TanggalTerbit :
SOP Halaman :
Cara 1. ANAMNESA
Melaksanak Menyapa pasien dengan ramah, sambil menatap mata pasien dengan lembut
an Tiap dan mengucapkan salam
Kegiatan Bila kunjungan yang pertama perlu menanyakan identitas pasien :Nama ,
umur, alamat rumah, pekerjaan.
Bila kunjungan ulang, maka jawaban pasien dicocokkan dengan kartu status
pasien
Bertanya dengan ramah dan hati-hati tentang
Riwayat Penyakit :
Tentukan masalah yang mendorong klien untuk mencari bantuan
kesehatan.
Tanyakan pada klien adakah kelopak mata yang turun menutup terus
menerus, Nyeri mata, foto phobia (kerentaan terhadap cahaya) rasa
seperti terbakar pada mata, gatal, air mata, kotoran mata yang
berlebihan, diplopia (pandangan ganda), pandangan kabur , perasaan
adanya ‘’ film ‘’ diatas lapang penglihatan, mengambang (titik hitam kecil
yang tampak menghilang pada lapang penglihatan), cahaya kilatan,
lingkaran hitam (halo) di seputar cahaya.
Tentukan apakah klien mempunyai riwayat penyakit mata, trauma pada
mata, diabetes, hipertensi, atau masalah visual
Tentukan apakah ada riwayat keluarga dengan gangguan mata, meliputi
gloukoma atau retinitis pigmentosa
Kaji riwayat pekerjaan klien mengenai aktivitas kerja yang memerlukan
kerja tertutup, kerja yang melibatkan computer, atau aktivitas seperti
pengelas, terpajan langsung dengan bahan kimia yang membuat resiko
cedera mata.
Tanyakan pada klien apakah memakai kaca mata, atau lensa kontak
atau tidak
Tentukan tanggal terakhir klien memeriksakan mata.
Kaji obat obatan yang sudah di pakai termasuk tetes mata.
2. PEMERIKSAAN
Pemeriksaan dengan cara :
KETAJAMAN PENGLIHATAN
Tahap I
i. Lakukan pemeriksaan sekilas dengan meminta klien membaca surat
kabar/majalah.Pastikan pencahayaan cukup. Klien berkacamata
seharusnya memakai kecamatanya selama tahap pemreksaan ini.
Perhatikan cara klien memegang lembaran yang dibaca dari matanya.
ii. Pastikan klien tidak buta huruf. Mintalah klien agar membaca dengan keras
untuk memastikan bahwa klien tidak buta huruf. Bila klien menghadapi
kesulitan lanjutkan pengujian ke tahap II
Tahap II
i. Untuk pemeriksaan yang akurat gunakan lembar pemeriksaan Snellen.
Pastikan bahwa lembaran pemeriksa benar benar diterangi. Buat klien
berdiri 20 kaki (6,1 m) jauhnya dari lembar Snellen atau duduk di kursi
pengujian yang telah terpasang khusus bersebrangan dengan layar
periksa
ii. Minta klien untuk membaca huruf huruf pada layar dimulai dari garis yang
mana saja, pertama dengan kedua mata terbuka dan kemudian dengan
satu mata terpisah (mata lainnya ditutupi)
iii. Selalu menguji pertanma kali tanpa kacamata. Kemudian bila memakai
kacamata jarak jauh, ulangi pengujian. Tentukan baris terkecil dimana klien
dapat membaca seluruh huruf dengan benar baca ketajaman untuk garis
tersebut.
iv. Bila klien tidak bisa membaca, gunakan kartu ‘’E’’ dan tentukan arah
tangan huruf ‘’E ‘’ . Pada anak kecil, gunakan lembaran dengan gambaran
obyek yang dikenal. Catat nilai ketajaman penglihatan untuk masing
masing mata dan kedua mata dalam dua nilai :
Pembilang adalah jarak dari lembar pemeriksaan ke klien dalam
ukuran kaki.
Penyebut adalah nomor standar untuk garis tersebut pada lembar
pemeriksa ( contoh : 20/80 ). Nomor standar ini adalah jarak dimana
mata normal dapat membaca baris tersebut.
Tahap III
i. Uji masing-masing mata dengan klien membaca kartu indek dengan
menutupi satu mata bergiliran
ii. Jangan menggunakan tangan untuk menutupi mata
iii. Minta klien dengan gangguan penglihatan parah untuk menghitung jari jari
yang diacungkan kurang lebih satu kaki ( 30 cm ) dari wajah klien.
iv. Bila klien gagal dalam kedua tes tersebut, sinari mata klien dengan senter
kecil dan kemudian padamkan cahayanya . Tanyakan apakah klien
melihat cahaya.
Hasil Normal :
Nilai normal ketajaman penglihatan adalah 20/20
Catat, apabila ketajaman penglihatan diukur dengan kacamata perbaikan
atau lensa kontak ( cc ) atau tanpa perbaikan ( sc ).
Penyimpangan dari Normal :
Nilai ketajaman penglihatan 20/200 dianggap buta total
a) Bila pasien dapat membaca kartu pada baris dengan visus 5/5 atau 6/6,
maka tidak usah membaca pada baris berikutnya => visus normal
b) Bila pasien tidak dapat membaca kartu pada baris tertentu di atas visus
normal, cek pada 1 baris tersebut
PEMERIKSAAN TONOMETER
3. DIAGNOSA
Dari hasil pemeriksaan didapatkan diagnosa :
Katarak sesuai SOP
Kelainan Refraksi sesuai SOP
Glaukoma sesuai SOP
Konjungtivitis sesuai SOP
Xerofthalmia sesuai SOP
Buta Warna sesuai SOP
4. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Katarak sesuai SOP
Penatalaksanaan Kelainan Refraksi sesuai SOP
Penatalaksanaan Glaukoma sesuai SOP
Penatalaksanaan Konjungtivitis sesuai SOP
Penatalaksanaan Xerofthalmia sesuai SOP
Penatalaksanaan Buta Warna sesuai SOP
5. KONSELING
Konseling Katarak sesuai SOP
Konseling Kelainan Refraksi sesuai SOP
Konseling Glaukoma sesuai SOP
Konseling Konjungtivitis sesuai SOP
Konseling Xerofthalmia sesuai SOP
Konseling Buta Warna sesuai SOP