Anda di halaman 1dari 7

PEMERIKSAAN MATA

TanggalTerbit :

SOP Halaman :

NS. SELVIA NOVITASARI, S.KEP,.M.KEP

UMB NIDN : 0223078904

Pengertian Suatu pemeriksaan yang di lakukan untuk mengetahui adanya gangguan


kesehatan mata.

Tujuan 1. Mengidentifikasi jenis gangguan kesehatan mata untuk mencegah serta


menentukan terapi/pengobatan, penanganan lebih lanjut dan sebagai dasar
untuk melakukan rujukan ke pelayanan kesehatan rujukan / Rumah Sakit
sesuai Standar.
2. Sebagai pedoman bagi petugas untuk melaksanakan pemeriksaan Mata
sesuai standar
Standar Dokter : 1 orang
Tenaga Perawat : 1 orang

Saranadan 1.Sarana Non Medis :


Prasarana a. Ruang Pemeriksaan
 Ukuran minimal 4 m x 4 m²
 Ventilasi dan pencahayaan yang cukup
 Ruangan bersih dan rapi
 Wastafel dengan air yang mengalir, dilengkapi dengan sabun cair
serta handuk tangan yang bersih / disposible tissue
b. Mebelair
 Meja kursi satu set untuk pemeriksa dan pasien serta pengantar
 Tempat tidur
c. Lain lain
 Tempat sampah medis dan non medis masing masing 1 buah
 Buku register pasien
 Status / lembar rekam medis
 Informed consent
 Kertas resep
 Blanko permintaan laboratorium
 Alat tulis menulis
 Formulir rujukan
 Surat kabar atau majalah
 Penggaris kecil
 Komputer
 Surat kabar
 Penggaris kecil
2.Sarana Medis :
 Stetoskop dan tensimeter
 Pinhole (cakram berlubang)
 Snellen chart
 Penutup 1 mata (okluder)
 Trial Frame
 Trial lensa
 Isihara test
 Loupe
 Senter
 Optalmoskop
 Kartu kipas
 Tonometer
 Kapas steril
 APD
Prosedur 1. Anamnesa
Tetap 2. Pemeriksaan
3. Diagnosa
4. Penatalaksanaan
5. Konseling
6. Pencatatan dan pelaporan

Cara 1. ANAMNESA
Melaksanak  Menyapa pasien dengan ramah, sambil menatap mata pasien dengan lembut
an Tiap dan mengucapkan salam
Kegiatan  Bila kunjungan yang pertama perlu menanyakan identitas pasien :Nama ,
umur, alamat rumah, pekerjaan.
 Bila kunjungan ulang, maka jawaban pasien dicocokkan dengan kartu status
pasien
 Bertanya dengan ramah dan hati-hati tentang
Riwayat Penyakit :
 Tentukan masalah yang mendorong klien untuk mencari bantuan
kesehatan.
 Tanyakan pada klien adakah kelopak mata yang turun menutup terus
menerus, Nyeri mata, foto phobia (kerentaan terhadap cahaya) rasa
seperti terbakar pada mata, gatal, air mata, kotoran mata yang
berlebihan, diplopia (pandangan ganda), pandangan kabur , perasaan
adanya ‘’ film ‘’ diatas lapang penglihatan, mengambang (titik hitam kecil
yang tampak menghilang pada lapang penglihatan), cahaya kilatan,
lingkaran hitam (halo) di seputar cahaya.
 Tentukan apakah klien mempunyai riwayat penyakit mata, trauma pada
mata, diabetes, hipertensi, atau masalah visual
 Tentukan apakah ada riwayat keluarga dengan gangguan mata, meliputi
gloukoma atau retinitis pigmentosa
 Kaji riwayat pekerjaan klien mengenai aktivitas kerja yang memerlukan
kerja tertutup, kerja yang melibatkan computer, atau aktivitas seperti
pengelas, terpajan langsung dengan bahan kimia yang membuat resiko
cedera mata.
 Tanyakan pada klien apakah memakai kaca mata, atau lensa kontak
atau tidak
 Tentukan tanggal terakhir klien memeriksakan mata.
 Kaji obat obatan yang sudah di pakai termasuk tetes mata.

2. PEMERIKSAAN
Pemeriksaan dengan cara :
KETAJAMAN PENGLIHATAN
Tahap I
i. Lakukan pemeriksaan sekilas dengan meminta klien membaca surat
kabar/majalah.Pastikan pencahayaan cukup. Klien berkacamata
seharusnya memakai kecamatanya selama tahap pemreksaan ini.
Perhatikan cara klien memegang lembaran yang dibaca dari matanya.
ii. Pastikan klien tidak buta huruf. Mintalah klien agar membaca dengan keras
untuk memastikan bahwa klien tidak buta huruf. Bila klien menghadapi
kesulitan lanjutkan pengujian ke tahap II
Tahap II
i. Untuk pemeriksaan yang akurat gunakan lembar pemeriksaan Snellen.
Pastikan bahwa lembaran pemeriksa benar benar diterangi. Buat klien
berdiri 20 kaki (6,1 m) jauhnya dari lembar Snellen atau duduk di kursi
pengujian yang telah terpasang khusus bersebrangan dengan layar
periksa
ii. Minta klien untuk membaca huruf huruf pada layar dimulai dari garis yang
mana saja, pertama dengan kedua mata terbuka dan kemudian dengan
satu mata terpisah (mata lainnya ditutupi)
iii. Selalu menguji pertanma kali tanpa kacamata. Kemudian bila memakai
kacamata jarak jauh, ulangi pengujian. Tentukan baris terkecil dimana klien
dapat membaca seluruh huruf dengan benar baca ketajaman untuk garis
tersebut.
iv. Bila klien tidak bisa membaca, gunakan kartu ‘’E’’ dan tentukan arah
tangan huruf ‘’E ‘’ . Pada anak kecil, gunakan lembaran dengan gambaran
obyek yang dikenal. Catat nilai ketajaman penglihatan untuk masing
masing mata dan kedua mata dalam dua nilai :
 Pembilang adalah jarak dari lembar pemeriksaan ke klien dalam
ukuran kaki.
 Penyebut adalah nomor standar untuk garis tersebut pada lembar
pemeriksa ( contoh : 20/80 ). Nomor standar ini adalah jarak dimana
mata normal dapat membaca baris tersebut.
Tahap III
i. Uji masing-masing mata dengan klien membaca kartu indek dengan
menutupi satu mata bergiliran
ii. Jangan menggunakan tangan untuk menutupi mata
iii. Minta klien dengan gangguan penglihatan parah untuk menghitung jari jari
yang diacungkan kurang lebih satu kaki ( 30 cm ) dari wajah klien.
iv. Bila klien gagal dalam kedua tes tersebut, sinari mata klien dengan senter
kecil dan kemudian padamkan cahayanya . Tanyakan apakah klien
melihat cahaya.
Hasil Normal :
 Nilai normal ketajaman penglihatan adalah 20/20
 Catat, apabila ketajaman penglihatan diukur dengan kacamata perbaikan
atau lensa kontak ( cc ) atau tanpa perbaikan ( sc ).
Penyimpangan dari Normal :
Nilai ketajaman penglihatan 20/200 dianggap buta total

PEMERIKSAAN LAPANG PENGLIHATAN

Pemeriksaan lapang penglihatan dengan cara :

i. Buat klien duduk atau berdiri 2 kaki 60 cm jauhnya, berhadapan dengan


petugas sejajar ketinggian mata.
ii. Minta klien untuk menutupi atau melapisi dengan perlahan satu mata
menggunakan kartu indeks dan menatap mata petugas berlawanan arah –
contoh mata kiri klien, mata kanan petugas-
iii. Tutup atau lapisi mata petugas yang berlawanan dengan mata klien
sehingga lapang penglihatan petugas tidak bertumpang tindih dengan
lapangan penglihatan klien.
iv. Gerakkan jari dengan jarak sebanding panjang lengan diluar lapang
penglihatan.
v. Minta klien untuk mengatakannya bila melihat jari petugas.
vi. Perlahan tarik jari petugas mendekat. Jari selalu dijaga tetap di tengah
anatara petugas dan klien.
vii. Ulangi prosedur pada sisi yang lain, atas dan bawah. Selalu harus
membandingkan titik dimana petugas melihat jari tersebut memasuki
lapang penglihatan petugas dan titik di mana klien melihatnya.
viii. Ulangi prosedur dengan ke empat arah pada mata lainnya.
ix. Bila klien melihat jari sedikit lebih lama dari petugas, klien mengalami
penyempitan lapang penglihatan.
PEMERIKSAAN VISUS
Pemeriksaan visus dengan cara :
I. Kartu diletakkan pada jarak 5 atau 6 meter dari pasien dengan posisi lebih
tinggi atau sejajar dengan mata pasien.
Bila jarak 5 meter, maka visus normal akan bernilai 5/5 artinya mata
normal dapat melihat pada jarak 5 meter, pasien juga dapat melihat pada
jarak 5 meter. Bila berjarak 6 m, berarti visus normalnya 6/6. Satuan selain
meter ada kaki = 20/20, ada juga log (logaritma).
II. Pastikan cahaya harus cukup
III. Bila ingin memeriksa visus mata kanan, maka mata kiri harus ditutup dan
pasien diminta membaca kartu.
IV. Cara menilai visus dari hasil membaca kartu :

a) Bila pasien dapat membaca kartu pada baris dengan visus 5/5 atau 6/6,
maka tidak usah membaca pada baris berikutnya => visus normal
b) Bila pasien tidak dapat membaca kartu pada baris tertentu di atas visus
normal, cek pada 1 baris tersebut

i. Bila cuma tidak bisa membaca 1 huruf, berarti visusnya


terletak pada baris tersebut dengan false 1.
ii. Bila tidak dapat membaca 2, berarti visusnya terletak pada
baris tersebut dengan false 2.
iii. Bila tidak dapat membaca lebih dari setengah jumlah huruf
yang ada, berarti visusnya berada di baris tepat di atas baris
yang tidak dapat dibaca.
iv. Bila tidak dapat membaca satu baris, berarti visusnya
terdapat pada baris di atasnya.

c) Bila terdapat penurunan visus, maka cek dengan menggunakan pinhole


(alat untuk memfokuskan titik pada penglihatan pasien)
d) Bila visus tetap berkurang => berarti bukan kelainan refraksi.
e) Bila visus menjadi lebih baik dari sebelumnya => berarti merupakan
kelainan refraksi

PEMERIKSAAN TONOMETER

Pemeriksaan tonometer dengan cara :

Menggunakan Tonometer dari Schiotz.


i. Klien diminta tidur terlentang di tempat tidur.
ii. Mata penderita terlebih dulu ditetesi dengan larutan anestesi lokal- pantokain
0,5%, masing-masing 1 tetes. Ditunggu sampai klien tidak merasa perih.
iii. Kelopak mata klien dibuka dengan telunjuk dan ibu jari –jangan tertekan bola
mata pasien-
iv. Pasien diminta meletakkan ibu jari tangannya di depan matanya atau pasien
melihat ke langit-langit ruang pemeriksaan.
v. Tonometer diletakkan dengan perlahan-lahan dan hati-hati diatas cornea
penderita.
vi. Setelah telapak tonometri menunjukkan angka yang tetap,dibaca nilai tekanan
pada skala busur schiotz yang berantara 0-15
vii. Misalnya menunjukkan angka 5 dengan beban 5.5, maka tekanan bola matanya
ialah 5/5.5. lalu carilah tabel konversi yang selalu ada pada setiap tonometer.
Misssalnya untuk 5/5.5 akan terdapat angka konversi 15.0 mmHg.
viii. Apabila dengan beban 5.5 jarum skala tidak bergerak atau bergerak Cuma
sedikit, misalnya hanya pada angka 1-2, maka gantilah beban tonometer dengan
beban 7.5. apabila dengan beban ini angka skala menunjukkan angka 4, maka
tekanan bola mata ialah 4/7.5. lalu bacalah tabel konversi untuk mendapatkan
angka untuk itu.
ix. Tekanan bola mata yang disebut normal ialah yang berkisar antara 15-22mmHg.
Jika tekanan bola mata di bawah 10 mmHg, maka berarti rendah dan bila diatas
25 mmHg berati tinggi.

3. DIAGNOSA
Dari hasil pemeriksaan didapatkan diagnosa :
 Katarak sesuai SOP
 Kelainan Refraksi sesuai SOP
 Glaukoma sesuai SOP
 Konjungtivitis sesuai SOP
 Xerofthalmia sesuai SOP
 Buta Warna sesuai SOP

4. PENATALAKSANAAN
 Penatalaksanaan Katarak sesuai SOP
 Penatalaksanaan Kelainan Refraksi sesuai SOP
 Penatalaksanaan Glaukoma sesuai SOP
 Penatalaksanaan Konjungtivitis sesuai SOP
 Penatalaksanaan Xerofthalmia sesuai SOP
 Penatalaksanaan Buta Warna sesuai SOP

5. KONSELING
 Konseling Katarak sesuai SOP
 Konseling Kelainan Refraksi sesuai SOP
 Konseling Glaukoma sesuai SOP
 Konseling Konjungtivitis sesuai SOP
 Konseling Xerofthalmia sesuai SOP
 Konseling Buta Warna sesuai SOP

6. PENCATATAN DAN PELAPORAN


 Pencatatan dan pelaporan Katarak sesuai SOP
 Pencatatan dan pelaporan Kelainan Refraksi sesuai SOP
 Pencatatan dan pelaporan Glaukoma sesuai SOP
 Pencatatan dan pelaporan Konjungtivitis sesuai SOP
 Pencatatan dan pelaporan Xerofthalmia sesuai SOP
 Pencatatan dan pelaporan Buta Warna sesuai SOP

Anda mungkin juga menyukai