MINI PROPOSAL
Oleh:
Luthfi Syafiq Andrian
1801070
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang menjadi acuan adalah:
1. Apakah terdapat pengaruh personal hygiene terhadap kejadian tinea kruris
pada santri putra Pondok Pesantren Misbahul Munir As-suhaili?
2. Seberapa besar pengaruh personal hygiene terhadap kejadian tinea kruris
pada santri putra Pondok Pesantren Misbahul Munir As-suhaili?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum yang diharapkan adalah untuk mengetahui pengaruh
personal hygiene terhadap kejadian tinea kruris pada santri putra Pondok
pesantren Misbahul Munir As-suhaili.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Mengetahui faktor penyebab kejadian tinea kruris di PP. Misbahul
Munir As-suhaili.
b) Mengetahui pengaruh personal hygiene terhadap kejadian tinea kruris
di PP. Misbahul Munir As-suhaili.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Santri dan Masyarakat
Dapat dijadikan acuan dan pembelajaran yang selanjutnya dapat
diimplementasikan pada kehidupan sehari-hari untuk meningkatkan
derajat kesehatan, terutama pada kejadian tinea kruris.
2. Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan dan menerapkan ilmu yang telah diperoleh
dalam pembelajaran kelas, serta untuk meningkatkan kopetensi sesuai
dengan bidang ilmu keperawatan.
3. Bagi Institusi
Sebagai referensi dan tambahan kepustakaan Universitas Aisyah
Pringsewu khususnya tentang pengaruh personal hygiene terhadap
kejadian tinea kruris.
A. Tinjauan Teoritis
1. Personal Hygiene
a) Definisi
Hygiene adalah usaha untuk memelihara dan mempertinggi
derajat kesehatan, atau ilmu yang mempelajari cara-cara yang berguna
bagi kesehatan (Jerusalem, 2010: 37). Personal hygiene berasal dari
bahasa Yunani, Personal adalah perorangan, sedangkan hygiene
adalah sehat. Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan
baik fisik maupun psikis (Isro’in, 2012: 2).
Personal hygiene atau kebersihan diri merupakan perawatan diri
sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan baik secara
fisik maupun psikologis (Hidayat, 2008: 84).
2) Eflorsen Skunder
Ketombe (squama).
Crusta, terbentuk akibat mengeringnya eksudar, nanah, darah.
Erosion, kerusakan kulit permukaan yang ada dalam
epidermis.
Ulcus, disebabkan oleh hilangnya komponen kulit pada
bagian yang lebih dalam, epidermis, dan kelengkapannya
juga rusak.
Likenifikasi, penebalan kulit sehingga garis lipatan tampak
lebih jelas.
Ekskoriasi, kerusakan kulit sampai ujung stratum papilaris
sehingga kulit tampak merah disertai bintik-bintik
perdarahan. Ditemukan pada dermatitis kontak dan ektima.
Keloid, hipertrofi yang pertumbuhannya melampaui batas.
Rhagade, kerusakan kulit dalam bentuk celah misalnya pada
telapak tangan, ujung bibir, atau diantara jari kaki.
Hiperpigmentasi, penimbunan pigmen berlebihan sehingga
kulit tampak lebih hitam dari sekitarnya.
Hipopigmentasi, kelainan yang menyebabkan kulit menjadi
lebih putih dari sekitarnya.
Atrofi, terjadi pengecilan semua lapisan kulit, rambut tidak
ada, kulit berkerut dan mudah diangkat dari lapisan di
bawahnya.
Abses, kantong berisi nanah di dalam jaringan.
f) Pengobatan Topikal
Pengobatan topikal adalah pemberian obat secara lokal pada kulit
atau pada membran pada area mata, hidung, lubang telinga, dan
sebagainya. Kegunaan dan khasiat pengobatan topikal dari pengaruh
fisik dan kimiawi obat-obatan yang diaplikasikan di atas kulit yang
sakit. Pengaruh fisik diantaranya mengeringkan, membasahi,
melembutkan, mendinginkan, melindungi dari pengaruh buruk dari
luar, serta menghilangkan rasa gatal dan panas (Hatami, 2013: 2).
Terapi topikal juga dapat menghindari risiko dari
ketidaknyamanan seperti pada terapi yang diberikan secara intravena,
serta berbagai hal yang mempengaruhi penyerapan obat pada terapi
peroral, misalnya perubahan pH, aktivitas enzim, dan pengosongan
lambung. Meskipun demikian, pengobatan topikal juga memiliki
kelemahan, diantaranya dapat menimbulkan iritasi dan alergi
(dermatitis kontak), permeabilitas beberapa obat melalui kulit yang
relative rendah sehingga tidak semua obat dapat diberikan secara
topikal, dan terjadinya denaturasi obat oleh enzim pada kulit (Asmara,
2012: 26). Efektivitas terapeutik obat topikal bergantung dari potensi
bahan aktif yang dibawa oleh bahan dasar (vehikulum) yang mampu
berpenetrasi menembus lapisan kulit. Vehikulum diantaranya cairan,
bedak, dan salap. Cairan merupakan disolusi antara dua substansi atau
lebih menjadi satu larutan homogen yang bening. Cairan selain
sebagai obat oles dapat dipakai sebagai kompres atau perendam.
Bedak bersifat menyerap cairan, mendinginkan dan mengurangi
gesekan. Sedangkan salap adalah sediaan semisolid yang mudah
menyebar, bersifat proteksi, hidrasi dan lubrikasi. Salap dengan dasar
hidrokarbon tidak mampu menyerap air, bersifat lengket, berpenetrasi
sangat baik, dapat mengatasi dermatosis tebal (Sjamsoe, 2005: 7).
B. Penelitian Terkait
1. Penelitian (Rahayu Maryani Kusnin, 2015) dengan judul “Hubungan
Antara Personal Hygiene Dan Pemakaian Alat Pelindung Diri Dengan
Kejadian Penyakit Kulit Pada Pemulung Di Tpa Tanjung Rejo Kecamatan
Jekulo Kabupaten Kudus”. Didapatkan hasil bahwa variabel yang
berhubungan dengan kejadian penyakit kulit yaitu: kebersihan tangan, kaki
dan kuku (p value=0,004), kebersihan kulit (p value=0,0001), pemakaian
alat pelindung pakaian panjang (p value=0,012), dan pemakaian alat
pelindung sepatu boot (p value=0,002). Sedangkan variabel kebersihan
rambut dan kulit kepala (p value=0,457), pemakaian alat pelindung topi (p
value=0,128), dan pemakaian alat pelindung sarung tangan karet (p
value=1,000) tidak berhubungan dengan kejadian penyakit kulit.
2. Penelitian (Ria Kartika Fatmawati, 2012) dengan judul “Hubungan Persepsi
Perilaku Kebersihan Diri Dengan Kejadian Tinea Kruris Pada Anak
Jalanan Di Yogyakarta”. Didapatkan hasil persepsi kebersihan diri anak jalanan
di Yogyakarta sebagian besar berada dalam kategori kurang (40.0%) dan
sebagian besar (66,7%) mengalami kejadian tinea cruris. Hasil uji korelasi Chi
Square antara persepsi kebersihan diri dengan kejadian tinea kruris pada anak
jalanan dapat diketahui sebesar 14.738 dengan nilai signifikan (p) yang diperoleh
adalah 0.001 (p<0,05).
3. Penelitian (Diaz ananta putra, 2014) dengan judul “Pengaruh Higiene
Sanitasi Dengan Kejadian Tineakruris Pada Santri Laki-Laki Di Pesantren
Rhoudlotul Quran Kauman Semarang”. Didapatkan hasil 28 santri (82,4%)
memiliki praktik hygiene sanitasi yang buruk dan 6 santri (17,6%)
memiliki higiene sanitasi yang baik. Dari 34 santri di temukan 24 santri
(70,6%) yang menderita tinea kruris. Dengan ujia chi square didapatkan
nilai –p sebesar 0,005 ( p < 0,05 ) maka secara statistik terdapat pengaruh
yang signifikan antara praktik higiene sanitasi dengan kejadian tinea
kruris. Hasil perhitungan Prevalence Ratio (PR) di peroleh nilai 4,9 yang
berarti bahwa santri yang hygiene sanitasinya buruk mempunyai resiko 4,9
kali untuk menderita tinea kruris dibanding dengan santri yang praktik
higiene sanitasinya baik.
C. Kerangka Teori
Kerangka teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis
tentang teori dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang
diteliti (Sugiyono, 2016).
Personal Hygiene
Penyakit Kulit
1. Kebersihan
rambut dan kulit
1. Definisi kepala
2. Jenis-jenis Kejadian Tinea
2. Kebersihan
3. Faktor resiko tangan, kaki, dan Kruris
4. Tanda dan gejala kuku
5. Pengobatan 3. Kebersihan kulit
Topikal 4. Kebersihan
Pakaian
D. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep
yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan
dilakukan (Notoatmodjo Soekidjo, 2005: 69).
VARIABEL BEBAS
Personal hygiene
1. Kebersihan rambut VARIABEL TERIKAT
dan kulit kepala Kejadian Tinea Kruris
2. Kebersihan tangan,
kaki, dan kuku
3. Kebersihan kulit
E. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah adanya pengaruh personal
hygiene terhadap kejadian tinea kruris pada santri putra Pondok Pesantren
Misbahul Munir As-suhaili.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis kegiatan
penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan terstruktur
dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitian, sampel data,
sumber data, maupun metodeloginya (mulai pengumpulan data hingga
analisis data). (Nursalam,2013).
C. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian eksperimental. Metode penelitian eksperimental merupakan suatu
penelitian dimana peneliti mempunyai otoritas untuk memanipulasi berbagai
tingkat variabel tertentu. Suatu penelitian dimana peneliti mempunyai otoritas
untuk mengalokasi subjek kedalam kelompok-kelompok tertentu secara acak.
Desain penelitian ini adalah One Group Pretest-Posttest Design.
Dimana sampel akan dijadikan satu grup untuk dilakukan pengisian kuesioner
sebelum dan setelah pemberian intervensi tentang personal hygiene. Yang
kemudian akan diteliti adakah pengaruh terhadap kejadian tinea kruris atau
tidak.
D. Subjek Penelitian
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2011;18) populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas, objek/subjek yang mempunyai kuantitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi adalah sejumlah besar
subjek yang mempunyai karakteristik tertentu (manusia, hewan, data lab,
dll). Populasi target (ranah/domain) adalah gambaran populasi umum.
Dalam penelitian klinis dibatasi oleh karakteristik klinis/kondisi subjek
terpilih, demografi/subjek. Populasi terjangkau adalah bagian dari
populasi target yang bisa dijangkau peneliti yang dibatasi tempat dan
waktu. Populasi peneliti ini adalah seluruh santri putra Pondok Pesantren
Misbahul Munir As-suhaili.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut, ataupun bagian kecil dari anggota
populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat
mewakili populasinya. Sampel terpilih adalah bagian dari populasi
terjangkau yang direncanakan untuk diteliti langsung yang memenuhi
kriteria pemilihan. Sampel yang teliti adalah subjek yang benar
mengikuti penelitian sampai selesai (subjek terpilih dikurangi DO). Lebih
murah, mudah, cepat, akurat, mewakili populasi, lebih spesifik. Besarnya
sampel dalam penelitian ini ditetapkan dengan rumus Slovin (1960) :
n= N
1+Ne2
Keterangan :
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan
pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan,
misalnya 2%.
yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep
F. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah batasan pada variabel yang diamati atau
diteliti untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap
variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrument (Sugiyono,
2012).
Definisi operasional bermanfaat untuk mengarahkan kepada
pengukuran atau pengamatan terhadap variable-variabel yang bersangkutan
serta pengembangan instrument atau alat ukur. Adapun definisi operasional
pada penelitian ini akan dipaparkan pada tabel berikut:
1. Persoal hygiene
Menjawab 6-7 = Baik
Menjawab 0-5 = Kurang baik
2. Kebiasaan makanan
Menjawab 1-3 = Ada tinea kruris
Menjawab 0 = Tidak ada tinea kruris
H. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Penelitian
4. Uji Reliabilitas
2. Pengumpulan data
Cara kerja penelitian meliputi :
1) Tahap persiapan
a. Mengurus surat izin penelitian ke dosen bagian administrasi
Universitas Aisyah Pringsewu dengan menyerahkan judul
skripsi yang sudah disetujui pembimbing
b. Menyerahkan surat izin untuk prasurvey kelokasi penelitian
c. Konsultasi penyusunan proposal dengan pembimbing mulai
dari pendahuluan sampai dengan metode penelitian
d. Mempersiapkan usulan proposal
e. Mempersiapkan usulan proposal melalui seminar
f. Perbaikan usulan proposal penelitian
g. Peneliti mengurus surat izin penelitian yang dibuat oleh
institusi pendidikan guna mendapat surat izin dilakukannya
penelitian.
2) Tahap pelaksanaan / proses pengumpulan data
a. Menyerahkan surat izin dan menetapkan tanggal penelitian
di lokasi penelitian
b. Melaksanakan pengambilan data setiap hari kerja pada saat
responden melakukan pemeriksaan deteksi dini hepatitis B
di puskesmas.
c. Data diambil secara langsung oleh peneliti terhadap
responden.
d. Peneliti memberikan penjelasan secara lengkap sebagai
acuan pewawancara dalam melakukan wawancara
K. Analisa Data
1. Analisa univariat
Analisa data ini untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing –
masing variable (variable dependen dan independent). Analisis ini
dilakukan pada seluruh variable penelitian sehingga karakteristik setiap
variable dapat diketahui dan memudahkan dalam melakukan analisis
bivariate. Hasil analisis univariat disajikan dalam bentuk table distribusi
frekuensi dengan menggunakan rumus : (Notoadmojo, 2012)
F
P = x K
N
Keterangan :
P : Persentase
F : Jumlahdata yang didapat
n : Jumlah sampel
K : Konstanta (100%)
2. Analisa bivariate
Analisa bivariat adalah tekhnik analisa yang dilakukan terhadap dua
menggunakan tabulasi silang dan uji statistik Chi Square. Analisis ini