Anda di halaman 1dari 18

Momentum Sudut dan Benda Tegar

BAB VI
MOMENTUM SUDUT DAN BENDA TEGAR

6.1 Pengantar

Pembahasan gerak benda dalam bab-bab sebelumnya dibatasi pada gerak translasi.
Karena itu, besaran dinamik yang digunakan adalah momentum linier. Momentum linear
akan tetap apabila resultan gaya luar yang bekerja pada system sama dengan nol. Hukum
kekalan momentum linier merupakan salah satu dari beberapa hukum kekalan dalam
fisika. Dalam bab ini akan dibahas hukum kekalan meomentum sudut, yaitu yang
berlaku pada gerak rotasi. Jarak antara partikel-partikel penyusun benda diasumsikan
tetap; dan karena itu benda dinamakan “benda tegar”.

6.2 Tujuan Instruksional

6.2.1 Kompetensi Dasar

6.2.1.1 Menjelaskan momentum sudut.


6.2.1.2 Menerapkan prinsip kinematika rotasi dan momentum sudut benda tegar.
6.2.1.3 Mendeskripsikan benda tegar.

6.2.2 Indikator Keberhasilan

6.2.2.1 Siswa mampu menyebutkan momentum sudut, partikel tunggal, sistem partikel,
dan momentum sudut benda tegar.
6.2.2.2 Siswa mampu menguraikan kinematika rotasi, analogi gerak dan translasi, dan
kekekalan momentum sudut benda tegar.
6.2.2.3 Siswa mampu menganalisis benda tegar baik konsep keseimbangan pada benda
tegar, pusat gravitasi, hubungannya dengan momentum sudut dan dinamikanya.

Fisika Dasar VI-1


Momentum Sudut dan Benda Tegar

6.3 Momentum Sudut

Hukum II Kepler mengungkapkan bahwa dua luasan yang disapu oleh garis hubung
antara matahari dan planet dalam dua selang waktu yang sama selalu sama. Hal ini
berarti, kecepatan linear planet melintasi titik perihelion (titik terdekat) lebih cepat dari
pada melintasi titik uphelion (terjauh) (perhatikan Gambar 5. 1b). Akibatnya r1 v1 = r2 v2
= konstan. Jika besaran ini dikalikan dengan besaran m, diperoleh:
L =mrv
L1 = L2
m r1 v1 = m r2 v2 (6.1)

perihelion

aphelion

Hal tersebut tidak lain adalah menyatakan kekekalan momentum sudut. Momentum
sudut ini merupakan besaran vector yang didefisikan sebagai
L=rxp

6.3.1 Kinematika Rotasi

Seperti halnya pada gerak translasi, pada gerak rotasi juga dikenal kinematika rotasi.
Besaran-besaran pada kinematika rotasi antara lain:
 Pergeseran sudut yaitu 

 Kecepatan sudut sesaat yaitu:   lim arahnya sejajar dengan sumbu putar.
t 0 t

 Percepatan sudut sesaat yaitu:   lim
t 0 t
 Kecepatan linear yang merupakan perkalian vector kecepatan sudut dan vector
posisi; diberikan oleh persamaan: v =  x r

Fisika Dasar VI-2


Momentum Sudut dan Benda Tegar

Sedangkan hubungan antara besaran-besaran dalam kinematika rotasi mempunyai


bentuk yang sama dengan besaran pada kinematika translasi.
Contoh 1: Sebuah gerinda memiliki percepatan sudut konstan  sebesar
3,0 rad/s2. Gerinda mulai berputar dari keadaan diam. Jika
pada keadaan ini sebuah garis, misalkan OP berada bidang
O P
horizontal. Tentukanlah:

Gambar 6.1 Batu gerinda

a. Pergeseran sudut garis OP dan


b. Laju sudut batu gerinda 2.0 detik kemudian.
Jawab:
t 2
a.    o t  , Pada t=0, =o=0 dan =3,0 rad/s. Setelah 2,0 detik;
2

(3,0rad / s s )( 2,0s ) 2
  (0)( 2,0 s )   6,0 rad  0.96 putaran
2
b. 2 =o2 + 2 = 0 + (3,0 rad/s2)(6,0 rad) = 36 rad2/s2
=(36 rad2/s2)1/2=6,0 rad/s

6.3.2 Momentum Sudut Partikel Tunggal

Dalam bagian sebelumnya, uraian memomentum sudut hanya meninjau besarnya saja.
Dalam bagian ini ditinjau pula arahnya, sebab momentum sudut merupakan besaran
vektor. Sebuah partikel bermassa m dengan vektor posisi r (artinya berjarak r dari titik
pusat koordinat) bergerak dengan kecepatan v. Partikel tersebut memiliki momentum
sudut terhadap titik asal sebesar:
L=mrxv (6.2)
Karena mv tiada lain merupakan momentum liniar p, maka momentum sudut juga dapat
didefinisikan sebagai
L=rxp (6.3)
Dari Hukum II Newton untuk m tetap diperoleh
F = m a = dp/dt,
Sehingga apabila dilakukan perkalian silang dengan r pada kedua ruas, didapatkan

Fisika Dasar VI-3


Momentum Sudut dan Benda Tegar

 dp  d
rxF  rX    (rxp) (6.4)
 dt  dt

d dr dp
(rxp)  xp  rx
dt dt dt
dp
 vxmv  rx
karena dt
dp
 mvxv  rx
dt
dp
 rx sebab vxv  0
dt
maka persamaan (6.4) dapat ditulis menjadi:
dL
rxF   (6.5)
dt

Besar r x F disebut torsi atau momen gaya. Hubungan antara momen gaya dan
momentum sudut berlaku Hukum II Newton, yaitu jika resultan gaya yang bekerja pada
partikel sama dengan nol, maka momentum sudut bersifat kekal (tetap), baik besar
maupun arahnya.
Contoh 2: Sebuah benda bermassa m diikat dengan tali ringan yang melalui suatu
tabung. Tabung dipegang dengan satu tangan, dan tali dipegang dengan tangan yang
lain. Benda ini diputar dan bergerak pada suatu lingkaran dengan jejari r 1 dan kecepatan
v1 pada bidang horizontal. Kemudian tali ditarik, sehingga jejari lingkaran menjadi r2
(Gambar 6.2). Tentukan kecepatan linier v2 dan kecepatan-kecepatan sudut 2 yang
baru.
Jawab: Gaya yang bekerja pada benda adalah gaya tarikan, dan mempunyai arah radial.

Akibatnya F   rF , dan momen gaya terhadap pusat lingkaran akan lenyap, yaitu
 
  r xF   r  x   r F   r xr F  0
    

Dengan demikian momentum sudut partikel akan tetap.


Artinya, momentum sudut awal = momentum sudut akhir
r 
m v 1 r1 = m v 2 r2 dan v 2  v1  1 
 r2 

Fisika Dasar VI-4


Momentum Sudut dan Benda Tegar

Karena r1 > r2 maka benda bergerak lebih cepat jika ditarik masuk, karena v1 = 1 r1, v2

2
r 
= 2 r2 maka  2   1   1
 r2 

r r2
m 1
1 F

Gambar 6.2 Benda pada ujung tali bergerak pada lingkaran dengan jejari r1dan kecepatan
sudut 1

Contoh 3: Sebuah massa m diikatkan pada ujung tali dan ujung tali lainnya
dimasukkan pada lubang di atas meja. Mula-mula bola berputar
dengan kecepatan v1 2,4 m/s pada jari-jari r1 = 0,80 m.

tarik
Kemudian perlahan-lahan tali ditarik ke bawah hingga jari-jari

Gambar 6.3 Sebuah mengecil menjadi r2 = 0,48 m. Hitung kecepatan v2 sekarang?


benda diikat pada tali
diatas meja

Jawab. Sistem tidak mengalami perubahan momentum sudut, sehingga I11 = I22,.
Karena I=mr2 (momen inersia partikel tunggal), maka mr121= mr222 atau

r12
 2  1 , dan v  r
r22

r12 v1 r12 r1
v 2  r2 2  r2 1  r2  v1
r22 r1 r22 r2
 0,80m 
 (2,4m / s)   4m / s
 0,48m 

6.3.3 Momentum Sudut Sistem Partikel

Fisika Dasar VI-5


Momentum Sudut dan Benda Tegar

Sekarang, pembahasan akan dilanjutkan pada sistem partikel. Misalkan terdapat tiga
partikel dan tidak ada gaya luar yang bekerja pada sistem. Asumsikan bahwa gaya yang
ada adalah gaya interaksi antara partikel-partikel mengikuti Hukum III Newton
F21 m2
y m1F12
F23
F13
F31 F32
r1 r2 r3 m3
x
Gambar 6.4 Interaksi sistem tiga partikel

Partikel (1) memiliki massa m1 dengan posisi r1 dan bergerak dengan kecepatan v1. Hal
yang sama untuk partikel (2) yaitu massa m 2, posisi r2 dan kecepatan v2; partikel (3)
massa m3, posisi r3 dan kecepatan v3.

Momentum sudut ketiga partikel adalah:


L1 = m1 r1 x v1, L2 = m2 r2 x v2, L3 = m3 r3 x v3,
sedangkan momen gayanya adalah:
1 = r1 x F1 = r1 x F12 + r1 x F13
2 = r2 x F2 = r2 x F21 + r2 x F23
3 = r3 x F3 = r3 x F31 + r3 x F32

Perubahan momentum sudut terhadap waktu untuk ketiga partikel adalah:


dL1 dL dL
1  ,  2  2 ,  3  3 , atau
dt dt dt
d
1  2  3  ( L1  L2  L3 ) ,
dt
dL
jika    1   2   3 dan L  L1  L2  L3 , maka     i 
dt
Jika pada sistem tidak ada gaya luar maka torsi sama dengan nol atau laju perubahan
momentum sudut total sistem terhadap waktu akan lenyap. Hal ini berarti momentum
sudut total sistem bersifat kekal (tetap).

Fisika Dasar VI-6


Momentum Sudut dan Benda Tegar

6.3.4 Analogi Gerak Rotasi dan translasi

Jika dibandingkan antara gerak translasi dan gerak rotasi, terdapat beberapa analagi,
antara lain:
Rotasi Translasi
d dr
d dr
 v
dt dt
d dv
 a
dt dt
  rxF F
I M
L  mr 2  I F m
  I a  I
dL dp
 F
dt dt
W    .d W   F .dr
I 2 mv 2
Ek  E k 
2 2
impuls    .dt  L impuls   F .dt  p
Kek. momemtum sudut Kek. momemtum linier
W  E k W  E k
Daya  P  W Daya  P  Fv

6.4 Benda Tegar

Benda tegar adalah sistem partikel banyak dimana jarak antara dua partikel sembarang
dalam sistem tidak berubah (tetap). Setiap partikel dalam system meskipun dapat
bergerak sendiri-sendiri, akan tetapi jarak antara dua partikel selalu tetap. Gerak dari
benda tegar ini dapat diuraikan menjadi gerak pusat massa dan gerak setiap partikel
dinyatakan sebagai gerak relatif terhadap pusat massa. Karena jarak antara dua partikel
sembarang tetap, maka letak pusat massa pada sistem tetap. Apabila resultan gaya luar
yang bekerja pada sistem lenyap maka pusat massa akan berada dalam keadaan diam
atau bergerak lurus beraturan,. Akan tetapi karena jarak antara partikel ke pusat massa
tetap, maka setiap partikel bergerak melingkar, dimana pusat massa merupakan pusat
lingakaran gerak. Kecepatan sudut dari partikel-partikel dalam sistem harus sama besar.
Hal ini berarti bahwa benda tegar melakukan gerak rotasi terhadap pusat massanya dan
untuk distribusi partikel yang kontinu, sistem tersebut dikatakan sebagai benda pejal.

Fisika Dasar VI-7


Momentum Sudut dan Benda Tegar

6.4.1 Keseimbangan Benda Tegar

Sebuah benda tegar berada dalam keadaan seimbang mekanik terhadap suatu kerangka
acuan inersial, Jika:
a. Percepatan linier pusat massanya apm = 0.
b. Percepatan sudut  dalam mengelililngi suatu sumbu tetap dalam kerangka acuan ini
sama dengan nol.

Gerak translasi suatu benda tegar bermassa m ditentukan oleh persamaan


Fluar = m acm
Dengan Fluar adalah jumlah vektor dari semua gaya yang bergerak pada sistem. Karena
syarat untuk keadaan seimbang acm = 0, maka resultan gaya yang bekarja pada benda
sama dengan nol. Atau dapat juga dikatakan bahwa syarat keseimbangan yaitu jika
resultan gaya sama dengan nol,
F =F1 + F2 + F3 +…..+ Fn = 0
Untuk syarat kedua yaitu  = 0, dapat dituliskan bahwa jumlah vektor semua momen
gaya luar yang bekerja pada sistem dalam keadaan seimbang sama dengan nol, atau
 = 1 + 2 + 3 +……….+ n = 0

6.4.2 Pusat Gravitasi

Pusat gravitasi benda adalah titik tempat gaya yang setara dengan resultan gaya
gravitasi bekerja. Titik ini haruslah sama dengan titik tangkap sebuah gaya tunggal,
berarah berlawanan yang dikenakan pada benda tegar agar berada dalam keadaan
setimbang.

Fisika Dasar VI-8


Momentum Sudut dan Benda Tegar

Untuk medan yang seragam (misal medan graviatsi bumi, g), gaya tunggal yang
bekerja adalah mg, berarah keatas dan bekerja pada pusat massa. Gaya ini dapat
menjaga agar benda berada dalam kesetimbangan translasi dan rotasi. Jadi pusat
gravitasi berhimpit dengan pusat massa. Bila medannya tidak seragam, maka pusat
gravitasi akan bergeser dari pusat massa.

6.5 Benda Tegar dan Momentum Sudut

6.5.1 Momentum Sudut Benda Tegar

Misalkan terdapat tiga partikel yang membentuk suatu benda tegar. Partikel 1
mempunyai massa m1, terletak pada posisi r1 dan bergerak dengan kecepatan v1. Jika
benda tegar tersebut mempunyai kecepatan sudut , maka v =  x r1. Sehingga
momentum sudut partikel (1) terhadap titik nol diberikan sebagai:

m1v1

r1
r2 r3
0
m2v2 m 3v 3

Gambar 6.5 Tiga partikel membentuk benda tegar

L1=r1x p1=m1r1 x v1=m1r1 x (1xr1) (6.9)


Dengan menggunakan persamaan berikut:
r1 x (1x r1)= 1( r1 . r1)-(1 . r1) r1
dan pusat dari r terletak pada bidang gerak lingkar, maka:
r1 .  = r1 cos 90o = 0, jadi
r1 x (1x r1) = r12 
sehingga momentum sudut partikel pertama dapat ditulis sebagai
L1 = m1 r12  (6.10)
Dengan cara yang sama kita dapatkan:
L2 = m2 r22 , L3 = m3 r32 
Dan momentum sudut total adalah

Fisika Dasar VI-9


Momentum Sudut dan Benda Tegar

L = L1+L2 + 3
= (m1 r12 + m1 r12 + m1 r12) 
=I (6.11)
Besaran I
n
I  m r  m r  m r   mi ri 2
1 1
2
2 2
2
3 3
2

i 1

dikenal sebagai inersia benda untuk gerak rotasi atau momen inersia benda tegar.
Bentuk umum dari momen inersia benda tegar untuk n partikel adalah:
n
I   mi ri 2 (6.12)
i 1

atau
I  r
2
dm

untuk distribusi massa yang kontinu dan ri adalah jarak partikel ke-I dari sumbu putar.

6.5.2 Momen Inersia untuk Beberapa Bentuk Benda Tegar

a. Batang
Batang dengan panjang L dan massa m berputar pada sumbu di tengah batang s.
Distribusi massa pada batang adalah kontinu dan serba sama,
dm =dx x jadi massa persatuan panjang  adalah konstan. Pada elemen
x=-L/2 x=L/2
L massa dm yang terletak pada jarak x dari sumbu, dengan sumbu

Gambar 6.6 Batang


diambil sebagai titik asal koordinat.
dengan sumbu putar Momen inersia elemen massa adalah:
ditengah

I  x dm  x dx    x 2 dx
2 2

untuk seluruh batang dari x=-L/2 sampai x=L/2;


L/2
L/2
x 3 L2 mL2
I    x dx  2
 ( L ) 
L / 2
3 L / 2
12 12

Fisika Dasar VI-10


Momentum Sudut dan Benda Tegar

b. Dalil Sumbu Sejajar


Momen inersia suatu benda biasanya dihitung terhadap sumbu
yang terletak di pusat massa. Selain itu dapat pula dihitung
L 0
S terhadap sumbu sembarang yang sejajar dengan sumbu putar yang
r p
melalui pusat massa.

Gambar 6.7 Benda


untuk dalil sumbu Perhatikan Gambar 6.7, momen inersia yang melalui S adalah;
sejajar

I  r
2
dm ,

r  L  p, r 2  r.r  ( L  p ).( L  p )  L2  p 2  2 pL
 L2  p 2  2 p x L x  2 p y L y

maka:
I  L dm   p 2 dm   2 L x p x   2 L y p y
2

L dm  L2 m , p dm  I cm ,
2 2
karena jarak pusat massa ke-x konstan momen inersia

dihitung terhadap sumbu melalui pusat massa.  2L x px   2L y py  0 karena

proyeksi L terhadap x dan y konstan, dan p x dm  0 , yaitu posisi pusat massa


dihitung dari pusat massa. Sehingga diperoleh:
I = L2 m + Icm (6.13)
Persamaan (6.13) disebut dalil sumbu sejajar.

6.5.3 Dinamika benda Tegar

Seperti halnya pada gerak linear dimana dikenal F = m a, maka pada dinamika rotasi
benda tegar dikenal;
  I (6.14)
dan kerja yang dilakukan jika benda bergerak dari sudut 1 ke sudut 2 adalah:
2

W    .d (6.15)
1

Fisika Dasar VI-11


Momentum Sudut dan Benda Tegar

perubahan energi kinetik benda adalah:


I12 I 22
E k  E k 1  E k 2   (6.16)
2 2

6.5.4 Gabungan Gerak Rotasi dan Translasi Benda Tegar

Gabungan dari gerak rotasi dan translasi pada benda tegar, disebut juga gerak
menggelinding. Gerak ini meliputi gerak translasi bersama pusat massa dengan
kecepatan vodan gerak rotasi relatif terhadap pusat massa dengan kecepatan sudut .
Tinjaulah silinder yang bergerak menggelinding. Titik P berada di tanah, berarti titk P
diam, atau vp = 0. Kecuali jika benda mengalami slip, vp akan merupakan resultan
kecepatan pusat masa vo dan kecepatan tangensial vT = R dengan arah yang berlawanan
dengan vo. Jadi

vp = vo - R = 0 sehingga vo = R

Q Kecepatan gerak pusat massa akan sama dengan kecepatan

R1
tangensial pinggir selinder jika hanya terdapat gerak rotasi.
R
Dalam hal ini, kecepatan titik Q adalah

P vQ = vo + R
Gambar 6.8 Silinder pejal =  R +  R = 2 R
berjari-jari R

Dimana gerak silinder dapat dianggap sebagai gerak rotasi bumi terhadap p dengan
kecepatan sudut. Besar energi kinetiknya adalah:
2
E kp  I p
2
dari dalil sumbu sejajar
I p  mR 2  I o

Jadi energi kinetik rotasi terhadap titi p adalah;

Fisika Dasar VI-12


Momentum Sudut dan Benda Tegar

2 2
E kp  mR 2  Io (6.17)
2 2

Suku pertama ruas kanan persamaan (6.17) adalah energi kinetik pusat massa, sedang
suku kedua tidak lain adalah energi kinetik rotasi terhadap pusat massa. Titik singgung P
disebut juga sumbu sesaat dari gerak menggelinding.

6.5.5 Kekekalan Momentum sudut benda Tegar

Untuk suatu benda tegar, momentum sudut total dapat ditulis sebagai
L=I
Jika resultan momen gaya yang bekerja pada benda lenyap, maka
L = I  = konstan, karena
 = dI/dT = 0
harga I dapat berubah waktu bergerak dan  akan berubah pula , sehingga I  = konstan.
Contoh 4:
Berapa laju sebuah bola pejal (berjejari R) dari posisi diam setinggi H dan meluncur di
atas bidang miring tanpa gesekan (Gambar 6.9)

H

Gambar 6.9 Bola pejal berjari-jari R


Jawab: Bola pejal yang menggelinding di atas bidang miring dari ketinggian H akan
memiliki energi kinetik translasi dan rotasi serta energi potensial. Berdasarkan hukum
kekekalan energi:
mv12 I cm 12 mv 2 I  2
  mgy1  2  cm 2  mgy 2
2 2 2 2
pada posisi tertinggi y1 = H, v1 = 1 = 0; pada posisi terendah y2 = 0, maka:
mv 22 I cm 22 2mR 2
0  0  mgH    0, I cm (bola pejal)  dan 2 = v2/R.
2 2 5

Fisika Dasar VI-13


Momentum Sudut dan Benda Tegar

2
mv 22  2mR 2 / 5  v 2  1 1 2  10 gH 
1/ 2

     mgH   v 2  gH atau v 2   


2  2  R   2 5   7 

SOAL LATIHAN

Fisika Dasar VI-14


Momentum Sudut dan Benda Tegar

RANGKUMAN

Fisika Dasar VI-15


Momentum Sudut dan Benda Tegar

DAFTAR PUSTAKA

Dikmenjur, Bahan Ajar Modul Manual, 2004.


Dra. Etty Jaskarti S, Drs. Iyep Suryana, 1994, Fisika, Penerbit ANGKASA Bandung.
D.C. Giancoli. 1988. Physics, 5th ed. London: Prentice Hall.
Fishbane, Gasiorowicsz, Thotnton. 2005. Physic for Scientist and Engineers. New
Jersey: Prentice Hall.
Keith Johnson. 1966. Physics for You. Stanley Thornes.
Marthen Kangin, 2006, FISIKA, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Raymond Serway, et. al, Physics for Scientists and Engineers, Saunders College
Publishing, New York.

Fisika Dasar VI-16


Momentum Sudut dan Benda Tegar

MODUL BAB VI DINAMIKA BENDA TEGAR


NAMA :
NIM :

1. Sebuah bola yang jari-jarinya R =0,3 m menggelinding sejauh jarak vertikal y=3m
dari keadaan diam pada suatu bidang miring (sudut miring 30o). Hitunglah kecepatan
pada akhir bidang miring tersebut.

Fisika Dasar VI-17


Momentum Sudut dan Benda Tegar

MODUL BAB VI DINAMIKA BENDA TEGAR


NAMA :
NIM :

2. Sebuah batang dengan panjang L berputar pada sumbu yang terletak pada jarak 1/3 L
dari salah satu ujungnya. Tentukan momen inersia terhadap sumbu ini jika massa
batang adalah M, dan distribusi massa adalah serba sama.

Fisika Dasar VI-18

Anda mungkin juga menyukai