Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH INDUSTRI KECIL KIMIA

PEMBUATAN EDIBLE FILM DARI KOMPOSIT KARAGINAN,

TEPUNG TAPIOKA DAN LILIN LEBAH

DISUSUN OLEH :

RIDHA FAHRANI
1818221

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA ANALISIS KIMIA

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI POLITEKNIK


AKA BOGOR

2020
PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan pada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah Industri Kecil Kimia (IKK)
yang berjudul “Pembuatan Edible Film Dari Komposit Karaginan, Tepung Tapioka Dan Lilin
Lebah” ini. Penulis berterima kasih kepada para dosen mata kuliah Praktikum Industri Kecil
Kimia yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan tugas ini.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Industri Kecil Kimia. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam tugas ini terdapat kekurangan. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.

Bogor, 6 Desember 2020

Penulis

i
ABSTRAK

Penelitian pembuatan edible film dari komposit kerajinan tepung tapioka Dan lilin
lebah telah dilakukan titik penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan yaitu
penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Penelitian pendahuluan bertujuan
untuk menentukan kisaran konsentrasi karaginan (1,2 dan 3%) yang akan
digunakan pada penelitian utama titik penelitian utama bertujuan untuk
menentukan konsentrasi optimum dari karaginan (1,5; 2; dan 2,5%), tepung tapioka
( 0,3; 0,5; dan 0,7%) dan lilin lebah (0,3 dan 0,5%) yang digunakan pada pembuatan
edible film titik parameter yang diamati adalah kenampakan edible film secara
organoleptik dan karakteristik fisiknya yang meliputi pemanjangan, ketebalan, kuat
tarik dan laju transmisi uap. Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa
konsentrasi karaginan 2% menghasilkan kenampakan edible film yang lebih baik
dibandingkan dengan 2 konsentrasi lain yang diuji. dari hasil penelitian utama
diketahui bahwa perlakuan konsentrasi karaginan berpengaruh nyata terhadap
persen pemanjangan, kuat tarik, laju transmisi uap air dan ketebalan edible film.
perlakuan konsentrasi tepung tapioka berpengaruh nyata terhadap laju transmisi
uap air edible film. Sedangkan perlakuan konsentrasi lilin lebah tidak memberikan
pengaruh nyata terhadap semua parameter yang diamati titik edible film terbaik
dihasilkan dari perlakuan penambahan karaginan 2,5% tepung tapioka 0,3% Dan
lilin lebah 0,3%dengan karakteristik produk. 2 persentase pemanjangan 4%, nilai
kuat tarik 990, 48 kgf/cm 2 , laju transmisi uap air 1054,5 g/ 𝑀2 /hari dan ketebalan
0,079 mm.

ii
DAFTAR ISI

PRAKATA ............................................................................................................... i

ABSTRAK............................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2. Tujuan. ..................................................................................................... 2

BAB II METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 3

2.1. Karaginan, Tepung Tapioka dan Lilin Lebah. ......................................... 3

2.2. Edible Film. .............................................................................................. 3

2.2.1. Fungsi Edible Film.......................................................................,. 5

2.3. Pembuatan Edible Film dari Komposit Karagin, Tepung Tapioka dan

Lilin lebah ................................................................................................. 6

2.3.1. Bahan. ............................................................................................. 6

2.3.2. Metode. ........................................................................................... 7

2.3.3. Pembuatan Edible Film...................................................................8

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 9

3.1. Penelitian Pendahuluan. ........................................................................... 9

3.2. Penelitian Utama. ..................................................................................... 9

BAB IV PENUTUP ................................................................................................ 9

4.1. Simpulan. ............................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan jenis kemasan telah mengarah ke kemasan baru yang memiliki
kemampuan yang baik dalam mempertahankan mutu bahan pangan yang bersifat ramah
lingkungan. Salah satu alternatif yang dapat dipertimbangkan untuk tujuan tersebut adalah
bahan kemasan edible film. edible film didefinisikan sebagai tipe pengamat seperti film,
lembaran atau lapis tipis sebagai bahan integral dari produk pangan dan dapat dimakan
bersama-sama dengan produk tersebut. Lapisan tipis edible film yang dibentuk pada
permukaan atau antara komponen bahan pangan dapat mencegah penurunan mutu dari
produk yaitu dengan bertindak sebagai barrier untuk mengendalikan transfer uap air,
pengambilan oksigen, kehilangan komponen volatil dan terlarut atau transfer lipid. Edible
film memiliki potensi untuk mengurangi kompleksitas kemasan, limbah dan biaya.
Edible film dapat dibuat dari tiga jenis bahan penyusun yang berbeda yaitu
hidrokoloid lipid dan komposit dari keduanya. beberapa jenis hidrokoloid yang dapat
dijadikan bahan pembuat edible adalah protein ( gelatin, kasein, protein kedelai, protein
jagung dan gluten gandum) dan karbohidrat ( Pati, alginat, pektin, gum arab dan modifikasi
karbohidrat lainnya). Sedangkan lipid yang digunakan adalah lilin/wax , gliserol dan asam
lemak.
Edible film yang dibuat dari hidrokoloid memiliki beberapa kelebihan, diantaranya
baik untuk melindungi produk terhadap oksigen karbondioksida dan lipid, serta memiliki
sifat mekanis sesuai dengan yang diinginkan. Sedangkan kelemahannya yaitu film dari
karbohidrat kurang baik dalam hal barrier terhadap migrasi uap air. Edible film dari bahan
lipid memiliki keuntungan karena memiliki kemampuan yang baik untuk menghambat
penguapan air dari produk. kelemahan edible film dari lipid murni adalah sangat terbatas
kegunaannya karena tidak memiliki integritas dan ketahanan yang baik. edible film dari
komposit dapat memperbaiki film dari hidrokoloid dan lipid serta mengurangi
kelemahannya.

1
Karaginan adalah hidrokoloid yang potensial untuk dibuat edible film, karena
sifatnya yang kaku dan elastis serta dapat dimakan dan dapat diperbaharui titik edible film
dari karagenan dapat di formulasikan dengan selulosa dan derivatnya sebagai bahan
penguat, plasticizer sebagai bahan pelentur dan karbohidrat sebagai bahan pengisi.

1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan formulasi pembuatan edible
film dan mengetahui karakteristik mutu dari edible film yang dibuat dari komposisi
hidrokoloid (karaginan), karbohidrat (tepung tapioka) dan lipid (lilin lebah).

2
BAB II METODOLOGI PENELITIAN

2.1. Karaginan, Tepung Tapioka dan Lilin Lebah

Karaginan merupakan kelompok polisakarida galaktosa yang diekstraksi


darirumput laut. Sebagian besar karaginan mengandung natrium, magnesium,
dankalsium yang dapat terikat pada gugus ester sulfat dari galaktosa dan kopolimer
3,6-anhydro-galaktosa. Karagenan kompleks, bersifat larut dalam air, berantai linier
dan sulfat galaktan. Senyawa ini terdiri atas sejumlah unit-unit galaktosa dan 3,6 -
anhidrogalaktosa yang berikatan dengan gugus sulfat atau tidak dengan ikatan
α 1,3 -D -galaktosa dan β 1,4- 3,6 anhidrogalaktosa.
Tapioka atau yang terkadang disebut dengan nama kanji adalah tepung pati yang
diekstrak dari umbi singkong. Kandungan utama tapioka adalah karbohidrat dengan
kadar rendah protein, lemak jenuh dan sodium. kandungan vitamin dan mineral
didalamnya tidaklah signifikan.
Lilin lebah (beeswax) merupakan komponen lipid yang diperoleh dari ampas
perasan madu yang dimasak dan kemudian disaring sehingga diperoleh lilin.
Keunggulan lilin lebah sebagai bahan baku edible film adalah tergolong food grade
tersedia sepanjang tahun, penggunaan masih sangat terbatas, harga relatif murah dan
mudah diperoleh

2.2. Edible Film

Film dapat diartikan sebagai lapisan tipis dari material. Biasanya tersusun dari
polimer yang memungkinkan untuk menguatkan secara mekanik pada stand yang
terstruktur. Tiap sheet adalah film yang tipis. Film dapat berbentuk wadah,
bungkus, kapsul, kantong, atau pelindung lapisan luar selama proses di pabrik.
Coating adalah bagian dari film secara langsung dimanfaatkan pada permukaan
bahan material. Coating merupakan bagian terakhir dalam pengemasan produk

Edible film dan coating dihasilkan dari edible biopolimer dan food grade bahan
pengawet. Biopolimer bisa dari protein, polisakarida (karbohidrat), dan lemak.

3
Edible film dan coating berpengaruh pada kualitas produk makanan, melindungi
produk dari kerusakan fisika, kimia, dan biologi. Dapat juga melindungi produk
dari perpindahan kelembaban, pertumbuhan mikroba dari permukaan, induksi
cahaya yang menyebabkan perubahan kimia dan oksidasi nutrisi dan sebagainya.
Edible packaging pada bahan pangan pada dasarnya dibagi menjadi tiga jenis
bentuk, yaitu: edible film, edible coating, dan enkapsulasi. Hal yang membedakan
edible coating dengan edible film adalah cara pengaplikasiannya. Edible coating
langsung dibentuk pada produk, sedangkan pada edible film pembentukannya
tidak secara langsung pada produk yang akan dilapisi/dikemas. Enkapsulasi adalah
edible packaging yang berfungsi sebagai pembawa zat flavor berbentuk serbuk.

Edible biodegradable polymer film atau edible film adalah lapisan tipis yang
menyatu dengan bahan pangan, layak dimakan dan dapat diuraikan oleh
mikroorganisme. Komponen edible film dikelompokkan dalam 3 kategori yaitu

hidrokoloid, lipid, dan komposit. Kelompok hidrokoloid meliputi protein, alginat,


pektin, pati, derivat selulosa, dan polisakarida lain
Edible film adalah lapisan tipis yang terbuat dari bahan yang dapat dimakan,
dibentuk melapisi produk (coating) atau diletakkan diantara komponen produk
yang berfungsi sebagai penghalang terhadap perpindahan massa (misalnya
uap air, gas, zat terlarut, cahaya) dan untuk meningkatkan penanganan suatu
makanan.
Edible film berbentuk lapisan tipis yang dapat dikonsumsi, lapisan pada
makanan atau diletakkan sebagai penghalang antara makanan dan lingkungan
sekitar. Selama 10 tahun penelitian tentang edible film dan coating pada makanan
yang dilakukan oleh ahli pangan karena tingginya permintaan kebutuhan konsumen
terhadap daya awet dan kualitas yang baik dari makanan yang segar.

Contoh yang umum dari pengemasan edible adalah sosis daging yang tidak perlu
dibuang bungkusnya ketika dimasak dan dimakan. Film seperti itu dapat
melindungi makanan secara mekanik, mencegah kontaminasi dari mikroorganisme,
mencegah turunnya kualitas makanan karena perpindahan massa (misal
kelembaban, gas, rasa, dan lain-lain). Edible film dapat diklasifikasikan menjadi

4
tiga kategori berdasarkan komponennya yaitu : hidrokoloid (mengandung protein,
polisakarida atau alginat), lemak (asam lemak, acylgliserol atau lilin) dan
kombinasi (dibuat dengan menyatukan kedua substansi dari dua kategori).
Fungsi dari edible film sebagai penghambat perpindahan uap air, menghambat
pertukaran gas, mencegah kehilangan aroma, mencegah perpindahan lemak,
meningkatkan karakteristik fisik, dan sebagai pembawa zat aditif. Edible film yang
terbuat dari lipida dan juga film dua lapis (bilayer) ataupun campuran yang terbuat
dari lipida dan protein atau polisakarida pada umumnya baik digunakan sebagai
penghambat perpindahan uap air dibandingkan dengan edible film yang terbuat dari
protein dan polisakarida dikarenakan lebih bersifat hidrofobik.

2.2.1. Fungsi Edible Film


Anti microbial film/packaging material mempunyai efektivitas
memperlama fasa lag adaptasi dan menghambat pertumbuhan
mikroorganisme sehingga dapat memperpanjang umur simpan dan
menjaga kualitas dan keamanan produk terkemas. Anti microbial
film/packaging adalah penyederhanaan dari proses pengemasan.

Keuntungan Edible film diantaranya yaitu:

a. Penggunaan edible film memberikan keuntungan lingkungan, serta


keuntungan biaya dan kenyamanan, lebih konvensional sistem
kemasan sintetis.
b. Penggabungan pengawet menjadi film yang dapat dimakan dan coating
untuk mengendalikan pertumbuhan mikroba permukaan dalam makanan
sedang dieksplorasi. Komposisi Film adalah salah satu faktor utama
yang mempengaruhi difusivitas dari preservatices dalam film sehingga
dapat dimakan.
c. Edible film dan coating telah menunjukkan potensi untuk
mengendalikan transfer kelembaban, oxygen, lipid, aroma, dan rasa
senyawa dalam sistem makanan, dengan hasil peningkatan kualitas

5
makanan.
d. Tergolong dalam kemasan yang lebih murah dibandingkan dengan
kemasan yang lainnya misalnya dibandingkan dengan plastik.
e. Edible film yang dibuat dari hidrokoloid merupakan barrier yang
baik terhadap transfer oksigen, karbohidrat, karbon dan lipid.
Kebanyakan dari film hidrokoloid memiliki sifat yang baik
sehingga sangat baik dijadikan bahan pengemas.
f. Film hidrokoloid umumnya mudah larut dalam air sehingga sangat
menguntungkan dalam penggunaannya.

2.3 Pembuatan Edible Film Dari Komposit Karaginan, Tepung Tapioka Dan
Lilin Lebah

Edible film yang tebuat dari gelatin terdiri atas 20-30% gelatin, 10-30%
plasticizer dan 40-70% air. Mekanisme pembuatan edible film dengan bahan
berbasis protein terbagi menjadi dua tahapan penting, yaitu pemanasan dan
pengeringan. Pada proses pembuatan edible film, gelatin dilarutkan dalam
aquades melalui proses pemanasn, dimana akan terjadi perubahan struktur tiga
dimensi dari protein dan gugus fungsional (CO, BH dari ikatan peptide dan
gugus amina). Setelah larutan edible film ditambahkan plasticizer, dilakukan
pengeringan. Pada proses pengeringan, rantai asam amino yang terpecah akan
bergabung melalui gaya intermolecular dan membentuk jaringan matiks.
Plasticizer masuk ke dalam jaringan matriks protein sehingga menyebabkan
film yang dihasilkan lebih elastis.

2.3.1 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung


karaginan dari hasil ekstraksi rumput laut merah jenis eucheuma cottonii
dengan metode ekstraksi. bahan kimia yang digunakan untuk ekstraksi
karaginan adalah kaporit, KOH, KCL dan isopropil alkohol. Sedangkan
bahan yang digunakan untuk pembuatan edible film adalah aquades
tepung tapioka lilin lebah dan gliserol yang didapatkan di Bogor.

6
2.3.2 Metode

Penelitian ini terbagi atas dua tahapan yaitu penelitian pendahuluan dan
penelitian utama titik dalam penelitian pendahuluan dilakukan pembuatan
edible film dan penentuan konsentrasi bahan penyusun pembuatan edible
film yaitu karaginan. Pada tahap ini dilakukan pembuatan edible film dari
tiga konsentrasi karaginan yang berbeda yaitu 1,2 dan 3%, sedangkan
konsentrasi tepung tapioka yang digunakan adalah 0,5% dan lilin lebah
0,3%. Hal ini berdasarkan hasil penelitian pendahuluan dan penelitian yang
telah dilakukan oleh Haris (1999) dan Nurochmawati (2004.) pengujian
yang dilakukan pada tahap ini adalah uji organoleptik terhadap kenampakan
dari edible film yang dihasilkan.

Pada penelitian utama dilakukan pembuatan edible film dari 3 variabel


perlakuan yaitu konsentrasi kerajinan yang terpilih dari hasil penelitian
tahap pertama ( 1,5 ; 2 ; dan 2,5% ) konsentrasi tepung tapioka ( 0,3; 0,5;
dan 0,7%) dan konsentrasi lilin lebah (0,3 dan 0,5%). pengamatan yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah pengamatan terhadap sifat fisik yang
meliputi presentasi pemanjangan yang diukur dengan menggunakan
elongation tester sterograph, kuat tarik dengan menggunakan alat tensile
strength, laju transmisi uap yang diukur dengan metode cawan dan
ketebalan edible film dengan menggunakan alat microcal
meshmeter.rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah rancangan acak lengkap pola faktorial dengan 3 macam perlakuan
dan 3 kali ulangan.

7
2.3.1 Pembuatan Edible Film

8
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Penelitian Pendahuluan


Komposit edible film yang terdiri dari tapioka 0,5% Dan lilin lebah 0,3% serta
menggunakan karaginan pada konsentrasi 1,2 dan 3%, menghasilkan larutan edible
film dengan kekentalan yang sesuai untuk pembentukan film. Penggunaan kerajinan
kurang dari 1% menghasilkan larutan yang sangat encer dan membentuk film yang
sangat tipis sehingga sulit dilepas dari cetakan dan mudah robek.

Sedangkan penggunaan karaginan lebih dari 3% menghasilkan larutan yang kental


dan membentuk film dengan ketebalan yang tidak merata. penggunaan karaginan
sebanyak 2% menghasilkan larutan yang tidak terlalu encer dan tidak terlalu kental
sehingga memudahkan dalam proses pencetakan. Ketebalan produk yang dihasilkan
masih tidak seragam sehingga diperlukan optimalisasi formula untuk mendapatkan
larutan yang tepat bagi pembuatan edible film. Oleh karena itu, pada penelitian utama
konsentrasi keraginan yang digunakan di variasi lagi yaitu 1,5; 2; dan 2,5%

3.2 Penelitian Utama


Pertama, persen pemanjangan edible film komposit yang dihasilkan dalam
penelitian ini adalah berkisar antara 0,9% sampai dengan 4,8%. persen pemanjangan
tertinggi diperoleh dari perlakuan komposit karaginan 2,5% tapioka 0,3% dan lilin
lebah 0,5%. penggunaan karaginan dalam jumlah yang lebih besar menyebabkan
kemampuan mengikat air lebih baik sehingga menghasilkan matriks gel yang dapat
meningkatkan persen pemanjangan dari edible film.nilainya kurang dari 10%.
perlakuan konsentrasi tapioka, lilin lebah, interaksi antara karaginan tapioka;
karaginan lilin lebah; tapioka lilin lebah; serta kerajinan, tapioka Dan lilin lebah tidak
berpengaruh terhadap persen pemanjangan film hal ini menunjukkan bahwa perlakuan
perlakuan yang diuji belum memberikan pengaruh terhadap persen pemanjangan film
yang dihasilkan. penggunaan karaginan dalam jumlah yang lebih besar menyebabkan

9
kemampuan mengikat air yang lebih baik sehingga memberikan matriks gel yang
mampu meningkatkan persen pemanjangan.

Kedua, Kekuatan tarik tertinggi diperoleh dari perlakuan komposit karaginan 2,5%
tapioka 0,3% Dan lilin lebah 0,3%. pada edible film dengan konsentrasi karaginan 1,5
dan 2%, penambahan tapioka tidak berpengaruh terhadap kekuatan tarik. Hal ini
diduga pada kombinasi konsentrasi tersebut molekul karaginan dari tapioka mampu
berikatan dengan baik sehingga membentuk gel yang kuat dan menyebabkan kekuatan
tariknya meningkat.

Analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi tapioka, lilin lebah,


interaksi antar perlakuan tidak berpengaruh terhadap kekuatan tarik film. Penggunaan
kerajinan dalam jumlah yang lebih besar menyebabkan kemampuan mengikat air yang
lebih baik sehingga menghasilkan matriks gel yang dapat meningkatkan kekuatan
tarik.

Ketiga, laju transmisi uap air edible film komposit yang dihasilkan dalam penelitian
ini adalah berkisar antara 7462 sampai dengan 1117, 4 g/𝑀2 /hari. Laju transmisi uap
air terendah dihasilkan dari kombinasi perlakuan komposit karaginan 2,0%, tapioka
0,7% Dan lilin lebah 0,3%. Pada kombinasi konsentrasi tersebut diduga bahwa
molekul karaginan, tapioka, dan lebah mampu berikatan secara baik yang
menyebabkan laju transmisi uap menjadi rendah.

Analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi dan lebah serta


interaksi antara karaginan-tapioka dan interaksi antara karaginan-lilin lebah tidak
berpengaruh terhadap laju transmisi uap air film.peningkatan konsentrasi karaginan
dan tapioka yang digunakan menyebabkan bertambahnya ketebalan sehingga laju
transmisi uap air menurun.

Keempat, ketebalan merupakan parameter penting yang berpengaruh terhadap


penggunaan film sebagai pengemas. Ketebalan edible film komposit yang dihasilkan
dalam penelitian berkisar antara 0,050 sampai dengan 0,079 mm. ketebalan tertinggi
diperoleh dari perlakuan komposit karaginan 2,5% tapioka 0,3% Dan lilin lebah 0,3%
penambahan tapioka 0,5 dan 0,7% serta lilin lebah 0,5% diduga menyebabkan

10
peningkatan persentase total padatan terhadap volume air yang mengakibatkan
proses gelatinisasi berlangsung kurang baik. Hal tersebut kemungkinan berpengaruh
terhadap penurunan ketebalan film yang dihasilkan.

Analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi tapioka dan interaksi


antar pelakuan tidak berpengaruh terhadap ketebalan film penambahan konsentrasi
karaginan berpengaruh terhadap ketebalan film. penambahan lilin lebah 0,5%.

Secara umum edible film komposit yang dihasilkan di dalam penelitian ini memiliki
sifat-sifat mekanis yang baik terutama kekuatan tarik film, tetapi memiliki sifat
sebagai penahan uap air yang kurang baik. Dengan demikian polisakarida karaginan
dan Pati merupakan komponen hidrokoloid yang dapat membentuk film dengan sifat-
sifat mekanis yang baik tetapi lemah sebagai penahan uap air.pembentukan edible film
komposit dengan penambahan lemak dapat memperbaiki sifat film sebagai penahan
uap air.perbaikan sifat film sebagai penahan uap.

11
BAB IV PENUTUP

4.1 Simpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :

1. Edible film komposit yang dihasilkan memiliki sifat-sifat mekanis yang baik terutama
untuk ketebalan, kekuatan tarik dan persentase pemanjangan, tetapi memiliki
kemampuan menahan laju uap air yang kurang baik.
2. Perlakuan konsentrasi karaginan berpengaruh nyata terhadap persen pemanjangan,
kuat tarik, laju transmisi uap dan ketebalan edible film yang dihasilkan. perlakuan
konsentrasi tepung tapioka berpengaruh nyata terhadap laju transmisi uap air edible
film, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap persentase pemanjangan, kuat tarik dan
ketebalan edible film. Sedangkan perlakuan konsentrasi lilin lebah tidak memberikan
pengaruh nyata terhadap semua parameter yang diamati.
3. Edible film terbaik dihasilkan dari perlakuan penambahan karaginan 2,5%, tepung
tapioka 0,3% Dan lilin lebah 0,3% dengan karakteristik: Persentase pemanjangan 4%,
nilai kuat tarik 990,48 kgf/ cm 2 , laju transmisi uap air 1054,5 g/ m 2 /hari dan ketebalan
0,079 mm.

12
DAFTAR PUSTAKA

13

Anda mungkin juga menyukai