Anda di halaman 1dari 17

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Tinjauan Pustaka

4.1.1 DEFINISI

Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 140

mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Hipertensi sering menyebabkan

perubahan pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan semakin tingginya

tekanan darah (Arif Muttaqin, 2009).

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah dimana tekanan

sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada

populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik di atas 160

mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg.Sehingga dapat disimpulkan

bahwa hipertensi adalah meningkatnya tekanan sistolik sedikitnya 140 mmHg dan

diastolik sedikitnya 90 mmHg.(menurut bruner dan suddarth 2001)

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah dimana tekanan

sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Dan pada populasi

lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan

diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001)

Tekanan darah sama dengan atau diatas 160 / 95 mmHg dinyatakan

sebagai hipertensi. Menurut WHO ( 1978 ),


31

4.1.2 Klasifikasi Hipertensi

Menurut gangguan tekanan darah

a. Hipertensi sistoloik: peningkatan tekanan darah sistoliknya saja

b. Hipertensi diastolik: peningkatan tekanan darah diastoliknya saja

Menurut berat atau tingginya peningkatan tekanan darah

a. Hipertensi ringan

b. Hipertensi sedang

c. Hipertensi berat

Klasifikasi hipertensi menurut WHO

4.1.3 Etiologi

a. Faktor keturunan

b. Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat)

c. Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )

d. Kebiasaan hidup

e. Kegemukan

f. Stress

g. Merokok
32

4.1.4 Tanda dan gejala

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi

nyeri kepala dan kelelahan

4.1.5 Pemeriksaan

a. Pemeriksaan umum

b. Pemeriksaan laboratorium

4.1.6 Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini

bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan

keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.

Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak

ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,

neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut

saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya

noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor

seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh darah

terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive

terhadap norepinefrin . Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis

merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal

juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla

adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks

adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, ( Brunner & Suddarth, 2002 )
33

Sumber :

www.google.co.id/search?q=patofisiologi+hipertensi&biw=1388&bih=701&j
34

4.1.7 Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada hipertensi menurut Elizabeth J.

Corwin (2009), antara lain :

a. Stroke

b. Gagal ginjal

c. Ensefalopati (kerusakan otak)

d. Kejang

4.2 Macam-Macam Pemberian obat

4.2.1 Definisi obat

Obat adalah semua bahan tunggal/campuran yang dipergunakan oleh

semua makhluk untuk bagian dalam dan luar tubuh guna mencegah, meringankan,

dan menyembuhkan penyakit. Sedangkan, menurut undang-undang, pengertian

obat adalah suatu bahan atau campuran bahan untuk dipergunakan dalam

menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan

penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada

manusia atau hewan termasuk untuk memperelok tubuh atau bagian tubuh

manusia.

4.2.2 Macam-macam teknik pemberian obat

A.Pemberian obat dengan injeksi

Adalah cara pemberian obat tanpa melalui mulut (tanpa melalui saluran

pencernaan) tetapi langsung kepembuluh darah.

Keuntungan:

a. Efek timbul lebih cepat dan teratur.


35

b. Dapat diberikan pada penderita yang tidak kooperatif, tidak sadar,atau

muntah-muntah

c. Sangat berguna dalam keadaan darurat.

Kerugian:

a. Dibutuhkan kondisi steril.

b. Menimbulkan rasa nyeri

c. Tidak ekonomis.

d. Membutuhkan tenaga medis.

a. Pemberian secara intracutan (IC)

Prinsipnya yaitu memasukan obat kedalam jaringan kulit.

Intracutan biasanya digunakan untuk mengetahui sensitivitas tubuh

terhadap obat yang akan disuntikan agar menghindari dari efek alergi obat

(dengan skin test), menentukan diagnosa terhadap penyakit tertentu.

b. Injeksi intravena

Yaitu memasukan cairan obat langsung kedalam pembuluh darah vena,

waktu cepat sehingga obat langsung masuk kedalam sistem sirkulasi darah.

b. Injeksi subcutan (SC)

Pemberian obat secara subcutan adalah pemberian obat melalui suntikan

area bawah kulit yaitu pada jaringan konektif atau lemak bawah dermis.

Karena jaringan subcutan tidak dialiri darah ebanyak darah yang yang

mengaliri otot, absorpsi dijaringan subcutan sedikit kebih lambat dari pada

absorpsi pada injeksi intra muskular.

Pada injeksi subcutan ini injeksikan jarum dengan cepat dan mantap pada
36

sudut 45-90 derajat.

c. Intramuscular (IM)

Merupakan cara memasukan obat ke dalam jaringan otot. Pemberian

secara intramucular ini absorpsinya lebih cepat dari pada pemberian

subcutan karena pembuluh darah lebih banyak terdapat diotot.

Injeksi IM disuntikan kearah bawah pada sudut 90 derajat.

B. Pemberian obat secara subligual

Pemberian obat subligual adalah pemberian obat dengan cara meletakan

obat di bawah lidah habis diabsobsi ke dalam pembuluh darah.

Keuntungan:

Memperoleh aksi obat yang cepat di bandingkan secara oral.

Untuk mencegah kerusakan obat oleh hepar.

C. pemberian obat secara topikal

Pemberian obat secara lokal pada kulit atau pada membrane pada area

mata,hidung,lubang telinga,vagina dan rectum.

Keuntungan:

Memperoleh reaksi lokal obat.

D.Pemberian obat secara bukal

Memberikan obat dengan cara meletakan obat diantara gusi dengan

membran mukosa di antara pipi.

Memperoleh aksi kerja obat yang lebih cepat di bandingkan secara oral.

Menghindari kerusakan obat oleh hepar.


37

E. Intra vagina

Pemberian obat per vagina, merupakan cara memberikan obat dengan

memasukan obat melalui vagina, yang bertujuan mendapatkan efek terapi

obat dan mengobati saluran vagina atau serviks.

Keuntungan :

Memperoleh efek obat lokal maupun sistemik.

F. Suppositoria melalui rectal

Memberikan obat dengan memasukan obat melalui anus atau rectum

dalam bentuk suppositoria.

Keuntungan :

Memperoleh efek obat lokal maupun sistemik.

Melunakan feses sehingga mudah unuk di keluarkan.

Pemberian obat oral

Pemberian obat per oral adalah memberikan obat yang dimasukkan

melalui mulut.Memberikan obat oral adalah suatu tindakan untuk membantu

proses penyembuhan dengan cara memberikan obat-obatan melalui mulut sesuai

dengan program pengobatan dari dokter.Pemberian obat per oral merupakan cara

yang paling banyak dipakai karena ini merupakan cara yang paling mudah, murah,

aman, dan nyaman bagi pasien. Berbagai bentuk obat dapat di berikan secara oral

baik dalam bentuk tablet, sirup, kapsul atau puyer. Untuk membantu absorbsi ,

maka pemberian obat per oral dapat di sertai dengan pemberian setengah gelas air

atau cairan yang lain.


38

a. Keuntungan

Keuntungan Pemberian Obat Rute Oral diantaranya  cocok dan nyaman

bagi klien, Ekonomis, Dapat menimbulkan efek local atau sistemik, dan Jarang

membuat klien cemas

b. Kelemahan

Kelemahan dari pemberian obat per oral adalah pada aksinya yang lambat

sehingga cara ini tidak dapat di pakai pada keadaan gawat. Obat yang di berikan

per oral biasanya membutuhkan waktu 30 sampai dengan 45 menit sebelum di

absorbsi dan efek puncaknya di capai setelah 1 sampai dengan 1 ½ jam. Rasa dan

bau obat yang tida enak sering mengganggu pasien. Cara per oral tidak dapat di

pakai pada pasien yang mengalami mual-mual, muntah,pasien yang akan

menjalani pangisapan cairan lambung serta pada pasien yang mempunyai

gangguan menelan.Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan iritasi lambung dan

menyebabkan muntah (mislanya garam besi dan Salisilat). Untuk mencegah hal

ini, obat di persiapkan dalam bentuk kapsul yang diharapkan tetap utuh dalam

suasana asam di lambung, tetapi menjadi hancur pada suasana netral atau basa di

usus. Dalam memberikan obat jenis ini, bungkus kapsul tidak boleh di buka, obat

tidak boleh dikunyah dan pasien di beritahu untuk tidak minum antasaid atau susu

sekurang-kurangnya satu jam setelah minum obat.Apabila obat dikemas dalam

bentuk sirup, maka pemberian harus di lakukan dengan cara yang paling nyaman

khususnya untuk obat yang pahit atau rasanya tidak enak. Pasien dapat di beri

minuman dingin (es) sebelum minum sirup tersebut. Sesudah minum sirup pasien

dapat di beri minum, pencuci mulut atau kembang gula.


39

c. Tujuan Pemberian obat oral

1. Untuk memudahkan dalam pemberian

2. Proses reabsorbsi lebih lambat sehingga bila timbul efek samping dari obat

tersebut dapat   segera diatasi

3. Menghindari pemberian obat yang menyebabkan nyeri

4. Menghindari pemberian obat yang menyebabkan kerusakan kulit dan

jaringan

5. Pasien mendapatkan pengobatan sesuai program pengobatan dokter.

6. Memperlancar proses pengobatan.

Indikasi

1. Pada pasien yang tidak membutuhkan absorbsi obat secara cepat.

2. Pada pasien yang tidak mengalami gangguan pencernaan.

e. Kontraindikasi

Pasien dengan gangguan pada system pecernaan, seperti kanker orall,

gangguan menelan, dsb.

f. Metode pemberian obat per oral

1. Persiapan alat

1. Baki berisi obat

2. Kartu atau buku berisi rencana pengobatan

3. Pemotong obat (bila diperlukan)

4. Martil dan lumpang penggerus (bila diperlukan)

5. Gelas pengukur (bila diperlukan)


40

6. Gelas dan air minum

7. Sedotan

8. Sendok

9. Pipet

2. Prosedur kerja

1. Siapkan peralatan dan cuci tangan.

2. Kaji kemampuan klien untuk dapat minum obat per oral (menelan, mual,

muntah, adanya  program tahan       makan atau minum, akan dilakukan

pengisapan lambung dll)

3. Periksa kembali perintah pengobatan (nama klien, nama dan dosis obat,

waktu dan cara pemberian)periksa tanggal kedaluarsa obat, bila ada

kerugian pada perintah pengobatan laporkan pada perawat/bidan yang

berwenang atau dokter yang meminta.

4. Ambil obat sesuai yang diperlukan (baca perintah pengobatan dan ambil

obat yang diperlukan)

5. Siapkan obat-obatan yang akan diberikan. Siapkan jumlah obat yang

sesuai dengan dosis yang diperlukan tanpa mengkontaminasi obat

(gunakan tehnik aseptik untuk menjaga kebersihan obat)

6. Catat obat yang telah diberikan meliputi nama dan dosis obat, setiap

keluhan, dan tanda tangan pelaksana. Jika obat tidak dapat masuk atau

dimuntahkan, catat secara jelas alasannya.

7. Kembalikan peralatan yang dipakai dengan tepat dan benar, buang alat-

alat disposibel kemudian cuci tangan.dan evaluasi efek obat


41

4.3 PENGKAJIAN

DATA DEMOGRAFI

a. Biodata

Nama : Ny.R

Umum : 59 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : IRT (Ibu Rumah Tangga)

Bahasa yang digunakan: Bahasa Indonesia (lampung)

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Batang hari,Nuban

Suku : Lampung

Status pernikahan : Menikah

Diagnose medis : Hipertensi

No. medical record : 4268

Tanggal masuk : 8 maret 2017

Tanggal pengkajian : 9 maret 2017

Terapi medic :Cefotaxime 2x1 (vial/12 jam)

:Ondansentron 3x1 (ampul/8jam)

:Ranitidin 2x1 (1 ampul/12 jam)

:Amodipin oral 10 mg 1x1


42

b. Penanggung jawab

Nama : Tn.H

Usia : 60 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Pekerjaan : Tani

Hubungan :suami

4.3.1 KELUHAN UTAMA

Nyeri kepala

4.3.2 RIWAYAT KESEHATAN

a. Riwayat kesehatan sekarang :

Pada saat pengkajian , pasien datang ke RSI METRO pada tanggal 8 maret

2017, Hari Rabu, jam 00.15 pasien mengeluhkan kepala pusing,sakit, lemas

dan mual.

b. Riwayat penyakit dahulu :

Klien mengatakan memiliki riwayat Hipertensi.Klien tidak mempunyai

pengobatan khusus.Klien tidak mempunyai alergi obat tidak pernah

mengalami kecelakaan, sebelumnya klien tidak pernah mengalami operasi

dan perawatan di rumah sakit.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga


43

GENOGRAM

Ny.R

; LAKI-LAKI

: PEREMPUAN

: MENINGGAL DUNIA
X
NY.R : PASIEN

: PENUNJUK

4.3.3 PEMERIKSAN UMUM

Tekanan darah :140/100 mmHg

Nadi :80 x/menit

Pernapasan :20 x/meniT

Suhu :37,1 oc
44

4.3.4 PEMERIKSAN PENUNJANG

HASIL NORMAL

Hemoglobin:13.0 gr % 11.8-16.5

Leukosit:8.600 ribu/UL 5.000-10.000

Trombosit:259.000 ribu/UL 150-450

Eritosit:5.21 juta/UL 4.2-5.5

Hemotokrit:42.2 % 40.95-54

MCV:81.1 FL 80-92

MCH:26.0 PG 27-31

MCHC:20.8 g/dl 32-36

RDW:14.2 % 12.9-15.25

MPF:8.7 FL 7.28-9.03

Glukosa sewaktu:95 mg/dl 80-109

TABEL 2:Hasil pemeriksaan laboratorium


45

4.3.5 HASIL DARI TINDAKAN

Setelah penulis melakukan tindakan pemberian obat oral untuk mengontrol

tekanan darah dan terapi obat lain nya teryata terdapat beberapa perubahan pada

pasien dari tindakan tersebut seperti kepala pusing sedikit berkurang, rasa lemas

dan mual berkurang, keadaan terus membaik, pasien terlihat lebih tenang, hal

tersebut menandakan bahwa tindakan yang penulis lakukan memiliki hasil baik

Hasil dari TTV setiap hari Ny.R

Tanggal 9 maret 2017

Tekanan Darah : 150/100 mmhg Renspirasi : 25 x menit

Nadi : 80 x menit Suhu : 37 c

Tanggal 10 maret 2017

Tekanan Darah :140/90 mmhg Renspirasi : 22 x menit

Nadi : 82 x menit Suhu : 36,3 c

Tanggal 11 maret 2017

Tekanan Darah :140/80 mmhg Renspirasi : 18 x menit

Nadi : 72 x menit Suhu : 36,2 c


46

Tanggal 12 maret 2017

Tekanan Darah :120/70 mmhg Renspirasi : 20 x menit

Nadi :70 x menit Suhu :36,9 c

Anda mungkin juga menyukai