Disusun Oleh:
Nama : Sartika
Kelas : B
Nim : P07134118095
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES MATARAM RI
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV
TAHUN AJARAN 2020/2021
Soal
1. Jelaskan tentang pemilihan metodelogi pengembangan system informasi ?
2. Jelaskan tentang definisi analisis dan perancangan system informasi ?
3. Jelaskan tentang tahapan analisis dan perancangan system informasi ?
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan prototipe system ?
5. Gambarkan tahapan identifikasi masalah di laboratorium tempat anda bekerja ?
Jawaban
Model Waterfall
Sering juga disebut model Sequential Linier. Metode pengembangan sistem yang
paling tua dan paling sederhana. Cocok untuk pengembangan perangkat lunak dengan
spesifikasi yang tidak berubah-ubah. Model ini menyediakan pendekatan alur hidup
perangkat lunak secara sequential atau terurut dimulai dari analisa, desain, pengkodean,
pengujian dan tahap pendukung.
Model Prototyping
Model Spiral
Model spiral pada awalnya diusulkan oleh Boehm, adalah model proses perangkat
lunak evolusioner yang merangkai sifat iteratif dari prototype dengan cara kontrol dan
aspek sistematis model sequensial linier. Model iteratif ditandai dengan tingkah laku
yang memungkinkan pengembang mengembangkan versi perangkat lunak yang lebih
lengkap secara bertahap.
Secara singkat berdasarkan pendekatan ANSI, seorang sistem analis adalah orang yang
bertugas:
a. Bagaimana membangun sistem informasi.
b. Bagaimana menganalisa kebutuhan dari sistem informasi.
c. Bagaimana merancang sebuah Sistem Informasi berbasi komputer.
d. Bagaimana memecahkan masalah dalam organisasi melalui sistem informasi.
Pada perkembangannya proses-proses standar dituangkan dalam satu metode yang
dikenal dengan nama Systems Development Life Cycle (SDLC) yang merupakan
metodologi umum dalam pengembangan sistem yang menandai kemajuan dari usaha
analisa dan desain. SDLC meliputi fase-fase sebagai berikut:
a. Identifikasi dan seleksi proyek
b. Inisiasi dan perencanaan proyek
c. Analisa
d. Desain
i. Desain logikal
ii. Desain Fisikal
e. Implementasi
f. Maintenance
3. Tahapan Analisis
Dalam tahapan ini dideskripsikan sistem yang sedang berjalan, masalah dan kesempatan
didefinisikan, dan rekomendasi umum untuk bagaimana memperbaiki, meningkatkan
atau mengganti sistem yang sedang berjalan diusulkan. Tujuan utama dari fase analisis
adalah untuk memahami dan mendokumentasikan kebutuhan bisnis (business need) dan
persyaratan proses dari sistem baru. Ada 6 aktifitas utama dalam fase ini:
a. Pengumpulan informasi
b.Mendefinisikan sistem requirement
c. Membangun prototype untuk menemukan requirement
d.Memprioritaskan requitement
e.Menyusun dan mengevaluasi alternatif
f. Mereview requiremen dengan pihak manajemen
4. Prototype adalah sebuah Javasceipt Framework yang dibuat untuk memudahkan proses
dalam membangun aplikasi berbasis web. Metode protyping sebagai suatu paradigm baru
dalam pengembangan system informasi, tidak hanya sekedar suatu evolusi dari metode
pengembangan system informasi yang sudah ada,tetapi sekaligus merupakan revolusi
dalam pengembangan system informasi manajemen.
Ada 2 jenis prototype yaitu :
• Jenis yang pertama yaitu suatu system yang akan menjadi system oprasional.
• Jenis yang ke 2 yaitu suatu model yang dapat dibuang yang berfungsi sebagai cetak
biru bagi system oprasional.
• Menghasilkan syarat yang lebih baik dari produksi yang dihasilkan oleh metode
‘spesifikasi tulisan’
• User dapat mempertimbangkan sedikit perubahan selama masih bentuk prototype.
• Memberikan hasil yang lebih akurat dari pad perkiraan sebelumnya, karena fungsi
yang diinginkan dan kerumitannya sudah dapat diketahui dengan baik.
• User merasa puas. Pertama, user dapat mengenal melalui computer. Dengan
melakukan prototype (dengan analisis yang sudah ada), user belajar mengenai
computer dan aplikasi yang akan dibuatkan untuknya. Kedua user terlibat langsung
dari awal dan memotivasi semangat untuk mendukung analisis selama selama
proyek berlangsung.
5. Gambaran tahapan identifikasi masalah dilaboratorium Puskesmas Gunungsari
Pada laboratorium Puskesmas Gunungsari masih menggunakan sistem manual.
Kegiatan input data, proses output yang terkait dengan informasi pasien, informasi terkait
laboratorium dimasukan dan ditulis kedalam buku besar. Hal tersebut dapat menimbulkan
kesalahan seperti :
1. Pencatatan berulang menumbulkan kesalahan data dan riwayat pasien.
2. Pengolahan data secaramanual akan memakan waktu yang lama.
Pada kegiatan output juga masih manual, dimana hasil hanya di tulis pada blanko
pemeriksaan pasien. Kesalahan-kesalahan yang terjadi diantaranya yaitu saat laporan
hasil pemeriksaan laboratorium. Laboratorium Puskesmas Gunungsari juga menggunakan
komputer, akan tetapi saat penyusunan data juga akan memakan waktu yang lama karna
perlu menginput data pasien satu persatu secara berulang.