Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari Kualitas Pelayanan, Kualitas Produk,
Experiential Marketing dan Lokasi dengan Intervening Kepuasan Konsumen Terhadap Minat Beli Ulang
McDonald's Cabang Green Garden Kedoya. Data sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah
155 responden yang diperoleh pengambilannya melalui teknik non-probability sampling dengan purposive
sampling. Responden merupakan konsumen McDonald’s Cabang Green Garden yang berusia minimal 17
tahun ketika penelitian ini dilakukan dan berlokasi di wilayah Jakarta, kuesioner yang diberikan
menggunakan skala likert 1 sampai 5 untuk memberikan jawaban ragu-ragu atau netral pada responden
ketika tidak mengalami apa yang ada di kuesioner tersebut. Metode analisis yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan metode Path Analysis atau analisa jalur dengan software pengolah data yaitu
Statistical Product and Service Solutions atau SPSS. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kualitas
pelayanan memiliki pengaruh secara positif terhadap kepuasan konsumen, sedangkan kualitas produk
tidak memiliki pengaruh terhadap kepuasan konsumen. Experiential marketing memiliki pengaruh secara
positif dan signifikan terhadap kepuasan konsumen, begitu juga dengan lokasi yang memiliki pengaruh
positif terhadap kepuasan konsumen. Kualitas pelayanan tidak memiliki pengaruh positif terhadap Minat
Beli Ulang, namun kualitas produk terdapat pengaruh secara positif dan signifikan terhadap Minat Beli
Ulang konsuemen. Sedangkan experiential marketing juga tidak memiliki pengaruh positif terhadap Minat
Beli Ulang konsumen, lokasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Minat Beli Ulang
konsumen.
Kata kunci: Kualitas Pelayanan, Kualitas Produk, Experiential Marketing, Lokasi, Kepuasan Konsumen,
Minat Beli Ulang.
Abstract
This study aims to determine the effect of Service Quality, Product Quality, Experiential Marketing and
Location by Intervening Consumer Satisfaction on Purchasing Intention a t McDonald's Green Garden
Kedoya Branch. The sample data used in this study amounted to 155 respondents obtained through non-
probability sampling technique with purposive sampling. Respondents are McDonald's Green Garden
Branch consumers who were at least 17 years old when this research was conducted and located in the
Jakarta area, the questionnaire was given using a Likert scale of 1 to 5 to provide hesitant or neutral
answers to respondents when they did not experience what was in the questionnaire. The method of
analysis used in this research is Path Analysis or path analysis with data processing software, namely
Statistical Product and Service Solutions or SPSS. The results of this study indicate that service quality
has a positive influence on customer satisfaction, while product quality has no effect on customer
satisfaction. Experiential marketing has a positive and significant influence on customer satisfaction, as
well as location which has a positive influence on customer satisfaction. Service quality does not have a
positive effect on repurchase interest, but product quality has a positive and significant impact on
consumer repurchase interest. Meanwhile, experiential marketing also does not have a positive influence
on consumer Repurchase Interest, location has a positive and significant influence on consumer
Repurchase Interest.
Keywords: Service Quality, Product Quality, Experiential Marketing, Location, Customer Satisfaction,
Repurchase Interest
Pendahuluan
Pada umumnya semua perusahaan dalam prosesnya mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk
memberikan kepuasan kepada konsumen yang semaksimal mungkin dengan harapan pelayanan yang
diberikan mampu untuk mempengaruhi kuantitas dana pihak ke tiga, untuk mencapai tujuan tersebut,
maka pihak perusahaan harus dapat memperoleh dan memanfaatkan sumber-sumber yang ada untuk
digunakan secara efektif dan efisien, kemudian memaksimalkan penerimaan dibandingkan
pengorbanan/pengeluaran tertentu. Dengan demikian usaha-usaha yang dilakukan perusahaan diarahkan
untuk meningkatkan penjualan dan menguasai pasar yang lebih besar pada masa mendatang melalui
penerapan pemasaran berupa kualitas produk, kualitas pelayanan experiential marketing dan harga yang
sebaik-baiknya. Pemenuhan kebutuhan dan keinginan sangat ditentukan oleh tingkat kepentingan maupun
kepuasan pelanggan itu sendiri. Seiring makin banyaknya aktivitas diluar rumah yang sangat bervariasi
oleh manusia, maka kesempatan orang yang bersifat cepat, praktis dan nyaman semakin tinggi
(Rahmawati, 2017). Perkembangan dunia usaha yang tumbuh dengan pesat dewasa ini, telah
mengakibatkan kondisi persaingan bisnis perusahaan semakin tinggi. Persaingan sebagai salah satu
kompleksitas dari badan usaha atau perusahaan mengharuskan para pengelola perusahaan khususnya
bagian pemasaran untuk mampu mengantisipasi setiap perubahan, permasalahan, atau tantangan baik yang
bersifat intern maupun eksteren. Salah satu faktor penting dalam mendukung keberhasilan pemasaran dari
perusahaan adalah melalui penerapan pemasaran yang di dalamnya mencakup lokasi, kualitas pelayanan,
kualitas produk dan experiential marketing
Suatu produk dapat dikenal oleh masyarakat adalah tujuan dari kegiatan pemasaran, dengan
promosi, sedangkan pemasaran itu sendiri merupakan kegiatan pemasaran yang di dalamnya terjadi proses
yaitu memodifikasi tingkah laku, memberitahukan, membujuk, dan mempersuasi agar konsumen
memahami produk atau jasa yang akhirnya mendorongnya untuk membeli. Oleh karena promosi, maka
akan dapat mempengaruhi perilaku konsumen untuk memahami, mengevaluasi, memilih, dan
memutuskan untuk membeli sebuah produk. Hal ini perlu didorong oleh perusahaan supaya cepat
menerapkan pemasaran produk. Kebutuhan tersebut mendesak bagi perusahaan pembuat produk untuk
segera menerapkan pemasaran dengan penjelasan kualitas produk, pelayanan yang baik dan harga yang
tepat agar dapat meningkatkan dana pihak ketiga dan menempatkannya dalam segmen pasar yang sesuai
agar berhasil memperoleh pangsa pasar yang cukup besar. Pemasaran dengan penjelasan kualitas produk,
pelayanan yang baik dan harga yang tepat dapat dikatakan sebagai pandangan perusahaan terhadap pasar
dan posisi bisnis yang diinginkan dalam jangka panjang. Secara rinci pemasaran dengan promosi
merupakan logika pemasaran dengan nama unit bisnis diharapkan mencapai sasaran pemasarannya.
Logika ini terdiri dari khusus untuk pasar sasaran, marketing mix, dan tingkat pemasaran. Penerapan
pemasaran yang tepat akan menemukan jalan bagi perusahaan untuk dapat membedakan dirinya secara
efektif dari pesaing, dan dapat mempergunakan kesempatan berdasarkan kekuatan-kekuatan yang ada
untuk memberikan nilai terbaik pada konsumen.
TINJAUAN PUSTAKA
Minat Beli Ulang
Minat beli adalah tahap dimana konsumen membentuk pilihan mereka diantara beberapa merek
yang tergabung dalam perangkat pilihan. Kemudian pada akhirnya melakukan suatu pembelian pada suatu
altenatif yang paling disukainya atau proses yang dilalui konsumen untuk membeli suatu barang atau jasa
yang didasari oleh bermacam pertimbangan. Menurut Kotler (2013) minat beli timbul setelah adanya
proses evaluasi alternatif. Dalam proses evaluasi, seseorang akan membuat suatu rangkaian pilihan
mengenai produk yang hendak dibeli atas dasar merek maupun minat. Menurut Suwandari et. al. (2019)
yang menjadi indikator Minat beli ulang seorang calon konsumen yaitu, perhatian, ketertarikan, keinginan
dan tindakan. Menurut Kotler & Armstrong (2015) minat beli ulang merupakan bagian dari perilaku
membeli sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi minat beli ulang kurang lebih sama dengan faktor-
faktor yang mempengaruhi perilaku membeli.
1. Faktor kebudayaan, adalah faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang yang paling
mendasar. Jika makhluk yang lebih rendah perilakunya sebagian besar diatur oleh naluri, maka
perilaku manusia sebagian besar adalah dipelajari.
2. Faktor Sosial, yaitu kelompok-kelompok yang memberikan pengaruh langsung atau tidak
langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang. Kelompok ini biasanya disebut dengan kelompok
keanggotaan, yaitu sebuah kelompok yang dapat memberikan pengaruh secara langsung terhadap
seseorang.
3. Faktor Pribadi, yaitu keadaan ekonomi seseorang dapat dilihat dari tingkat pendapatan yang dapat
berpengaruh terhadap pilihan produk.
4. Faktor Psikologis yaitu merupakan interpretasi dari sensasi dan proses pemilihan informasi akan
hal-hal tertentu yang berarti bagi konsumen. Faktor psikologis persepsi merupakan faktor yang
dapat mempengaruhi perilaku membeli.
Kepuasan Konsumen
Kepuasan konsumen merupakan faktor penting khususnya untuk perusahaan jasa. Karena bagi
perusahaan jasa kepuasan konsumen menjadi acuan keberhasilan perusaan dalam memberikan pelayanan
pada konsumen. Untuk mencapai kepuasan konsumen perusahaan harus memberikan kualitas pelayanan
yang optimal sesuai dengan harapan konsumen. Konsumen yang terpuaskan akan menjadi konsumen
perusahaan dan akan memberikan dampak positif bagi kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Menurut
Daryanto & Setyobudi (2014) mengatakan kepuasan konsumen adalah suatu penilaian emosional dari
konsumen setelah konsumen menggunakan produk dimana harapan dan kebutuhan konsumen yang
menggunakannya terpenuhi. Pada umumnya perusahaan melakukan aktivitas bisnis atau tugas pemasar
mengkonsumsikan dan menawarkan barang atau jasa dari suatu perusahaannya adalah untuk menciptakan
sebuah kepuasan bagi konsumen maupun pelanggannya. Dengan hal itu para peneliti sebelumnya
berupaya untuk menyusun kerangka secara teoritis untuk menjelaskan mengenai faktor yang menentukan
proses pembentukan dan konsekuensi dari kepuasan itu sendiri.
Kualitas Pelayanan
Menurut Kotler & Keller (2016) “Kualitas layanan adalah tindakan atau kinerja yang dapat
ditawarkan salah satu pihak kepada pihak lain yang dasarnya tidak berwujud dan tidak menghasilkan
kepemilikan apa pun”. Menurut Parasuraman, Zeithaml, dan Berry dalam Sudarso (2016) yang
mengemukakan bahwa “Kualitas layanan merupakan manfaat yang dirasakan berdasarkan evaluasi
konsumen atas interaksi dibandingkan dengan manfaat yang diharapkan sebelumnya”. Menurut Tjiptono
& Chandra (2016) “Kualitas pelayanan adalah tingkat keunggulan yang di harapkan dan pengendalian atas
tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan”. Kualitas pelayanan merupakan suatu
penyajian produk atau jasa yang sesuai dengan standar perusahaan dan diupayakan dalam penyampaian
produk dan jasa tersebut sama dengan apa yang diharapkan konsumen atau pelanggan.
Kualitas Produk
Produk merupakan inti dari sebuah kegiatan pemasaran karena produk merupakan output atau
hasil dari salah satu kegiatan atau aktivitas perusahaan yang dapat ditawarkan ke pasar sasaran untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Pada dasarnya dalam membeli suatu produk, seorang
konsumen tidak hanya membeli produk, akan tetapi konsumen juga membeli manfaat atau keunggulan
yang dapat diperoleh dari produk yang dibelinya. Oleh karena itu, suatu produk harus memiliki
keunggulan dari produk-produk yang lain, salah satunya dari segi kualitas produk yang ditawarkan.
Kualitas produk merupakan salah satu kunci persaingan diantara pelaku usaha yang ditawarkan kepada
konsumen. Menurut American Society dalam buku Kotler & Keller (2016) pengertian kualitas adalah
sebagai berikut, “Quality is the totality of features and characteristics of a product or service that bear on
its ability to satisfy stated or implied needs”. Kotler & Armstrong (2015) mendefinisikan kualitas produk
sebagai “Product quality is the characteristics of a product or service that bear on its ability to satisfy stated
or implied customer needs”. Kualitas produk merupakan kemampuan suatu produk dalam memenuhi
keinginan konsumen. Keinginan konsumen tersebut diantaranya daya tahan produk, keandalan produk,
kemudahan pemakaian, serta atribut bernilai lainnya yang bebas dari kekurangan dan kerusakan.
Experiential Marketing
Experiential marketing merupakan salah satu konsep yang relatif baru di bidang manajemen
pemasaran. Menurut Lee et. al., (2016) experiential marketing sebagai memori kenangan atau pengalaman
yang masuk dalam ke benak pelanggan. Experiential Marketing berasal dari dua kata yaitu experience dan
marketing. Experience adalah “pengalaman merupakan peristiwaperistiwa pribadi yang terjadi
dikarenakan adanya stimulus tertentu (misalnya yang diberikan oleh pihak pemasar sebelum dan sesudah
pembelian barang atau jasa)” (Schmitt, 1999). Pengertian dari experiential marketing menurut Schmitt
(1999) adalah cara untuk menciptakan pengalaman yang akan dirasakan oleh pelanggan ketika
menggunakan produk atau jasa melalui panca indera (sense), pengalaman afektif (feel), pengalaman
berpikir secara kreatif (think), pengalaman pelanggan yang berhubungan dengan tubuh secara fisik,
dengan perilaku dan gaya hidup, serta dengan pengalaman-pengalaman sebagai hasil dari interaksi dengan
orang lain (act), juga menciptakan pengalaman yang terhubung dengan keadaan sosial, gaya hidup, dan
budaya yang dapat merefleksikan merek tersebut yang merupakan pengembangan dari sense, feel, think,
dan act (relate) (Schmitt, 1999).
Lokasi
Lokasi merupakan tempat melayani konsumen, dapat pula diartikan sebagai tempat untuk
memajangkan barang-barang dagangannya (Kasmir, 2016). Definisi lokasi adalah tempat perusahaan
beroperasi atau tempat perusahaan melakukan kegiatan untuk menghasilkan barang dan jasa yang
mementingkan segi ekonominya. Menurut Adiwijaya (2010) penentuan lokasi adalah strategi utama dalam
usaha ritel. Lokasi yang strategis akan menjadi jalan pembuka yang menentukan kesuksesan sebuah usaha
ritel. Banyak pengusaha ritel yang terkadang kurang memahami pentingnya lokasi ketika membuka usaha
ritel sehingga tidak melakukan survei lokasi dan menyusun strategi yang tepat dalam pemilihan lokasi
tersebut. Menurut Nugroho dan Paramito, suatu lokasi disebut strategis bila berada dipusat kota, kepadatan
populasi, kemudahan mencapainya menyangkut kemudahan transportasi umum, kelancaran lalu lintas dan
arahnya tidak membingungkan konsumen (Wibowo, 2014). Lokasi yang strategis membuat konsumen
lebih mudah dalam menjangkau dan juga keamanan yang terjamin. Sehingga dengan demikian, ada
hubungan antara lokasi yang strategis dengan daya tarik konsumen untuk melakukan pembelian suatu
produk.
Penelitian Terdahulu
Hubungan Antara Kualitas Pelayanan (X1) terhadap Minat Beli Ulang (Y)
Kualitas pelayanan adalah kinerja yang ditawarkan oleh seseorang kepada orang lain. Kinerja
tersebut dapat berupa suatu tindakan yang tidak berwujud dan tidak berakibat pada kepemilikan barang
apapun dan kepada siapapun (Kotler & Keller, 2016) jika perusahaan memiliki kemampuan dalam
memberikan kualitas pelayanan yang baik untuk pelanggan dapat mempengaruhi pelanggan untuk
membeli terus menerus produk atau jasa tersebut.
Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Octaviana & Nugrahaningsih (2018)
dengan judul Pengaruh Experiential Marketing Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Minat Membeli Ulang
Melalui Kepuasan Pelanggan Sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus Pada Pt. Meratus Line Jakarta),
dimana terdapat pengaruh antara Kualitas Pelayanan terhadap Minat Beli Ulang.
Hubungan Antara Kualitas Produk (X2) terhadap Minat Beli Ulang (Y)
Menurut Kotler & Keller (2016) menjelaskan bahwa kualitas produk adalah kemampuan suatu
barang untuk memberikan hasil atau kinerja yang sesuai bahkan melebihi dari apa yang diingikan oleh
pelanggan. Jika perusahaan dapat memberikan kualitas produk yang sesuai bahkan melebihi harapan maka
akan terjadi Minat Beli Ulang kepada pelanggan tersebut.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ghassani (2016) yang berjudul Pengaruh
Kualitas Produk Dan Harga Terhadap Minat Beli Ulang Bandeng Juwana Vaccum Melalui Kepuasan
Konsumen Sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus Pada Pelanggan Pt. Bandeng Juwana Elrina
Semarang), dimana Kualitas Produk memiliki pengaruh yang positif terhadap Minat Beli Ulang.
Hubungan Antara Experential Marketing (X3) terhadap Minat Beli Ulang (Y)
Experiential marketing merupakan suatu teknik marketing dimana pemasar berusaha untuk
menciptakan pengalaman pelanggan dengan cara mengirimkan stimuli dalam benak pelanggan (Schmitt
& Zarantonello, 2013). Apabila perusahaan melakukan experiential marketing secara tepat maka
konsumen akan memiliki minat untuk membeli produk perusahaan tersebut karena adanya emosional yang
terjadi pada konsumen untuk terjadinya Minat Beli Ulang.
Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Setyono et. al., (2017) dengan judul Analisa
Pengaruh Experiential Marketing Terhadap Minat Beli Ulang Ulang Konsumen Konig Coffee & Bar.
Sedangkan menurut Octaviana & Nugrahaningsih (2018) menjelaskan bahwa Experiential Marketing
tidak memiliki pengaruh positif terhadap Minat Beli Ulang.
Hubungan Antara Experential Lokasi (X4) terhadap Minat Beli Ulang (Y)
Lokasi memiliki peran penting terhadap kelangsungan berjalannya suatu perusahaan. Menurut
Heizer & Render (2016) lokasi yang strategis lebih sering mempengaruhi pendapatan dibanding terhadap
biaya, dimana Minat Beli Ulang konsumen dapat terjadi jika lokasi suatu usaha lebih strategis untuk
dijangkau.
Penelitian ini didukung oleh Faradiba & Astuti (2013) dengan judul Analisis Pengaruh Kualitas
Produk, Harga, Lokasi Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Minat Beli Ulang Ulang Konsumen(Studi Pada
Warung Makan “Bebek Gendut” Semarang).
Hubungan Antara Kualitas Pelayanan (X1) terhadap Kepuasan Konsumen (Z)
Menurut Malik et. al., (2012) salah satu faktor utama yang mempengaruhi kepuasan pelanggan
adalah kualitas pelayanan, dimana kualitas layanan tidak hanya merupakan faktor penting kepuasan
pelanggan di industri manufaktur tetapi juga di perusahaan jasa. Layanan berkualitas tinggi akan memiliki
dampak positif pada kepuasan pelanggan. Ketika pelanggan tidak mendapatkan kualitas layanan yang
mereka dapatkan sebelum pembelian kepercayaan mereka akan mengguncang yang pada gilirannya
membuat pelanggan puas dan ini berakhir di saklar pelanggan untuk penyedia lainnya.
Hal ini didukung dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Roselina & Niati (2019)
menunjukkan hasil kualitas pelayanan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan
pelanggan.
Hubungan Antara Kualitas Produk (X2) terhadap Kepuasan Konsumen (Z)
Menurut Kotler & Armstrong (2011) bahwa kualitas produk merupakan satu dari alat posisioning
pemasaran yang diunggulkan. Kualitas produk memiliki dampak langsung pada produk dan jasa serta
yang paling dekat dan terhubung dengan nilai pelanggan dan kepuasan. Menurut Jahanshahi et. al., (2011)
kualitas produk merupakan suatu kondisi ketika perusahaan menciptakan suatu produk dan jasa yang
sesuai dengan standar penciptaan produk, dimana manusia, proses produksi dan lingkungan penciptaan
produk memiliki keunggulan-keunggulan sehingga produk yang diciptakan perusahaan memenuhi
kebutuhan dan keinginan konsumen. Lingkungan penciptaan produk juga memiliki keunggulan-
keunggulan sehingga produk yang diciptakan oleh perusahaan dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumen. Sehingga, ketika kualitas produk sesuai dengan yang diharapkan oleh pelanggan, maka hal ini
akan membuat pelanggan merasa puas akan produk tersebut.
Hal ini didukung dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Agestina & Susilowati (2019)
yang mengatakan bahwa kualitas produk memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan
pelanggan.
Hubungan Antara Experiential Marketing (X3) terhadap Kepuasan Konsumen (Z)
Konsep experiential marketing adalah sentuhan baik secara fisik maupun psikologis yang bisa
memberikan kemenangan bagi pelanggan terhadap layanan yang didapatkan pelanggan selama
berinteraksi dengan perusahaan. Ketika penerapan experiential marketing menyentuh perasaan pelanggan
maka pelanggan memiliki pengalaman khusus ketika berhubungan dengan layanan perusahaan. Melalui
experiential marketing, pemasar berusaha untuk mengerti, berinteraksi dengan konsumen dan berempati
terhadap kebutuhan mereka. Dengan strategi ini diharapkan konsumen akan menjadi loyal, bersedia
melakukan hubungan jangka panjang, menggunakan produk dan jasa perusahaan secara terus menerus dan
merekomendasikan kepada teman-teman dan orang terdekat mereka.
Hal ini didukung dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Yanti et. al., (2019) yang
mengatakan bahwa experiential marketing memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan
pelanggan namun tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Octaviana & Nugrahaningsih
(2018) yang menjelaskan bahwa tidak ada pengaruh secara positif antara Experiential Marketing terhadap
Kepuasan Konsumen.
Hubungan Antara Lokasi (X4) terhadap Kepuasan Konsumen (Z)
Ardhana (2010) mengatakan bahwa mood dan respon pelanggan dipengaruhi secara signifikan
oleh lokasi, desain dan tata letak fasilitas jasa. Fleksibilitas sebuah lokasi merupakan ukuran sejauh mana
sebuah jasa mampu bereaksi terhadap situasi perekonomian yang berubah. Keputusan pemilihan lokasi
berkaitan dengan komitmen jangka panjang terhadap aspekaspek yang sifatnya kapital intensif, karena itu
penyedia jasa harus mempertimbangkan, menyeleksi dan memilih lokasi yang responsif terhadap
kemungkinan perubahan ekonomi, demografis, budaya, persaingan dan peraturan di masa mendatang.
Hal ini didukung dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Wirawan et. al., (2019) yang
mengatakan bahwa lokasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan.
Hubungan Antara Kualitas Pelayanan (X1) terhadap Minat Beli Ulang (Y) Melalui Kepuasan
Konsumen (Z)
Menurut Kotler & Keller (2016) bagaimana sikap perusahaan terhadap konsumen turut
membentuk terjadinya Minat Beli Ulang, yang artinya apabila konsumen merasa puas terhadap kualitas
pelayanan yang diberikan oleh perusahaan maka akan terbentuk adanya Minat Beli Ulang oleh konsumen.
Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Octaviana & Nugrahaningsih (2016)
dengan judul Pengaruh Experiential Marketing Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Minat Membeli Ulang
Melalui Kepuasan Pelanggan Sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus Pada Pt. Meratus Line Jakarta),
dimana terdapat pengaruh antara Kualitas Pelayanan terhadap Minat Beli Ulang.
Hubungan Antara Kualitas Produk (X2) terhadap Minat Beli Ulang (Y) Melalui Kepuasan
Konsumen (Z)
Kualitas produk yang sesuai dengan ekspektasi konsumen, maka konsumen tersebut akan merasa
puas dan juga muncul minat untuk membeli produk yang ditawarkan oleh perusahaan. Definisi kualitas
produk menurut Kotler & Keller (2016) yaitu kemampuan suatu perusahaan untuk memberikan produk
yang sesuai bahkan melebihi dari apa yang diharapkan oleh konsumen. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Mahemba & Rahayu (2019) yang berjudul Pengaruh Harga dan Kualitas Produk
Terhadap Minat Beli Ulang Konsumen dengan Kepuasan Konsumen Sebagai Variabel Mediasi.
Hubungan Antara Experential Marketing (X3) terhadap Minat Beli Ulang (Y) Melalui Kepuasan
Konsumen (Z)
Experiential marketing didefinisikan sebagai pengalaman yang diberikan kepada konsumen untuk
mengekplorasi dan mengenal produk untuk pembelian di masa mendatang karena adanya kepuasan
konsumen terhadap pengalaman yang diberikan oleh perusahaan. Dengan adanya experiential marketing,
pelanggan akan mampu membedakan produk dan jasa yang satu dengan lainnya (Nigam, 2012).
Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Octaviana & Nugrahaningsih (2018) dengan
judul Pengaruh Experiential Marketing Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Minat Membeli Ulang Melalui
Kepuasan Pelanggan Sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus Pada Pt. Meratus Line Jakarta).
Hubungan Antara Lokasi (X4) terhadap Minat Beli Ulang (Y) Melalui Kepuasan Konsumen (Z)
Lokasi yang strategis dapat mempengaruhi kepuasan kosumen karena lokasi yang mudah
dijangkau, Lokasi merupakan aspek penting dalam saluran distribusi, lokasi yang baik dapat menjamin
tersedianya akses yang cepat, yang dapat menarik sebagian besar konsumen dan cukup kuat untuk
mengubah pola berbelanja (Utami, 2010).
Penelitian ini didukung oleh Ghulam (2016) dengan judul Pengaruh Harga, Produk, Lokasi dan
Pelayanan Terhadap Minat Beli Ulang Melalui Kepuasan Konsumen (Studi pada Restoran Pantai Sari
Pekalongan).
Pengembangan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara yang akan diuji kebenarannya. Berdasarkan teori dan
penelitian sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H1: Diduga Kualitas Pelayanan berpengaruh terhadap Kepuasan Konsumen McDonald’s Cabang Green
Garden Kedoya
H2: Diduga Kualitas Produk berpengaruh terhadap Kepuasan Konsumen McDonald’s Cabang Green
Garden Kedoya
H3: Diduga Experiential Marketing berpengaruh terhadap Kepuasan Konsumen McDonald’s Cabang
Green Garden Kedoya
H4: Diduga Lokasi berpengaruh terhadap Kepuasan Konsumen McDonald’s Cabang Green Garden
Kedoya
H5: Diduga Kualitas Pelayanan berpengaruh terhadap Minat Beli Ulang McDonald’s Cabang Green
Garden Kedoya
H6: Diduga Kualitas Produk berpengaruh terhadap Minat Beli Ulang McDonald’s Cabang Green Garden
Kedoya
H7: Diduga Experiential Marketing berpengaruh terhadap Minat Beli Ulang McDonald’s Cabang Green
Garden Kedoya
H8: Diduga Lokasi berpengaruh terhadap Minat Beli Ulang McDonald’s Cabang Green Garden Kedoya
H9: Diduga Kepuasan Konsumen berpengaruh terhadap Minat Beli Ulang McDonald’s Cabang Green
Garden Kedoya
METODE PENELITIAN
Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis atau desain riset atau rancangan penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif yang
menggunakan metode survei yakni pengamatan dan penyelidikan secara kritis untuk mendapatkan
keterangan yang tepat terhadap suatu persoalan dan obyek tertentu di daerah kelompok komunitas atau
lokasi tertentu akan ditela’ah (Arikunto, 2015). Penelitian ini mengkaji Pengaruh Kualitas Pelayanan,
Kualitas Produk, Experential Marketing dan Lokasi dengan Intervening Kepuasan Konsumen terhadap
Minat Beli Ulang McDonald’s Cabang Green Garden Kedoya”.
Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah populasi yang tidak diketahui jumlahnya yaitu Konsumen
McDonald’s Cabang Green Garden Kedoya. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2017). Ukuran populasi dalam penelitian sangat banyak dan
tidak diketahui jumlahnya dengan pasti, maka besar sampel yang digunakan menurut Hair et, al., (2016)
n x 5 yaitu n merupakan indikator kuesioner penelitian ini. Jumlah sampel yang diambil adalah 155 orang
sehingga pada penelitian ini, menggunakan metode nonprobability sampling dengan teknik purposive
sampling. Metode nonprobability sampling adalah pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang
atau kesempatan sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik purposive
sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2015). Maka,
pemilihan sampel yang dipertimbangkan memiliki hubungan yang sangat erat dengan ciri-ciri populasi
yang sudah diketahui sebelumnya yakni sebagai berikut :
a. Bersedia menjadi responden.
b. Responden minimal berusia 17 tahun.
c. Konsumen McDonald’s Cabang Green Garden Kedoya yang ditemui selama periode
penelitian
Definisi Operasional Variabel
Kualitas Layanan
Menurut Tjiptono (2014) bahwa kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan
dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Sebaliknya,
definisi kualitas yang bervariasi dari yang kontroversional hingga kepada yang lebih strategic.
Kualitas Produk
Definisi dari kualitas produk adalah mencerminkan kemampuan produk untuk menjalankan
tugasnya yang mencakup daya tahan, kehandalan atau kemajuan, kekuatan, kemudahan dalam
pengemasan dan reparasi produk dan ciri-ciri lainnya (Kotler & Armstrong, 2016). Kualitas produk adalah
kualitas dari kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan pembuat produk kepada pasar sasaran
(Kotler, 2016).
Experiential Marketing
Experiential marketing menurut Schmitt (1999) adalah cara untuk menciptakan pengalaman yang
akan dirasakan oleh pelanggan ketika menggunakan produk atau jasa melalui panca indera (sense),
pengalaman afektif (feel), pengalaman berpikir secara kreatif (think), pengalaman pelanggan yang
berhubungan dengan tubuh secara fisik, dengan perilaku dan gaya hidup, serta dengan
pengalamanpengalaman sebagai hasil dari interaksi dengan orang lain (act), juga menciptakan pengalaman
yang terhubung dengan keadaan sosial, gaya hidup, dan budaya yang dapat merefleksikan merek tersebut
yang merupakan pengembangan dari sense, feel, think, dan act (relate).
Lokasi
Lokasi adalah posisi suatu tempat, benda, peristiwa dipermukaan bumi dalam hubungannya
dengan tempat, benda, peristiwa lain. (Maryani, 2009). Komponen lokasi terdiri atas arah dan jarak. Arah
menunjukkan posisi suatu tempat dibandingkan dengan tempat lain, sedangkan jarak adalah ukurannya
jauh atau dekatnya dua benda atau gejala tersebut. Arah suatu tempat bersifat relatif, demikian pula dengan
jarak relatif.Arah dan jarak menentukan intensitas hubungan dua tempat.
Kepuasan Konsumen
Kepuasan konsumen adalah tingkat perasaan seseorang ketika menerima produk atau jasa yang
ditawarkan serta membandingkan kinerja atas produk atau jasa yang diterima dengan harapan yang
dimiliki.
Minat Beli Ulang
Menurut Kotler & Keller (2016), Minat Beli Ulang merupakan suatu tindakan yang dilakukan
konsumen sebelum mengambil keputusan pembelian suatu produk. Minat Beli Ulang merupakan tahapan
ketertarikan konsumen terhadap suatu produk tertentu.
Analisis Data
Analisis deskriptif dalam penelitian ini adalah analisis deskripsi variabel penelitian yang
menggambarkan jawaban dalam bentuk nilai frekuensi atau mean atau penilaian dari responden atas
kuesioner yang diberikan pada masing-masing variabel kualitas pelayanan, kualitas produk, experiential
marketing, lokasi dan kepuasan konsumen. Menurut Sugiyono (2017), skala Likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam
penelitian fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, penelitian ini menggunakan
skala likert 5 point.
Model Penelitian
Model penelitian dibangun dalam bentuk diagram jalur untuk menyatakan hubungan kausalitas
antara variabel. Gambar model penelitian terdapat pada gambar 1.
Unstandardized
Residual
N 155
Mean 0E-7
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 1.38963328
Absolute .069
Most Extreme Differences Positive .069
Negative -.050
Kolmogorov-Smirnov Z .878
Asymp. Sig. (2-tailed) .423
Coefficients a
Kualitas
.027 .028 .081 .975 .331
pelayanan
Kualitas
1 -.002 .059 -.003 -.037 .971
produk
Experiential
.231 .063 .330 3.684 .000
marketing
a. Dependent Variable: Y
Sumber: Data olahan penelitian, 2020
1. Nilai Signifikan
Berdasarkan hasil pengujian regresi tahap II, hasil output statistik pada tabel diatas diperoleh hasil
bahwa kualitas pelayanan tidak berpengaruh secara positif terhadap minat beli ulang karena nilai
signifikansi > 0,05 yaitu 0,103, sedangkan kualitas produk berpengaruh secara positif terhadap minat
beli ulang karena nilai signifikansi < 0,05 yaitu 0,023. Experiential marketing tidak memiliki
pengaruh positif terhadap minat beli ulang, karena nilai signifikansi > 0,05 yaitu 0,218, begitu dengan
lokasi yang tidak memiliki pengaruh positif terhadap Minat beli ulang dengan nilai signifikansi >0,05
yaitu 0,207. Kepuasan konsumen juga tidak memiliki pengaruh positif terhadap minat beli ulang
karena nilai signifikansinya 0,363 dan lebih dari 0,05.
2. Nilai Standardized Coefficients Beta
Berdasarkan hasil pengujian regresi tahap II, hasil output statistik pada tabel diatas memberikan nilai
standardized coefficients beta untuk kualitas pelayanan terhadap minat beli ulang sebesar -0,243 dan
bernilai negative yang artinya kualitas pelayanan yang diberikan maka tidak akan ada mempengaruhi
Minat beli ulang konsumen McDonald’s cabang Green Garden, sedangkan kualitas produk memiliki
nilai positif yaitu 0,379 yang artinya semakin tinggi kualitas produk pada McDonald’s cabang Green
Garden maka akan timbul rasa minat beli ulang oleh konsumen. Pada experiential marketing terdapat
nilai negatif yaitu sebesar -0,205, artinya semakin tinggi experiential marketing yang diterapkan oleh
McDonald’s cabang Green Garden maka minat beli ulang konsumen tidak akan terpengaruhi.
Sedangkan lokasi memiliki nilai positif yaitu 0,175 dimana artinya lokasi turut mempengaruhi minat
beli ulang konsumen McDonald’s cabang Green Garden, namun kepuasan konsumen memiliki nilai
negatif sebesar -0,130 yang dimana rasa puas konsumen tidak begitu mempengaruhi minat beli ulang
konsumen.
3. Koefisien Determinasi
Nilai koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 7. Nilai Koefisien Regresi
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the
Square Estimate