Oleh Kelompok : 08 / 5A
1. Rosa Navilla (1130017014)
2. Nurul Maulida (1130017013)
3. Devrinda Ayu Subarkah (1130017032)
Fasilitator :
Nur Hidayah, S,Kep.,Ns.M.Kep
PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
Keadaan cemas biasanya disertai dan diikuti dengan gejala depresi. Untuk
diagnosis dibutuhkan penentuan kriteria yang tepat antara berat ringannya
gejala, penyebab serta kelangsungan dari gejala apakah sementara atau
menetap. Pada gangguan cemas lainnya biasanya depresi adalah bentuk akhir
bila penderita tidak dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi. Pada cemas
menyeluruh depresi biasanya bersifat sementara dan lebih ringan gejalanya
dibanding kecemasan, gangguan penyesuaian memiliki gejala yang jelas
berkaitan erat dengan stres kehidupan.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
2.3 Faktor Predisposisi
1. Teori Psikoanalitis
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen
kepribadian : Id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls
primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan
oleh norma budaya.
Ego dapat berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang
bertentangan tersebut, dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa
ada bahaya.
2. Teori Interpersonal
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan
penolakan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan
perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang
menimbulkan kerentanan tertentu. Individu dengan harga diri rendah
terutama rentan mengalami ansietas yang berat.
3. Perilaku
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Ahli teori perilaku lain menganggap ansietas sebagai suatu
dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan dari dalam diri untuk
menghindari kepedihan. Ahli teori pembelajaran meyakini bahwa
individiu yang terbiasa sejak kecil dihadapkan pada ketakutan yang
berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutnya.
Ahli teori konflik memandang ansietas sebagai pertentangan
antara dua kepentingan yang berlawanan. Mereka meyakini adanya
hubungan timbal balik antara konflik dan ansietas : konflik menimbulkan
ansietas, dan ansietas menimbulkan perasaan tidak berdaya, yang pada
gilirannya meningkatkan konflik yang dirasakan.
5
4. Teori kognitif
Perasaan subjektif terhadap ansietas secara langsung berkaitan
dengan pikiran individu tersebut tentang dirinya sendiri, masa depannya
dan dunia. Pola kognitif yang salah dapat menyebabkan kesalahan persepsi
tentang makna berbagai hal yang terjadi (dan karenanya menimbulkan
ansietas).
5. Teori Humanistic
Teori humanistic menyatakan bahwa ansietas berkaitan dengan
hilangnya arti dalam kehidupan seseorang.
6
“disregulasi noradrenergic” memberi implikasi terhadap system
norepinefrin, yang dapat terlalu aktif atau kurang aktif di bagian-
bagian otak yang berkaitan dengan ansietas.
8. Perbedaan Biologis
Bahwa perbedaan biologis pada sebagian individu dapat
menyebabkan respons stress yang terlalu aktif (mis., produksi hormone
dan neurotransmitter yang berlebihan terlibat dalam response stress).
9. Kajian Keluarga
Menunjukkan bahwa gangguan ansietas biasanya terjadi dalam
keluarga. Gagguan ansietas juga tumpang tindih anatara gangguan ansietas
dengan depresi.
7
7) Tingkat pembelajaran optimal
c. Respon Perilaku dan Emosi
1) Tidak dapat duduk tenang
2) Tremor halus pada tangan
3) Suara kadang-kadang meninggi
4) Sedikit tidak sabar
5) Aktivitas menyendiri
2. Ansietas Sedang
Ansietas sedang dapat membuat seseorang untuk memusatkan
perhatian pada hal penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga
seseorang mengalami perhatian yang selektif, tetapi dapat melakukan
sesuatu yang lebih terarah (Prabowo, 2014).
a. Respon fisiologis
1) Ketegangan otot sedang
2) Tanda-tanda vital menurun
3) Pupil dilatasi, mulai berkeringat
4) Sering mondar- mandir, memukulkan tangan
5) Suara berubah : suara bergetar, nada suara tinggi
6) Kewaspadaan dan ketegangan meningkat
7) Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung
b. Respon kognitif
1) Lapang persepsi menurun
2) Tidak perhatian secara selektif
3) Fokus terhadap stimulus meningkat
4) Rentang perhatian menurun
5) Penyelesaian masalah menurun
c. Respon perilaku dan emosi
1) Tidak nyaman
2) Mudah tersinggung
3) Kepercayaan diri goyah
4) Tidak sadar
8
3. Ansietas Berat
Ansietas ini sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Adanya
kecenderungan untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik
serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk
mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan
untuk dapat memusatkan pada suatu hal lain (Prabowo, 2014).
a. Respon fisiologis
1) Ketegangan otot berat
2) Kontak mata bururk
3) Pengeluaran keringat meningkat
4) Bicara cepat, nada suara tinggi
5) Mondar-mandir
6) Meremas tangan
b. Respon kognitif
1) Lapang persepsi terbatas
2) Proses berfikir terpecah-pecah
3) Sulit berfikir
4) Penyelesaian masalah buruk
5) Tidak mampu mempertimbangkan informasi
c. Respon perilaku emosi
1) Sangat cemas
2) Takut
3) Bingung
4) Merasa tidak adekuat
5) Menarik diri
6) Ingin bebas
9
2.4 Manifestasi Klinis
1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri serta mudah
tersinggung.
2. Pasien merasa tegang, tidak tenang, gelisah dan mudah terkejut.
3. Pasien mengatakan takut bila sendiri, atau pada keramaian dan banyak
orang.
4. Mengalami gangguan pola tidur dan disertai mimpi yang menegangkan.
5. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
6. Adanya keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang
belakang, pendengaran yang berdenging atau berdebar-debar, sesak napas,
mengalami gangguan pencernaan, berkemih atau sakit kepala.
2.5 Mekanisme Koping
Menurut Sutejo, 2017 ketika mengalami ansietas, individu
menggunakan berbagai mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya;
ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan penyebab
utama terjadinya perilaku patologis. Pola yang biasa digunakan individu untuk
mengatasi ansietas ringan cenderung tetap dominan ketika ansietas menjadi
lebih intens. Ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme
koping:
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas
Yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada tindakan untuk
memenuhi tuntuutan situasi stress secara realistis:
1) Perilaku menyerang digunakan untuk menghilangkan atau mengatasi
hambatan pemenuhan kebutuhan
2) Perilaku menarik diri digunakan untuk menjauhkan diri dari sumber
ancaman, baik secara fisik maupun psikologis.
3) Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara yang biasa
dilakukan individu, mengganti tujuan atau mengorbankan aspek
kebutuhan personal.
10
b. Meknisme pertahanan ego
Membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang. Tetapi
mekanisme tersebut berlangsung secara relative pada tingkat tidak sadar
dan mencakup penipuan diri dan distorsi realitas, mekanisme ini dapatt
menjadi respons maladaptive terhadap stress.
2.6 Penatalaksanaan
11
cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam,
lorazepam, buspirone HCI, meprobamate dan alprazolam.
6. Terapi perilaku kognitif: termasuk didalamnya yaitu pelatihan relaksasi
dan umpan balik biologik. Teknik kognitif lainnya (mis. mempertanyakan
bukti, memeriksa alternatif, reframing) juga sangat bermanfaat
2.7 Asuhan Keperawatan Teori
1. Pengkajian
a. Batasan karakteristik
1) Perilaku (Behavioral)
a) Menurunnya produktivitas
b) Gerak-gerik yang asing
c) Gelisah
d) Pandangan sekilas (galncing about)
e) Hipervigilensi
f) Insomnia
g) Rendahnya kontak mata
h) Keresahan
i) Perilaku mengamati
j) Cemas pada perubahan peristiwa hidup
2) Afektive (Affective)
a) Perasaan menderita
b) Aprehensif
c) Perasaan kesusahan
d) Ketakutan
e) Merasa tidak cukup
f) Tidak berdaya
g) Iritabilitas
h) Kegugupan
i) Terlalu gembira
j) Bingung
k) Perasaan menyesal
12
3) Faktor psikologis
Faktor psikologis dapat dilihat dari pandangan psikoanalitik,
pandangan interpersonal, dan pandangan perilaku.
a) Pandangan psikoanalitik
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen
kepribadian . Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif,
sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang. Ego
berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemenyang bertentangan
dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b) Pandangan interpersonal
Ansietas timbul akibat perasaan takut tidak adanya penerimaan dan
penolakan interpersonal. Ansietas berhubungan dengan
perkembagan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang
menimbulkan kelemahan spesifik. Orang mengalami harga diri
rendah terutama mudah mengalami perkembangan ansietas yang
berat.
c) Pandangan perilaku
Ansietas menjadi produk frustasi, yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Pakar perilaku menganggap sebagai dorongan belajar
berdasarkan keinginan dari dalam untuk hindari kepedihan. Individu
yang terbiasa dengan kehidupan dini dihadapkan pada ketakutan
berlebihan, sering menunjukkan ansietas dalam kehidupan
selanjutnya.
13
2. Diagnosa
Melalui data yang dapat dilihat dari gejala dan tanda yang muncul,
maka diagnosis berupa: ansietas. Berikut ini merupakan pohon masalah
diagnosis ansietas:
Gambar. Pohon Masalah Ansietas
Gangguan sensori
persepsi: Gangguan Proses
Menarik Diri
Halusinasi Pikir: waham
Ansietas
Koping individu
Harga Diri Rendah
tidak efektif
14
DIAGNOSIS PERENCANAAN
KEPERAWATAN Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
(Tuk/Tum)
Ansietas TUM : Pasien menunjukkan Bina hubungan saling percaya Kepercayaan dari pasien
Klien akan tanda tanda dapat dengan prinsip komunikasi merupakan hal yang
mengurangi membina hubungan terapiutik, yaitu : akan memudahkan
ansietasnya saling percaya dengan a. Sapa dengan ramah baik verbal perawat dalam
tingkat ringan perawat, yaitu : maupun non verbal. melakuakan pendekatan
hingga panik a. Ekspresi wajah b. Perkenalkan diri dengan sopan. keperawatan atau
TUK 1 : bersahabat. c. Tanyakan nama lengkap klien intervensi selanjutnya
Pasien dapat b. Pasien dan nama panggilan yang disukai terhadap pasien.
membina menunjukkan rasa klien
hubungan saling senang. d. Jelasakan tujuan pertemuan.
percaya c. Pasien bersedia e. Tunjukkan sikap empati dan
berjabat tangan. menerima klien apa adanya.
d. Pasien bersedia f. Beri perhatian kepada klien dan
menyebutkan nama. perhatian kebutuhan dasar
e. Ada kontak mata. lainnya.
f. Pasien bersedia
15
duduk
berdampingan
dengan perawat.
g. Pasien bersedia
mengutarakan
masalah yang
dihadapinya.
16
untuk mengalihkan dari topik verbal dan non verbal
yang mengancam ke hal yang dari ansietas pasien
berkaitan dengan konflik. dapat mengetahui
e. Gunakan konsultasi untuk tingkat ansietas yang
membantu pasien untuk pasien alami.
mengungkapkan perasaannya.
f. Mendengarkan penyebab
ansietas pasien dengan penuh
perhatian.
g. Observasi tanda verbal dan non
verbal dari ansietas pasien.
TUK 3 : Kriteria Evaluasi : Dalam rangka mengurangi level Dukungan keluarga
Pasien daapat Tingkat ansietas ansietas, berikut ini merupakan dapat memperkuat
mengurangi pasien berkurang intervensi yang dapat dilakukan mekanisme koping
tingkat dalam kaitannya dengan teknik pasien sehingga tingkat
ansietasnya menenangkan (calming technique) : ansietasnya berkurang.
a. Menganjurkan keluarga untuk
tetap mendampingi pasien.
b. Mengurangi atau menghilangkan Pengurangan atau
17
ransangan yang menyebabkan penghilangan
pasien ansietas. rangsangan penyebab
ansietas dapat
meningkatkan
ketenangan pada pasien
dan mengurangi tingkat
ansietasnya.
TUK 4 : Kriteria Evaluasi : a. Gali cara pasien mengurangi Peningkatan
Pasien dapat Tingkat ansietas ansietas dimasa lalu. pengetahuan tentang
menggunakan pasien berkurang b. Tunjukkan akibat maladaptif penyakit yang dialami
mekanisme dan destruktif dari respon pasien dapat
koping yang koping yang digunakan. membangun mekanisme
adaptif c. Dorong pasien untuk koping pasien terhadap
menggunakan respons koping ansietas yang
adaptif yang dimilikinya. dialaminya.
d. Bantu pasien untuk menyusun
kembali tujuan hidup,
memodifikasi tujuan,
menggunakan sumber, dan
18
menggunakan ansietas sedang.
e. Latih pasien dengan
menggunakan ansietas sedang.
f. Beri aktivitas fisik untuk
menyalurkan energinya.
g. Libatkan pihak yang
berkepentingan, seperti
keluarga, sebagai sumber dan
dukungan sosial dalam
membantu pasien
menggunakan koping adaptif
yang baru.
TUK 5 : Kriteria Evaluasi : Ajarkan pasien relaksasi untuk Teknik relaksasi yang
Pasien mampu Tingkat ansietas meningkatkan kendali dan rasa diberikan pada pasien
memperagakan pasien berkurang dan percaya diri : dapat mengurangi
dan pasien dapat a. Pengalihan situasi. ansietasnya
menggunakan mengendalikan b. Latihan relaksasi
teknik relaksasi gangguan ansietas 1) Tarik napas dalam
untuk mengatasi atau ansietasnya 2) Mengerutkan dan
19
ansietas mengendurkan otot
3) Hipnotis diri sendiri (latihan
5 jari)
TUK 6 : Kriteria Evaluasi : a. Diskusikan masalah yang Keluarga sebagai
Meningkatkan Keluarga mengetahui dirasakan keluarga dalam support system (sistem
pengetahuan dan maslah ansietas merawat pasien. pendukung) akan
kesiapan anggota keluarganya b. Diskusikan tentang ansietas, sangata berpengaruh
keluarga dalam serta mengetahui cara proses terjadinya ansietas, serta dalam mempercepat
merawat pasien perawatan dan tanda dan gejala. proses penyembuhan
dengan gangguan penanganan anggota c. Diskusikan tentang penyebab dan pasien.
ansietas keluarga dengan akibat dari ansietas.
gangguan ansietas d. Diskusikan cara merawat pasien
dengan ansietas dengan cara
mengajarkan teknik relaksasi
berupa :
1) Mengalihkan situasi
2) Latihan relaksasi dengan
napas dalam, mengerutkan,
dan mengendurkan otot
20
3) Hipnotis diri sendiri (latihan
5 jari)
e. Diskusikan dengan keluarga
tentang perilaku pasien yang
perlu dirujuk dan bagaimana cara
merujuk pasien.
21
BAB 3
APLIKASI KASUS
3.1 Kasus
3.2 Pengkajian
1. Identitas Klien
Inisial : Ny. M
Umur : 55 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Berladang
Suku bangsa : Melayu
Status marital : Menikah
Alamat lengkap : Jln. Adisucipto Gg. Cempaka Putih Dalam
22
2. Alasan Masuk
Saudara klien mengatakan bahwa ketika dirumah klien sering mencari-cari
anaknya, padahal anaknya masih kerja dan belum waktunya pulang.
Keluarga klien mengatakan klien khawatir anaknya tidak pulang dengan
ekspresi wajah cemas ketika bertanya kepada tetangganya tentang
keberadaan anaknya.
Masalah keperawatan : Ansietas
3. Faktor Predisposisi
a. Faktor perkembangan
Keluarga klien mengatakan sebelumnya sudah sering terjadi seperti ini
akan tetapi belum pernah memeriksakannya.
b. Faktor komunikasi dalam keluarga
Komunikasi antar anggota keluarga baik, saat mempunyai masalah,
klien sering menceritakannya kepada anggota keluarganya yang lain
terutama suaminya.
c. Faktor psikologis
Klien termasuk tipe orang yang terbuka, dan merasa kehilangan karena
kematian anaknya yang pertama ketika melahirkan. Adanya
kekhawatiran kepada anaknya yang sedang kerja karena masih trauma
karena ketika melahirkan anak pertamanya anaknya meninggal.
d. Faktor genetik
Dalam keluarga klien kakak klien memiliki riwayat hipertensi. Suami
klien juga ada riwayat hipertensi.
e. Perilaku
Klien selalu mencari-cari anaknya ketika anaknya belum pulang kerja,
dan selalu keluar bertanya-tanya pada tetangganya yang berada diluar
rumah.
f. Faktor interpersonal
Klien mengatakan bahwa takut kehilangan anaknya yang kedua kalinya,
klien takut anaknya terjadi apa-apa ketika kerja.
g. Kajian keluarga
23
Keluarga klien mengatakan klien mengalami cemas, khawatir ketika
anaknya masih kerja dan belum waktunya pulang. Hampir tiap hari
klien seperti itu dengan terlihat ketakutan dan khawatir.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-Tanda Vital
1) TD : 180 / 90 mmHg
2) N : 90 x/mt
3) S : 36.7 0C
4) RR : 22 x/mt
b. Ukur
TB : 153 cm
BB : 46 kg (*) turun ( ) naik
a. Keluhan Fisik ( ) ya (*) tidak
Klien mengatakan saat ini tidak ada keluhan fisik yang dirasakan.
5. Psikososial
a. Genogram
Keterangan :
Laki-laki :
Perempuan :
Sudah meninggal :
Klien :
Tinggal serumah :
24
Klien adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Klien berumur 53 tahun.
Klien sudah menikah dan memiliki 3 orang anak. Klien tinggal serumah
dengan suami dan 3 orang anaknya. Hubungan klien dengan keluarganya
terjalin dengan erat dan sangat baik. Orang yang terdekat dengan klien
adalah suaminya.
25
anaknya.
DO :
26
3.4 Intervensi
No Dx Keperawatan Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Tindakan Rasional
1. Kecemasan TUM: Pasien menunjukkan Bina hubungan saling percaya: 1. Untuk membuka
Klien akan mengurangi tanda-tanda. 1. beri salam saat berinteraksi interaksi
ansietasnya dari tingkat a. Klien mau menjawab 2. perkenalan nama dan tujuan 2. Supaya klien mengenal
ringan hingga panik. salam. 3. tunjukkan sikap jujur, perawat
b. Klien mau berjabat empati dan tepati janji 3. Agar mengetahui masalah
TUK 1: tangan 4. tanyakan perasaan klien klien
Pasien dapat membina c. Klien mau 5. buat kontrak interaksi yang 4. Untuk memudahkan
hubungan saling menyebutkan nama jelas perkenalan
percaya. d. Klien mau mengenal 6. dengarkan dengan perhatian 5. Agar klien merasa di
perawat perhatikan.
TUK 2: Pasien mampu 1. Bantu pasien untuk 1. Agar perawat dapat
Pasien dapat mengenali mengidentifikasi dan mengidentifikasi dan menentukan tingkat ansietas
ansietasnya mengungkapkan gejala menguraikan perasaannya. pasien.
ansietas. 2. Mendengarkan penyebab 2. Agar pasien mau
ansietas pasien dengan mengungkapkan tentang
penuh perhatian kecemasannya
TUK 3: Tingkat Ansietas pasien Menganjurkan keluarga untuk Dukungan keluarga dapat
27
Pasien dapat berkurang tetap mendampingi pasien meemperkuat mekanisme koping
mengurangi tingkat pasien sehingga tingkat
ansietasnya. ansietasnya berkurang.
TUK 4: Tingkat ansietas pasien Gali cara pasien mengurangi Untuk mencegah kekambuhan
Pasien dapat berkurang ansietas dimasa lalu ansietas pasien.
mengunakan
mekanisme koping
yang adaptif
TUK 5 : Tingkat ansietas pasien Latihan relaksasi Teknik relaksasi yang diberikan
Pasien mampu berkurang dan pasien a. Tarik napas dalam pada pasien dapat mengurangi
memperagakan dan dapat mengendalikan b. Mengerutkan dan ansietas
menggunakan teknik gangguan ansietas atau mengendurkan otot otot
relaksasi untuk ansietasnya c. Hipnotis diri sendiri (latihan
mengatasi ansietas 5 jari)
TUK 6 : Keluarga mengetahui Diskusikan masalah yang Keluarga sebagai support system
Meningkatkan masalah ansietas anggota dirasakan keluarga dalam (sistem pendukung) akan sangat
pengetahuan dan keluarganya serta merawat pasien berpengaruh dalam
kesiapan keluarga mengetahui cara mempercepat proses
dalammerawat pasien perawatan dan penyembuhan pasien
28
dengan gangguan penangganan anggota
ansietas keluarga dengan
gangguan ansietas
29
3.5 Implementasi
30
3.6 Evaluasi
31
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Gangguan ansietas adalah sekelompok kondisi yang memberi gambaran
penting tentang ansietas yang berlebihan, disertai respon perilaku, emosional dan
fisiologis. Kecemasan adalah respon emosi tanpa objek yang spesifik yang secara
subjektif di alami dan dikomunikasikan secara interversonal. Hal ini bisa di kaji
dengan melihat stresor predisposisi dan stresor presipitasi dan faktor yang lainnya.
Kecemasan mungkin hadir pada beberapa tingkat dalam kehidupan setiap
individu, tetapi derajat dan frekuensi dengan memanifestasikan berbeda secara luas.
Respon masing-masing individu memiliki kecemasan berbeda.
Kecemasan terdiri dari beberapa tingkat yaitu ansietas ringan, ansietas sedang,
ansietas berat dan panik.
4.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca dapat memahami dan
mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan pada pasien gangguan jiwa dengan
ansietas.
32
DAFTAR PUSTAKA
Kusumawati Farida, Hartono Yudi. 2012. Buku Ajar Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Prabowo, E. (2014). Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Putra, Dimas Eka Ardika Dkk. 2018. Hubungan Karakteristik Keluarga Dengan Tingkat
Ansietas Saat Menghadapi Kekambuhan Pasien Gangguan Jiwa. Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Kendal.http://journal.umpo.ac.id/index.php/IJHS/article/download/664/698
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan : DPP PPNI
Sutejo. 2017. Keperawatan Jiwa Konsep Dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa:
Gangguan Jiwa Dan Psikososial. Yogyakarta:Pustaka Baru Press
Yusuf, Fitryasari, Nihayati. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika
33
REVIEW JURNAL
Tahun : 2018
Klien gangguan jiwa dicirikan dengan siklus kekambuhan yang mencapai 60-75%
dari keseluruhan penderita. Kekambuhan memicu terjadinya konflik psikologi seperti ansietas
pada keluarga. Karakteristik keluarga perlu dipertimbangkan dalam memahami permasalahan
ansietas keluarga saat klien mengalami kekambuhan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
hubungan karakteristik keluarga dengan tingkat ansietas saat menghadapi kekambuhan klien
gangguan jiwa di RSJD Amino Gondhohutomo Semarang. Penelitian menggunakan desain
deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel diambil secara purposive
sampling sebanyak 40 keluarga klien gangguan jiwa yang mengalami kekambuhan di IGD
RSJD Amino Gondhohutomo Semarang. Ansietas dapat memberikan dampak secara total
yaitu terhadap fisik, psikologi, intelektual, sosial dan spiritual yang menyebabkan terjadinya
kondisi ketidakseimbangan dalam sistem keluarga. Koping mekanisme yang digunakan
keluarga menjadi tidak efektif, dan berujung pada berbagai respon negatif dari keluarga saat
kekambuhan pasien. Koping yang tidak efektif dan respon negatif keluarga tersebut
menghambat peran dan fungsi keluarga dalam memberikan dukungan kepada anggota
keluarganya yang mengalami gangguan jiwa, sehingga akan berdampak pada dukungan
keluarga selanjutnya dan penelantaran pasien dikemudian hari
Menurut teori Isaacs, menjelaskan bahwa ansietas pada keluarga muncul apabila
keluarga dihadapkan pada situasi yang mengancam keseimbangan keluarga, pemahaman dari
dampak yang ditimbulkan oleh situasi tersebut, dan mekanisme koping yang digunakan oleh
keluarga. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suwondo juga menghasilkan bahwa ansietas
yang muncul pada keluarga yang anggota keluarganya mengalami kekambuhan gangguan
jiwa, lebih diakibatkan oleh persepsi ancaman dan dampak yang ditimbulkan dari
kekambuhan gangguan jiwa. Berdasarkan teori yang telah dijelaskan, maka dapat
disimpulkan bahwa keluarga klien gangguan jiwa dalam kontek budaya jawa dapat
mengalami ansietas yang tinggi saat menghadapi kekambuhan pada klien gangguan jiwa. Hal
tersebut dikarenakan oleh tingginya perasaan khawatir dengan apa yang terjadi pada klien
34
gangguan jiwa yang mereka cintai. Keluarga tetap mencintai klien meskipun memiliki
gangguan jiwa.
35
NASKAH ROLE PLAY
Pasien : Devrinda Ayu Subarkah
Perawat : Rosa Navila
Keluarga Pasien : Nurul Maulida
Pada suatu hari ada Ny. Ayu yang selalu cemas mencari-cari naknya yang sedang
kerja. Hampir tiap hari Ny. Ayu kebingungan mencari anaknya sampai tanya-tanya ke
tetangganya.
Pra Orientasi
Tetangga : Sekarang kan masih jam 7 malem lilis pulangnya masih nanti jam 10 malem
Tetangga : Kan lilis baru berangkat tadi jam 2 siang, sekarang belum waktunya pulang
Pasien : Laterus kasian lilis sampe jam segini belum pulang juga
Tetangga : Ya emang kan belum waktunya pulang, sabar ditunggu aja lilis pasti pulang dia
ngga bakal kenapa-kenapa
Orientasi
36
Saudara Pasien : Namamu ituloh siapa bukan nama anakmu
Pasien : Ayu
Saudara Pasien : Lilis kerja gausah dicari dia belum waktunya pulang
Saudara Pasien : Jadi gini sus dia ini selalu mencari anaknya, hampir tiap hari dia mencari
anaknya ke tetangga-tetangganya padahal itu anaknya masih kerja di pabrik belum pulang.
Dulunya saudara saya ini pernah kehilangan anaknya sus waktu melahirkan anaknya
meninggal jadi kalua anaknya ini kerja atau pergi kemana gitu dia cemas sus
Perawat : Ooo jadi gitu yaa buk. Jadi gini buk saya minta waktunya kurang lebih sekitar 10
menit yaa bu biar kita bisa berbincang-bincang, apakah ibu ayu mau?
Saudara Pasien : Lilis masih kerja, ini loh suster nya mintak waktu bentar buat berbincang-
bincang mau ya
Pasien : Iya
Fase Kerja
Perawat : Jadi gini buk saya juga kerjanya shift, jadi ada pembagian waktunya sendiri-sendiri
jadi bu Ayu gausah khawatir kalau belum waktunya pulang jangan dicari terus bu anaknya
gapapa, itu anaknya kerja untuk cari uang jadi bu ayu jangan khawatir
Pasien : Laa kasian e dia kerja di pabrik paku, aku takut lilis kenapa-kenapa
Perawat : Iya bu nggapapa anaknya bu ayu itu kerja kalau waktunya pulang anak bu ayu
pulang, kalau seumpama nerus kan pasti mengghubungi ibu jadi jangan cemas bu
37
Pasien : Iya
Fase Terminasi
Perawat : Jadi gini yaa bu ketika bu ayu sudah terlihat cemas, ibu kasih bu ayu kegiatan untuk
mengurangi rasa cemasnya biar bu ayu lupa sama cemas tentang anaknya yang masih kerja
Perawat : seperti ngajak memasak, menjahit, bersihin rumah, atau dikasih pekerjaan seperti
jualan bu, jadi nanti bu ayu lama kelamaan akan lupa dengan rasa cemasnya menegnai
anaknya yang masih kerja
Perawat : Iya bu
Perawat : Bu ayu jangan cemas lagi yaa anaknya itu kerja dia pasti baik-baik saja kalau
belum waktunya pulang yaa ngga bakal pulang bu
Perawat : Waalaikumsalam
38
PERTANYAAN
1. Robi : Apa perbedaan antara ansietas, depresi, dan gelisah?
2. Allma : Bagaimana cara mengatasi cemas di rumah?
3. Nisa : Hilangnya arti dalam krhidupan jika timbul bagaima cara menanganinya?
JAWABAN
1. Ansietas: Sebuah emosi dan pengalaman subjective dari seseorang.
Depresi : suatu kondisi medis berupa perasaan sedih yang berdampak negatif
terhadap pikiran, tindakan, perasaan, dan kesehatan mental seseorang
Gelisah : perasaan yang mengganjal,dan merasa hati seperti tidak tentram dan
kepikiran sesuatu yang penting sekali buat diri kita dan membuat diri kita tidak
nyaman dan merasakan kecemasan
2. Menarik nafas yang dalam, memusatkan pikiran ke aktivitas yang dijalani, bercerita
kepadaorang yang di percayai, menyediakan waktu untuk diri sendiri, makan teratur,
minum secukupnya,
3. Para ahli teori humanistik mengemukakan bahwa kecemasan merupakan akibat dari
tidak adanya kesesuaian antara kepribadian yang dicita-citakan atau yang di inginkan.
Kecemasan akan meningkat apabila ketidakcocokan tersebut terjadi secara
terusmenerus.
39