Anda di halaman 1dari 39

KEPERAWATAN JIWA II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN


KECEMASAN (ANSIETAS)

Oleh Kelompok : 08 / 5A
1. Rosa Navilla (1130017014)
2. Nurul Maulida (1130017013)
3. Devrinda Ayu Subarkah (1130017032)

Fasilitator :
Nur Hidayah, S,Kep.,Ns.M.Kep

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2019

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan jiwa adalah bentuk gangguan dan kekacauan fungsi mental atau
kesehatan mental yg disebabkan oleh kegagalan mereaksinya mekanisme
adaptasi dari fungsi-fungsi kejiwaan terhadap stimulus ekstern dan
ketegangan-ketegangan sehingga muncul gangguan fungsi atau gangguan
struktur dari suatu bagian, suatu organ, atau sistem kejiwaan mental
(Erlinafsiah, 2010).
Di negara maju, gangguan jiwa berupa ansietas atau kecemasan
menempati posisi pertama dibandingkan dengan kasus lain. Oleh karena itu
sebagai seorang perawat, kita sebagai seorang perawat harus benar-benar kritis
dalam menghadapi kasus kecemasan yang terjadi.
Berdasarkan data dari Riskesdas 2007 menunjukan angka-angka nasional
gangguan gangguan jiwa nasional gangguan mental emosional (kecemasan,
depresi) pada penduduk pada usia kurang lebih 15 tahun adalah 11,6% atau
sekitar 19 juta penduduk. Sedangkan dengan gangguan jiwa berat rata-rata
sebesar 0,64% sekitar 1 juta penduduk, sedikit sekali dari jumlah penderita
yang datang ke fasilitas pengobatan. Menurut perhitungan utilisasi layanan
kesehatan jiwa ditingkat primer, sekunder dan tersier kesenjangan pengobatan
diperkirakan lebih 90%.
Kecemasan atau ansietas merupakan salah satu bentuk emosi individu
yang berkaitan dengan adanya rasa terancam oleh sesuatu, biasanya dengan
objek ancaman yang tidak begitu jelas. Kecemasan dengan intensitas nilai
ancaman yang yang wajar dapat dianggap memiliki nilai positif sebagai
motivasi, tetapi apabila intensitasnya begitu kuat dan bersifat negatif justru
akan menimbulkan kerugian dan dapat mengganggu terhadap keadaan fisik
dan psikis individu yang bersangkutan. Kecemasan dapat dialami oleh
siapapun dan dimanapun serta kapan pun tergantung dari faktor pencetus dari
kecemasan tersebut. Fakta membuktikan bahwa di seluruh lapisan dunia
kecemasan paling banyak terjadi setiap harinya. Hal ini disebabkan semakin
kongkretnya masalah yang terjadi saat ini.

2
Keadaan cemas biasanya disertai dan diikuti dengan gejala depresi. Untuk
diagnosis dibutuhkan penentuan kriteria yang tepat antara berat ringannya
gejala, penyebab serta kelangsungan dari gejala apakah sementara atau
menetap. Pada gangguan cemas lainnya biasanya depresi adalah bentuk akhir
bila penderita tidak dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi. Pada cemas
menyeluruh depresi biasanya bersifat sementara dan lebih ringan gejalanya
dibanding kecemasan, gangguan penyesuaian memiliki gejala yang jelas
berkaitan erat dengan stres kehidupan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Definisi dari Ansietas?
2. Bagaimana Etiologi dari Ansietas?
3. Bagaimana Faktor predisposisi pada Ansietas?
4. Bagaimana Tingkatan pada Ansietas?
5. Apa Manifestasi Klinis pada Ansietas?
6. Bagaimana Mekanisme koping pada Ansietas?
7. Bagaimana Penatalaksanaan dari Ansietas?
8. Bagaimana Asuhan Keperawatan teori pada klien dengan masalah
Ansietas?
9. Bagaimana aplikasi kasus asuhan keperawatan pada klien dengan
masalah ansietas?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui tentang Asuhan Keperatawan Jiwa Pada
Klien Dengan Masalah Ansietas
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa Mengetahui Definisi dari Ansietas.
2. Mahasiswa Mengetahui Etiologi dari Ansietas.
3. Mahasiswa Mengetahui Faktor predisposisi dari Ansietas.
4. Mahasiswa Mengetahui Manifestasi Klinis dari Ansietas.
5. Mahasiswa Mengetahui Mekanisme koping dari Ansietas.
6. Mahasiswa Mengetahui Penatalaksanaan dari Ansietas.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Cemas


Kecemasan adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena
ketidak nyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons (penyebab tidak
spesifik atau tidal diketahui oleh individu). Perasaan takut dan tidak menentu
sebagai sinyal yang menyadarkan bahwa peringatan tentang bahaya akan
datang dan memperkuat indivisu mengambil tindakan menghadapi kecemasan
(Yusuf, Ftryasari & Nihayati, 2015).
Cemas (ansietas) adalah sebuah emosi dan pengalaman subjective dari
seseorang. Pengertian lain cemas adalah keadaan yang membuat seseorang
tidak nyaman dan terbagi dalam beberapa tingkatan (Kusumawati & Hartono,
2012).
2.2 Etiologi
Menurut Kusumawati, Hartono. 2012 etiologi yaitu :
1. Faktor predisposisi
a. Peristiwa traumatik
b. Konflik emosional
c. Gangguan konsep diri
d. Frustasi
e. Gangguan fisik
f. Pola mekanisme koping keluarga
g. Riwayat gangguan kecemasan
h. Medikasi
2. Faktor prespitasi
a. Ancaman terhadap integritas fisik
1) Sumber internal
2) Sumber eksternal
b. Ancaman terhadap harga diri
1) Sumber internal
2) Sumber eksternal

4
2.3 Faktor Predisposisi

Menurut Stuart, 2012 berbagai teori telah dikembangkan untuk


menjelaskan asal ansietas (Sutejo, 2017)

1. Teori Psikoanalitis
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen
kepribadian : Id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls
primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan
oleh norma budaya.
Ego dapat berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang
bertentangan tersebut, dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa
ada bahaya.
2. Teori Interpersonal
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan
penolakan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan
perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang
menimbulkan kerentanan tertentu. Individu dengan harga diri rendah
terutama rentan mengalami ansietas yang berat.
3. Perilaku
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Ahli teori perilaku lain menganggap ansietas sebagai suatu
dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan dari dalam diri untuk
menghindari kepedihan. Ahli teori pembelajaran meyakini bahwa
individiu yang terbiasa sejak kecil dihadapkan pada ketakutan yang
berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutnya.
Ahli teori konflik memandang ansietas sebagai pertentangan
antara dua kepentingan yang berlawanan. Mereka meyakini adanya
hubungan timbal balik antara konflik dan ansietas : konflik menimbulkan
ansietas, dan ansietas menimbulkan perasaan tidak berdaya, yang pada
gilirannya meningkatkan konflik yang dirasakan.

5
4. Teori kognitif
Perasaan subjektif terhadap ansietas secara langsung berkaitan
dengan pikiran individu tersebut tentang dirinya sendiri, masa depannya
dan dunia. Pola kognitif yang salah dapat menyebabkan kesalahan persepsi
tentang makna berbagai hal yang terjadi (dan karenanya menimbulkan
ansietas).
5. Teori Humanistic
Teori humanistic menyatakan bahwa ansietas berkaitan dengan
hilangnya arti dalam kehidupan seseorang.

Factor predisposisi dalam ansietas juga dapat dijelaskan melalui


teori atau aspek psikobiologis ansietas yaitu:

6. Perubahan otak neurobiologik


Terlibat dalam fase alarm dari respons “fight or flight” (stimulasi
dari aksis hipotalamus hipofisis) yang menimbulkan dampak pada system
kardiovaskular, gastrointestinal, dan pernapasan. Individu cenderung
mengeluhkan adanya gejala takikardia, sakit kepala, diare, mual dan
takipnea.
7. Neurotransmitter
Mengalami perubahan di dalam otak, terutama system limbic,
berdampak pada stress, ansietas dan beberapa gangguan terkait ansietas.
a. Asam gamma-aminobutirat (GABA) adalah neurotransmitter inhibitor
yang berkaitan dengan respons relaksasi. Oleh karena obat yang
digunakan untuk mengobati ansietas ternyata meningkatkan GABA,
muncul teori yang menyatakan bahwa suatu defisiensi relative atau
ketidakseimbangan GABA berkaitan langsung dengan ansietas yang
dialami.
b. Serotonin adalah neurotransmitter kompleks yang berhubungan dengan
berbagai aspek fungsi otak. Kekurangan atau ketidakseimbangan kadar
serotonin pda amandel dianggap signifikan dalam terjadinya ansietas
dan gangguan terkait ansietas.
c. Noreepinefrin adalah neurotransmitter aksitasi yang bertanggung
jawab atas perubahan kardiovaskuler pda stress dan ansietas. Teori

6
“disregulasi noradrenergic” memberi implikasi terhadap system
norepinefrin, yang dapat terlalu aktif atau kurang aktif di bagian-
bagian otak yang berkaitan dengan ansietas.
8. Perbedaan Biologis
Bahwa perbedaan biologis pada sebagian individu dapat
menyebabkan respons stress yang terlalu aktif (mis., produksi hormone
dan neurotransmitter yang berlebihan terlibat dalam response stress).
9. Kajian Keluarga
Menunjukkan bahwa gangguan ansietas biasanya terjadi dalam
keluarga. Gagguan ansietas juga tumpang tindih anatara gangguan ansietas
dengan depresi.

2.3 Tingkat Ansietas


1. Ansietas Ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam hidup
sehari-hari sehingga menyebabkan seseorang menjadi waspada dan
meningkatkan lahan persepsinya. Ansietas menumbuhkan motivasibelajar
serta mengahsilkan pertumbuhan dan kreativitas (Prabowo, 2014).
a. Respon Fisiologis
1) Sesekali nafas pendek
2) Nadi dan tekanan darah naik
3) Gejala ringan pada lambung
4) Muka berkerut dan bibir bergetar
5) Ketegangan otot ringan
6) Rileks atau sedikit gelisah
b. Respon Kognitif
1) Mampu menerima rangsang yang kompleks
2) Konsentrasi pada masalah
3) Menyelesaikan masalah secara efektif
4) Perasaan gagal sedikit
5) Waspada dan memperhatikan banyak hal
6) Terlihat tenang dan percaya diri

7
7) Tingkat pembelajaran optimal
c. Respon Perilaku dan Emosi
1) Tidak dapat duduk tenang
2) Tremor halus pada tangan
3) Suara kadang-kadang meninggi
4) Sedikit tidak sabar
5) Aktivitas menyendiri
2. Ansietas Sedang
Ansietas sedang dapat membuat seseorang untuk memusatkan
perhatian pada hal penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga
seseorang mengalami perhatian yang selektif, tetapi dapat melakukan
sesuatu yang lebih terarah (Prabowo, 2014).
a. Respon fisiologis
1) Ketegangan otot sedang
2) Tanda-tanda vital menurun
3) Pupil dilatasi, mulai berkeringat
4) Sering mondar- mandir, memukulkan tangan
5) Suara berubah : suara bergetar, nada suara tinggi
6) Kewaspadaan dan ketegangan meningkat
7) Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung
b. Respon kognitif
1) Lapang persepsi menurun
2) Tidak perhatian secara selektif
3) Fokus terhadap stimulus meningkat
4) Rentang perhatian menurun
5) Penyelesaian masalah menurun
c. Respon perilaku dan emosi
1) Tidak nyaman
2) Mudah tersinggung
3) Kepercayaan diri goyah
4) Tidak sadar

8
3. Ansietas Berat
Ansietas ini sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Adanya
kecenderungan untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik
serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk
mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan
untuk dapat memusatkan pada suatu hal lain (Prabowo, 2014).
a. Respon fisiologis
1) Ketegangan otot berat
2) Kontak mata bururk
3) Pengeluaran keringat meningkat
4) Bicara cepat, nada suara tinggi
5) Mondar-mandir
6) Meremas tangan
b. Respon kognitif
1) Lapang persepsi terbatas
2) Proses berfikir terpecah-pecah
3) Sulit berfikir
4) Penyelesaian masalah buruk
5) Tidak mampu mempertimbangkan informasi
c. Respon perilaku emosi
1) Sangat cemas
2) Takut
3) Bingung
4) Merasa tidak adekuat
5) Menarik diri
6) Ingin bebas

9
2.4 Manifestasi Klinis

Menurut Kusumawati, 2012 tanda dan gejala pasien ansietas adalah :

1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri serta mudah
tersinggung.
2. Pasien merasa tegang, tidak tenang, gelisah dan mudah terkejut.
3. Pasien mengatakan takut bila sendiri, atau pada keramaian dan banyak
orang.
4. Mengalami gangguan pola tidur dan disertai mimpi yang menegangkan.
5. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
6. Adanya keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang
belakang, pendengaran yang berdenging atau berdebar-debar, sesak napas,
mengalami gangguan pencernaan, berkemih atau sakit kepala.
2.5 Mekanisme Koping
Menurut Sutejo, 2017 ketika mengalami ansietas, individu
menggunakan berbagai mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya;
ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan penyebab
utama terjadinya perilaku patologis. Pola yang biasa digunakan individu untuk
mengatasi ansietas ringan cenderung tetap dominan ketika ansietas menjadi
lebih intens. Ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme
koping:
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas
Yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada tindakan untuk
memenuhi tuntuutan situasi stress secara realistis:
1) Perilaku menyerang digunakan untuk menghilangkan atau mengatasi
hambatan pemenuhan kebutuhan
2) Perilaku menarik diri digunakan untuk menjauhkan diri dari sumber
ancaman, baik secara fisik maupun psikologis.
3) Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara yang biasa
dilakukan individu, mengganti tujuan atau mengorbankan aspek
kebutuhan personal.

10
b. Meknisme pertahanan ego
Membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang. Tetapi
mekanisme tersebut berlangsung secara relative pada tingkat tidak sadar
dan mencakup penipuan diri dan distorsi realitas, mekanisme ini dapatt
menjadi respons maladaptive terhadap stress.
2.6 Penatalaksanaan

Menurut Yusuf. Dkk, 2015 penatalaksanaan ansietas pada tahap


pencegahan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat
holistik, yaitu :

1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress :


a. Makan makanan yang bergizi dan seimbang
b. Tidur yang cukup
c. Olahraga yang teratur
d. Tidak merokok dan tidak minum minuman keras
2. Medikasi: obat antiansietas, terutama benzodiazepine, digunakan untuk
jangka pendek dan tidak dianjutkan untuk jangka panjang karena
pengobatan ini menyebabkan toleransi dan ketergantungan. Obat
antiansietas nonbenzodiazepin, seperti buspiron (BuSpar) dan berbagai
antidepresan juga digunakan.
3. Psikoterapi: terutama terapi psikodinamik dengan hipnotis, digunakan
untuk membawa kembali ingatan tentang peristiwa yang traumatic dan
memfasilitasi klien dalam menghadapinya pada pasien dengan gangguan
disosiatif.
4. Terapi somatik : gejala atau keluhan fisik (somatik) sering djumpai
sebagai gejala ikutan atau akibat dari kecemasan yang berkepanjangan.
Untuk menghilnagkan keluhan somatik itu dapat diberikan obat-obatan
yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
5. Terapi Psikofarmaka : merupakan pengobatan untuk cemas dengan
memakai obat-obatan yang berkhasiat untuk memulihkan fungsi gangguan
neuro-transmiter (sinyal penghantar saraf) disusun saraf otak pusat (limbic
sistem sys). Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti

11
cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam,
lorazepam, buspirone HCI, meprobamate dan alprazolam.
6. Terapi perilaku kognitif: termasuk didalamnya yaitu pelatihan relaksasi
dan umpan balik biologik. Teknik kognitif lainnya (mis. mempertanyakan
bukti, memeriksa alternatif, reframing) juga sangat bermanfaat
2.7 Asuhan Keperawatan Teori
1. Pengkajian
a. Batasan karakteristik
1) Perilaku (Behavioral)
a) Menurunnya produktivitas
b) Gerak-gerik yang asing
c) Gelisah
d) Pandangan sekilas (galncing about)
e) Hipervigilensi
f) Insomnia
g) Rendahnya kontak mata
h) Keresahan
i) Perilaku mengamati
j) Cemas pada perubahan peristiwa hidup
2) Afektive (Affective)
a) Perasaan menderita
b) Aprehensif
c) Perasaan kesusahan
d) Ketakutan
e) Merasa tidak cukup
f) Tidak berdaya
g) Iritabilitas
h) Kegugupan
i) Terlalu gembira
j) Bingung
k) Perasaan menyesal

12
3) Faktor psikologis
Faktor psikologis dapat dilihat dari pandangan psikoanalitik,
pandangan interpersonal, dan pandangan perilaku.
a) Pandangan psikoanalitik
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen
kepribadian . Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif,
sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang. Ego
berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemenyang bertentangan
dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b) Pandangan interpersonal
Ansietas timbul akibat perasaan takut tidak adanya penerimaan dan
penolakan interpersonal. Ansietas berhubungan dengan
perkembagan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang
menimbulkan kelemahan spesifik. Orang mengalami harga diri
rendah terutama mudah mengalami perkembangan ansietas yang
berat.
c) Pandangan perilaku
Ansietas menjadi produk frustasi, yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Pakar perilaku menganggap sebagai dorongan belajar
berdasarkan keinginan dari dalam untuk hindari kepedihan. Individu
yang terbiasa dengan kehidupan dini dihadapkan pada ketakutan
berlebihan, sering menunjukkan ansietas dalam kehidupan
selanjutnya.

13
2. Diagnosa
Melalui data yang dapat dilihat dari gejala dan tanda yang muncul,
maka diagnosis berupa: ansietas. Berikut ini merupakan pohon masalah
diagnosis ansietas:
Gambar. Pohon Masalah Ansietas

Gangguan sensori
persepsi: Gangguan Proses
Menarik Diri
Halusinasi Pikir: waham

Ansietas

Koping individu
Harga Diri Rendah
tidak efektif

14
DIAGNOSIS PERENCANAAN
KEPERAWATAN Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
(Tuk/Tum)
Ansietas TUM : Pasien menunjukkan Bina hubungan saling percaya Kepercayaan dari pasien
Klien akan tanda tanda dapat dengan prinsip komunikasi merupakan hal yang
mengurangi membina hubungan terapiutik, yaitu : akan memudahkan
ansietasnya saling percaya dengan a. Sapa dengan ramah baik verbal perawat dalam
tingkat ringan perawat, yaitu : maupun non verbal. melakuakan pendekatan
hingga panik a. Ekspresi wajah b. Perkenalkan diri dengan sopan. keperawatan atau
TUK 1 : bersahabat. c. Tanyakan nama lengkap klien intervensi selanjutnya
Pasien dapat b. Pasien dan nama panggilan yang disukai terhadap pasien.
membina menunjukkan rasa klien
hubungan saling senang. d. Jelasakan tujuan pertemuan.
percaya c. Pasien bersedia e. Tunjukkan sikap empati dan
berjabat tangan. menerima klien apa adanya.
d. Pasien bersedia f. Beri perhatian kepada klien dan
menyebutkan nama. perhatian kebutuhan dasar
e. Ada kontak mata. lainnya.
f. Pasien bersedia

15
duduk
berdampingan
dengan perawat.
g. Pasien bersedia
mengutarakan
masalah yang
dihadapinya.

Tuk 2 : Kriteria Evaluasi : Dalam rangka mengurangi ansietas Pasien dapat


Pasien dapat Pasien mampu (anxiety reduction), maka perlu mengungkapkan
mengenali mengidentifikasi dan dilakukan intervensi berupa : penyebab ansietasnya,
ansietasnya mengungkapkan a. Bantu pasien untuk sehingga perawat dpat
gejala ansietasnya mengidentifikasi dan menentukan tingkat
menguraikan perasaannya. ansietas pasien dan
b. Hubungkan perilaku dan menentukan intervensi
perasaannya. selanjutnya.
c. Validasi kesimpulan dan asumsi
terhadap pasien.
d. Gunakan pertanyaan terbuka Mengobservasi tanda

16
untuk mengalihkan dari topik verbal dan non verbal
yang mengancam ke hal yang dari ansietas pasien
berkaitan dengan konflik. dapat mengetahui
e. Gunakan konsultasi untuk tingkat ansietas yang
membantu pasien untuk pasien alami.
mengungkapkan perasaannya.
f. Mendengarkan penyebab
ansietas pasien dengan penuh
perhatian.
g. Observasi tanda verbal dan non
verbal dari ansietas pasien.
TUK 3 : Kriteria Evaluasi : Dalam rangka mengurangi level Dukungan keluarga
Pasien daapat Tingkat ansietas ansietas, berikut ini merupakan dapat memperkuat
mengurangi pasien berkurang intervensi yang dapat dilakukan mekanisme koping
tingkat dalam kaitannya dengan teknik pasien sehingga tingkat
ansietasnya menenangkan (calming technique) : ansietasnya berkurang.
a. Menganjurkan keluarga untuk
tetap mendampingi pasien.
b. Mengurangi atau menghilangkan Pengurangan atau

17
ransangan yang menyebabkan penghilangan
pasien ansietas. rangsangan penyebab
ansietas dapat
meningkatkan
ketenangan pada pasien
dan mengurangi tingkat
ansietasnya.
TUK 4 : Kriteria Evaluasi : a. Gali cara pasien mengurangi Peningkatan
Pasien dapat Tingkat ansietas ansietas dimasa lalu. pengetahuan tentang
menggunakan pasien berkurang b. Tunjukkan akibat maladaptif penyakit yang dialami
mekanisme dan destruktif dari respon pasien dapat
koping yang koping yang digunakan. membangun mekanisme
adaptif c. Dorong pasien untuk koping pasien terhadap
menggunakan respons koping ansietas yang
adaptif yang dimilikinya. dialaminya.
d. Bantu pasien untuk menyusun
kembali tujuan hidup,
memodifikasi tujuan,
menggunakan sumber, dan

18
menggunakan ansietas sedang.
e. Latih pasien dengan
menggunakan ansietas sedang.
f. Beri aktivitas fisik untuk
menyalurkan energinya.
g. Libatkan pihak yang
berkepentingan, seperti
keluarga, sebagai sumber dan
dukungan sosial dalam
membantu pasien
menggunakan koping adaptif
yang baru.
TUK 5 : Kriteria Evaluasi : Ajarkan pasien relaksasi untuk Teknik relaksasi yang
Pasien mampu Tingkat ansietas meningkatkan kendali dan rasa diberikan pada pasien
memperagakan pasien berkurang dan percaya diri : dapat mengurangi
dan pasien dapat a. Pengalihan situasi. ansietasnya
menggunakan mengendalikan b. Latihan relaksasi
teknik relaksasi gangguan ansietas 1) Tarik napas dalam
untuk mengatasi atau ansietasnya 2) Mengerutkan dan

19
ansietas mengendurkan otot
3) Hipnotis diri sendiri (latihan
5 jari)
TUK 6 : Kriteria Evaluasi : a. Diskusikan masalah yang Keluarga sebagai
Meningkatkan Keluarga mengetahui dirasakan keluarga dalam support system (sistem
pengetahuan dan maslah ansietas merawat pasien. pendukung) akan
kesiapan anggota keluarganya b. Diskusikan tentang ansietas, sangata berpengaruh
keluarga dalam serta mengetahui cara proses terjadinya ansietas, serta dalam mempercepat
merawat pasien perawatan dan tanda dan gejala. proses penyembuhan
dengan gangguan penanganan anggota c. Diskusikan tentang penyebab dan pasien.
ansietas keluarga dengan akibat dari ansietas.
gangguan ansietas d. Diskusikan cara merawat pasien
dengan ansietas dengan cara
mengajarkan teknik relaksasi
berupa :
1) Mengalihkan situasi
2) Latihan relaksasi dengan
napas dalam, mengerutkan,
dan mengendurkan otot

20
3) Hipnotis diri sendiri (latihan
5 jari)
e. Diskusikan dengan keluarga
tentang perilaku pasien yang
perlu dirujuk dan bagaimana cara
merujuk pasien.

21
BAB 3

APLIKASI KASUS

3.1 Kasus

Pada hari rabu tanggal 12 September 2017 Ny. M datang ke RSUD X.


Saudara Ny. M mengatakan bahwa pasien jika di rumah hampir tiap hari
mencari anaknya yang kerja, padahal anaknya tiap hari sepulang kerja
langsung pulang. Saudara Ny. M mengatakan bahwa Ny. M tiap kali mencari
anaknya yang kerja terlihat bingung, panik akan tetapi tetangganya berusaha
menenangkan Ny. M agar tidak terus-terusan kebingungan mencari anaknya.
Saudara Ny. M berkata Ny. M seperti ini dikarenakan ketika melahirkan anak
pertamanya dulu anaknya meninggal saat dilahirkan, sehingga pada anak
yang ke dua ini ketika anaknya kerja belum waktunya pulang selalu dicari
dan khawatir terhadap anaknya. Pasien terlihat sedikit gelisah karena anaknya
belum pulang kerja. Pasien terlihat selalu menanyakan anaknya, pasien
terlihat tidak dapat duduk dengan tenang, pasien terlihat sedikit tidak sabar
menunggu anaknya pulang dari kerja. Pada pemeriksaan nadi dan tekanan
darah cukup naik.

3.2 Pengkajian
1. Identitas Klien

Inisial : Ny. M
Umur : 55 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Berladang
Suku bangsa : Melayu
Status marital : Menikah
Alamat lengkap : Jln. Adisucipto Gg. Cempaka Putih Dalam

22
2. Alasan Masuk
Saudara klien mengatakan bahwa ketika dirumah klien sering mencari-cari
anaknya, padahal anaknya masih kerja dan belum waktunya pulang.
Keluarga klien mengatakan klien khawatir anaknya tidak pulang dengan
ekspresi wajah cemas ketika bertanya kepada tetangganya tentang
keberadaan anaknya.
Masalah keperawatan : Ansietas
3. Faktor Predisposisi
a. Faktor perkembangan
Keluarga klien mengatakan sebelumnya sudah sering terjadi seperti ini
akan tetapi belum pernah memeriksakannya.
b. Faktor komunikasi dalam keluarga
Komunikasi antar anggota keluarga baik, saat mempunyai masalah,
klien sering menceritakannya kepada anggota keluarganya yang lain
terutama suaminya.
c. Faktor psikologis
Klien termasuk tipe orang yang terbuka, dan merasa kehilangan karena
kematian anaknya yang pertama ketika melahirkan. Adanya
kekhawatiran kepada anaknya yang sedang kerja karena masih trauma
karena ketika melahirkan anak pertamanya anaknya meninggal.
d. Faktor genetik
Dalam keluarga klien kakak klien memiliki riwayat hipertensi. Suami
klien juga ada riwayat hipertensi.
e. Perilaku
Klien selalu mencari-cari anaknya ketika anaknya belum pulang kerja,
dan selalu keluar bertanya-tanya pada tetangganya yang berada diluar
rumah.
f. Faktor interpersonal
Klien mengatakan bahwa takut kehilangan anaknya yang kedua kalinya,
klien takut anaknya terjadi apa-apa ketika kerja.
g. Kajian keluarga

23
Keluarga klien mengatakan klien mengalami cemas, khawatir ketika
anaknya masih kerja dan belum waktunya pulang. Hampir tiap hari
klien seperti itu dengan terlihat ketakutan dan khawatir.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-Tanda Vital   
1) TD : 180 / 90 mmHg
2) N : 90 x/mt     
3) S : 36.7 0C
4) RR : 22 x/mt
b. Ukur                         
TB : 153 cm   
BB : 46 kg     (*) turun    ( ) naik
a. Keluhan  Fisik        ( ) ya         (*) tidak 
Klien mengatakan saat ini tidak ada keluhan fisik yang dirasakan.
5. Psikososial
a. Genogram

Keterangan : 

Laki-laki :

Perempuan :

Sudah meninggal :

Klien :

Tinggal serumah :

24
Klien adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Klien berumur 53 tahun.
Klien sudah menikah dan memiliki 3 orang anak. Klien tinggal serumah
dengan suami dan 3 orang anaknya. Hubungan klien dengan keluarganya
terjalin dengan erat dan sangat baik. Orang yang terdekat dengan klien
adalah suaminya.

3.3 Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


Keperawatan
1. DS : Adanya ancaman Ansietas
1. Saudara Ny. M terhadap konsep
mengatakan bahwa pasien diri
jika di rumah hampir tiap
hari mencari anaknya Gangguan
yang kerja, padahal psikologis
anaknya tiap hari sepulang
kerja langsung pulang.
2. Saudara Ny. M Ansietas
mengatakan bahwa Ny. M
tiap kali mencari anaknya
yang kerja terlihat
bingung, panik.
3. Saudara Ny. M berkata
Ny. M seperti ini
dikarenakan ketika
melahirkan anak
pertamanya dulu anaknya
meninggal saat dilahirkan,
sehingga pada anak yang
ke dua ini ketika anaknya
kerja belum waktunya
pulang selalu dicari dan
khawatir terhadap

25
anaknya.

DO :

1. Klien tampak sedikit


gelisah
2. Pasien terlihat bertanya-
tanya tentang anaknya
yang belum pulang kerja
3. Nadi dan tekanan darah
klien cukup meningkat
4. Observasi TTV
a. TD: 180 / 90 mmHg
b. N: 90 x/mt
c. S : 36.7 0C
d. RR: 22 x/mt

26
3.4 Intervensi

No Dx Keperawatan Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Tindakan Rasional
1. Kecemasan TUM: Pasien menunjukkan Bina hubungan saling percaya: 1. Untuk membuka
Klien akan mengurangi tanda-tanda. 1. beri salam saat berinteraksi interaksi
ansietasnya dari tingkat a. Klien mau menjawab 2. perkenalan nama dan tujuan 2. Supaya klien mengenal
ringan hingga panik. salam. 3. tunjukkan sikap jujur, perawat
b. Klien mau berjabat empati dan tepati janji 3. Agar mengetahui masalah
TUK 1: tangan 4. tanyakan perasaan klien klien
Pasien dapat membina c. Klien mau 5. buat kontrak interaksi yang 4. Untuk memudahkan
hubungan saling menyebutkan nama jelas perkenalan
percaya. d. Klien mau mengenal 6. dengarkan dengan perhatian 5. Agar klien merasa di
perawat perhatikan.
TUK 2: Pasien mampu 1. Bantu pasien untuk 1. Agar perawat dapat
Pasien dapat mengenali mengidentifikasi dan mengidentifikasi dan menentukan tingkat ansietas
ansietasnya mengungkapkan gejala menguraikan perasaannya. pasien.
ansietas. 2. Mendengarkan penyebab 2. Agar pasien mau
ansietas pasien dengan mengungkapkan tentang
penuh perhatian kecemasannya
TUK 3: Tingkat Ansietas pasien Menganjurkan keluarga untuk Dukungan keluarga dapat

27
Pasien dapat berkurang tetap mendampingi pasien meemperkuat mekanisme koping
mengurangi tingkat pasien sehingga tingkat
ansietasnya. ansietasnya berkurang.

TUK 4: Tingkat ansietas pasien Gali cara pasien mengurangi Untuk mencegah kekambuhan
Pasien dapat berkurang ansietas dimasa lalu ansietas pasien.
mengunakan
mekanisme koping
yang adaptif
TUK 5 : Tingkat ansietas pasien Latihan relaksasi Teknik relaksasi yang diberikan
Pasien mampu berkurang dan pasien a. Tarik napas dalam pada pasien dapat mengurangi
memperagakan dan dapat mengendalikan b. Mengerutkan dan ansietas
menggunakan teknik gangguan ansietas atau mengendurkan otot otot
relaksasi untuk ansietasnya c. Hipnotis diri sendiri (latihan
mengatasi ansietas 5 jari)
TUK 6 : Keluarga mengetahui Diskusikan masalah yang Keluarga sebagai support system
Meningkatkan masalah ansietas anggota dirasakan keluarga dalam (sistem pendukung) akan sangat
pengetahuan dan keluarganya serta merawat pasien berpengaruh dalam
kesiapan keluarga mengetahui cara mempercepat proses
dalammerawat pasien perawatan dan penyembuhan pasien

28
dengan gangguan penangganan anggota
ansietas keluarga dengan
gangguan ansietas

29
3.5 Implementasi

Masalah Keperawatan Tindakan Tindakan


Keperawatan Pada Keperawatan Pada
Pasien Keluarga
SP I p SP I k
1. Identifikasi stressor 1. Mendiskusikan
cemas. masalah yang
2. Identifikasi koping dirasakan keluarga
maladaptif dan dalam merawat
akibatnya. pasien.
3. Bantu perluas lapang 2. Menjelaskan
persepsi. pengertian, tanda
4. Konfrontasi positif dan gejala ansietas
Ansietas (jika perlu). sedang yang dialami
5. Latih teknik pasien beserta
relaksasi: nafas proses terjadinya.
dalam. 3. Menjelaskan cara-
6. Membimbing cara merawat pasien
memasukkan dalam cemas.
jadwal kegiatan.
SP II p SP II k
1. Validasi masalah dan 1. Melatih keluarga
latihan sebelumnya. mempeaktekkan cara
2. Latihan koping: merawat pasien
beraktivitas. cemas sedang.
3. Membimbing 2. Melatih keluarga
memasukkan dalam melakukan cara
jadwal kegiatan. merawat langsung
pasien cemas sedang.

30
3.6 Evaluasi

Diagnosa Implementasi Evaluasi


SP 1 : S : klien menjawab
Membina hubungan salam, dan
saling percaya perlu menjawab nama
dipertimbangkan agar lengkap dan
pasien merasa aman dan alamatnya
nyaman saat O : Klien mau
berinteraksi. berinteraksi kepada
1. Mengucapkan salam perawat
terapeutik. A : SP 1 tercapai
2. Berjabat tangan. P : lanjutkan SP 2,
Ansietas 3. Menjelaskan tujuan adakan kontrak
interaksi. waktu pertemuan
berikutnya.
SP 2 : S : klien tampak senang
Mengontrol Kecemasan dan menerima
dengan Relaksasi Nafas O : klien melakukan
Dalam relaksasi nafas
1. Validasi masalah dan dalam
latihan sebelumnya. A : SP 2 tercapai
2. Latihan koping: P : Intervensi
beraktivitas. dihentikan

31
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Gangguan ansietas adalah sekelompok kondisi yang memberi gambaran
penting tentang ansietas yang berlebihan, disertai respon perilaku, emosional dan
fisiologis. Kecemasan adalah respon emosi tanpa objek yang spesifik yang secara
subjektif di alami dan dikomunikasikan secara interversonal. Hal ini bisa di kaji
dengan melihat stresor predisposisi dan stresor presipitasi dan faktor yang lainnya.
Kecemasan mungkin hadir pada beberapa tingkat dalam kehidupan setiap
individu, tetapi derajat dan frekuensi dengan memanifestasikan berbeda secara luas.
Respon masing-masing individu memiliki kecemasan berbeda.
Kecemasan terdiri dari beberapa tingkat yaitu ansietas ringan, ansietas sedang,
ansietas berat dan panik.

4.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca dapat memahami dan
mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan pada pasien gangguan jiwa dengan
ansietas.

32
DAFTAR PUSTAKA

Kusumawati Farida, Hartono Yudi. 2012. Buku Ajar Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Prabowo, E. (2014). Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Putra, Dimas Eka Ardika Dkk. 2018. Hubungan Karakteristik Keluarga Dengan Tingkat
Ansietas Saat Menghadapi Kekambuhan Pasien Gangguan Jiwa. Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Kendal.http://journal.umpo.ac.id/index.php/IJHS/article/download/664/698

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan : DPP PPNI

Sutejo. 2017. Keperawatan Jiwa Konsep Dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa:
Gangguan Jiwa Dan Psikososial. Yogyakarta:Pustaka Baru Press

Yusuf, Fitryasari, Nihayati. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika

33
REVIEW JURNAL

Judul : Hubungan karakteristik keluarga dengan tingkat ansietas


saat menghadapi kekambuhan pasien gangguan jiwa

Penulis : Dimas Eka Ardika Putra, Livana PH, Yulia Susanti

Tahun : 2018

Klien gangguan jiwa dicirikan dengan siklus kekambuhan yang mencapai 60-75%
dari keseluruhan penderita. Kekambuhan memicu terjadinya konflik psikologi seperti ansietas
pada keluarga. Karakteristik keluarga perlu dipertimbangkan dalam memahami permasalahan
ansietas keluarga saat klien mengalami kekambuhan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
hubungan karakteristik keluarga dengan tingkat ansietas saat menghadapi kekambuhan klien
gangguan jiwa di RSJD Amino Gondhohutomo Semarang. Penelitian menggunakan desain
deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel diambil secara purposive
sampling sebanyak 40 keluarga klien gangguan jiwa yang mengalami kekambuhan di IGD
RSJD Amino Gondhohutomo Semarang. Ansietas dapat memberikan dampak secara total
yaitu terhadap fisik, psikologi, intelektual, sosial dan spiritual yang menyebabkan terjadinya
kondisi ketidakseimbangan dalam sistem keluarga. Koping mekanisme yang digunakan
keluarga menjadi tidak efektif, dan berujung pada berbagai respon negatif dari keluarga saat
kekambuhan pasien. Koping yang tidak efektif dan respon negatif keluarga tersebut
menghambat peran dan fungsi keluarga dalam memberikan dukungan kepada anggota
keluarganya yang mengalami gangguan jiwa, sehingga akan berdampak pada dukungan
keluarga selanjutnya dan penelantaran pasien dikemudian hari

Menurut teori Isaacs, menjelaskan bahwa ansietas pada keluarga muncul apabila
keluarga dihadapkan pada situasi yang mengancam keseimbangan keluarga, pemahaman dari
dampak yang ditimbulkan oleh situasi tersebut, dan mekanisme koping yang digunakan oleh
keluarga. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suwondo juga menghasilkan bahwa ansietas
yang muncul pada keluarga yang anggota keluarganya mengalami kekambuhan gangguan
jiwa, lebih diakibatkan oleh persepsi ancaman dan dampak yang ditimbulkan dari
kekambuhan gangguan jiwa. Berdasarkan teori yang telah dijelaskan, maka dapat
disimpulkan bahwa keluarga klien gangguan jiwa dalam kontek budaya jawa dapat
mengalami ansietas yang tinggi saat menghadapi kekambuhan pada klien gangguan jiwa. Hal
tersebut dikarenakan oleh tingginya perasaan khawatir dengan apa yang terjadi pada klien

34
gangguan jiwa yang mereka cintai. Keluarga tetap mencintai klien meskipun memiliki
gangguan jiwa.

35
NASKAH ROLE PLAY
Pasien : Devrinda Ayu Subarkah
Perawat : Rosa Navila
Keluarga Pasien : Nurul Maulida
Pada suatu hari ada Ny. Ayu yang selalu cemas mencari-cari naknya yang sedang
kerja. Hampir tiap hari Ny. Ayu kebingungan mencari anaknya sampai tanya-tanya ke
tetangganya.

Pra Orientasi

Pasien : Lilis mana lilis???

Tetangga : Lilis kan kerja

Pasien : Tapi sudah jam segini kok belum pulang aja

Tetangga : Sekarang kan masih jam 7 malem lilis pulangnya masih nanti jam 10 malem

Tetangga : Kan lilis baru berangkat tadi jam 2 siang, sekarang belum waktunya pulang

Pasien : Laterus kasian lilis sampe jam segini belum pulang juga

Tetangga : Ya emang kan belum waktunya pulang, sabar ditunggu aja lilis pasti pulang dia
ngga bakal kenapa-kenapa

Tetangga : Ayo-ayo tak antarkan pulang nunggu lilis dirumah

Pasien : Lilis lilis lilis

Orientasi

Saudara Pasien : Assalamualaikum sus

Perawat : Waalaikumsalam bu, silahkan duduk

Saudara pasien ; Iya sus

Perawat : Ada yang bisa saya bantu bu

Saudara Pasien : Ini sus sadara saya

Perawat : Ini dengan ibu siapa yaa?

Pasien : Lilis lilis

36
Saudara Pasien : Namamu ituloh siapa bukan nama anakmu

Pasien : Ayu

Perawat : Ooo dengan ibu ayu, perkenalkan saya perawat vila

Perawat : Ini kenapa yaa bu

Pasien : Lilis mana kasian dia, lilis mana

Saudara Pasien : Lilis kerja gausah dicari dia belum waktunya pulang

Saudara Pasien : Jadi gini sus dia ini selalu mencari anaknya, hampir tiap hari dia mencari
anaknya ke tetangga-tetangganya padahal itu anaknya masih kerja di pabrik belum pulang.
Dulunya saudara saya ini pernah kehilangan anaknya sus waktu melahirkan anaknya
meninggal jadi kalua anaknya ini kerja atau pergi kemana gitu dia cemas sus

Pasien : Iya kasiang lilis lawong dia kerja di pabrik paku

Saudara Pasien : Gapapa lilis itu kerja dia belum pulang

Perawat : Ooo jadi gitu yaa buk. Jadi gini buk saya minta waktunya kurang lebih sekitar 10
menit yaa bu biar kita bisa berbincang-bincang, apakah ibu ayu mau?

Pasien : Lilis kasian lilis

Saudara Pasien : Lilis masih kerja, ini loh suster nya mintak waktu bentar buat berbincang-
bincang mau ya

Perawat : Gimana bu ayu mau yaa

Pasien : Iya

Fase Kerja

Perawat : Jadi gini buk saya juga kerjanya shift, jadi ada pembagian waktunya sendiri-sendiri
jadi bu Ayu gausah khawatir kalau belum waktunya pulang jangan dicari terus bu anaknya
gapapa, itu anaknya kerja untuk cari uang jadi bu ayu jangan khawatir

Pasien : Laa kasian e dia kerja di pabrik paku, aku takut lilis kenapa-kenapa

Perawat : Iya bu nggapapa anaknya bu ayu itu kerja kalau waktunya pulang anak bu ayu
pulang, kalau seumpama nerus kan pasti mengghubungi ibu jadi jangan cemas bu

Saudara Pasien : Itu dengarkan pesannya suster

37
Pasien : Iya

Fase Terminasi

Perawat : Jadi gini yaa bu ketika bu ayu sudah terlihat cemas, ibu kasih bu ayu kegiatan untuk
mengurangi rasa cemasnya biar bu ayu lupa sama cemas tentang anaknya yang masih kerja

Saudara Pasien : Seperti apa itu sus

Perawat : seperti ngajak memasak, menjahit, bersihin rumah, atau dikasih pekerjaan seperti
jualan bu, jadi nanti bu ayu lama kelamaan akan lupa dengan rasa cemasnya menegnai
anaknya yang masih kerja

Saudara Pasien : Oalah iya sus terimakasih yaa sus

Perawat : Iya bu

Perawat : Bu ayu jangan cemas lagi yaa anaknya itu kerja dia pasti baik-baik saja kalau
belum waktunya pulang yaa ngga bakal pulang bu

Pasien : Hanya diam dan memandang wajah perawat

Saudara Pasien : Yaudah saya pamit dulu yaa sus , Assalamualaikum

Perawat : Waalaikumsalam

38
PERTANYAAN
1. Robi : Apa perbedaan antara ansietas, depresi, dan gelisah?
2. Allma : Bagaimana cara mengatasi cemas di rumah?
3. Nisa : Hilangnya arti dalam krhidupan jika timbul bagaima cara menanganinya?
JAWABAN
1. Ansietas: Sebuah emosi dan pengalaman subjective dari seseorang.
Depresi : suatu kondisi medis berupa perasaan sedih yang berdampak negatif
terhadap pikiran, tindakan, perasaan, dan kesehatan mental seseorang
Gelisah : perasaan yang mengganjal,dan merasa hati seperti tidak tentram dan
kepikiran sesuatu yang penting sekali buat diri kita dan membuat diri kita tidak
nyaman dan merasakan kecemasan
2. Menarik nafas yang dalam, memusatkan pikiran ke aktivitas yang dijalani, bercerita
kepadaorang yang di percayai, menyediakan waktu untuk diri sendiri, makan teratur,
minum secukupnya,
3. Para ahli teori humanistik mengemukakan bahwa kecemasan merupakan akibat dari
tidak adanya kesesuaian antara kepribadian yang dicita-citakan atau yang di inginkan.
Kecemasan akan meningkat apabila ketidakcocokan tersebut terjadi secara
terusmenerus.

39

Anda mungkin juga menyukai