Anda di halaman 1dari 6

EPIDEMIOLOGI, ETIOLOGI DAN PENANGANAN

PERTAMA OSTEOMYELITIS PADA ANAK

Tugas Mini Review Blok Pathologi Orthopedi dan Traumatologi

Oleh:

Nur Ummu Mas’uliyah


21801101114

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2021
 Epidemiologi

Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan sumsum tulang yang disebabkan oleh
bakteri. Insiden di seluruh dunia berkisar antara 1/1000 hingga 1 / 20.000 populasi,
dengan 50% kasus terjadi pada anak-anak di bawah usia 5 tahun. Pada suatu
penelitian retrospektif, mengevaluasi data dari rekam medis 94 pasien dengan Acute
hematogenous osteomyelitis (AHO) selama interval 10 tahun, mendapatkan hasil
Distribusi pasien berdasarkan usia 0-18 tahun menunjukkan insiden AHO yang tinggi
pada usia 11 hingga 13 tahun, dan 11 kasus AHO ditemukan pada usia 0 hingga 2
tahun. Dominan Anak Laki laki, dengan 52 (55%) laki-laki berbanding 42 (45%)
perempuan dan rasio jenis kelamin 1,23. Distribusi pasien pedesaan / perkotaan
adalah 56/38, dan 53,5% pasien pedesaan memiliki hasil negative, dikarenakan
hilangnya imunitas dari ibu dan gejala yang asymtomatis, yang menyebabkan
diagnosisnya terlambat. Pada Anak Laki laki daerah pedesaan lebih cenderung
memiliki hasil yang buruk karena mereka lebih terpapar pada trauma, selain itu anak-
anak di daerah pedesaan tidak memiliki akses yang layak ke perawatan medis darurat.

Penyebaran bakteri di AHO dapat dilakukan secara hematogen, berdekatan (infeksi


yang berasal dari jaringan lunak yang menyebar ke tulang), atau melalui inokulasi
langsung (fraktur terbuka, luka tusukan). Infeksi AHO terutama menyerang tulang
panjang tulang humerus dan tibia. Pada kebanyakan pasien, port the entry pathogen
secara subcutaneous, dan patogen etiologi yang paling umum ditemui adalah
Staphylococcus aureus.

Perkembangan penyakit mengarah ke kronisitas dalam kasus di mana diagnosis


terlambat ditegakkan. Komplikasi yang paling sering adalah sepsis dan fraktur
patologis. Pasien yang memiliki hasil negatif ditandai dengan usia muda, budaya
negatif berulang, operasi tertunda, tempat tinggal pedesaan.

 Etiologi

Patogen tersering yang terlibat dalam AHO adalah Staphylococcus aureus,


terdapat pada 70% hingga 90% infeksi AHO pada anak-anak. Patogen lain yang
bertanggung jawab untuk Acute hematogenous osteomyelitis (AHO) adalah
streptococci, Staphylococcus epidermidis, enterococci, Escherichia coli, grup A β-
hemolytic Streptococcus (GABHS), Haemophilus influenza.

 Penatalaksaan Awal

Penatalaksanaan AHO pada anak bersifat multidisiplin, melibatkan dokter anak,


spesialis penyakit menular anak, ahli bedah ortopedi, dan ahli radiologi. Sebelum
melakukan penalaksanaan awal perlu adanya diagnosis pasti dari pasien dengan uji
labolatorium dan juga radiologi X-ray pada tulang yang dicurigai osteomyelitis.
Ada empat aspek penting dalam manajemen awal osteomyelitis :
1. Perawatan suportif untuk nyeri dan dehidrasi.
2. Pembidaian
3. Terapi antibiotik
4. Drainase

1. Perawatan suportif untuk nyeri dan dehidrasi.


Anak yang tertekan perlu dihibur dan dirawat karena kesakitan. Analgesik harus
diberikan dengan interval berulang tanpa menunggu pasien memintanya. Bisa
menyebabkan bakteriremia bahkan sampai pada shock sepsis, dengan disertai dehidrasi
yang perlu penanganan pemberian cairan secara intravena sesuai dengan guideline
penanganan dehidrasi pada anak anak.

2. Pembidaian.
Bisa diperlukan untuk kenyamanan dan juga menjaga adanya dislokasi atau
kerusakan lebih lanjut pada pasien anak, khususnya karena trauma. Simple skin traction,
pelat gips atau setengah silinder dapat digunakan tetapi tidak boleh menutupi area yang
terkena. Tahapan ini fungsi utamanya adalah untuk mencegah adanya deformitas dan
kerusakan jaringan yang lebih parah.

3. Terapi antibiotic
Darah dan bahan aspirasi dikirim segera untuk pemeriksaan dan kultur, tetapi
pemberian antibiotik intravena yang cepat sangat penting sehingga pengobatan tidak
boleh menunggu hasil. Awalnya pilihan antibiotik didasarkan pada temuan dari
pemeriksaan langsung apusan nanah. Staphylococcus aureus adalah yang paling umum
pada semua usia, tetapi pengobatan juga harus memberikan perlindungan untuk bakteri
lain yang mungkin ditemui pada setiap kelompok umur; obat yang lebih tepat yang juga
mampu melakukan penetrasi tulang yang baik dapat diganti, jika perlu, setelah organisme
yang menginfeksi diidentifikasi dan sensitivitas antibiotiknya diketahui. Faktor-faktor
seperti usia pasien, keadaan umum resistensi, fungsi ginjal, derajat toksemia dan riwayat
alergi sebelumnya harus diperhitungkan. Panduan terapi antibiotic bisa sesuai dengan
pembagian berikut..

Program yang biasa dilakukan adalah


pemberian obat secara intravena (jika perlu
menyesuaikan pilihan antibiotic sesuai hasil kultur) sampai kondisi pasien mulai membaik
dan nilai CRP kembali ke tingkat normal yang biasanya membutuhkan waktu 2–4 minggu
tergantung pada virulensi infeksi dan tingkat kebugaran umum pasien. Nilai CRP, ESR
dan WBC juga diperiksa secara berkala dan pengobatan dapat dihentikan jika pasien
kembali pada keadaan normal.

4. Drainase
Jika antibiotik diberikan lebih awal (dalam 48 jam pertama setelah timbulnya
gejala) drainase seringkali tidak diperlukan. Namun, jika gambaran klinis tidak membaik
dalam waktu 36 jam setelah memulai pengobatan, atau bahkan lebih awal jika terdapat
tanda-tanda adanya pus (pembengkakan, edema, fluktuasi), maka tindakan drainase
segera dilakukan.
REFERENSI

Apley, G.A and Solomon, L. 2010. Apley’s System of Orthopaedics and Fractures. 9th
ed. London: Hodder Arnold.

Elena Chiappini., Greta Mastrangelo. (2016). A Case of Acute Osteomyelitis: An


Update on Diagnosis and Treatment. International Journal of Environmental Research
and Public Health.

Nimmy Thakolkara, Avinash K. Shetty, MD (2019). Acute Hematogenous Osteomyelitis


in Children. Ochsner Journal.

Anda mungkin juga menyukai