NIM : 200821011
GEL/KEL : I/II
BAB I
PENDAHULUAN
Pencacah ionisasi yang paling sederhana adalah tabung Geiger-Muller atau Pencacah
Geiger, yang ditemukan pada tahun 1908 oleh Hans Geiger dan dimodifikasi oleh
Wilhelm Muller.Energi adalah satu yang dihasilkan bahan radioaktif. Energi
tersebutberasal dari radiasi yang dihasilkannya.Bahan – bahan radioaktif memiliki
koefisien waktu untuk meluruh atau mengalami pengurangan massa,yang berdampak
pada berkurangnya energi yang dihasilkan bahan radioaktif tersebut.Bahan-bahan
radioaktif senantiasa memancarkan sinar yang secara langsung tidak dapat teramati
secara kasat mata.Pancaran radiasinya tidak lain merupakan bagian dari spektrum
gelombang cahaya yang mana memiliki frekuensi yang tinggi namun panjang gelombang
sangat pendek. Panjang gelombang yang pendek inilah menyebabkan spektrum tersebut
sulit diamati secara langsung. Oleh sebab itu maka digunakan detektor dalam mengamati
keberadaannya.Untuk mengetahui apakah suatu bahan radioaktif masih memiliki energi
radiasi, maka digunakan suatu detektor radiasi nuklir. Beberapa detektor radiasi ada yang
hanya bisa mendeteksi keberadaan radiasi, tanpa mengetahui kadar yang dimilikinya.
Sedikitnya terdapat tiga jenis detektor dapat dikelompokkan,masing-masing mempunyai
kelebihan dan kekurangan yang cukup kontras.Pada tabung Geiger-Muller (GM)
memanfaatkan ionisasi sekunder sehingga setiap radiasi pengion yang datang
menghasilkan satu pulsa, dan tinggi pulsa tersebut tetap sama tinggi, tidak bergantung
besar kecilnya energi radiasi pengion.Daerah tegangan kerja tabung GM yang
menghasilkan keadaan itu disebut daerah plato.
1.2 Tujuan
BAB II
DASAR TEORI
yang berbeda, yang dikenal sebagai sinar alfa, beta, dan gamma. Cara sinar ini merespons
medan listrik atau magnet menunjukkan bahwa sinar alfa bermuatan positif, sinar beta
bermuatan negatif,dan sinar gamma tidak bermuatan.Sinar ini berasal dari inti berbagai
isotop. Pemeriksaan lebih dekat mengungkapkan sinar ini dibuat dalam salah satu dari dua
jenis "proses nuklir spontan, yang dikenal sebagai proses peluruhan radioaktif.(Hobson,1934)
Pada dasarnya ketiga macam jenis tabung (dotcktor) tersebut adalah sama, yaitu sama-
sama menggunakan medium gas atau campuran gas.Prinsip alatnya adalah suatu ruang
tertutup yang berisi gas dan diberi 2 buah elektroda-Dinding tabung (logara) dipakai sebagai
elektroda negatif (katoda) dan kswat yang terbentang didalam pada bergerak ke anoda lebih
cepat daripada gerak ion ke arah dinding tabung atau katoda. Kecepatan gerak itu sendiri
masih dipengaruhi oleh besarnya tegangan yang diberikan. Apabila tegangan V rendah maka
gerakan elektron dan ion akan lambat. Oleh karena geraknya lambat maka sebelum masing-
masing zarah sampai ke elektrod^-ele troda ada kexnungkinan antara elektron ion akan
bertemu dan berbung kembali.Peristiwa penggabungan ini disebut peristiwa urekombinasi".
Untuk menghindari timbulnya rokombinani tegangan rolatif harus besar, sehingga elektron
bisa sampai ke anoda dan ion bisa sampai ke katoda. Dengan sampainya elektron/ion ke
elektroda maka akan timbul pulsa arus yang besarnya sama dengan jumlah muatan pasangan
elektron dan ion yang terjadi akibat interaksi zarah radiasi dengan medium gas. Dengan
demikian besarnya pulsa akan sobanding dengan tenaga zarah radiasi. Jenis detektor yang
mornanfaatkan sifat ini disebut detektor (tabung) ionisasi.
Bila tegangan V dinaikkan lebih besar, maka elektron-elektron hasil ionisasi akan
bergerak lebih copat kearah anoda. Elektron tersebut disebut elektron primer dan dalam
geraknya kearah anoda elektron tersebut dapat menimbulkan ionisasi baru sehingga timbul
elektron-elektron lagi yang disebut elektron sekundor. Torjadinya elektron sekunder dapat
terus-monerus dimana setiap elektron primer dapat menimbulkan elektron sekunder banyak
sckali dan hal ini dinamakan peristiwa berondongan pelucutan elektron sekunder atau
peristiwa "avalans". Oleh karena jumlah elektron bertambah banyak maka timbunan muatan
pada eloktroda bertambah besar. VJalaupun demikian arus yang timbul masih sebanding
(proportional) dengan banyaknya elektron primer dari hasil ionisasi semula dan juga masih
sobanding dengan tenaga zarah radiasi yang masuk. Peristiwa pembentukan elektron
selcunder tersebut diatas dipakai sebagai dasar kerja detektor (tabung) proportional. Kalau
tegangan V dinaikkan lebih tinggi lagi, maka peristiwa avalans makin besar dan olektron
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
sekunder yang terbcntuk banyak sekali akibatnya anoda bisa disclubungi serta terlindung oleh
muatan negatif elektron sekunder, sehingga peristiwa ionisasi akan terhentis Karena gerak ion
positif kedinding tabung (katoda) lambat, maka ion-ion ini dapat membentuk semacam lapisar
pelindung positif pada permukaan dinding tabling. Keadaan yang demikian ini disobut cfek
muatan ruang atau "space charge effect" . Tegangan V yang menimbulkan efek muatan ruang
adalah tegangan maksimum yang membatasi terkumpulnya elektron-elektron pada anoda.
Penambahan tegangan V ini dengan ciaksud supaya terjadi pelepasan muatan (discharge) pada
anoda, sehingga detektor dapat bekerja normal kembali, Pelepasan rnuatan dapat tcrjadi
karena olektron mendapat tambahan tenaga kinetik akibat penambahan V. Bila tegangan V
terus dinaikkan, terjadinya pelucutan elektron sekunder akan makin banyak, Pada suatu
tegangan tertentu peristiwa avalans elektron sekunder tidak tergantung lagi oleh jenis zarah
radiasi yang datang maupun tenaga zarah radiasi torsebut» Sifat demikian ini pertama kali
diamati oleh Geiger, sehingga dotektor yang bekerja atas dasar penemuan ini disebut detektor
Geiger. Dalam perkembangan lebih lanjut alat tersebut disenpurnakan oleh Muller sehingga
secara lengkap disebut detektor Geiger-Muller atau tabung G.M. Kalau tegangan disebut lebih
tinggi lagi dari daerah tegangan Geiger-Muller, maka detektor bisa rusak karona susunan
molekul gas (campuran ga?) tidak pada perbandingan semula, atau terjadi suatu "Continous
discharge"0. Sebagai alternatif dari peluruhan gamma untuk beberapa kasus inti tereksitasi
dapat kembali dalam keadaan dasar dengan memberikan energi eksitasinya ke salah satu
elektron orbital di sekelilingnya. Kita dapat membayangkan proses yang dikenal sebagai
konversi internal ini sebagai sejenis efek fotolistrik di mana sebuah foton nuklir diserap oleh
elektron atomik; lebih cocok dengan eksperimen jika kita menganggap konversi internal
menyatakan transfer langsung energi eksitasi dari sebuah inti ke sebuah elektron. Elektron
yang terpancar memiliki energi kinetik sama dengan energi eksitasi nuklir yang hilang
dikurangi energi ikat elektron itu dalam sebuah atom. Pada tahun 1895 Roentgen mendeteksi
sinar X dengan fluorosensi yang ditimbulkannya dalam bahan tertentu. Ketika Henri
Becquerel mempelajari hal itu pada awal tahun 1896, ia mempersoalkan apakah proses
baliknya dapat terjadi yaitu dengan intensitas tinggi, cahayanya menstimulasi bahan fluoresen
untuk menghasilkan sinar X. Ia meletakkan garam uranium pada pelat fotografik yang
ditutupi kertas hitam, kemudian sistem ini disinari oleh cahaya matahari. Ia mendapatkan
bahwa pelat fotografi itu seperti berkabut sesudah dicuci. Selanjutnya Becquerel mencoba
mengulangi eksperimen itu tetapi awan menutupi matahar. (Peter Soedojo, 1999)
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
1. Tabung Geiger-Muller
Fungsi : Sebagai alat pendeteksi dan pengukur radiasi
2. Scaler dan Ratemeter
Fungsi : Untuk membaca hasil cacahan
3. Sr-90
Fungsi : Sebagai sumber radiasi
4. Tl-204
Fungsi : Sebagai sumber radiasi
5. Stopwatch
Fungsi : Sebagai alat untuk menghitung waktu
6. Kabel Coaxial
Fungsi : Sebagai penghubung tabung GM dengan Scaler
7. Rak GM
Fungsi : Sebagai tempat untuk meletakkan tabung GM dan sumber radiasi
8. Penjepit
Fungsi : Sebagai alat untuk mengambil sampel
a) Karakterisik Tabung GM
1. Siapkan semua peralatan yang digunakan dalam percobaan
2. Hubungkan tabung GM pada alat pencacah (ratemeter/scalar) dengan
menggunakan kabel coaxial
3. Hidupkan scalar
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
( Terlampir)
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
DAFTAR PUSTAKA