang dimiliki
Jumlah pasien keluar (hidup + mati) adalah jumlah pasien yang dimutasikan keluar baik
pulang, lari atau meninggal
5. NDR
NDR menurut Kemenkes RI (2011) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk
tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di
rumah sakit.
Rumus penghitungan NDR :

Keterangan:
Jumlah pasien meninggal > 48 jam dirawat
Jumlah pasien keluar (hidup + mati) adalah jumlah pasien yang dimutasikan keluar baik
pulang, lari atau meninggal

6. GDR (Gross Death Rate)


GDR menurut Kemenkes RI (2011) adalah angka kematian umum untuk setiap 1000
penderita keluar rumah sakit.
Rumus : Jumlah pasien mati seluruhnya x 100%
(jumlah pasien keluar (hidup + mati))

B. Indikator mutu khusus


1. Kejadian infeksi nosokomial
Angka infeksi nosokomial adalah jumlah pasien infeksi yang didapat atau muncul selama
dalam perawatan dirumah sakit.
2. Kejadian cedera
Angka cedera adalah jumlah pasien yang mengalami luka selama dalam perawatan yang
disebabkan karena tindakan jatuh, fiksasi dan lainnya. Indikator ini dapat menggambarkan
mutu pelayanan yang diberikan pada pasien. Idealnya tidak ada kasus pasien yang cedera
3. Kondisi pasien
a. Audit dokumentasi asuhan keparawat Audit dokumentasi keperawatan dilakukan pada
rekam medik yang pulang atau yang sedang dirawat lalu dibuat rekapitulasinya untuk
ruangan. Survey masalah pasien yang diambil dari pasien baru yang dirawat pada bulan
yang bersangkutan untuk menganalisa apakah ada masalah baru yang belum dibuat
standar asuhannya. Ketua tim akan memberi kontribusi data yang dibutuhkan oleh
kepala ruangan dalam menilai pencapaian kegiatan MPKP.
b. Survey masalah baru
Survey masalah keperawatan adalah survey dengan standar NANDA untuk pasien baru
opname yang dilakukan untuk satu periode waktu tertentu (satu bulan).
c. Kepuasan pasien dan keluarga
Kepuasan pelanggan adalah tingkat keadaan yang dirasakan seseorang yang
merupakan hasil dari membandingkan penampilan atau outcome produk yang
dirasakan dalam hubungannya dengan harapan seseorang. Survey kepuasan yang
dilakukan diruang MPKP adalah kepuasan pasien, keluarga, perawat dan tenaga
kesehatan lain.
d. Kondisi SDM
a. Kepuasan tenaga kesehatan (perawat dan dokter)
b. Penilaian kinerja perawat

Referensi:
Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kemenkes RI. 2011. Petunjuk Teknis Sistem
Informasi Rumah Sakit (SIRS).
Nursalam.2015. Manajemen keperawatan: aplikasi dalam praktik keperawatan professional.
Jakarta: Salemba Medika
Peraturan Menteri Kesehatan No.46 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai