DISUSUN OLEH :
RIDHA FAHRANI
1818221
2020
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan pada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah Industri Kecil Kimia (IKK)
yang berjudul “Pembuatan Edible Film Dari Komposit Karaginan, Tepung Tapioka Dan Lilin
Lebah” ini. Penulis berterima kasih kepada para dosen mata kuliah Praktikum Industri Kecil
Kimia yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan tugas ini.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Industri Kecil Kimia. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam tugas ini terdapat kekurangan. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Penulis
i
ABSTRAK
Penelitian pembuatan edible film dari komposit kerajinan tepung tapioka Dan lilin
lebah telah dilakukan titik penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan yaitu
penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Penelitian pendahuluan bertujuan
untuk menentukan kisaran konsentrasi karaginan (1,2 dan 3%) yang akan
digunakan pada penelitian utama titik penelitian utama bertujuan untuk
menentukan konsentrasi optimum dari karaginan (1,5; 2; dan 2,5%), tepung tapioka
( 0,3; 0,5; dan 0,7%) dan lilin lebah (0,3 dan 0,5%) yang digunakan pada pembuatan
edible film titik parameter yang diamati adalah kenampakan edible film secara
organoleptik dan karakteristik fisiknya yang meliputi pemanjangan, ketebalan, kuat
tarik dan laju transmisi uap. Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa
konsentrasi karaginan 2% menghasilkan kenampakan edible film yang lebih baik
dibandingkan dengan 2 konsentrasi lain yang diuji. dari hasil penelitian utama
diketahui bahwa perlakuan konsentrasi karaginan berpengaruh nyata terhadap
persen pemanjangan, kuat tarik, laju transmisi uap air dan ketebalan edible film.
perlakuan konsentrasi tepung tapioka berpengaruh nyata terhadap laju transmisi
uap air edible film. Sedangkan perlakuan konsentrasi lilin lebah tidak memberikan
pengaruh nyata terhadap semua parameter yang diamati titik edible film terbaik
dihasilkan dari perlakuan penambahan karaginan 2,5% tepung tapioka 0,3% Dan
lilin lebah 0,3%dengan karakteristik produk. 2 persentase pemanjangan 4%, nilai
kuat tarik 990, 48 kgf/cm 2 , laju transmisi uap air 1054,5 g/ 𝑀2 /hari dan ketebalan
0,079 mm.
ii
DAFTAR ISI
PRAKATA ............................................................................................................... i
ABSTRAK............................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................1
2.3. Pembuatan Edible Film dari Komposit Karagin, Tepung Tapioka dan
iii
BAB I PENDAHULUAN
1
Karaginan adalah hidrokoloid yang potensial untuk dibuat edible film, karena
sifatnya yang kaku dan elastis serta dapat dimakan dan dapat diperbaharui titik edible film
dari karagenan dapat di formulasikan dengan selulosa dan derivatnya sebagai bahan
penguat, plasticizer sebagai bahan pelentur dan karbohidrat sebagai bahan pengisi.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan formulasi pembuatan edible
film dan mengetahui karakteristik mutu dari edible film yang dibuat dari komposisi
hidrokoloid (karaginan), karbohidrat (tepung tapioka) dan lipid (lilin lebah).
2
BAB II METODOLOGI PENELITIAN
Film dapat diartikan sebagai lapisan tipis dari material. Biasanya tersusun dari
polimer yang memungkinkan untuk menguatkan secara mekanik pada stand yang
terstruktur. Tiap sheet adalah film yang tipis. Film dapat berbentuk wadah,
bungkus, kapsul, kantong, atau pelindung lapisan luar selama proses di pabrik.
Coating adalah bagian dari film secara langsung dimanfaatkan pada permukaan
bahan material. Coating merupakan bagian terakhir dalam pengemasan produk
Edible film dan coating dihasilkan dari edible biopolimer dan food grade bahan
pengawet. Biopolimer bisa dari protein, polisakarida (karbohidrat), dan lemak.
3
Edible film dan coating berpengaruh pada kualitas produk makanan, melindungi
produk dari kerusakan fisika, kimia, dan biologi. Dapat juga melindungi produk
dari perpindahan kelembaban, pertumbuhan mikroba dari permukaan, induksi
cahaya yang menyebabkan perubahan kimia dan oksidasi nutrisi dan sebagainya.
Edible packaging pada bahan pangan pada dasarnya dibagi menjadi tiga jenis
bentuk, yaitu: edible film, edible coating, dan enkapsulasi. Hal yang membedakan
edible coating dengan edible film adalah cara pengaplikasiannya. Edible coating
langsung dibentuk pada produk, sedangkan pada edible film pembentukannya
tidak secara langsung pada produk yang akan dilapisi/dikemas. Enkapsulasi adalah
edible packaging yang berfungsi sebagai pembawa zat flavor berbentuk serbuk.
Edible biodegradable polymer film atau edible film adalah lapisan tipis yang
menyatu dengan bahan pangan, layak dimakan dan dapat diuraikan oleh
mikroorganisme. Komponen edible film dikelompokkan dalam 3 kategori yaitu
Contoh yang umum dari pengemasan edible adalah sosis daging yang tidak perlu
dibuang bungkusnya ketika dimasak dan dimakan. Film seperti itu dapat
melindungi makanan secara mekanik, mencegah kontaminasi dari mikroorganisme,
mencegah turunnya kualitas makanan karena perpindahan massa (misal
kelembaban, gas, rasa, dan lain-lain). Edible film dapat diklasifikasikan menjadi
4
tiga kategori berdasarkan komponennya yaitu : hidrokoloid (mengandung protein,
polisakarida atau alginat), lemak (asam lemak, acylgliserol atau lilin) dan
kombinasi (dibuat dengan menyatukan kedua substansi dari dua kategori).
Fungsi dari edible film sebagai penghambat perpindahan uap air, menghambat
pertukaran gas, mencegah kehilangan aroma, mencegah perpindahan lemak,
meningkatkan karakteristik fisik, dan sebagai pembawa zat aditif. Edible film yang
terbuat dari lipida dan juga film dua lapis (bilayer) ataupun campuran yang terbuat
dari lipida dan protein atau polisakarida pada umumnya baik digunakan sebagai
penghambat perpindahan uap air dibandingkan dengan edible film yang terbuat dari
protein dan polisakarida dikarenakan lebih bersifat hidrofobik.
5
makanan.
d. Tergolong dalam kemasan yang lebih murah dibandingkan dengan
kemasan yang lainnya misalnya dibandingkan dengan plastik.
e. Edible film yang dibuat dari hidrokoloid merupakan barrier yang
baik terhadap transfer oksigen, karbohidrat, karbon dan lipid.
Kebanyakan dari film hidrokoloid memiliki sifat yang baik
sehingga sangat baik dijadikan bahan pengemas.
f. Film hidrokoloid umumnya mudah larut dalam air sehingga sangat
menguntungkan dalam penggunaannya.
2.3 Pembuatan Edible Film Dari Komposit Karaginan, Tepung Tapioka Dan
Lilin Lebah
Edible film yang tebuat dari gelatin terdiri atas 20-30% gelatin, 10-30%
plasticizer dan 40-70% air. Mekanisme pembuatan edible film dengan bahan
berbasis protein terbagi menjadi dua tahapan penting, yaitu pemanasan dan
pengeringan. Pada proses pembuatan edible film, gelatin dilarutkan dalam
aquades melalui proses pemanasn, dimana akan terjadi perubahan struktur tiga
dimensi dari protein dan gugus fungsional (CO, BH dari ikatan peptide dan
gugus amina). Setelah larutan edible film ditambahkan plasticizer, dilakukan
pengeringan. Pada proses pengeringan, rantai asam amino yang terpecah akan
bergabung melalui gaya intermolecular dan membentuk jaringan matiks.
Plasticizer masuk ke dalam jaringan matriks protein sehingga menyebabkan
film yang dihasilkan lebih elastis.
2.3.1 Bahan
6
2.3.2 Metode
Penelitian ini terbagi atas dua tahapan yaitu penelitian pendahuluan dan
penelitian utama titik dalam penelitian pendahuluan dilakukan pembuatan
edible film dan penentuan konsentrasi bahan penyusun pembuatan edible
film yaitu karaginan. Pada tahap ini dilakukan pembuatan edible film dari
tiga konsentrasi karaginan yang berbeda yaitu 1,2 dan 3%, sedangkan
konsentrasi tepung tapioka yang digunakan adalah 0,5% dan lilin lebah
0,3%. Hal ini berdasarkan hasil penelitian pendahuluan dan penelitian yang
telah dilakukan oleh Haris (1999) dan Nurochmawati (2004.) pengujian
yang dilakukan pada tahap ini adalah uji organoleptik terhadap kenampakan
dari edible film yang dihasilkan.
7
2.3.1 Pembuatan Edible Film
8
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
9
kemampuan mengikat air yang lebih baik sehingga memberikan matriks gel yang
mampu meningkatkan persen pemanjangan.
Kedua, Kekuatan tarik tertinggi diperoleh dari perlakuan komposit karaginan 2,5%
tapioka 0,3% Dan lilin lebah 0,3%. pada edible film dengan konsentrasi karaginan 1,5
dan 2%, penambahan tapioka tidak berpengaruh terhadap kekuatan tarik. Hal ini
diduga pada kombinasi konsentrasi tersebut molekul karaginan dari tapioka mampu
berikatan dengan baik sehingga membentuk gel yang kuat dan menyebabkan kekuatan
tariknya meningkat.
Ketiga, laju transmisi uap air edible film komposit yang dihasilkan dalam penelitian
ini adalah berkisar antara 7462 sampai dengan 1117, 4 g/𝑀2 /hari. Laju transmisi uap
air terendah dihasilkan dari kombinasi perlakuan komposit karaginan 2,0%, tapioka
0,7% Dan lilin lebah 0,3%. Pada kombinasi konsentrasi tersebut diduga bahwa
molekul karaginan, tapioka, dan lebah mampu berikatan secara baik yang
menyebabkan laju transmisi uap menjadi rendah.
10
peningkatan persentase total padatan terhadap volume air yang mengakibatkan
proses gelatinisasi berlangsung kurang baik. Hal tersebut kemungkinan berpengaruh
terhadap penurunan ketebalan film yang dihasilkan.
Secara umum edible film komposit yang dihasilkan di dalam penelitian ini memiliki
sifat-sifat mekanis yang baik terutama kekuatan tarik film, tetapi memiliki sifat
sebagai penahan uap air yang kurang baik. Dengan demikian polisakarida karaginan
dan Pati merupakan komponen hidrokoloid yang dapat membentuk film dengan sifat-
sifat mekanis yang baik tetapi lemah sebagai penahan uap air.pembentukan edible film
komposit dengan penambahan lemak dapat memperbaiki sifat film sebagai penahan
uap air.perbaikan sifat film sebagai penahan uap.
11
BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
1. Edible film komposit yang dihasilkan memiliki sifat-sifat mekanis yang baik terutama
untuk ketebalan, kekuatan tarik dan persentase pemanjangan, tetapi memiliki
kemampuan menahan laju uap air yang kurang baik.
2. Perlakuan konsentrasi karaginan berpengaruh nyata terhadap persen pemanjangan,
kuat tarik, laju transmisi uap dan ketebalan edible film yang dihasilkan. perlakuan
konsentrasi tepung tapioka berpengaruh nyata terhadap laju transmisi uap air edible
film, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap persentase pemanjangan, kuat tarik dan
ketebalan edible film. Sedangkan perlakuan konsentrasi lilin lebah tidak memberikan
pengaruh nyata terhadap semua parameter yang diamati.
3. Edible film terbaik dihasilkan dari perlakuan penambahan karaginan 2,5%, tepung
tapioka 0,3% Dan lilin lebah 0,3% dengan karakteristik: Persentase pemanjangan 4%,
nilai kuat tarik 990,48 kgf/ cm 2 , laju transmisi uap air 1054,5 g/ m 2 /hari dan ketebalan
0,079 mm.
12
DAFTAR PUSTAKA
13