Anda di halaman 1dari 4

JURNAL KESEHATAN : STIKES PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI - VOL. 10 NO.

01 (2019) 37-40

Available online at : http://ejurnal.stikesprimanusantara.ac.id/

JURNAL KESEHATAN
STIKes Prima Nusantara Bukittinggi
| ISSN (Print) 2085-7098 | ISSN (Online) 2657-1366 |

Artikel Penelitian

FAKTOR PENYEBAB KEJADIAN ISPA


Yuhendri Putra 1, Sekar Sri Wulandari 2
1
Program Studi S-1 Kesehatan Masyarakat STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Indonesia
2
Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Indonesia

INFORMASI ARTIKEL A B S T R A K

1 dari 4 anak mengalami ISPA di indonesia pada tahun 2016, di Kab. Lima Puluh
Received: May, 01, 2019 kota14,38%, di Puskesmas Rimbo Data ISPA 369 kasus. Di Puskesmas Rimbo Data kasus ISPA
Revised: May, 17, 2019 banyak diderita oleh orang dewasa karena beberapa faktor pencetus, salah satunya wilayah ini
Available online: May, 27, 2019 berada di sekitar jalan raya Sumbar-Riau dan sering terjadi polusi udara dan sanitasi lingkungan
yang kurang memadai.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Hubungan Faktor Penyebab
ISPA dengan Tingkat kejadian ISPA pada penderita ISPA. Jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel didapatkan
KATA KUNCI sebanyak 79.Data dianalisis menggunakan uji chi square (CI 95%, 0.05). Hasil analisis
menyatakan Analisis bivariat hubungan antara sanitasi lingkung dan kejadian ISPA
Sanitasi Lingkungan, Polusi Udara, Kejadian ISPA menunjukkan adanya (p value 0.007) (p<0.05) dan hubungan antara polusi udara dengan
kejadian ISPA (p value 0.018). Diharapkan kepada petugas kesehatan di Puskesmas Rimbo
Environment Sanitation, Air Pollution, Acute Data untuk dapat mendorong dan membina masyarakat untuk lebih menjaga kesehatan
Respiratory Infection lingkungan sehingga memperkecil resiko terjadinya ISPA.

1 of 4 children in indonesia has Acute respiratory infections (ARIs), in Lima Puluh


KORESPONDENSI Kota Regency were 14.38%, in Rimbo Health Center, the was 369 Acute respiratory
infections (ARIs) cases. At the Rimbo Health Center ARIs cases are mostly suffered by adults
Phone: +62 8126703191 due to several precipitating factors, one of the factor is the vicinity of the West Sumatra-Riau
highway and often inadequate air pollution and environmental sanitation. The purpose of this
E-mail: yuhendriputra@gmail.com study was to determine the relationship between the causal factors of ARIs and the incidence of
it in patients with. This was quantitative research with cross sectional approach. The results of
Bivariate analysis of the relationship between environmental sanitation and the incidence of
ARIs showed (p value 0.007) (p <0.05) and the relationship between air pollution and the
incidence of ARIs (p value 0.018). Based on the above results it was concluded that It is expected
that health workers at Rimbo Data Health Center can encourage and foster the community to
better protect the health of the surrounding environment and invite the community to improve
the environment with existing facilities so as to minimize the risk of ARIs

Menurut WHO (World Health Organization), bahwa


PENDAHULUAN ± 13 juta anak balita di dunia meninggal setiap tahun dan
sebagian besar kematian tersebut terdapat di Negara
ISPA adalah radang akut saluran pernapasan atas berkembang di Asia dan Afrika seperti: India (48%),
maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik Indonesia (38%), Ethiopia (4,4%), Pakistan (4,3%), China
atau bakteri, virus, tanpa atau disertai parenkim paru. ISPA (3,5%), Sudan (1,5%), dan Nepal (0,3%). Dimana ISPA
merupakan suatu kelompok penyakit sebagai penyebab merupakan salah satu penyebab utama kematian dengan
angka absensi tertinggi bila dibandingkan dengan membunuh ± 4 juta dari _ 13 juta anak balita setiap tahun.
kelompok penyakit lain. Penyakit ISPA sering terjadi pada Ketua Unit Kerja Koordinasi Repiratory Ikatan Dokter
anak-anak, hal tersebut diketahui dari hasil pengamatan Anak Indonesia (IDAI) Nastiti Kaswandani menambahkan
epidemiologi bahwa angka kesakitan di kota cenderung pada tahun 2016 WHO melaporkan hamper enam juta anak
lebih lebih besar dari pada didesa. Hal tersebut mungkin balita meninggal dunia dan 16 persen dari jumlah tersebut
disebabkan oleh tingkat kepadatan tempat tinggal dan disebabkan oleh ISPA.
pencemaran lingkungan di kota yang lebih tinggi dari pada
didesa (Masriadi, 2014).
Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International
YUHENDRI PUTRA / JURNAL KESEHATAN : STIKES PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI - VOL. 10 NO. 01 (2019)

Hal yang serupa juga terjadi di Indonesia. Kejadian ISPA Jumlah Persentase
Berdasarkan prevalensi ISPA tahun 2016 di Indonesia Ringan 23 29,1
telah mencapai 25% dengan rentang kejadian yaitu sekitar Sedang 37 46,8
17,5 % - 41,4 % dengan 16 provinsi diantaranya Berat 19 24,1
mempunyai prevalensi di atas angka nasional. Selain itu Total 79 100
ISPA juga sering berada pada daftar 10 penyakit terbanyak
di rumah sakit. Survei mortalitas yang dilakukan oleh Dari 79 responden didapatkan hasil bahwa kejadian
Subdit ISPA tahun 2016 menempatkan ISPA sebagai ISPA Sedang Lebih banyak 37 (46.8%) dibandingkan
penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia dengan dengan ISPA ringan sebanyak 23 (29.1%) dan ISPA berat
persentase 32,10% dari seluruh kematian balita).
19 (24,1%)
Pada tahun 2015 tercatat kasus ISPA pada balita
sebanyak 11.326 kasus (22,94%), kemudian pada tahun
2016 kasus ISPA pada balita meningkat menjadi 13.384 Sanitas Dasar
(27,11%). Pada tahun 2015 target penemuan penderita Tabel 2 Distribusi Frekuensi Sanitasi Dasar
ISPA adalah 100%. Dari perkiraan penderita yaitu 10 %
Sanitasi Dasar Jumlah Persentase
dari seluruh balita, sedangkan yang ditemukan di Kab. Tidak sehat 48 60,8
Lima Puluh kota sekitar 14,38% (542 balita). Seluruh sehat 31 39,2
penderita yang ditemukan, 100% mendapat penanganan Total 79 100
oleh tenaga kesehatan (Dinkes 50 Kota, 2016).
Menurut data laporan kasus pada Puskesmas Rimbo Didapatkan hasil bahwa sanitasi dasar lingkungan
Data tahun 2017, memiliki angka kejadian ISPA dari 10 yang tidak sehat lebih banyak 48 (60.8%) dibandingkan
besar penyakit tertinggi yang sering di derita oleh
dengan sanitasi dasar lingknagan yang sehat 31 (39.2%)
masyarakat setempat. Pada beberapa bulan terakhir
kejadian ISPA paling banyak berkisar pada umur 15-44 (lihat tabel 2)
Tahun. Jumlah penderita ISPA mencapai 369 kasus Polusi Udara
diantaranya terjadi 213 kasus pada laki-laki dan 156 kasus
pada perempuan. Berbeda dengan kejadian ISPA yang Tabel 3 Distribusi Frekuensi Polusi Udara
pada umumnya banyak diderita oleh bayi ataupun balita,
tetapi di wilayah kerja Puskesmas Rimbo Data ini kasus Polusi Udara Jumlah Persentase
ISPA lebih banyak diderita oleh orang dewasa disebabkan Tercemar 51 64,6
oleh beberapa faktor pencetus yang menyebabkan Tidak Tercemar 28 35,4
Total 79 100
terjadinya ISPA.
Didapatkan hasil bahwa polusi udara yang tidak
METODE PENELITIAN tercemar lebih banyak 51 (64.6%) dibandingkan dengan
udara yang tidak tercemar 28 (35.4%).(lihat tabel 3)
Desain penelitian ini menggunakan jenis penelitian
survey analitik dengan desain penelitian cross sectional. 79
orang penderita ISPA yang berusia 15-44 yang menderita Hubungan sanitasi dengan kejadian ISPA
penyakit ISPA yang berada Di Wilayah Kerja Puskesmas
Tabel 4 Hubungan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian
Rimbo menjadi sampel dari penelitian ini.
ISPA
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
lembar observasi. Analisis data dilakukan menggunakan Kejadian ISPA Total P
Polusi Ringan Sedang Berat value
uji chi square untuk melihat hubungan cariabel dependen n % n % n % n %
dengan variable independen. Seluruh proses analisis Tercemar 11 21,6 23 45,1 17 33,3 51 100
Tidak 12 42,9 14 50,0 2 7,1 28 100 0,018
menggunakan metode statistik uji dengan perangkat tercemar
komputer. Total 23 29,1 37 46,8 19 24,1 79 100

Hasil uji statistik antara sanitasi dasar lingkungan


dengan tingkat kejadian ISPA diperoleh nilai p 0.007 (p <
HASIL PENELITIAN 0.05) yang artinya terdapat hubungan yang bermakna
antara sanitasi dasar lingkungan dengan tingkat kejadian
Kejadian ISPA
ISPA pada penderita ISPA di Wilayah Kerja puskesmas
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Kejadian ISPA Rimbo Data Kec. Pangkalan Koto Baru kab. Lima Puluh
Kota tahun 2018. (Lihat Tabel 4)

38 Yuhendri Putra, et al
YUHENDRI PUTRA / JURNAL KESEHATAN : STIKES PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI - VOL. 10 NO. 01 (2019)

Pencemaran udara dari asap/gas dapat


Hubungan Polusi Udara dengan Kejadian ISPA menyebabkan terjadinya ISPA, bronchitis, asthma, dan
kanker paru. Pencemaran udara dari bahan pertikel dapat
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Polusi Udara dengan
menyebabkan paringitis, pneumonia, alergi, iritasi dan
Kejadian ISPA
lain-lain. Pendekatan edukatif merupakan tindakan yang
Kejadian ISPA Total P
melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam
Sanitas Ringan Sedang Berat value membina dan memelihara kebersihan lingkungan seperti
n % n % n % n %
Tidak 9 18,8 29 60,4 10 20,8 48 100
tidak melalukan pembakaran saat musim kemarau.
Sehat 0,007 Pendekatan ini dilakukan dan diperkembangkan untuk
Sehat 14 45,2 8 25,8 9 29,0 31 100
Total 23 29,1 37 46,8 19 24,1 79 100 membina serta memberikan penerangan kepada
masyarakat den memotovasi maupun membangkitkan
Hasil uji statistik antara polusi udara dengan kesadaran masyarakat untuk ikut memelihara kelestarian
tingkat kejadian ISPA diperoleh nilai p 0.018 (p < 0.05) lingkungan hidup (Mubarak, 2009).
yang artinya terdapat hubungan yang bermakna antara Pencemaran udara dapat menimbulkan
polusi udara dengan tingkat kejadian ISPA pada penderita peradangan terhadap permukaan mukosa saluran
ISPA di Wilayah Kerja puskesmas Rimbo Data Kec. pernapasan. Terhadap masyarakat, pencemaran udara
Pangkalan Koto Baru kab. Lima Puluh Kota tahun 2018. dimasyarakat dapat berupa gas/uap dan juga partikel-
(lihat tabel 5) partikel lainnya seperti debu. Ada/ tidak adanya
pencemaran udara dapat diketahui dari hasil pengkuran
berbagai parameter pencemaran yang diperiksa/diukur
secara rutin oleh stasion pemantau udara diberbagai
PEMBAHASAN
wilayah dibeberapa kota besar diindonesia. Parameter
ISPA merupakan salah satu penyakit berbasis tersebut adalah CO, NO, SO2, O2, partikulat, dan HK.
lingkungan yang menyebar melalui udara. Penyakit ini Perilaku dan kebiasaan akan menentukan kualitas udara
dapat menular apabila virus atau bakteri yang terbawa disekitarnya. (Suyono, 2010).
dalam droplet terhirup oleh orang sehat. Droplet penderita
dapat disebarkan melalui batuk atau bersin. Proses
terjadinya penyakit setelah agent penyakit terhirup
SIMPULAN
berlangsung dalam masa inkubasi selama 1 sampai 4 hari
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) bisa
untuk berkembang dan menimbulkan ISPA. Apabila udara
disebabkan oleh banyak hal, salah satunya faktor
mengandung zat – zat yang tidak diperlukan manusia
lingkungan yang bisa menjadi salah satu faktor pencetus
dalam jumlah yang membahayakan Oleh karena itu
terjadinya ISPA. Kondisi lingkungan yang mempunyai
kualitas lingkungan udara dapat menentukan berbagai
tingkat polusi yang buruk dan sanitasi lingkungan yang
macam transmisi penyakit (Shibata et al dalam Nur, Sonia
tidak baik bisa menjadi pencetus terjadinya ISPA.
A. 2017).
Lingkungan adalah komponen dalam paradigma
keperawatan yang mempunyai implikasi sangat luas bagi
UCAPAN TERIMA KASIH
kelangsungan hidup manusia, khususnya menyangkut
status kesehatan seseorang. Lingkungan yang dimaksud
Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak
dapat berupa lingkungan internal dak eksternal yang
yang telah membantu dan mendukung sehingga dapat
berpengaruh, baik secara langsung maupun tidak langsung
terlaksananya dan selesainya penelitian ini.
pada individu, kelompok atau masyarakat, seperti
lingkungan yang bersifat biologis, psikologis, sosial,
cultural, spiritual, iklim, dan lain-lain. Jika keseimbangan
lingkungan ini tidak dijaga dengan baik maka dapat
DAFTAR PUSTAKA
menyebabkan berbagai macam penyakit (Mubarak, 2011).
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah Deta Ardian, Suharni. Warsiti. (2010). Hubungan Kondisi
suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum Kesehatan Lingkungan Rumah Dengan Kejadian
sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status ISPA Pada Balita Di Desa Umbul Martani
kesehatan yang optimum pula, ruang lingkup kesehatan Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak 1 Sleman
lingkungan tersebut antara lain mencakup perumahan , Yogyakarta Tahun 2010.
pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air Budiman, Suyono. (2016). Ilmu Kesehatan Masyarakat
Dalam Konteks Kesehatan Lingkungan. Jakarta :
bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotoran
Buku Kedokteran EGC
(limbah), dan sebagainya ( Suyono, 2012).

Yuhendri Putra, et al 39
YUHENDRI PUTRA / JURNAL KESEHATAN : STIKES PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI - VOL. 10 NO. 01 (2019)

Felisia Ferra (2012) Pengaruh Kondisi Sanitasi Rumah


Terhadap Kejadian Ispa Di Kecamatan Wiyung
Kota Surabaya, Sanitation, Uri,Case Control,
Density Of Residential.

Herlinda C, Dina R.A. Nugraheni (2015) Faktor – Faktor


Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ispa Pada
Bayi Usia 6-12 Bulan Yang Memiliki Status Gizi
Normal. Jurnal Kesehatan (E-Journal) Volume 3,
Nomor 2, April 2015
I Gede Sumertha Gapar, Nyoman Adi Putra,
I.B.G.Pujaastawa.(2015).Hubungan Kualitas
Sanitasi Rumah Dengan Kejadian Penyakit
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Ispa) Di
Wilayah Kerja Puskesmas Iv Denpasar Selatan
Kota Sdnpasar. Ecotrophic 9 (2) : 41-45 Issn :
1907-5626
Iqbal W, Mubarak, Chayatin, Nurul. (2009). Ilmu
Kesehatan Masyarakat: Teori Dan Aplikasi.
Jakarta : Salemba Medika.
Kunoli J Firdaus. (2013). Pengantar Epidemiologi
Penyakit Menular : Untuk Mahasiswa Kesehatan
Masyarakat. Jakarta : Cv. Trans Info Media.
Molecgia Krista Prajwalita. (2016). Pengaruh Sanitasi
Rumah Dan Polusi Udara Terhadap Kejadian
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa) Pada
Balita Di Kecamatan Ngariboyo Kabupaten
Magetan.Pdf
IndahsariNur, Nur Nasry Noor, Dian Sidik A. (2013).
Hubungan Paparan Polusi Udara Dalam Rumah
Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Di Wilayah
Kerja Puskesmas Malimongan Baru.Pdf
Nova Firnanda, Junaid, Jafriati. (2017) Analisis Spasial
Kejadian Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan
Akut (Ispa) Pada Balita Di Kelurahan Puwatu.
Jimkesmas Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan
Masyarakat Vol.2 .No.7/ Agustus 2017; Issn 250-
731x,
Notoatmodjo Soekidjo. (2013). Ilmu Kesehatan
Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta : Pt
Rineka Cipta.
Profil Kesehatan Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun
(2014)
.Https:/Www.Google.Co.Id/Url?Q=Http://Www.
Depkes.Go.Id/Resources/Download/Profil/Profil
_Kab_Kota_2014/1308_Sumbar_Kab_Lima_Pul
uh_Kota_2014.Pdf.

40 Yuhendri Putra, et al

Anda mungkin juga menyukai