Anda di halaman 1dari 16

i

BAB I

PENDAHULUAN

Pembentukan parut akibat ulserasi kornea adalah penyebab utama kebutaan dan ganguan
penglihatan di seluruh dunia. Kebanyakan gangguan penglihatan ini dapat dicegah, namun
hanya bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini dan diobati secara memadai.1
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan “jendela” yang dilalui berkas cahaya
menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan strukturnya yang uniform, avaskuler dan
deturgenses. Deturgenses, atau keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea, dipertahankan oleh
“pompa” bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Endotel
lebih penting daripada epitel dalam mekanisme dehidrasi dan cedera kimiawi atau fisik pada
endotel jauh lebih berat daripada cedera pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan
edema kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya, cedera pada epitel hanya
menyebabkan edema lokal sesaat stroma kornea yang akan menghilang bila sel-sel epitel
telah beregenerasi.1
Ulkus kornea dapat terjadi akibat adanya trauma pada oleh benda asing, dan dengan air
mata atau penyakit yang menyebabkan masuknya bakteri atau jamur ke dalam kornea
sehingga menimbulkan infeksi atau peradangan. Ulkus kornea merupakan luka terbuka pada
kornea. Keadaan ini menimbulkan nyeri, menurunkan kejernihan penglihatan dan
kemungkinan erosi kornea.3
Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya infiltrat
supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea dapat terjadi dari
epitel sampai stroma. Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan cepat
untuk mencegah perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi berupa descematokel, perforasi,
endoftalmitis, bahkan kebutaan. Ulkus kornea yang sembuh akan menimbulkan kekeruhan
kornea dan merupakan penyebab kebutaan nomor dua di Indonesia.2
Di Indonesia kekeruhan kornea masih merupakan masalah kesehatan mata sebab kelainan
ini menempati urutan kedua dalam penyebab utama kebutaan. Kekeruhan kornea ini terutama
disebabkan oleh infeksi mikroorganisme berupa bakteri, jamur, dan virus dan bila terlambat
didiagnosis atau diterapi secara tidak tepat akan mengakibatkan kerusakan stroma dan
meninggalkan jaringan parut yang luas.2

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Trauma okuli merupakan trauma atau cedera yang terjadi pada mata yang dapat
mengakibatkan kerusakan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata dan rongga orbita.
Trauma okuli merupakan sesuatu yang umum ditemui pada praktik sehari-hari dan
merupakan penyebab utama kebutaan pada dewasa muda. 3

2.2 Klasifikasi
Trauma okuli dibagi menjadi trauma mekanik dan non mekanik 1,2. Trauma
mekanik disebabkan oleh karena trauma tumpul dan trauma tajam, sedangkan trauma
nonmekanis dapat disebabkan oleh bahan kimia, listrik, suhu, dan radiasi.
Klasifikasi trauma okuli berdasarkan Brimigham Eye Trauma Terminology
(BETT), trauma okuli dibagi menjadi dua yaitu open globe dan closed globe, dimana
open globe dan closed globe ini merupakan trauma mekanik.6

Trauma pada mata memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya
penyulit yang lebih berat dan akan mengakibatkan kebutaan. Pada mata dapat terjadi
trauma dengan bentuk-bentuk sebagai berikut3:
1. Trauma tumpul
2. Trauma tembus bola mata
3. Trauma kimia
4. Trauma radiasi

2
Menurut American Ocular Trauma Society, trauma okuler mekanik adalah sebagai
berikut2:
1. Closed-globe injury merupakan suatu keadaan dimana dinding mata (sklera
dan kornea) tidak mengalami luka yang sampai menembus seluruh lapisan-
lapisan ini namun tetap menyebabkan kerusakan intraokuler, termasuk di
dalamnya :
a. Contusio. Merupakan jenis closed-globe injury yang disebabkan oleh
trauma tumpul. Kerusakan yang timbul dapat ditemukan pada lokasi
benturan atau pada lokasi yang lebih jauh dari benturan.
b. Laserasi lamellar. Merupakan jenis closed-globe injury yang dicirikan
dengan luka yang tidak sepenuhnya menembus lapisan sklera dan
kornea (partial thickness wound) yang disebabkan oleh benda tajam
maupun benda tumpul.
2. Open-globe injury merupakan jenis trauma yang berkaitan dengan luka yang
sampai menembus seluruh lapisan dinding dari sklera, kornea, atau keduanya.
Termasuk didalamnya ruptur dan laserasi dinding bola mata.
a. Ruptur merujuk pada luka pada dinding bola mata dengan ketebalan
penuh sebagai dampak dari trauma tumpul. Luka yang timbul
disebabkan oleh peningkatan tekanan intraokuler secara tiba-tiba
melalui mekanisme trauma inside-out.
b. Laserasi merujuk pada luka pada dinding mata dengan ketebalan penuh
yang disebabkan oleh benda tajam. Luka yang dihasilkan merupakan
akibat mekanisme luar ke dalam (outside-in), termasuk di dalamnya :
- Trauma penetrasi merujuk pada laserasi tunggal dari dinding
mata yang disebabkan oleh benda tajam
- Trauma perforasi merujuk pada dua laserasi pada dinding mata
dengan ketebalan penuh ( satu masuk dan satu keluar) yang
disebabkan oleh benda tajam. Dua luka yang terbentuk harus
disebabkan oleh benda yang sama.
- Trauma benda asing intraokuler merupakan suatu trauma
penetrasi ditambah dengan tertinggalnya benda asing
intraokuler.

3
Trauma okuler non-mekanik adalah sebagai berikut:7
1. Trauma Bahan Kimia
Cedera bahan kimia biasanya terjadi akibat terciprat atau tersemprot bahan-
bahan kimia seperti bahan pembersih rumah tangga, cairan mobil (automotive
fluid), semen, dsb. Bahan kimia dapat dibagi berdasarkan sifatnya yaitu,
trauma bahan kimia asam dan basa.
a. Trauma Bahan Kimia Asam
Salah satu contoh bahan kimia asam adalah aki mobil. Bahan kimia asam
seperti aki mobil apabila teriprat dan mengenai bola mata, mata akan
memberikan reaksi berupa terbentuknya presipitasi jaringan nekrosis yang
berperan sebagai barrier terhadap bahan kimia tersebut sehingga tidak
penetrasi lebih dalam lagi.
b. Trauma Bahan Kimia Basa
Contoh dari bahan kimia yang bersifat basa adalah bahan-bahan pembersih
rumah, detergent, semen, dan lainnya. Pada trauma bahan kimia basa tidak
terjadi pembentukkan barrier, sehingga pada trauma ini akan terjadi
kerusakan yang lebih parah pada bola mata dibandingkan pada trauma
bahan kimia asam.
2. Trauma Bakar (Thermal Burns Trauma)
Sering timbul dari kebakaran dan ledakan. Kasus ringan biasanya muncul
dengan nyeri dan kemerahan. Cedera berat akan muncul pembengkakan yang
parah, kemerahan, melepuh (blistering), dan charring pada jaringan yang
terlibat.
3. Trauma Radiasi
Energi radiasi dari menatap matahari atau gerhana matahari tanpa filter yang
sesuai dapat menimbulkan luka bakar serius pada makula sehingga terjadi
gangguan penglihatan yang permanen. Pajanan radiasi (sinar-X) yang
berlebihan menimbulkan katarak yang mungkin belum muncul beberapa bulan
setelah pajanan. Risiko serupa juga dijumpai pada pajanan radiasi nuklir.

2.3 Etiologi dan Patofisiologi


Trauma penetrasi merujuk pada laserasi tunggal dari dinding mata yang
disebabkan oleh benda tajam. Trauma perforasi merujuk pada dua laserasi pada dinding

4
mata dengan ketebalan penuh (satu masuk dan satu keluar) yang disebabkan oleh benda
tajam. Trauma okuli penetrans/perforans dapat disebabkan oleh2:
- Trauma oleh benda tajam atau bersudut seperti jarum, kuku, panah, mur, pulpen,
pensil, pecahan kaca, dan lain-lain.
- Trauma oleh benda asing yang berkecepatan sangat tinggi seperti trauma akibat
peluru dan benda asing dari besi.
Benda asing yang masuk ke mata dapat menyebabkan kerusakan melalui dua cara:
1) menyebabkan kerusakan struktur intraokuler saat masuk ke dalam bola mata, dan 2)
menyebabkan toksisitas jaringan karenan mengalami degradasai ataupun oksidasi, jika
tidak segera dikeluarkan.
Penyebab tersering trauma okuli khususnya trauma penetrasi antara lain serangan
(perkelahian), kecelakaan rumah tangga dan pekerjaan dan olahraga. Kebanyakan kasus
sebenarnya dapat dicegah dengan menggunakan alat pelindung diri yang tepat seperti
pemakaian googles atau kacanata pelindung yang tepat. Tingkat cedera ditentukan oleh
ukuran objek, kecepatannya ketika tumbukan dan komposisinya. Benda tajam seperti
pisau akan menyebabkan laserasi bola mata dengan definisi yang baik. Cedera yang
diakbatkan benda asing terbang atau benda asing berkecepatan tinggi ditentukan oleh
energy kinetic mereka. Yang perlu diperhatikan dari luka tembus adalah risiko infeksi
yang dapat terjadi seperti endoftalmitis ataupun panoftalmitis. 10
Perdarahan subkonjungtiva berwarna merah terang karena terpapar dengan kadar
oksigen ambien, dan mengaburkan putih sklera. Ini mungkin traumatis atau spontan, atau
mungkin berhubungan dengan hipertensi sistemik atau gangguan pembekuan darah
termasuk terapi antikoagulan (rasio normal internasional (INR) mungkin perlu diperiksa).
Benda asing dan lecet kornea menyebabkan rasa sakit dan epifora (penyiraman)
yang ekstrem. Persarafan indera bersifat nosiseptif, dan lebih tinggi daripada bagian
tubuh lainnya, mis. itu 400 kali lebih besar dari pada ujung jari. Cedera kornea
merangsang vasodilatasi antidrom refleks pembuluh episkleral limbal, disebut flush
limbal atau ciliary. Tanda karakteristik ini sering di meridian lesi, membantu
pendeteksiannya, atau mungkin mengelilingi limbus ketika trauma dikaitkan dengan iritis.
Trauma juga dapat menyebabkan injeksi konjungtiva (pelebaran pembuluh darah). 10
Cedera kimia dapat dikaitkan dengan peradangan konjungtiva umum atau lokal,
tetapi luka bakar alkali dapat menyebabkan pemutihan iskemik, menandakan kerusakan
jaringan yang parah. 10

5
2.4 Manifestasi Klinis
Efek dari trauma pada mata antara lain, kerusakan pada struktur okuler,
diantaranya:
1. Efek trauma mekanis, yaitu perubahan fisik pada mata, seperti
a. Luka pada konjungtiva.
Hal ini sering terjadi dan biasanya dikaitkan dengan perdarahan
subkonjungtiva, luka dengan panjang lebih dari 3 mm sebaiknya
dijahit.
b. Luka pada kornea
- Luka kornea tanpa komplikasi : margin luka tersebut
membengkak dan menyebabkan penyegelan otomatis dan
pemulihan ruang anterior dengan sendirinya.
- Luka kornea dengan komplikasi : luka jenis ini dikaitkan
dengan prolaps iris dan terkadang lapisan lensa dan bahkan
vitreous.

c. Luka pada sklera


Luka ini biasanya berhubungan dengan luka kornea, pada robekan
corneo-scleral, jahitan pertama harus diaplikasikan pada limbus.
d. Luka pada lensa
Luka kecil pada kapsula anterior dapat menyebabkan katarak
traumatik.
e. Luka yang parah pada mata
Hal ini mengacu pada robekan korneo-skleral parah yang berhubungan
dengan prolaps jaringan uvea, ruptur pada lensa, hilangnya vitreus dan
cedera pada retina dan koroid.
2. Infeksi, terkadang organisme pyogenic masuk kedalam mata disebabkan oleh
karena perforasi benda asing kedalam mata, berkembang biak didalam okuler
kemudian menyebabkan infeksi seperti abses kornea, endoftalmitis dan
panoftalmitis
3. Iridosiklitis post trauma
4. Sympathetic oftalmitis

6
2.5 Diagnosis
a) Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Anamnesis yang tepat diperlukan untuk menganalisa bagaimana proses trauma
yang dialami, jenis benda yang mengenainya. Dalam anamnesis adalah tanyakan
menanyakan waktu, mekanisme, dan lokasi trauma. Riwayat penyakit mata
sebelumnya perlu digali lebih lanjut, seperti gangguan visus sebelum trauma, dan
riwayat pembedahan pada mata sebelumnya.Penggunaan pelindung mata saat trauma
pun perlu ditanyakan guna menilai seberapa berat trauma yang ditimbulkan.
Hal umum yang perlu diperhatikan dan ditanyakan pada kasus trauma antara lain3:
- Trauma kimia; mata sakit atau panas, dapat merah dan kelopak sembab
- Perdarahan subkonjungtiva (pecahnya pembuluh darah pada permukaan
sklera); tidak sakit dan penglihatan normal
- Abrasi kornea; rasa sakit dan mata berair
- Fraktur orbita; sakit terutama pada pergerakan mata, penglihatan ganda,
hifema, sakit, penglihatan terganggu
- Laserasi konjungtiva; sakit, merah, rasa kelilipan
- Laserasi kornea; penglihatan turun dan sakit
- Benda asing pada kornea; rasa kelilipan, mata berair, silau, penglihatan
terganggu
- Keratitis akibat sinar ultraviolet; sakit, silau, mata merah, merasa kelilipan
- Retinopati solar; penglihatan menurun
Bila trauma disebabkan benda tajam atau benda asing masuk ke dalam bola mata,
maka akan terlihat tanda-tanda bola mata tembus seperti:
- Tajam penglihatan yang menurun
- Tekanan bola mata rendah
- Bilik mata dangkal
- Bentuk dan letak pupil yang berubah
- Terlihatnya ada ruptur pada kornea atau sklera
- Terdapat jaringan yang prolapse seperti iris, lensa, badan kaca atau retina
- Konjungtiva kemotis

7
b) Penunjang1
- Foto polos dapat diambil saat diduga terdapat benda asing

- Ultrasonografi dapat berguna dalam mendeteksi benda asing intraokular, ruptur


bola mata, perdarahan suprachoroidal, dan ablasi retina; pemeriksaannya harus
dilakukan secara hati-hati jika ada risiko cedera bola mata terbuka, hindari
tekanan pada bola mata dunia. Hal ini juga membantu dalam perencanaan
perbaikan bedah, misalnya memandu penempatan port infus selama vitrektomi
dan menilai apakah drainase perdarahan suprachoroidal diperlukan.

- CT lebih unggul daripada radiografi polos dalam deteksi dan lokalisasi benda
asing intraokular. Ini juga bernilai dalam menentukan integritas struktur
intrakranial, wajah dan intraocular.

- MRI lebih akurat daripada CT dalam deteksi dan penilaian cedera bola mata itu
sendiri, seperti ruptur posterior okultisme, meskipun tidak untuk cedera tulang.
Namun, MRI tidak boleh dilakukan jika benda asing diduga berupa logam besi.

- Tes elektrodiagnostik mungkin berguna dalam menilai integritas saraf optik dan
retina.

2.6 Tatalaksana4
Tujuan management trauma adalah mengurangi resiko kehilangan penglihatan/kebutaan
dan membersihkan bahan kimia dari mata apabila terjadi trauma bahan kimia. Yang pertama
kali dilakukan apabila terdapat trauma okuli adalah melakukan initial assessment. Initial
Assesment pada trauma oftalmik, hampir sama dengan trauma lainnya:8
A. Primary Survey dan Resusitasi
1. Airway
2. Breathing
3. C-spine
4. Cardiovascular
B. Secondary survey. Look, listen, feel!
Head to toe, termasuk mata dan sekitarnya

8
Setelah dilakukannya initial assessment, lakukanlah pemeriksaan awal:8
1. Mencari riwayat lengkap dan dan mencari data mengenai hal yang terjadi
2. Mengukur ketajaman penglihatan (apabila trauma bahan kimia lakukan setelah
dilakukan pembersihan
3. Periksa mata secara sistematis dari luar hingga ke retina termasuk pemeriksaan reaksi
pupil
4. Dilatasi pupil untuk pemeriksaan fundus
5. Foto untuk bukti medicolegal

 Management trauma pada luka bahan kimia8,9


1. Apabila terjadi luka bakar bahan kimia, lakukan pemeriksaan cepat tentukan
tingkatan luka bakarnya
2. Apabila terdapat larutan lakmus gunakan segera untuk pemeriksaan pH
3. Apabila terdapat anestesi topical tetesan, segera berikan
4. Lakukan irigasi SEGERA dengan normal saline atau Ringer Laktat (2lt) tunggu 5
menit dan cek pH kembali
5. Apabila dibutuhkan segera lakukan irigasi tambahan sampai pH 7.0-7.5
6. Lakukan irigasi sampai pH normal
7. Bersihkan jika terdapat partikel atau debris dan lakukan pemeriksaan pada
forniks-forniks mata
8. Cek ketajaman penglihatan termasuk cek tekanan intraocular (TIO)
9. Rujuk ke dokter spesialis mata
10. Catat apabila terdapat iskemia, defek epithelial, kehilangan atau terdapat kabut
pada stroma, edema, kedalaman ruang anterior, peradangan dan penglihatan yang
berkabut

 Manajemen pada Indikasi Trauma Luka Terbuka Bola Mata (Open Globes)8,9
Tanda-tanda luka bola mata terbuka antara lain, trauma tajam yang menembus,
pendarahan subconjunctival bulosa ruang anterior, kedangkalan ruang anterior, darah di
ruang anterior (hyphema), peaked pupil, disinsersi iris (iridodialysis), dislokasi lensa, dan
perdarahan vitreous. Hilangnya refleks merah yang dapat menunjukkan perdarahan
vitreous atau ablasi retina
9
1. Apabila suspect pada adanya luka terbuka, lakukan pemeriksaan singkat
2. Apabila terdapat bola mata yang rupture, rujuk ke spesialis mata
3. Lakukan imunisasi tetanus, berikan antibiotic/antiemetic, tanyakan riwayat
makan terakhirnya
4. Tempatkan pelindung di atas mata saat tidak memeriksa, JANGAN menutup
mata; menginstruksikan petugas yang mentransfer untuk tidak menutup mata.
5. Inspeksi mata tanpa memberi tekanan pada mata
6. Palpasi untuk diskontinuital orbital dan pelepasan tendon canthal medial, tanda-
tanda trauma orbital yang parah
7. Pemeriksaan Seidel test +, indikasi adanya kebocoran cairan aqueous.
8. Periksa kehadiran benda asing intraokular (IOFB) menunjukkan penetrasi bola
mata.
9. Apabila bola mata terlihat jelas luka terbuka, maka jangan laukan pemeriksaan
palpasi, gerakan atau melebarkan mata.
10. Hindari penggunaan salep pada luka terbuka.
11. Rujuk

Bila dicurigai adanya perforasi bola mata, maka secepatnya dilakukan pemberian
antibiotika topical dan mata ditutup dan segera dikirim ke dokter mata untuk dilakukan
pembedahan3.
Luka konjungtiva dengan diameter lebih dari 3 mm sebaiknya dijahit2. Luka kornea tanpa
komplikasi dengan diameter kecil tidak memerlukan jahitan, pengobatan yang dibutuhkan
hanya pad dan bandage dengan salep atropine dan antibiotik 1,2, luka kornea dengan diameter
yang besar (>2mm) sebaiknya di jahit2. Luka kornea dengan prolaps iris harus dijahit dengan
cermat setelah absis/eksisi iris1,2,5.

2.7 Trauma Pada Closed Globe Injury1


1. Hematoma Kelopak

Hematoma palpebra yang merupakan pembengkakan atau penimbunan darah


dibawah kulit kelopak akibat pecahnya pembuluh darah palpebra. Hematoma kelopak
merupakan kelainan yang sering terlihat pada trauma tumpul kelopak. Trauma dapat
akibat pukulan tinju, atau benda-benda keras lainnya.

10
2. Hematoma Subkonjungtiva

Hematoma subkonjungtiva terjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang


terdapat pada atau di bawah konjungtiva, seperti arteri konjungtiva dan arteri
episklera. Pecahnya pembuluh darah ini dapat akibat batuk rejan, trauma tumpul basis
kranii ( hematoma kacamata), atau pada keadaan pembuluh darah yang rentan dan
mudah pecah. Pembuluh darah akan rentan dan mudah pecah pada usia lanjut ,
hipertensi, arteriosklerosa, konjungtiva meradang (konjungtivis) , anemia, dan obat-
obat tertentu

3. Erosi Kornea

Erosi kornea merupakan keadaan terkelupasnya epitel kornea yang dapat


diakibatkan oleh gesekan keras pada epitel kornea. Erosi dapat terjadi tanpa cedera
pada membran basal. Dalam waktu yang pendek epitel sekitarnya dapat bermigrasi
dengan cepat dan menutupi defek epitel tersebut.

Gejala:

- Sakit sekali (akibat erosi merusak kornea yang mempunyai serat sensibel yang
banyak)
- Mata berair
- Blefarospasme
- lakrimasi
- fotofobia
- penglihatan akan terganggu oleh media kornea yang keruh.

4. Iridodialisis

Trauma tumpul dapat mengakibatkan robekan pada pangkal iris sehingga


bentuk pupil menjadi berubah. Pasien akan melihat ganda dengan satu matanya. Pada
iridodialisis akan terlihat pupil lonjong. Biasanya iridodialisis terjadi bersama-sama
dengan terbentuknya hifema.

5. Hifema

11
Hifema atau darah di dalam bilik mata depan dapat terjadi akibat trauma
tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar.

Gejala dan Tanda:

- Sakit

- Epifora

- Blefarospasme

- Penglihatan sangat menurun

6. Subluksasi Lensa

Subluksasi lensa terjadi akibat putusnya sebagian zonula zinn sehingga lensa
berpindah tempat. Subluksasi lensa dapat juga terjadi spontan akibat pasien
menderita kelainan pada zonula zinn yang rapuh ( sindrom Marphan). Pasien pasca
trauma akan mengeluh penglihatan berkurang. Subliksasi lensa akan memberikan
gambaran pada iris berupa iridodonesis. Subluksasi dapat mengakibatkan glaukoma
sekunder dimana terjadi penutupan sudut bilik mata oleh lensa yang mencembung.

7. Katark Trauma

Katarak akibat cidera pada mata dapat akibat trauma perforasi ataupun tumpul
terlihat sesudah beberapa hari ataupun tahun. Pada trauma tumpul akan terlihat
katarak subkapsular anterior ataupun posterior. Kontusio lensa menimbulkan katarak
seperti bintang , dan dapat pula dalam bentuk katarak tercetak yang disebut cincin
vossius. Trauma tembus akan menimbulka katarak yang lebih cepat, perforasi kecil
akan menutup dengan cepat akibat proliferasi epitel sehingga bentuk kekeruhan
terbatas kecil. Trauma tembus besar pada lensa akan mengakibatkan terbentuknya
katarak dengan cepat disertai dengan terdapatnya masa lensa di dalam bilik mata
depan.

8. Ablasi Retina

Trauma diduga merupakan pencetus untuk terlepasnya retina dari koroid pada
penderita ablasi retina. Biasanya pasien telah mempunyai bakat untuk terjadinya
ablasi retina seperti retina tipis akibat retinitis sanata, miopia, dan proses degenerasi

12
retina lainnya. Pada pasien akan terdapat keluhan seperti adanya selaput yang seperti
tabir mangganggu lapang pandangannya. Bila terkena atau tertutup daerah makula
maka tajam penglihatan akan menurun.

9. Ruptur Koroid

Pada trauma keras dapat terjadi perdarahan subretina yang dapat merupakan
akibat ruptur koroid. Ruptur ini biasanya terletak di polus posterior bola mata dan
melingkar konsentris di sekitar papil saraf optik. Bila ruptur koroid ini terletak atau
mengenai daerah makula lutea maka tajam penglihatan akan turun dengan sangat.
Ruptur ini bila tertutup oleh perdarahan subretina agak sukar dilihat akan tetapi bila
darah tersebut telah diabsorbsi maka akan terlihat bagian ruptur berwarna putih
karena sklera dapar dilihat langsung tanpa tertutup koroid.

13
BAB III

KESIMPULAN

Trauma okuli merupakan trauma atau cedera yang terjadi pada mata yang dapat
mengakibatkan kerusakan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata dan rongga orbita.
Trauma okuli dibagi menjadi trauma mekanik dan non mekanik. Trauma mekanik
disebabkan oleh karena trauma tumpul dan trauma tajam, sedangkan trauma nonmekanis
dapat disebabkan oleh bahan kimia, listrik, suhu, dan radiasi. Klasifikasi trauma okuli
berdasarkan Brimigham Eye Trauma Terminology (BETT), trauma okuli dibagi menjadi
dua yaitu open globe dan closed globe, dimana open globe dan closed globe ini
merupakan trauma mekanik. Tujuan management trauma adalah mengurangi resiko
kehilangan penglihatan/kebutaan dan membersihkan bahan kimia dari mata apabila
terjadi trauma bahan kimia.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Bowling B. Kanski’s Clinical Ophthalmology. 8th ed. Australia: Elsevier; 2016.

2. Khurana A. Comprehensive Ophthalmology. 4th ed. New Delhi: New Age


International Publisher; 2007.

3. Ilyas S, Yulianti S. Ilmu Penyakit Mata FKUI. 5th ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;
2015.

4. Riordan-Eva P, Augsburger JJ. Vaughan and Asbury’s General Ophthalmology. New


York, NY: McGraw-Hill; 2018.

5. Crick ronald pitts, Khaw PT. Textbookof Clinical Ophthalmology. 3rd ed. Singapore:
World Scientific Publishing; 2003.

6. Kuhn, Ferenc, et al. 2002. Ocular Trauma Principles and Practice. New York: Thieme
Medical Publisher. ISBN 1-58890-075-4

7. Vaughan, Asbury. Oftalmologi umum Edisi ke-17. Jakarta: EGC; 2015.

8. Olver J, Cassidy L, Jutley G, Crawley L. 2014. Ophtamology at Glance. Second


Edition. England: Wiley Blackwell Ltd

9. Pramnik, Sudeep, et al. 2011. Assesment and Management of Ocular Trauma. Iowa
City: University of Iowa Health Care. Available from:
https://webeye.ophth.uiowa.edu/eyeforum/tutorials/trauma.htm

10. James Bruce, Bron Anthony. OPTHALMOLOGY Lecture Notes. 11th ed. UK:
Blackwell;2011

15

Anda mungkin juga menyukai