MV GF CT 1591485488
MV GF CT 1591485488
MOJOKERTO
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syatrat Memperoleh
Gelar Sarjana Dalam Program Strata Satu (S-1)
Pada Jurusan Sejarah Dan Kebudayaan Islam (SKI)
Oleh:
Agus Lutfiadin
NIM : A0.22.12.032.
viii
ix
SAMPUL DALAM
MOTTO .............................................................................................................. vi
xiii
B. Demografi .......................................................................................... 22
B. Masyarakat Muslim.......................................................................... 56
xiv
A. Kesimpulan...................................................................................... 62
B. Saran................................................................................................ 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
kebudayaan manusia terdiri atas tujuh unsur universal, yaitu; sistem religi
1
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), 202.
2
Ridi Sofyan, et all, Merumuskan Kembali Interelasi Islam Jawa, Dalam Islam Dan Budaya Jawa
(Yogyakarta: Gama Media), 19.
ketentraman.4
proses sosialisasi.5
dan cara berlaku (kebiasaan) yang dipelajari yang pada umumnya dimiliki
3
Ibnu Rochman. Simbolisme Agama Dan Politik Islam, Dalam Jurnal Filsafat (UGM
Yogyakarta, 2003), 100.
4
Mulyadi Dkk, Upacara Tradisional Sebagai Kegiatan Sosialisasi Daerah Istimewa Yogyakarta
(DEPDIKBUD. Proyek Inventarisasi Dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah, 1982-1983), 1.
5
Koentjoroningrat, Metode-Metode Antropologi Dan Penyelidikan Masayrakat Dan Kebudayaan
Di Indonesia (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1980), 243.
6
T.O. Ihromi, Pokok-Pokok Antropologi (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1996), 21-22.
akan tetap bertahan apabila memiliki fungsi atau peranan dalam kehidupan
temurun berpegang teguh pada adat dan budaya Jawa. Hal ini tidak lepas
dari pengaruh adat dan budaya pada masa kejayaan Majapahit yang masih
tradisi yang sampai saat ini masih dilestarikan yakni upacara tradisional
perbuatan manusia baik itu tingkah laku maupun perkataan dan meminta
situs Candi Brahu sebagai salah satu peninggalan agama Buddha di masa
7
Mulyadi Dkk....., 4.
8
Ibid, 18.
9
Isyanti, Tradisi Merti Bumi Suatu Refleksi Masyarakat Agraris (Dalam Jurnal Sejarah Dan
Budaya, Jantra Volume II Nomer 3, Juni 2007. ISBN 1907-9605), 131.
10
Bagus Pamungkas, Wawancara, Mojowarno, Jombang, 7 Mei 2016.
Namun pada saat ini candi Brahu hanya digunakan sebagai tempat
kapan saja, ujar Suryono sebagai juru kunci candi. Meskipun masyarakat
konsep dan arsitek candi berasal dari pengaruh Hindu dari India yang
bentuk pengaruh yang berasal dari India yang masuk ke nusantara pada
atau kepercayaan Hindu dan Budha dengan tata cara ritualnya, bahasa dan
Dalam hal ini kita ingat akan kenyataan bahwa sebagian besar dari
sehingga jelas bahwa setelah rakyat berganti agama mereka masih tahu
benar apa yang menjadi inti dan yang paling penting berharga dari suatu
11
Tjokro Soejono, Trowulan Bekas Ibukota Majapahit (Dinukil Tim Pustaka Jawatimuran Dari
Koleksi Deposit-Badan Perpustakaan Dan Kearsipan Jawa Timur). (Jakarta: Proyek
Pengembangan Media Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan
Dan Kebudayaan, 1987/1988), 34.
candi. Begitu pula sama yang terjadi dengan Candi Brahu, menurut cerita
rakyat bahwa Candi Brahu adalah tempat penyimpana abu jenazah Raja
Brawijaya.12
Pada Bulan Agustus tahun 2010 diadakan peringatan Hari Besar Asadha.
Setelah itu, pada pada bulan Mei tahun 2011 diadakan peringatan Hari
Raya Waisak secara besar-besaran yang dihadiri kurang lebih oleh 5000
ritual untuk melaksanakan ritual oleh segenap umat Buddha yang hadir.
dan salah pengertian, maka jelas pula mengapa penafsiran candi sebagai
12
Soekmono, Candi Fungsi Dan Pengertian ( Semarang: IKIP Semaranng Press, 1977), 83-84.
Selain itu yang menarik bagi penulis adalah dari dulu hingga saat ini
Candi Brahu masih tetap digunakan oleh masyarakat sekitar candi. Dari
B. Rumusan Masalah
Candi Brahu?
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
Kebudayaan Islam.
pelaku.13
1. Pendekatan Antropologi
2. Pendekatan Etno-Arkeologi
13
Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam: Pokok-pokok Pikiran Tentang Islam dan Umatnya
(Jakarta: Rajawali, 1986), 97.
14
T.O Ihromi, Pokok-Pokok Antropologi Budaya (Jakarta: Gramedia, 1990), 19.
tubuh budaya, yang mempunyai makna dan nilai karna pernah hidup di
lingkungannya17.
dalam bertindak. Oleh karena itu, nilai budaya yang dimiliki seseorang
3. Kerangka Teori
a. Teori Evolusi-Kebudayaan
17
Mundardjito, Hakikat Local Genius Dan Hakikat Data Arkeologi: Dalam Ayatrohaedi,
Kepribadian Budaya Bangsa (Local Genius), (Jakarta: Pustaka Jaya,1986), 39.
18
Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi (Jakarta: UI Press, 1987), 85.
19
Ahmad Mansur Suryanegara, Menemukan Sejarah, Wacana Pergerakan Islam Di Indonesia
(Bandung: Mizan,1996), 63.
20
W.J.S. Poerwadaminta, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), 1054.
seleksi. Sifat-sifat yang menjadi dasar evolusi ini dibawa oleh gen
21
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), 181.
22
Ibid, 180.
23
David Kaplan, Teori Budaya (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 1999), 103.
F. Penelitian Terdahulu
peneliti dalam mengkaji tema yang diteliti. Diantara hasik penelitian yang
1. Skripsi yang ditulis oleh Ninda Ayu Sinaningrum yang berjudul Studi
24
Goerge Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda (Jakata: Raja Grafindo
Persada, 2011), 24-26.
pemujaan umat Buddha pada hari-hari besar atau hari penting agama
Buddha.
3. Skripsi yang ditulis oleh Dewi Zulaikah yang berjudul Nilai Islam
4. Skripsi yang ditulis oleh Atik Chafidatul Ilmi yang berjudul Upacara
wiwitan (pohon) yang sangat besar, rimbun, dan telah berusia puluhan
Dari hasil referensi yang ditemukan oleh penulis diatas, belum ada
G. Metode Penelitian
untuk mengetahui, yang berawal dari kekaguman manusia akan alam yang
analisis data.
25
Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), 2.
26
Hadi Sutrisno, Metodologi Research I (Yogyakarta: Andi Offset, 1989), 182.
b. Metode Interview
c. Metode Dokumentasi
dengan pembahasan.
27
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Pendekatan (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), 127
a. Deskriptik-analitik
Purnama.
b. Interpretasi
c. Penulisan
H. Sistematika Pembahasan
sistematis dan saling berkaitan antara satu dengan yang lain, sehingga
dari bab ini merupakan gambaran umum dari keseluruhan penelitian yang
akan dilakukan, sedangkan uraian yang lebih rinci akan dijelaskan pada
bab-bab berikutnya.
Ruwatan Bulan Purnama, baik dari segi geografis dan demografis yang
situasi secara umum daerah dan gambaran tentang pembahasan yang akan
dikaji.
tentang nilai-nilai keislaman serta nilai budaya lokal pada tradisi Ruwatan
Bulan Purnama.
secara keseluruhan dan saran-saran. Dalam bab ini akan diambil suatu
dari kesimpulan.
BAB II
A. Letak Geografis
historis yang meliputinya, hal ini dapat kita lihat dari perjalanan Trowulan
Majapahit.
28
Ahmad Fatoni, “Trowulan Jawa Timur Indonesia” dalam http://trowulan –
mojokerto.blogspot.com (3 mei 2016)
Desa Bejijong adalah satu desa yang paling barat dan desa yang
dengan batas-batas :
2. Luas Wilayah
regesol dengan perbandingan struktur tanah 60% pasir dan 40% tanah
Bejijong dari saluran Candi Limo Kecamatan Jatirejo dan Sumur Bor
bulan basah selama 6 bulan rata-rata ± 1508 mm. Desa Bejijong bila
29
Data, Profil Desa Bejijong Tahun 2015
30
Badan Pusat Statistik Kota Mojokerto, Kota Mojokerto Dalam Angka 2015 (Mojokerto: BPS
Kota Mojokerto, 2011), 4.
B. Demografi
2015.
Jumlah
No. Umur No. Umur Jumlah Penduduk
Penduduk
1 < 1 tahun 62 jiwa 31 30 tahun 46 jiwa
2 1 tahun 64 jiwa 32 31 tahun 44 jiwa
3 2 tahun 85 jiwa 33 32 tahun 43 jiwa
4 3 tahun 78 jiwa 34 33 tahun 39 jiwa
5 4 tahun 90 jiwa 35 34 tahun 46 jiwa
6 5 tahun 88 jiwa 36 35 tahun 50 jiwa
7 6 tahun 87 jiwa 37 36 tahun 68 jiwa
8 7 tahun 88 jiwa 38 37 tahun 47 jiwa
9 8 tahun 65 jiwa 39 38 tahun 37 jiwa
10 9 tahun 78 jiwa 40 39 tahun 32 jiwa
11 10 tahun 61 jiwa 41 40 tahun 29 jiwa
12 11 tahun 69 jiwa 42 41 tahun 29 jiwa
13 12 tahun 49 jiwa 43 42 tahun 21 jiwa
14 13 tahun 42 jiwa 44 43 tahun 31 jiwa
15 14 tahun 59 jiwa 45 44 tahun 32 jiwa
16 15 tahun 59 jiwa 46 45 tahun 32 jiwa
17 16 tahun 88 jiwa 47 46 tahun 78 jiwa
18 17 tahun 80 jiwa 48 47 tahun 41 jiwa
19 18 tahun 72 jiwa 49 48 tahun 27 jiwa
20 19 tahun 42 jiwa 50 49 tahun 24 jiwa
21 20 tahun 75 jiwa 51
50 tahun 26 jiwa
22 21 tahun 75 jiwa 52
51 tahun 26 jiwa
23 22 tahun 45 jiwa 53
52 tahun 28 jiwa
24 23 tahun 74 jiwa 54
53 tahun 28 jiwa
25 24 tahun 74 jiwa 55
54 tahun 23 jiwa
26 25 tahun 73 jiwa 56
55 tahun 20 jiwa
27 26 tahun 77 jiwa 57
56 tahun 21 jiwa
28 27 tahun 43 jiwa 58
57 tahun 34 jiwa
29 28 tahun 45 jiwa 59
58 tahun 47 jiwa
> 59
30 29 tahun 44 jiwa 60 79 jiwa
tahun
Sumber : Profil Desa Bejijong Tahun 2015.
Jumlah Penduduk
Kepadatan Penduduk = Luas Wilayah
= ,
= 1987 jiwa/km2
umum adalah 1987 jiwa/ km2 atau setiap 1 km2 wilayah Desa Bejijong
Bejijong tahun 2015, Desa Bejijong dihuni oleh 3.874 jiwa yang
terdiri dari 1.913 jiwa penduduk laki-laki dan 1.961 jiwa penduduk
∑Penduduk Laki−laki
Sex Ratio = ∑Penduduk Perempuan × 100
= × 100
= 98
4. Mata Pencaharian
31
Data, Profil Desa Bejijong Tahun 2015
Swasta
5 PNS 88 7,50
6 Pedagang 38 3,24
7 Montir 5 0,43
8 TNI/POLRI 8 0,68
9 Dokter 2 0,17
10 Perawat/bidan 6 0,51
11 Lain-lain 78 6,65
banyak digeluti adalah sebagai pengrajin dengan jumlah 412 jiwa atau
1. Pendidikan
32
Data, Profil Desa Bejijong Tahun 2015
dengan jumlah 804 jiwa atau 27,07 %.34 Data kondisi pendidikan
Tahun 2015.
(jiwa) (%)
33
Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2008), 88.
34
Data, Profil Desa Bejijong Tahun 2015
pada masa itu. Raja atau pemimpin masyaraakat memeluk satu agama,
benar dan diridhoi oleh Tuhan, dan segala yang melanggar ajarannya.
2015.
2 Kristen 17 0,44
3 Katholik - -
4 Budha 8 0,21
5 Hindu - -
35
Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2008) 92.
36
Data, Profil Desa Bejijong Tahun 2015.
Soyo.
merupakan raja dari Kerajaan Mataram Kuno yang ada di Jawa Tengah.
Hal ini dijelaskan dari nama Brahu dihubungkan diperkirakan berasal dari
Struktur bangunan candi Brahu terdiri dari kaki candi, tubuh candi
dan atap candi. Kaki candi terdiri dari bingkai bawah, tubuh candi serta
bingkai atas. Bingkai tersebut terdiri dari pelipit rata, sisi genta dan
kaki candi yang dibangun pada masa sebelumnya. Ukuran kaki candi lama
tambahan dari bangunan sebelumnya. Kaki candi Brahu terdiri dari dua
tingkat dengan selasarnya serta tangga di sisi barat yang belum diketahui
rakyat candi Brahu adalah makam dari raja Brawijaya I sampai dengan IV.
membakar mayat, tetapi tidak ada bukti arkeologis yang mendukung cerita
rakyat tersebut. Bilik Candi saat ini telah kosong, tetapi didinding timur
bilik masih terdapat Altar tempat sesaji. Namun saat ini setelah banyak
sejarawan yang meneliti tidak ditemukan sisa-sisa abu ataupun bekas abu
di dalam Candi.
dan abad-16 dapat dibagi ke dalam lima gaya, yaitu gaya Singhasari, gaya
candi Brahu, gaya candi Jago, candi Batur, dan Punden Berundak.37
kemegahan candi yang berasal dari masa silam. Hal ini juga diperjelas oleh
salah satu Bhiksu yang pada waktu itu ikut serta dalam melaksanakan
bata pada dinding barat atau dinding depan candi. Atap candi juga tidak
dengan puncak datar. Candi Brahu dibangun dari bata yang direkatkan satu
sama lain dengan sistem gosok. Bagian tubuh candi Brahu sebagian besar
merupakan susunan batu bata baru yang dipasang pada masa pemerintahan
lingkaran pada atap candi yang diduga sebagai bentuk stupa, para ahli
menduga bahwa candi Brahu bersifat Budhis. Selain itu diperkirakan candi
situs Trowulan bahkan lebih tua dari kerajaan Majapahit itu sendiri. Dasar
oleh raja Empu Sendok dari Kahuripan pada tahun 861 Saka atau 9
suci yaitu wanaru atau warahu. Nama istilah inilah yang diduga sebagai
agama Hindu dan agama Budha, Awalnya candi ini berfungsi sebagai
Namun pada saat ini candi Brahu hanya digunakan sebagai tempat
kapan saja, ujar Suryono sebagai juru kunci candi. Meskipun masyarakat
38
Tjokro Soejono, Trowulan Bekas Ibukota Majapahit (Dinukil Tim Pustaka Jawatimuran Dari
Koleksi Deposit-Badan Perpustakaan Dan Kearsipan Jawa Timur). (Jakarta: Proyek
Pengembangan Media Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan
Dan Kebudayaan, 1987/1988), 34.
konsep dan arsitek candi berasal dari pengaruh Hindu dari India yang
bentuk pengaruh yang berasal dari India yang masuk ke nusantara pada
atau kepercayaan Hindu dan Budha dengan tata cara ritualnya, bahasa dan
Dalam hal ini kita ingat akan kenyataan bahwa sebagian besar dari
sehingga jelas bahwa setelah rakyat berganti agama mereka masih tahu
benar apa yang menjadi inti dan yang paling penting berharga dari suatu
candi. Begitu pula sama yang terjadi dengan Candi Brahu, menurut cerita
rakyat bahwa Candi Brahu adalah tempat penyimpanan abu jenazah Raja
Brawijaya.39
Pada Bulan Agustus tahun 2010 diadakan peringatan Hari Besar Asadha.
Setelah itu, pada pada bulan Mei tahun 2011 diadakan peringatan Hari
Raya Waisak secara besar-besaran yang dihadiri kurang lebih oleh 5000
39
Soekmono, Candi Fungsi Dan Pengertian ( Semarang: IKIP Semaranng Press, 1977), 83-84.
ritual untuk melaksanakan ritual oleh segenap umat Buddha yang hadir.
dan salah pengertian, maka jelas pula mengapa penafsiran candi sebagai
sekitar candi Brahu memiliki keahlian, mereka hidup dengan bertani. Hal
ini terlihat seperti terlintas sewaktu hampir sampai di lokasi candi Brahu
yaitu lading-ladang yang sangat luas dan siap memanen (pada waktu
kehidupan sosial masyarakat Jawa tidak jauh-jauh dari hal-hal klenik atau
mistis.
BAB III
Jawa. Awalnya agama yang dianut oleh masyarakat di pulau Jawa yaitu
Mojokerto, yaitu tradisi ruwatan bulan purnama. Dimana pada saat bulan
pembersihan diri atau biasa disebut dengan ruwatan. Tradisi ini dinamakan
40
Ida Baus Darmika, Psikologi Persepsi Masyarakat (Jakarta: T.P. 1982), 116.
41
Soerjono Soekanto, Budaya Dan Pengetahuan (Jakarta: T.P. 1990), 154.
luar saka ing beban lan paukumaning dewa; ruwatan berarti selametan.43
bahaya, kesialan, bebas dari kutukan jahat sehingga dapat hidup dengan
namun tidak diartikan merawat atau memelihara lahirnya saja akan tetapi
juga batin atau jiwanya juga. Disamping itu makna ruwatan sendiri bagi
masyarakat Jawa yaitu meng hilangkan bala atau kala yang artinya
ritual ini secara tidak langsung menjadi suatu kebutuhan yang harus
kondisinya pasti akan tetap dilakukan karena hal itu menjadi suatu
42
Yudha, Wawancara, 24 Mei 2016 Di Candi Brahu Trowulan.
43
Poerwadarminta. W.J.S., Baoesastra Djawa (Batavia: J.B. Wolters Uitgevers-Maatschappij N.V.
Groningen, 1939),534.
digunakan juga untuk penobatan suatu jabatan yang melibat semua elemen
masyarakat dan juga para petinggi kerajaan. Namun ada perbedaan untuk
tradisi ini yang masih dilakukan sampai sekarang. Dari pakaian yang
dipakai pada saat ritual pada jaman dulu bagi perempuan harus telanjang
berkembangnya jaman dan masuknya ajaran Islam di Jawa, hal itu dirasa
Islam. Dengan alasan itulah untuk sekarang semua pelaku ritual memakai
Ketika terjadi bulan purnama semua unsur bumi seperti air, udara
akan tertarik ke bulan. Hal ini menciptakan sejenis sabuk tak kasat mata
dengan tekan yang sangat tinggi. Dalam proses ini pada tingkatan fisik
ketika air tertarik ke arah bulan, bukan airnya yang tertarik melainkan
unsur-unsur gas dalam air (uap air) yang naik diatas air dan masuk ke
sabuk tak kasat mata yang bertekanan tinggi tersebut. Karena energi-energi
negatif sebagian besar berada dalam bentuk gas dan mereka ditarik ke arah
Air laut akan mengalami pasang tinggi pada saat bulan purnama.
Hal ini dikarenakan pengaruh dari gravitasi bulan yang menarik air laut ke
Bagian bumi yang dekat dengan bulan inilah yang megalami air laut
44
Bagus, Wawancara, Mojowaro, Jombang, 7 Mei 2016.
pasang, sedangkan di bagian bumi yang jauh dari bulan akam mengalami
1. Pelaku
budaya yang ada di Trowulan. Namun yang menjadi pilar adalah para
budaya yang sudah ada sejak dahulu. Disamping itu mereka juga
sangat terbuka apabila kedatangan tamu dari luar kota bahkan yang
belum tahu sama sekali ritual ini akan disambut dengan senang hati.
2. Waktu
acara ritual.46
3. Tempat
45
http://myscienceblogs.com/kids/2007/09/28/Gravitasi-Bulan/. Diakses Pada 9 Mei 2016.
46
http://sabdadewi.wordpress.com/2013/12/27/Sistem-Kalender-Jawa/. Diakses Pada 14 Mei 2016.
daerah yang terkena air laut, karena laut dipercaya sebagai tempat
segala macam peleburan energi negatif. Selain itu, pada saat bulan
purnama air laut akan tertarik oleh gravitasi bulan yang besar. Dan
disitulah inti dari ritual tersebut agar energi negatif dapat dilebur dan
dihilangkan.
warga tidak ingin memupus sejarah panjang dari candi Brahu yang
Purnama ini.47
4. Prosesi Acara
a. Persiapan
47
Pak Poh Nanang, Wawancara, Trowulan, Mojokerto, 22 Mei 2016.
digunakan.
dunia.48
b. Inti
ada di Trowulan.
Seperti ritual kali ini ada koin kuno yang dibawa untuk
rasanya dan nyaman. Karena koin tersebut sudah suci dan energi-
48
Pak Poh Nanang, Wawancara, Trowulan, Mojokerto, 22 Mei 2016.
benda apapun itu asalkan suci pasti energi positif dari alam akan
dupa di tempat sesaji di bilik candi Brahu. Hal ini bertujuan untuk
permisi kepada para leluhur yang ada di sekitar candi. Selain itu
bila suatu tempat atau ruangan yang ada aroma wewangian maka
tempat tersebut.50
tempatkan tadi. Hal ini juga ditujukan agar semua energi positif
49
Pak Poh Nananng, Wawancara, Trowulan, Mojokerto, 23 Mei 2016.
50
Ibid,.
dengan asap dupa dan para peserta ritual berbaris untuk bersiap di
diberi wejangan oleh Pak Poh dan turun dari serambi candi
sambil berdoa.
51
Pak Poh Nanang, Wawancara, Trowulan, Mojokerto, 22 Mei 2016.
seni drama dan lain sebagainya dari paguyupan seni yang ada di
sudah ada sejak jaman dulu hanya saja untuk jaman sekarang lebih
aktivitas pada malam hari akan terasa pengaruh yang baik dari
bulan purnama.52
52
Sahid, Wawancara, Trowulan, Mojokerto, 24 Mei 2016.
Purnama ini tidak hanya satu komunitas saja tetapi juga dari lintas
Mereka juga sangat terbuka bila ada teman yang dari lintas agama
dengan bahasa dan cara apapun asalkan dalam prosesi ritual tetap
C. Situs-situs di Trowulan
ini terbuat dari bahan batu bata merah dengan luas 13 x 11 meter dan
tinggi 15,5 mater. Gaya dari gapura ini disebut dengan candi bentar
53
Mbah Yi, Wawancara, Sooko, Mojokerto, 20 Juni 2016.
atau tipe gerbang terbelah dan berfungi sebagai pintu masuk menuju
yakni baik dan buruk. Kedua pilihan hidup tersebut sepanjang masa
Tribuana Tungga Dewi berupa tempat tidur besar berbahan batu. Situs
54
Data, Moseum, Trowulan Mojokerto.
dari Gayatri istri Raden Wijaya. Dan merupakan ibu dari prabu
Hayam Wuruk
Di samping ranjang dari batu ada juga batu besar yang berada di
55
Data, Moseum, Trowulan Mojokerto.
dan cerita rakyat, Jayanegara dinobatkan pada usia bajang atau masih
kecil, sehingga gelar Ratu Bajang atau Bajang Ratu melekat padanya.
4. Candi Tikus
56
Data, Moseum, Trowulan Mojokerto.
tikus.
empat dengan ukuran 29,5 x 28,25 meter dengan kedalaman 3,5 meter
dipahat halus, dan dinding yang mengelilingi terbuat dari batu bata
57
Data, Moseum, Trowulan Mojokerto.
5. Kolam Segaran
kolam yang sekaligus memberi bentuk pada kolam tersebut. Kolam ini
memiliki panjang 800 x 500 meter persegi, tebal tepian 1,6 meter
gosokkan satu sama lain. Saluran air masuk ke kolam ada di bagian
tenggara.
Kolam ini ditemukan pada tahun 1926 oleh Henry Maclain Pont,
kolam pancing. Namun fungsi asli kolam ini belum diketahui, akan
58
Data, Moseum, Trowulan Mojokerto.
BAB I
BULAN PURNAMA
warga yang menganut agama lain. Terlebih di sana juga terdapat asrama
Bulan Purnama ini kita berbicara tentang budaya bukan tentang agama.
Kita boleh berdoa dengan bahasa dan cara apapun asalkan dalam prosesi
ritual tetap kita laksanakan sesuai budaya yang sudah ada sejak dulu.59
59
Mbah Yi, Wawancara, Sooko, Mojokerto 20 Juni 2016.
ajaran baru atau agama Islam ini yang menyusup masuk kedalam budaya
keharusan. Lebih dari itu kita bisa menengok sejarah kejayaaan Trowulan
yang pernah menjadi ibukota kerajaan Majapahit. Dalam hal ini adalah
waktu Majapahit. Karena pada masa itu baik agama Hindu dan Buddha
hidup berdampingan. Pada waktu itu agama Islam sudah ada pada masa
Surya serta angka tahun dengan huruf jawa kuno dan sisi satunya
60
Ilham, Wawancara, Sooko, Mojokerto, 20 Juni 2016.
bertuliskan huruf arab. Nisan tersebut merupakan bukti bahwa pada masa
banyak yang mengatakan syirik dan sebagainya, namun hal itu sedikit
demi sedikit bisa luntur dari benak masyarakat. Karena pernyataan tersebut
bisa dianggap kliru apabila mereka sudah mengikuti prosesi ruwatan bulan
purnama. Mereka bisa merasakan apa manfaat dari ritual tersebut baik
B. Masyarakat Muslim
dan tidak termasuk dalam pada kategori syirik, karena bukan dalam ruang
lingkup aqidah.
61
I.G. Bagus Arwana, Mengenal Peninggalan Majapahit Di Daerah Trowulan (Trowulan:
Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Purbakala), 27.
Purnama.
manusia terlahir sebagai insan yang suci dan memiliki kebaikan hati,
namun yang bisa merubah pola pikir dan prilaku mereka adalah
terealisasikan di masyarakat.62
pelaksanaannya.
62
Ruslanto, Wawancara, Trowulan, Mojokerto, 22 Juli 2016.
melaksanakan ritual-ritual.
tubuh dan pikiran menjadi segar.63 Bukan berarti hal itu dipercaya
datang tidak pada ruang yang kosong, maka tidak heran jika corak
Nusantara.
2. Warga Muhammadiyah
63
Ridwan, Wawancara, Trowulan Mojokerto 22 Juli 2016
Alquran dan Assunnah, selain itu adalah hal yang diada-adakan atau
tidak ada relevansinya dengan ajaran Islam, karena tidak ada dalam
Alquran dan Assunnah. Dan tradisi ruwatan bulan purnama itu sudah
komplek candi Brahu. Hal itu ditegaskan oleh Indra pemuda desa
bukan dari ajaran Islam akan tetapi dari kebudayaan Hindu dari
64
Suparlan, Wawancara, Trowulan Mojokerto, 23 Juli 2016.
65
Syaiful Indra, Wawancara, Trowulan Mojokerto, 23 Juli 2016.
ini merupakan salah satu yang lahir dan berkembang sejak jaman kerajaan
digunakan sebagai ritual penobatan suatu jabatan dan acara adat lainnya.
Masyarakat Jawa dari jaman dulu hingga sekarang sedikit banyak masih
mempercayai adat-istiadat dan tradisi yang sudah ada pada jaman dulu.
apapun. Menurut pandangan mereka suatu budaya atau tradisi itu tidak
membutuhkan suatu bendera atau merk, karena dalam hal spiritual itu
harus dilakukan dengan ikhlas dan tanpa naungan apapun yang dapat
adalah melestarikan suatu budaya adalah upaya wajib bagi mereka untuk
Asas Bhineka Tunggal Ika telah melekat pada pribadi para aktivis
Tidak bisa dipungkiri bahwa kita pernah jaya pada masa kerajaan
Majapahit, dan hal itu tidak bisa dianggap sebagai perjalanan singkat yang
yang patut di teladani bagi penulis (khususnya) dan masyarakat lain, yaitu
suatu tradisi atau budaya dapat meleburkan suatu perbedaan dan keegoisan
dalam diri manusia. Dimana dari semua agama, semua genre, dan semua
umur dapat guyub atau menyatu dalam satu pemikiran ketika membaur
dalam suatu tradisi. Tidak ada perbedaan antara yang tua dan yang muda,
tidak ada guru dan murid, semua bisa saling mengisi satu sama lain dan
sama-sama belajar. Menurut mereka guru yang abadi adalah alam semesta
karena alam semesta tidak akan pernah bohong dalam mengajarkan kita
tentang suatu kebenaran dan juga mengajarkan kita agar bisa lebih
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
berpakaian yang pada jaman dahulu jauh dari nilai Islam. Tujuannya
purnama dapat menjadi media perantara ritual karena pada saat itu
bulan gravitasi yang besar yang dapat menarik energi negatif dari
alam.
2. Dalam prosesi ritual seperti etika berpakaian yang dipakai saat ritual,
kembang tujuh rupa, air dan bejana, kain kuning, dan pakaian serba
berwarna hitam.
sudah berkembang pada waktu itu, dan yang paling penting perbedaan
agama dari dulu hingga saat ini kerukunan masih terjaga. Meskipun
Majapahit.
B. Saran
yang juga cinta akan sejarah dan kebudayaan Bangsa ini, sudah
adalah kunci dasar suatu tradisi masih ada hingga sekarang. Berbeda
bukan berarti tak bisa sama, akan tetapi berbeda ada untuk saling
Isyanti, Tradisi Merti Bumi Suatu Refleksi Masyarakat Agraris (Dalam Jurnal
Sejarah Dan Budaya, Jantra Volume II Nomer 3, Juni 2007. ISBN
1907-9605)
Sofyan, Ridi et al, Merumuskan Kembali Interelasi Islam Jawa, Dalam Islam
Dan Budaya Jawa Yogyakarta: Gama Media,.
http://myscienceblogs.com/kids/2007/09/28/Gravitasi-Bulan/
http://sabdadewi.wordpress.com/2013/12/27/Sistem-Kalender-Jawa/