Anda di halaman 1dari 81

Beberapa istilah penting dalam

farmakologi
q Obat : dosis layak dapat
menyembuhkan ,meringankan, atau
mencegah penyakit berikut gejalanya.

q Ilmu farmakologi: mempelajari cara dalam


mana fungsi sistem hidup dipengaruhi obat.
Beberapa istilah penting dalam
farmakologi
q Ilmu farmakokinetik: (ADME: absorbsi,
distribusi, metabolisme, ekskresi).Secara
singkat artinya pengaruh tubuh terhadap
obat.
q Ilmu farmakodinamik: pengaruh obat
terhadap sel hidup.
Beberapa istilah penting dalam
farmakologi
qIlmu farmakoterapi: penggunaan obat untuk
menyembuhkan penyakit.
qIlmu toksikologi: mempelajari keracunan oleh
berbagai bahan kimia terutama obat.
Efek-efek Obat

• Umumnya obat mempunyai efek atau aksi


lebih dari satu, maka efek dapat berupa :
1. Efek terapi
2. Efek samping
3. Efek teratogen
4. Efek toksis
5. Idiosinkrasi
6. Fotosensitisasi
Efek terapi

qterapi kausal
qterapi simtomatik
qterapi substitusi
Efek samping
• Segala sesuatu khasiat obat yang tidak
diinginkan untuk tujuan terapi yang dimaksud
pada dosis yang dianjurkan
Efek toksis
• ialah aksi tambahan dari obat yang lebih berat
dibanding efek samping dan merupakan efek
yang tidak diinginkan. Tergantung besarnya
dosis obat, dapat diperoleh efek terapi atau
efek toksis.
Fotosensitasi
• ialah efek kepekaan yang berlebihan terhadap
cahaya yang timbul akibat penggunaan obat.
Contoh ialah akibat penggunaan Bithionol
sebagai antiseptika lokal.
Efek teratogen
• Menyebabkan timbulnya defek fisik pada
embrio yang sedang berkembang
Idiosinkrasi
• Peristiwa di mana suatu obat memberikan
efek yang secara kwalitatif total berlainan dari
efek normalnya. Umumnya hal ini disebabkan
oleh kelainan genetika pada pasien
bersangkutan.
Efek-efek obat
vDipandang dari segi luasnya area ; efek obat
dapat dibagi menjadi dua:
1. Efek sistemik
2. Efek lokal
Cara-cara penggunaan obat yang
memberi efek sistemik ialah :
• Oral
• Sublingual.
• Bukal
• Injeksi atau parenteral.
• Implantasi subkutan
• Rektal.
Cara penggunaan obat yang
memberi efek lokal, ialah :
• Inhalasi : diberikan melalui jalur nasal atau
oral respiratorik
• Penggunaan obat pada mukosa seperti mata,
telinga, hidung, vagina, dan sebagainya
dengan obat tetes, busa dan sebagainya.
• Penggunaan pada kulit dengan salep,
krim,losion dan sebagainya.
Efek Penggunaan Obat Campuran

• Sinergisme
• Antagonis
• Interaksi obat
Sinergisme
q kerja sama antara dua obat dan dikenal dua
jenis:
• adisi = efek kombinasi adalah sama dengan
jumlah kegiatan dari masing-masing obat,
misalnya kombinasi asetosal dan parasetamol.
• potensiasi = kedua obat saling memperkuat
khasiatnya, sehingga terjadi efek yang
melebihi jumlah matematis dari a+b. Kedua
obat kombinasi dapat memiliki kegiatan yang
sama seperti sulfametoksazol dan trimetoprim
Antagonis
q campuran obat atau obat yang diberikan
bersama-sama pada pasien yang
menimbulkan efek berlawanan aksi dari salah
satu obat, mengurangi efek dari obat yang
lain.
Interaksi obat

• Bila seorang pasien diberikan dua atau lebih


obat akan terjadi interaksi antara obat-obat
tersebut dalam tubuhnya. Efek masing-masing
obat dapat saling diganggu dan /atau efek
samping yang tidak diinginkan mungkin
ditimbulkan
Dosis Obat

• Berat badan
• Umur
• Jenis kelamin
• Kondisi patologi pasien
Berat badan
• mg/kg bb/hari
Umur :

qBeberapa hal yang perlu diperhatikan untuk


menentukan dosis obat pada bayi yang baru
lahir adalah:
• Beberapa system enzim pada bayi belum
berkembang sempurna, Absorbsi obat
berjalan lambat.
• Fungsi ginjal belum sepenuhnya berkembang.
• Prosentase air badan total dari berat badan
total lebih besar dibandngkan pada anak yang
lebih tua. Oleh karena itu volume distribusi
umur
• Pada pasien geriatric perlu diperhatikan
tentang umur biologik pasien dan perubahan
aksi obat karena hal tersebut disebabkan
oleh:
• Kecepatan filtrasi glomeruli dan sekresi tubuh
akan berkurang pada orang tua dan juga
kecepatan metabolisme obat.
• Kemampuan mengakomodasi untuk
penstabilan homeostasis menurun.
Jenis kelamin
• Kadang-kadang menjadi pertimbangan
• Tidak selalu menjadi pertimbangan
Kondisi patologi pasien
• Obat tertentu perlu dinaikkan atau diturunkan
dosisnya pada kondisi penyakit tertentu
• INDIKASI : suatu kondisi yg menandakan
pasien perlu mendapatkan obat tsb
• KONTRAINDIKASI: satu hal yang harus
diperhatikan sebelum minum obat, yaitu
menerangkan kondisi-kondisi yang tidak cocok
utk pasien dgn konsumsi obat tsb, dan berisiko
menimbulkan kerugian/bahaya.
SEKIAN
DOSIS
DOSIS

Jumlah banyaknya obat yang diberikan kpd


penderita dlm satuan berat (gram, mg,µg) atau
satuan isi (mL,L) atau unit lain
•Dosis Lazim
 Jumlah obat yg memberikan efek terapi
• Dosis Toksik
jumlah obat yg mengakibatkan keracunan
• Dosis Letal
 j uml a h o b a t y g d a p a t m e n g a k i b a t k a n
kematian
• Dosis Maksimal
jumlah obat yg masih aman diberikan dalam
takarannya

27
28
Faktor yang mempengaruhi dosis :

• Faktor obat;
 sifat fisika,sifat kimia, toksisitas, bentuk sediaan
• Cara pemberian obat;
oral, parenteral, rektal, vaginal, uretral,topikal,dll
• Faktor penderita;
umur, BB, jenis kelamin, ras, toleransi, dll
• Interaksi Obat;
fisik, kimia, farmakologi
- efek positif : memperpanjang efek kerja obat
- efek negatif : mengganggu penyerapan obat yg lain
DOSIS

• DOSIS DEWASA
• DOSIS ANAK :
üperbdgn dosis dewasa :
- perbandingan usia (20-24 thn)
- perbandingan BB (70 kg)
- perbandingan LPT (1,73 m2)
überdasarkan ukuran fisik individual
- BB anak dlm kg
- LPT anak (m2)
- Rumus R.O. Mosteller
LPT =  (cm) xBB(kg )
360

30
DOSIS

DOSIS ANAK :
- dinyatakan dalam sekian mg per kg BB
per hari
-dosis per kali, dgn membagi dosis per hari
 tdk melewati DM

31
DOSIS

• DOSIS OBESITAS
üBB 20% diatas BB ideal
üPerbedaan antar obat (daya larut lemak)
dan distribusi obat dlm jar.lemak dan air
üDeviasi besar dari komposisi tubuh
• DOSIS GERIATRI
üPerubahan fisiologis dan patologis tubuh
- konsentrasi obat; ADME
- kecepatan absorpsi menurun
- perubahan mukosa GIT

32
DOSIS

Alat Penakar Dosis :


• sendok resmi (FI)
üsendok makan ( C ) ~ 15 ml
üsendok teh (c.th) ~ 5 ml
• wadah obat minum
• gelas obat (batasan garis tanda volume)
• obat minum tetes → penetes baku
( 1 ml = 20 gtt)

33
CARA PERHITUNGAN DOSIS
• Pemilihan dan penetapan dosis memang tidak
mudah karena harus memperhatikan
– Faktor penderita; meliputi umur, bobot badan,
jenis kelamin,LPT,toleransi,habituasi,adiksi,dan
sensitifitas serta kondisi pasien
– Faktor obat;sifat fisika kimia obat,sifat
farmakokinetik
– Faktor penyakit;meliputi sifat dan jenis penyakit
serta kasus penyakit

34
Penggolongan Obat Tradisional
Pemanfaatan tanaman obat di
Indonesia
• Pemanfaatan tanaman obat di Indonesia pada saat ini semakin
meningkat baik dipergunakan langsung oleh masyarakat,
industri kecil maupun besar.
• Ketersediaan bahan baku obat (simplisia) yang melimpah ini
sangat mendukung pengembangan Industri Kecil Obat
Tradisional (IKOT) d e n g a n m e m formulasikannya menjadi
obat tradisional maupun kosmetik tradisional dalam bentuk
kemasan yang aman dan terstandarisasi berdasarkan peraturan
dan perundangan yang berlaku di Indonesia.
Eksplorasi bahan aktif tanaman obat tradisional dapat dilakukan dengan cara :

1.Ekstraksi bahan tanaman obat dengan berbagai pelarut


2.Uji farmakologis awal hasil ekstrak.
3.Skrining fitokimia (Uji Kandungan Metabolit Sekunder : Terpen,
Steroid,Flavonoid,Senyawa Fenol, Alkaloid)
4.Isolasi bahan aktif dan penetapan struktur
5.Standarisasi sediaan fitofarmaka
6.Uji farmakologis lanjut isolat
7.Modifikasi struktur (QSAR/ Quantitative Structure of Activities
Relationship)
8.Teknologi preformulasi untuk uji klinik selanjutnya (fase
1,2,3,4)
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.760/MENKES/PER/IX/1992 tentang Fitofarmaka, UU RI No. 23
tahun 1992, pengamanan terhadap obat tradisional dimana
penjabaran dan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia nomor: HK.00.05.4-2411 tang-gal
17 Mei 2004 tentang ketentuan pokok pengelompokan dan
penandaan obat bahan alam Indonesia.
dalam Keputusan Kepala Badan POM tersebut, berdasarkan cara
pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat
pembuktian khasiat, Obat Bahan Alam Indonesia dikelompokkan
secara berjenjang menjadi 3 kelompok yaitu :
(1)Jamu;
(2)Obat Herbal Terstandar;
(3)Fitofarmaka.
JAMU

• Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara


tradisional, cth; dalam bentuk serbuk seduhan atau cairan
yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun
jamu tersebut serta digunakan secara tradisional. Pada
umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep
peninggalan leluhur yang disusun dari berbagai tanaman obat
yang jumlahnya cukup banyak, berkisar antara 5 – 10 macam
bahkan lebih.
Obat Herbal Terstandar (OHT)
Obat tradisional yang berasal dari ekstrak bahan tumbuhan, hewan maupun
mineral. Perlu dilakukan uji pra-klinik untuk pembuktian ilmiah mengenai
standar kandungan bahan yang berkhasiat, standar pembuatan ekstrak
tanaman obat, standar pembuatan obat yang higienis dan uji toksisitas akut
maupun kronis seperti halnya fitofarmaka. Dalam proses
pembuatannya, OHT memerlukan peralatan yang lebih kompleks dan
berharga mahal serta memerlukan tenaga kerja dengan pengetahuan dan
keterampilan pembuatan ekstrak, yang hal tersebut juga diberlakukan sama
pada fitofarmaka.
Obat Herbal dapat dikatakan sebagai Obat Herbal Terstandar bila memenuhi
kriteria sebagai berikut :
1.Aman
2.Klaim khasiat secara ilmiah, melalui uji pra-klinik
3.Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku
4.Telah dilakukan standardisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam
produk jadi.
CONTOH PRODUK : Diapet®, Lelap®, Kiranti®,
Fitofarmaka
• Jenis obat tradisional yang dapat disejajarkan
dengan obat modern karena proses
pembuatannya yang telah terstandar dan
khasiatnya telah dibuktikan melalui uji klinis.
• Fitofarmaka dapat diartikan sebagai sediaan
obat bahan alam yang telah dibuktikan
keamanan dan khasiatnya secara ilmiah
dengan uji praklinis dan uji klinis bahan baku
serta produk jadinya telah di standarisir
(BPOM. RI., 2004 ).
Berikut ini adalah kriteria fitofarmaka, antara lain yaitu :

1.Aman
2.Klaim khasiat secara ilmiah, melalui uji pra-klinik dan klinik
3.Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku
4.Telah dilakukan standardisasi bahan baku yang digunakan
dalam produk jadi
Logo pada Obat Tradisional

OHT FITOFARMAKA JAMU


Bentuk-bentuk sediaan Obat Tradisional (Jamu, OHT
dan Fitofarmaka) yang saat ini beredar di masyarakat
secara umum di kelompokkan menjadi 2 kelompok
bentuk sediaan yaitu :

1.Sediaan Oral : Serbuk, rajangan, kapsul (ekstrak),


tablet (ekstrak), pil (ekstrak), sirup, dan sediaan
terdispersi.
2.Sediaan Topikal : Salep/krim (ekstrak), Suppositoria
(ekstrak), Linimenta (Ekstrak) dan bedak.
Sekian
Toksikologi
Toksikologi Klinik

Cabang ilmu toksikologi yang mempelajari efek toksik dari agen yang
bertujuan untuk mengobati, memperbaiki, memodifikasi atau mencegah
suatu keadaan penyakit atau efek obat pada satu waktu tertentu

TOKSIKOLOGI KLINIK
Agen terapetik Agen non terapetik
Efek toksik dari obat-obatan Efek toksik dari bahan kimia non obat
§ Barbiturat § zat kimia yg mempengaruhi lingkungan (logam)
§Benzodiazepin §obat”an yg mempengaruhi perilaku seseorang (alkohol,
§Antikolinergik penyalahgunaan obat)
§Steroid §produk kimia dari industri (gas, hidrokarbon, radiasi)
§bhn kimia pertanian (pestisida, herbisida, insektisida)
Monitoring efek merugikan dari
obat (Advers Drug Reactions/ADRs)

National Academy of Science USA → ±98000 org/thn


meninggal krn kesalahan medis

± 7000 kematian disebabkan kesalahan pengobatan


→salah obat, salah dosis atau kombinasi keduanya

Monitoring terhadap pengobatan yg diberikan ke pasien

q Kerjasama tenaga kesehatan terkait yaitu dokter


penulis resep, perawat, farmasis
qMenggunakan sistem komputer dgn program ‘drug
error’
Efek toksik
Efek obat me↑
akibat obat me↑

Tn A menderita TBC oleh Penggunaan obat-obatan terus menerus (pada


dokter diberikan pasien kronis), penggunaan obat tanpa resep
kombinasi INH, rifampicin,
pirasinamid 1x1 selama 6
bulan. Karena Tn A ingin
sembuh maka Tn A Dilakukan pencegahan & pengobatan agar
meminum kombinasi obat tdk tjd paparan bhn kimia yg menyebabkan
tsb 3x1. setelah bbrp mgg toksik
Tn A MRS dgn kondisi
data lab SGOT SGPT me↑
Monitoring efek merugikan dari obat (Advers
Drug Reactions/ADRs)
Efek Terapi Efek Toksis Efek Samping

Efek Samping

Ø Efek dar i obat y ang


Efek Terapi Efek Toksik
tidak menguntungkan yang
tjd pada dosis terapi
Ø Efek yang diinginkan ØEfek dari obat yg dpt
dari suatu obat menimbulkan keracunan,
ØESO tdk tjd pd setiap
bila digunakan melebihi
org → tergantung
ØMisal : paracetamol dosis terapinya
kepekaan & kemampuan
dosis 500 mg (3x1) dapat
mengatasi ESO
digunakan utk ØContoh :
menurunkan panas atau gentamisin → ginjal;
Ø Contoh :
meredakan nyeri paracetamol, INH → hati
amlodipin ESO jantung
berdebar (4,5%); nyeri
perut (1,6%)
Faktor yg mempengaruhi
toksisitas obat :

1. Tdk dilakukan monitoring pengobatan oleh penulis resep


2. Kepatuhan pasien dalam meminum obat
3. Polifarmasi
4. Interaksi obat dgn obat
5. Adanya reaksi alergi
6. Tidak memperhatikan aturan pakai obat
7. Kesalahan pengobatan
8. Efek yg tdk menguntungkan dari obat2an / ADRs
Tidak dilakukan monitoring
pengobatan oleh penulis resep

Tidak adanya monitoring pengobatan

Efek obat dlm tubuh & tujuan ESO selama pengobatan


terapi tdk diketahui tdk diketahui

KEGAGALAN TERAPI

Monitoring pengobatan oleh dokter & Pasien hrs waspada jika tjd efek
tenaga kesehatan lainnya tdk menguntungkan dari obat2an

Dilakukan konseling
mengenai obat2an
Kepatuhan pasien dalam
meminum obat

Kepatuhan thdp pengobatan


Toksisitas obat me↑
me↓

PASIEN GERIATRI

Kesulitan membaca tulisan di


etiket Lupa kontrol ke dokter

Dosis obat yg diminum tdk Monitoring perkembangan


tepat pasien tdk terkontrol
Polifarmasi

Obat yg diminum Kepatuhan pasien


Toksisitas obat me↑
pasien >>> me↓

Interaksi obat dgn obat

Memberikan
konseling kpd Monitoring
Penyesuaian dosis Penggantian obat
pasien ttg cara pengobatan
minum obat
Kesalahan pengobatan
Adanya reaksi alergi

Reaksi alergi cepat langsung → Reaksi alergi tertunda → ± 72 jam


dirasakan oleh pasien setelah mengkonsumsi obat

Monitoring secara tepat


Tidak memperhatikan
aturan pakai obat

Penggunaan obat OTC

Berikan konseling Ingatkan px agar membaca


penggunaan obat informasi di balik kemasan

Penggunaan tdk
tepat/berlebihan
→TOKSISITAS
Efek yg tdk menguntungkan
dari obat2an / ADRs

reaksi yang berbahaya, tidak diinginkan dan terjadi pada dosis yang
biasanya digunakan oleh pasien untuk pencegahan atau pengobatan
penyakit

Kategori efek tidak menguntungkan dari obat2an


Manajemen Klinik ADRs

•Penggalian informasi tentang pasien secara mendetail


•Melakukan pemeriksaan fisik
•Melakukan pemeriksaan laboratorium
•Menegakan diagnosis
•Memberikan resep
•Memonitoring terapi
•Mengevaluasi hasil terapi
Manajemen klinis pada pasien yg mengalami
keracunan

1. Stabilisasi pasien
2. Melakukan evaluasi klinik
3. Menghambat absorbsi zat beracun
4. Mempercepat eliminasi zat beracun
5. Pemberian antidotum
6. Melakukan perawatan secara intensive
1. Stabilisasi pasien

Lakukan penilaian secara umum pada tempat terpaparnya zat


toksik

Periksa tanda vital pasien

Jauhkan pasien dari sumber utama kontaminasi seperti asap,


gas atau adanya cairan berbahaya yang tumpah

Lakukan pemeriksaan manajemen klinis dengan sistim ABC


(maintenance airway – breathing – circulation)

Lakukan pemantauan TD & HR

Periksa suhu, warna kulit, turgor


2. Lakukan evaluasi klinik

Gali informasi pd px / keluarga px px menelan zat beracun / tdk;


waktu tjdnya paparan terapi & prognosis; lokasi tjdnya keracunan

Mendokumentasikan riwayat terpaparnya racun

Melakukan pemeriksaan fisik → mengidentifikasikan gejala & tanda


klinis yg tjd akibat paparan racun → Identifikasi Sindrom Beracun

Dilakukan pemeriksaan laboratori & radiologi → penyebab


3. Menghambat absorbsi zat beracun
Membersihkan bag tubuh yg terkontaminasi zat toksik
Mengurangi penyerapan pada usus

4. Mempercepat eliminasi zat beracun


a.me↑ ekskresi melalui pengasaman / pembasaan urin
b. Hemodialisis

5. Memberikan antidotum : obat anti nya/penawarnya cth: na tiosulfat,


Nalokson, atropin
PENGANTAR
Ø Di antara berbagai faktor yang mempengaruhi respon tubuh
terhadap pengobatan adalah faktor interaksi obat
Ø Interaksi obat ada yang menguntungkan atau merugikan
Ø EFEK SAMPING OBAT yang merugikan yang terjadi AKIBAT
INTERAKSI OBAT adalah yang meningkatkan toksisitas atau
penurunan efek terapi sehingga pasien tidak merasa sehat
atau menurunkan efek terapi sehingga pasien tidak merasa
sehat atau tidak cepat sembuh.
Ø Pengobatan dengan beberapa obat sekaligus (polifarmasi))
yang terjadi kebiasaan tenaga medis,memudahkan terjadinya
interaksi obat
Interaksi obat merupakan suatu faktor yang dapat
mempengaruhi respon tubuh terhadap pengobatan. Obat dapat
berinteraksi dengan makanan atau minuman, zat kimia atau
dengan obat lain. Dikatakan terjadi interaksi apabila makanan,
minuman, zat kimia, dan obat lain tersebut mengubah efek dari
suatuobat yang diberikan bersamaan atau hampir bersamaan
(Ganiswara, 2000).
Beberapa obat sering diberikan secara bersamaan pada
penulisan resep, maka mungkin terdapat obat yang kerjanya
berlawanan. Obat pertama dapat memperkuat atau
memperlemah, memperpanjang atau memperpendek kerja obat
kedua.
MEKANISME INTERAKSI OBAT
Menurut jenis mekanisme kerjanya, interaksi obat dibedakan
menjadi 3 macam, yaitu:
1) Interaksi farmasetik
Interaksi farmasetik terjadi jika antara dua obat yang
diberikan bersamaan tersebut terjadi inkompatibilitas atau
terjadi reaksi langsung, yang umumnya diluar tubuh, dan
berakibat berubahnya atau hilangnya efek farmakologik obat
yang diberikan. Sebagai contoh, pencampuran penisilin dan
aminoglikosida akan menyebabkan hilangnya efek farmakologik
yang diharapkan (Anonim, 2000a).
2) Interaksi farmakokinetik
interaksi farmakokinetik adalah perubahan yang terjadi
pada absorpsi,distribusi, metabolisme atau biotransformasi,
atau ekskresi dari satu obat atau lebih (Kee dan Hayes, 1996).
a) Interaksi pada proses absorpsi Interaksi ini dapat terjadi akibat
perubahan harga pH obat pertama. Pengaruh absorpsi suatu obat
kedua mungkin terjadi akibat perpanjangan atau pengurangan waktu
huni dalam saluran cerna atau akibat pembentukan
kompleks(Mutschler, 1991
b) Interaksi pada proses distribusi Dua obat yang berikatan tinggi dengan
protein atau albumin bersaing untuk mendapatkan tempat pada
protein atau albumin di dalam plasma. (Kee dan Hayes, 1996)
c) nteraksi pada proses metabolisme Suatu obat dapat meningkatkan
metabolisme dari obat yang lain dengan merangsang (menginduksi)
enzim-enzim hati (Kee dan Hayes, 1996).
d) nteraksi pada proses eliminasi Interaksi pada eliminasi melalui ginjal
dapat terjadi akibat perubahan hingga pH dalam urin atau karena
persaingan tempat ikatan pada sistem transport yang berfungsi untuk
sekresi atau reabsorpsi aktif (Mutschler, 1991).
3) Interaksi farmakodinamik
Interaksi farmakodinamik adalah hal-hal yang menimbulkan efek-efek
obat yang aditif, sinergis (potensiasi), atau antagonis.
PASIEN YANG RENTAN TERHADAP
INTERAKSI OBAT
1. Pasien lanjut usia
2. Orang yang minum lebih dari satu macam obat
3. Pasien yang mempunyai gangguan fungsi ginjal dan hati
4. Pasien dengan penyakit akut
5. Pasien dengan penyakit yang tidak stabil
6. Pasien yang memiliki karakteristik genetik tertentu
7. Pasien yang dirawat oleh lebih dari satu dokter (Fradgley,
2003).
PENATALAKSANAAN INTERAKSI OBAT
1). Menghindari kombinasi obat yang berinteraksi
Jika risiko interaksi obat lebih besar daripada manfaatnya, maka harus
dipertimbangkan untuk memakai obat pengganti.
2). Menyesuaikan dosis
Jika hasil interaksi obat meningkatkan atau mengurangi efek obat,
maka perlu dilaksanakan modifikasi dosis salah satu atau kedua obat
untuk mengimbangi kenaikan atau penurunan efek obat tersebut.
3). Memantau pasien
Jika kombinasi obat yang saling berinteraksi diberikan, pemantauan
diperlukan.
4). Melanjutkan pengobatan seperti sebelumnya
Jika interaksi obat tidak bermakna klinis, atau jika kombinasi obat yang
berinteraksi tersebut merupakan pengobatan yang optimal, pengobatan
pasien dapat diteruskan tanpa perubahan (Fradgley, 2003).
OBAT YANG TERLIBAT DALAM
PERISTIWA INTERAKSI
Interaksi obat paling tidak melibatkan 2 jenis obat diantaranya :
1. Obat obyek, yakni obat yang aksinya atau efeknya dipengaruhi atau diubah oleh obat lain.
Obat-obat yang kemungkinan besar menjadi obyek interaksi atau efeknya
dipengaruhi oleh obat lain, umumnya adalah obat-obat yang memenuhi ciri :
a) Obat-obat di mana perubahan sedikit saja terhadap dosis (kadar obat) sudah akan
menyebabkan perubahan besar pada efek klinik yang timbul. Secara farmakologi
obat-obat seperti ini sering dikatakan sebagai obat-obat dengan kurva dosis respons
yang tajam (curam; steep dose response curve). Perubahan, misalnya dalam hal ini
pengurangan kadar sedikit saja sudah dapat mengurangi manfaat klinik (clinical
efficacy) dari obat.
b) Obat-obat dengan rasio toksis terapik yang rendah (low toxic therapeutic ratio),
artinya antara dosis toksik dan dosis terapetik tersebut perbandinganya (atau
perbedaanya) tidak besar. Kenaikan sedikit saja dosis (kadar)obat sudah
menyebabkan terjadinya efek toksis. Kedua ciri obat obyek di atas, yakni apakah obat
yang manfaat kliniknya mudah dikurangi atau efek toksiknya mudah diperbesar oleh
obat presipitan, akan saling berkaitan dan tidak berdiri sendiri-sendiri. Obat-obat
seperti ini juga sering dikenal dengan obat-obat dengan lingkupterapetik yang sempit
(narrow therapeutic range).
c. Obat-obat yang memenuhi ciri-ciri di atas dan sering menjadi obyek interaksi
dalam klinik meliputi,
üantikoagulansia: warfarin,
üantikonvulsansia (antikejang): antiepilepsi,
ühipoglikemika: antidiabetika oral seperti tolbutamid,
klorpropamid dll,
üanti-aritmia: lidokain,prokainamid dll,
üglikosida jantung: digoksin,
üantihipertensi,
ükontrasepsi oral steroid,
üantibiotika aminoglikosida,
üobat-obat sitotoksik,
üobat-obat susunan saraf pusat, dan lain-lain.
2. Obat presipitan (precipitan drug), yakni obat yang mempengaruhi atau
mengubah aksi atau atau efek obat lain.
Obat-obat presipitan adalah obat yang dapat mengubah aksi/efek obat lain. Untuk
dapat mempengaruhi aksi/efek obat lain, maka obat presipitan umumnya adalah obat-
obat dengan ciri sebagai berikut:
a) Obat-obat dengan ikatan protein yang kuat, oleh karena dengan demikian
akan menggusur ikatan-ikatan yang protein obat lain yang lebih
lemah.Obat-obat yang tergusur ini (displaced) kemudian kadar bebasnya
dalam darah akan meningkat dengan segala konsekuensinya, terutama
meningkatnya efek toksik. Obat-obat yang masuk di sini misalnya aspirin,
fenilbutazon, sulfa dan lain lain.
b. Obat-obat dengan kemampuan menghambat (inhibitor) atau merangsang
(inducer)enzim-enzim yang memetabolisir obat dalam hati. Obat-obat yang
punya sifat sebagai perangsang enzim (enzyme inducer) misalnya rifampisin,
karbamasepin, fenitoin, fenobarbital dan lain-lain akan mempercepat eliminasi
(metabolisme) obat-obat yang lain sehingga kadar dalam darah lebih cepat hilang.
Sedangkan obat-obat yang dapat menghambat metabolisme (enzyme inhibator)
termasuk kloramfenikol, fenilbutason, alopurinol, simetidin dan lain-lain,akan
meningkatkan kadar obat obyek sehingga terjadi efek toksik.
c. Obat-obat yang dapat mempengaruhi /merubah fungsi ginjal sehingga eliminasi
obat-obat lain dapat dimodifikasi. Misalnya probenesid, obat-obat golongan
diuretika dan lain-lain.

Ciri-ciri obat presipitan tersebut adalah pada proses distribusi (ikatan protein),
metabolisme dan ekskresi renal. Masih banyak obat-obat lain diluar ketiga ciri ini tadi
yang dapat bertindak sebagai obat presipitan dengan mekanisme yang berbeda-beda.
INTERAKSI OBAT – MAKANAN
• Umumnya interaksi obat-makanan berupa turunnya derajat
absorpsi  melalui pembentukan kompleks, perubahan pH,
perubahan motilitas, perubahan fungsi mukosa dan perubahan
mekanisme transport.
• Pencegahan  gunakan obat saat lambung kosong (kecuali obat
yang mengiritasi lambung  gunakan saat lambung isi)
CONTOH INTERAKSI OBAT-MAKANAN
• Makanan mengandung tiramin (keju tua, ekstrak
yeast, daging asap, bir, alpukat, anggur merah,
minuman berkafein, yogurt, coklat, kecap) 
berinteraksi dengan obat MAOI (mono amin
oksidase inhibitor).
Tiramin adalah asam amino yang ditemukan dalam
bermacam makanan di atas, yang merupakan
senyawa simpatomimetik tak langsung  dapat
menyebabkan hipertensi pada pasien yang
menerima MAOI.
INTERAKSI OBAT DENGAN OBAT LAIN
Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila berakibat
meningkatkan toksisitas dan atau mengurangi efektifitas obat yang
berinteraksi, jadi terutama bila menyangkut obat dengan batas
keamanan yang sempit, misalnya glikosida jantung, antikoagulan, dan
obat-obat sitotastik. Demikian juga interaksi yang menyangkut obat-
obat yang biasa digunakan atau yang sering diberikan bersama tentu
lebih penting daripada obat yang dipakai sekali-kali.

Hal yang perlu diperhatikan pada interaksi obat


o Tidak semua obat yang berinteraksi signifikan secara klinik
o Interaksi tidak selamanya merugikan.
o Jika dua obat berinteraksi tidak berarti tidak boleh diberikan
o Interaksi tidak hanya untuk terapi yang berbeda tetapi kadang
untuk mengobati penyakit yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Fradgley, S., 2003, Interaksi Obat dalam Aslam, M., Tan,C.K.,
Prayitno,A.,

Farmasi Klinis, 119-130, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, hal 6-


7,91, DEPKES RI
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.
Kee, J.L. dan Hayes, E.R.,1996, Farmakologi Pendekatan
Proses Keperawatan,hal 140-145, 435-443, Penerbit
Buku Kedokteran, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai