Anda di halaman 1dari 8

HASIL DISKUSI KELOMPOK 1

COLLABORATIVE LEARNING KEPERAWATAN KELUARGA

ANGGOTA KELOMPOK:
Rizka Zuhriyana (G2A018110)
Rahmadina (G2A018113)
Dhiya Zalfa Qothrunnada (G2A018114)
Halwa Salsabila (G2A018116)
Lia Aryanti Sholekah (G2A018117)
Inayatul Fahmi (G2A018118)
Rini Muarifah (G2A018119)
Alfi Widiyanto (G2A018120)
Hafshah Lailatul Iffat (G2A018121)
Alfina Nurul Hita (G2A018122)
Nila Alfa Muna (G2A018123)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
TAHUN 2021
I. KASUS
Perawat mendapatkan tugas untuk kunjungan keluarga, seorang perempuan
(Ny.A) 40 tahun pada keluarga tersebut mengatakan bahwa suaminya (Tn.S) yang
berusia 45 tahun, dua minggu yang lalu dinyatakan positif TB setelah melakukan
pemeriksaan dahak di puskesmas dan telah mendapatkan obat anti tuberkulosis (OAT).
Menurut istri, suami mulai malas-malasan minum obat, masih batuk batuk namun mulai
berkurang intensitas batuknya, nafsu makan klien menurun, jika makan hanya habis
seperempat piring saja dan selalu mual muntah setelah minum obat yang warnanya
merah, selain itu air kencing berwarna merah. Tn.S sebagai kepala rumah tangga tinggal
serumah dengan 2 anak, masing-masing anak laki-laki usia 20 th, dan anak perempuan 3
tahun.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


a. Risiko defisit nutrisi b.d faktor psikologis, keengganan untuk makan.
b. Ketidakpatuhan b.d program terapi kompleks dan atau lama.
c. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi.
III. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Risiko deficit nutrisi b.d faktor psikologis, keengganan untuk makan.
 Luaran
Status Nutrisi (L.03030)
Setelah dilakukan perawatan 2x24 jam, klien diharapkan status nutrisi
klieen meningkat. Dengan kriteria sebagai berikut:
- Porsi makan yang dihabiskan meningkat.
- Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan nutrisi
- Perasaan cepat kenyang menurun.
- Berat Badan Massa Tubuh (IMT) membaik.
- Nafsu makan membaik.
 Intervensi
1) Manajemen Gangguan Makan (1.03111)
 Observasi
- Monitor asupan dan keluarnya makanan dan cairan serta
kebutuhan kalori.
 Terapeutik
- Timbang berat badan secara rutin.
- Diskusikan penlaku makan dan jumlan aktivitas fisik
(termasuk olahraga) yang sesuai.
- Lakukan kontrak perilaku (mis. target berat badan,
tanggung jawab perilaku)).
- Dampingi ke kamar mandi untuk pengamatan perilaku
memuntahkan kembali makanan.
- Berikan penguatan positir ternadap keberhaSilan target dan
perubahan perilaku.
- Berikan konsekuensi jika tidak mencapai target sesuai
kontrak.
- Rencanakan program pengobatan untuk perawatan di
rumah (mis. medis, konseling)
 Edukasi
- Anjurkan membuat catatan harian tentang perasaan dan
situasi pemicu pengeluaran makanan (mis. pengeluaran
yang disengaja, muntah, aktivitas berlebihan).
- Anjurkan pengaturan diet yang tepat.
- Anjurkan keterampilan koping untuk penyelesaian masalah
perilaku makan
 Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang target berat badan,
kebutuhan kalori dan pilihan makanan.
2) Manajemen Nutrisi (1.03119)
 Observasi
- ldentifikasi status nutrisi.
- ldentifikasi alergi dan intoteransi makanan.
- ldentifikasi makanan disukai.
- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient.
- Identifikasi periunya penggunaan selang nasogastik.
- Monitor asupan makanan.
- Monitor berat badan.
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium.
 Terapeutik
- Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu.
- Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. piramida
makanan).
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesual.
- Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi.
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein.
- Berikan suplemen makanan.jika perilu.
- Hentikan pemberian makan melalui selang nasogatrik jika
asupan oral dapat ditoleransi.
 Edukasi
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu.
- Ajarkan diet yang diprogramkan.
 Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis.
pereda nyeri, antlemetik), jika perlu.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu.

b. Ketidakpatuhan b.d program terapi kompleks dan atau lama.


 Luaran
Tingkat Kepatuhan L.12110
Setelah dilakukan perawatan 2x24 jam, klien diharapkan tingkat
kepatuhan klien meningkat. Dengan kriteria sebagai berikut:
- Verbalisasi kemauan mematuhi program perawatan atau
pengobatan semakin meningkat.
- Verbalisasi mengikuti anjuran meningkat.
- Resiko komplikasi penyakit/maslaah menurun.
- Perilaku mengikuti program, perawatan/pengobatan semakin
membaik.
- Perilaku menjalankan anjuran membaik.
- Tanda dan gejala penyakit semakin berkurang.
 Intervensi
1) Dukungan Kepatuhan Program Pengobatan (1.12361)
 Observasi
- Identifikasi kepatuhan menjalani program pengobatan.
 Terapeutik
- Buat komitmen menjalani program pengobatan dengan
baik.
- Buat jadwal pendampingan kelurga untuk bergantian
menemani pasien selama menjalani program pengobatan,
jika perlu.
- Dokumentasikan aktivitas selama menjalani proses
pengobatan.
- Diskusikan hal-hal yang dapat mendukung atau
menghambat berjalannya program pengobatan.
- Libatkan keluarga untuk mendukung program pengobatan
yang dijalani.
 Edukasi
- Informasikan program pengobatan yang harus dijalani.
- Informasikan manfaat yang akan diperoleh jika teratur
menjalani program pengobatan.
- Anjurkan keluarga untuk mendampingi dan merawat pasien
selama menjalani program pengobatan.
- Anjurkan pasien dan keluarga melakukan konsultasi ke
pelayanan Kesehatan terdekat, jika perlu.
2) Dukungan Tnggung Jawab Pada Diri Sendiri (1.09277)
 Observasi
- Identifikasi persepsi tentang masalah Kesehatan.
- Monitor pelaksanaan tanggung jawab.
 Terapeutik
- Berikan kesempatan merasakan memiliki tanggung jawab.
- Tingkatkan rasa tanggung jawab atas perilaku sendiri.
- Hindari berdebat atau tawar-menawar tentang perannya di
ruang perawatan.
- Berikan penguatan dan umpan balik positif jika
melaksanakan tanggung jawab atau mengubah perilaku.
 Edukasi
- Diskusikan tanggung jawab terhadap profesi pemberi
asuhan.
- Diskusikan konsekuensi tidak melaksanakan tanggung
jawab.

c. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi.


 Luaran
Setelah dilakukan perawatan 2x24 jam, klien diharapkan dapat (L.12111):
Tingkat pengetahuan meningkat, dengan kriteria:
- Perilaku sesuai anjuran meningkat.
- Perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat.
- Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi menurun.
- Persepsi yang keleru terhadap masalah menurun.
- Perilaku membaik.
 Intervensi
1) Edukasi Kesehatan (Kode: 1.12383)
 Observasi
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi.
- Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat.
 Terapeutik
- Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan.
- Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai dengan kesepakatan.
- Berikan kesempatan untuk bertanya.
 Edukasi
- Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan.
- Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat.
- Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat.

IV. INTERVENSI FOKUS PADA TERAPI KELUARGA


Intervensi fokus pada terapi keluarga yang dapat diberikan dalam mengurangi
beban keluarga merawat klien adalah psikoedukasi. Terapi psikoedukasi ini dapat
digunakan untuk meningkatkan self efficacy pada keluarga. Self efficacy merupakan
bentuk dukungan untuk meningkatkan fungsi keluarga yang dapat diberikan agar kualitas
hidup klien tetap maksimal dalam melakukan kegiatan yang menunjang pada status
kesehatan. Self efficacy mampu untuk merubah perilaku, memotivasi keluarga untuk
terus belajar memberikan perawatan yang terbaik, menjaga dari kekambuhan.
Terapi keluarga merupakan intervensi spesifik dengan tujuan membina
komunikasi secara terbuka dan interaksi keluarga secara sehat. Pemberian terapi
psikoedukasi sebagai terapi keluarga dapat mempengaruhi persepsi serta motivasi
keluarga dalam merawat pasien dengan penyakit kronik. Hal ini, sesuai dengan hasil
suatu penelitian yang menunjukkan hasil bahwa psikoedukasi dapat meningkatkan
pengetahuan. Pada penelitian tersebut, menunjukkan bahwa efikasi diri penderita
tuberkulosis resisten obat merupakan keyakinan penderita akan kemampuannya untuk
menjalani pengobatan tuberkulosis dalam jangka waktu yang ditentukan. Pengalaman
baik langsung maupun tidak langsung dalam menjalani pengobatan tuberkulosis dapat
menjadi pendorong tingginya efikasi diri penderita.

Anda mungkin juga menyukai