Anda di halaman 1dari 168

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG


DIRI (APD) PADA KARYAWAN DI PT.WIJAYA
KARYA BETON, TBK SUMUT
TAHUN 2020

TESIS

DWI ENRICA SUKATNO


1802011026

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2020
ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG
DIRI (APD) PADA KARYAWAN DI PT.WIJAYA
KARYA BETON, TBK SUMUT
TAHUN 2020

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Masyarakat (M.K.M)
Pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)
Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia

OLEH

DWI ENRICA SUKATNO


1802011026

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2020
PENGESAHAN TESIS

Judul Tesis : Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan


Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD) Pada Karyawan di PT. Wijaya Karya
Beton, Tbk Sumut Tahun 2020

Nama Mahasiswa : Dwi Enrica Sukatno

Nomor Induk Mahasiwa : 1802011026

Minat Studi : Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Menyetujui

Komisi Penasihat,

Dr. Eka Daryanto, M.T Dr. Achmad Rifai, SKM.,M.Kes

PembimbingI PembimbingII
Mengetahui,

Ketua Program Studi

S2 IlmuKesehatanMasyarakat

Dr.Asriwati, S.Kep, Ns, S.Pd, M.Kes


Telah Diuji Pada Tanggal : 4 November 2020

PANITIA PENGUJI TESIS


Ketua : Dr. Eka Daryanto, M.T.
Anggota : 1. Achmad Rifai, SKM., M.Kes.
2. Prof. Dr. dr Thomson P Nadapdap M.Kes, Epid
3. Dr. Tri Niswati Utami M.Kes
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Tesis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar
akademik Magister Kesehatan Masyarakat (M.K.M), di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia.
2. Tesis ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing dan masukan tim
penelaah/tim penguji.
3. Dalam Tesis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya perbuat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian
hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka
saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah
diperoleh karena tesis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang
berlaku diperguruan tinggi ini.

Medan, November 2020


Yang Membuat Pernyataan,

DWI ENRICA SUKATNO


NIM : 1802011026
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI

Sebagai civitas akademika Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan


Helvetia Medan, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa : Dwi Enrica Sukatno


NIM : 1802011026
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas : Kesehatan Masyarakat
Jenis Karya : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Fakultas Kesehatan Masyarakat Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-
exclusive Royalti Free Right) atas tesis saya yang berjudul :

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN


PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA KARYAWAN DI PT.
WIJAYA KARYA BETON, TBK SUMUT
TAHUN 2020

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia
Medan berhak menyimpan, mengalih media/format, mengelola dalam bentuk
pangkalan data (database), merawat dan mempublikasi tesis saya tanpa meminta
izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta
dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya .

Dibuat di : Medan
Pada tanggal : November 2020
Yang menyatakan,

(Dwi Enrica Sukatno)


ABSTRACT
 
ANALYSIS OF ASSOCIATED FACTORS WITH THE COMPLIANCE OF
THE USE OF PERSONAL PROTECTIVE EQUIPMENT TO EMPLOYEES
IN PT. WIJAYA KARYA BETON
TBK NORTH SUMATRA IN 2020
 
DWI ENRICA SUKATNO
1802011026
 
The number of workplace accidents in Indonesia is still high. This is
supported by data from the Ministry of Labor increase in recent years. In 2018
there were 157.313 work accidents cases, compared to 2017 amounted to 123.000
cases. The main cause of the occurrence of accidents is still low awareness of the
importance of the implementation of K3 and not meekly in the use of personal
protective equipment (PPE) in the industry.
Design used analytic survey with cross-sectional approach. The sample
was 100 people workers of PT Wijaya Karya Beton. The statistical test used chi-
square test and logistic regression. The results showed that total respondents of
51.0% aged 23-38 years, 32.0 % high school educated, to 76.0% have been
working for 11-30 years.
The results showed that knowledge (p=0.000), attitude (p=0.000), the
availability of PPE (p=0.000), regulation (p=0.000) and supervision (p=0.000).
It showed the more influential in this research was the availability of PPE with
OR value of 473.00 that showed the respondent that the availability of PPE his
lack of opportunities 473 times lead to non-compliance of the respondents in the
use of PPE.
It is expected to PT.Wijaya Karya, Tbk north Sumatra management to
maintain the promotion efforts to increase the knowledge and attitude of workers
to wear PPE in a complete and maintain the condition of PPE remains in good
condition before the period of turnover is added, the method of demonstration of
the use and care of personal protective equipment when the safety talk.
 
Keywords : Compliance, PPE Workers, Knowledge and Attitude
Bibliography : 24 book, 36 internet 
The Legitimate Right by:
 
 
Helvetia Language Centre

i
ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN


PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA KARYAWAN DI PT.
WIJAYA KARYA BETON, TBK SUMUT
TAHUN 2020

DWI ENRICA SUKATNO


1802011026

Alat Pelindung diri (APD) merupakan kelengkapan yang wajib digunakan


saat bekerja sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu
sendiri dan orang di sekelilingnya. APD (Alat Pelindung Diri) berperan penting
terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. Namun berbagai upaya untuk
mencegah kecelakaan kerja dan melindungi tenaga kerja dengan penggunaan APD
masih seringkali ditemukan tenaga kerja yang tidak patuh dalam menggunakan
APD. Desain penelitian ini menggunakan survey analitik dengan pendekatan
cross sectional. sampel dalam penelitian ini sebanyak 100 orang pekerja PT
Wijaya Karya Beton. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi square dan
regresi logistik. Hasil penelitian menunjukan Dari total responden 51,0% umur
23-38 tahun, 32,0 % berpendidikan SMA, 76,0% sudah bekerja selama 11-30
tahun. Hasil analisis bivariat dengan menggunakan chisquare menunjukkan
bahwa pengetahuan (p=.000), sikap (p=.000), ketersediaan APD (p=.000),
peraturan (p=.000) dan pengawasan (p=.000). Dari analisis multivariat faktor yang
sangat berpengaruh pada penelitian ini adalah faktor ketersediaan APD dengan
nilai OR yaitu 47,300 artinya responden yang ketersediaan APD nya kurang
memiliki peluang 47 kali menyebabkan ketidakpatuhan responden dalam
penggunaan APD. Dari hasil penelitian ini diharapkan Manajemen PT.Wijaya
Karya, Tbk Sumut untuk dapat lebih mempertahankan upaya promotif terhadap
pemakaian alat pelindung diri agar dapat mempengaruhi pengetahuan dan sikap
tenaga kerja untuk memakai alat pelindung diri secara lengkap dan menjaga
kondisi alat pelindung diri tetap dalam kondisi baik sebelum periode pergantian
yaitu dengan menambahkan metode demontrasi pemakaian dan perawatan alat
pelindung diri saat safety talk.

Kata kunci : Kepatuhan, APD Pekerja, Pengetahuan dan Sikap

Daftar Pustaka : 24 buku, 36 internet

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, shalawat dan


salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad
SAW, yang mana dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Tesis
ini dengan judul “Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan
Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Karyawan di PT. Wijaya Karya Beton,
Tbk Sumut Tahun 2020”.

Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister
Kesehatan Masyarakat pada program study S2 Kesehatan Masyarakat Institut
Kesehatan Helvetia Medan. Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat
terlaksana dengan baik tanpa bantuan, dukungan, bimbingan dan kerjasama dari
berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
rasa terima kasih yang tak terhingga kepada yang terhormat :

1. Dr. Ismail Efendy, M.Si, selaku Rektor Institusi Kesehatan Helvetia Medan.
2. Dr. Achmad Rifai, SKM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia Medan.
3. Dr. Asriwati, S.Kep, Ns, Spd, M.Kes, selaku Ketua Program Studi S2
Kesehatan Helvetia Medan.
4. Dr. Eka Daryanto, M.T. selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak
memberikan bimbingan, mengorbankan waktu, pikiran dan tenaga, dalam
memberikan nasehat dan petunjuk guna menyelesaikan tesis ini.
5. Dr. Achmad Rifai, S.K.M, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang telah
banyak memberikan bimbingan, mengorbankan waktu, pikiran dan tenaga,
dalam memberikan nasehat dan petunjuk guna menyelesaikan tesis ini.
6. Prof. Dr. dr Thomson P Nadapdap M.Kes, Epid. selaku penguji III yang telah
banyak memberikan masukan dan kritikan untuk kesempurnaan tesis ini.
7. Dr. Tri Niswati Utami M.Kes selaku penguji IV yang telah banyak
memberikan masukan dan kritikan untuk kesempurnaan tesis ini.

iii
8. Seluruh Dosen dan Staf pengajar di Program Studi S2 Kesehatan Masyarakat
Institut Kesehatan Helvetia Medan yang telah memberikan ilmu pengetahuan
dan bimbingan kepada penulis selama masa pendidikan.
9. Rekan-rekan seperjuangan Mahasiswa/i Program Studi S2 Kesehatan
Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia Medan, yang selalu memotivasi dan
selalu bersama dalam menyelesaikan pendidikan ini, serta kepada semua
sahabat-sahabat terbaikku yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
selalu memberikan semangat dan saling mendukung dalam penyusunan Tesis
ini.
Hanya Allah SWT yang senantiasa dapat memberikan balasan atas
kebaikan yang telah diperbuat. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Tesis ini
masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan dari semua pihak. Semoga Tesis ini bermanfaat dan dapat menjadi
bahan referensi bagi penulisan Tesis lainnya.

Wassalamu’ alaikum wr.wb

Medan, November 2020


Penulis,

DWI ENRICA SUKATNO

iv
RIWAYAT HIDUP

Peneliti bernama Dwi Enrica Sukatno, anak ke dua dari tiga bersaudara.

Peneliti adalah anak dari pasangan Alm. bapak Drs. Sukatno dan ibu Hj.

Ermawati Spd., M.A.P. Lahir di Binjai, 9 Januari 1990, dan saat ini peneliti dan

keluarga menetap di Dusun V Kelurahan Sukaramai Kecamatan Binjai Barat dan

dibesarkan di tengah lingkungan keluarga yang menomorsatukan agama dan

pendidikan. Riwayat pendidikan peneliti, tahun 1995-2001 SD Swasta Gajah

Mada Brahrang, tahun 2001-2004 SMP Negeri 1 Binjai, tahun 2004-2007 SMA

Negeri 2 Binjai, tahun 2007-2010 D-3 Kebidanan Stikes Putra Abadi Langkat

Stabat, tahun 2016-2017 D-4 Kebidanan Institut Kesehatan Helvetia Medan dan

tahun 2018-2020 Program Pendidikan S-2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Institut

Kesehatan Helvetia Medan

v
DAFTAR ISI

ABSTRACT...................................................................................................... i
ABSTRAK ...................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP....................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1


1.1.Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2.Rumusan Masalah............................................................................. 9
1.2.1.Pertanyaan Peneliti................................................................... 9
1.3.Tujuan Penelitian............................................................................... 10
1.3.1.Tujuan Umum........................................................................... 10
1.3.2.Tujuan Khusus................................................................................ 10
1.4.Manfaat Penelitian............................................................................. 11
1.4.1 Manfaat Ilmiah.......................................................................... 11
1.4.2. Manfaat Institusi...................................................................... 11
1.4.3. Manfaat Praktis........................................................................ 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 12


2.1.Tinjauan Peneliti Terdahulu.............................................................. 12
2.2.Keselamatan dan Kesehatan Kerja.................................................... 14
2.2.1.Pengertian Keselamatan Kesehatan Kerja................................ 14
2.2.2.Pengendalian Hygiene dan Kesehatan Kerja............................ 16
2.2.3.Pencegahan Keselamatan dan Kesehatan Kerja....................... 17
2.2.4.Fungsi Keselamatan dan Kesehatan Kerja............................... 20
2.2.5.Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja............................... 20
2.3.Defenisi Kepatuhan........................................................................... 23
2.3.1.Manfaat Kepatuhan................................................................... 24
2.3.2.Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan.................................. 26
2.4.Alat Pelindung Diri........................................................................... 27
2.4.1.Ketentuan Alat Pelindung Diri................................................. 28
2.4.2.Masalah Pemakaian Alat Pelindung Diri.................................. 30
2.5.Fungsi dan Jenis Alat Pelindung Diri................................................ 31
2.6.Pemeliharaan Alat Pelindung Diri..................................................... 34
2.6.1.Alat Pelindung Diri yang digunakan di PT. WIKA.................. 35
2.7.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pekerja..................................... 38

vi
2.7.1.Pengetahuan........................................................................... 38
2.7.2.Sikap....................................................................................... 40
2.7.3.Perundang-undangan / Peraturan........................................... 43
2.7.4.Ketersediaan Alat Pelindung Diri.......................................... 45
2.7.5.Pengawasan............................................................................ 47
2.8. Kerangka Penelitian........................................................................ 49
2.8.1.Landasan Teori...................................................................... 49
2.9. Kerangka Teori................................................................................ 51
2.10.Kerangka Konsep............................................................................ 53
2.11.Hipotesis Penelitian......................................................................... 54

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 55


3.1.Desain Penelitian............................................................................... 55
3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................. 55
3.2.1.Lokasi Penelitian...................................................................... 55
3.2.2.Waktu Penelitian....................................................................... 55
3.3.Populasi dan Sampel......................................................................... 55
3.3.1.Populasi.................................................................................... 55
3.3.2.Sampel...................................................................................... 56
3.3.3.Teknik Pengambilan Sampel.................................................... 56
3.4.Jenis Data.......................................................................................... 57
3.5.Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 57
3.6.Variabel dan Defenisi Operasional................................................... 58
3.6.1.Variabel Penelitian................................................................... 58
3.6.2.Defenisi Operasional................................................................ 58
3.7.Metode Pengukuran........................................................................... 59
3.8.Pengolahan Dan Analissa Data ....................................................... 60
3.8.1.Pengolahan Data....................................................................... 60
3.8.2.Analisis data ............................................................................ 61

BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................... 63


4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian................................................ 63
4.1.1. Gambaran Umum PT.Wijaya Karya Beton Tbk.................... 63
4.1.2. Batas Wilayah PT.Wijaya Karya Beton................................. 63
4.1.3. Produk Yang Dihasilkan PT.Wijaya Karya Tbk Beton......... 64
4.1.4. Visi Dan Misi PT. Wijaya Karya Beton................................. 64
4.2. Hasil Penelitian................................................................................ 65
4.2.1. Analisa Univariat................................................................... 65
4.2.2. Analisa Bivariat...................................................................... 69
4.2.3. Analisa Multivariat................................................................. 75

vii
BAB V PEMBAHASAN ................................................................................ 78
5.1. Hasil Penelitian................................................................................ 78
5.1.1. Analisa Univariat ................................................................. 78
5.1.2. Analisa Bivariat..................................................................... 80
5.1.3. Analisa Multivariat................................................................. 99
5.2. Implikasi Hasil................................................................................. 101
5.2.1. Identifikasi Ketidakpatuhan Dalam Menggunakan APD....... 101
5.2.2. Keterbatasan Penelitian.......................................................... 103

BAB VI Kesimpulan dan Saran ................................................................... 105


6.1. Kesimpulan....................................................................................... 105
6.2. Saran ................................................................................................ 106

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 108

LAMPIRAN.................................................................................................... 134

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1. Struktur Organisasi P2K3 PT Wijaya Karya Beton....................... 22


2.2 Kerangka Teori.............................................................................. 51
2.4. Kerangka Konsep........................................................................... 53

ix
DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

3.7. Pengukuran Variabel Dan Aspek Pengukuran............................... 68

4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden.............................. 77

4.2. Distribusi Frekuensi Kepatuhan Responden.................................. 78

4.3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden............................... 78

4.4. Distribusi Frekuensi Sikap Responden.......................................... 79

4.5. Distribusi Frekuensi Ketersediaan APD........................................ 79

4.6. Distribusi Frekuensi Peraturan Tentang Penggunaan APD........... 80

4.7. Distribusi Frekuensi Pengawasan.................................................. 80

4.8. Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Pengetahuan Responden


Dengan Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri Terhadap
Karyawan Di PT. Wijaya Karya Beton Tbk.................................. 81
4.9. Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Sikap Responden Dengan
Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Karyawan
Di PT. Wijaya Karya Beton Tbk................................................... 82

4.10. Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Ketersediaan APD Dengan


Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Karyawan
Di PT. Wijaya Karya Beton Tbk................................................... 83

4.11. Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Peraturan Dengan


Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Karyawan
Di PT. Wijaya Karya Beton Tbk................................................. 84
4.12. Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Pengawasan Dengan
Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Karyawan
Di PT. Wijaya Karya Beton Tbk................................................... 85

4.13. Hasil Analisis Seleksi Bivariat Analisis Faktor Yang


Berhubungan Dengan Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung
Diri Pada Karyawan Di PT. Wijaya Karya Beton Tbk.................. 86

4.14. Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Antara Kepatuhan

x
Responden Dengan Variabel Pengetahuan, Sikap, dan Ketersediaan
APD............................................................................................... 87

4.15. Analisis Multivariat Regresi Logistik Antara Kepatuhan


Responden Dengan Ketersediaan APD......................................... 88

5.1. Tabel Hasil Wawancara Dengan Responden Yang Tidak Patuh


Terhadap Penggunaan APD........................................................... 108

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian...................................................................... 121

2. Master Tabel Penelitian................................................................. 126

3. Hasil Penelitian.............................................................................. 129

4. Dokumentasi Penelitian................................................................. 141

5. Daftar Induk Pegawai Terampil PT. Wijaya Karya Beton Tbk..... 157

6. Daftar Hadir Safety Induction K3 Kepada Mahasiswa................. 160

7. Lembar Bimbingan Dosen Pembimbing 1..................................... 161

8. Lembar Bimbingan Dosen Pembimbing 2..................................... 162

9. Lembar Revisi Proposal................................................................. 163

10. Surat Survei Awal dari Institut Kesehatan Helvetia...................... 164

11. Surat Balasan Survei Awal dari PT Wijaya Karya Beton Tbk...... 165

12. Surat Izin Penelitian dari Institut Kesehatan Helvetia................... 166

13. Surat Balasan Izin Penelitian dari PT Wijaya Karya Beton Tbk. . 167

14. Surat Keterangan Telah Selesai Penelitian.................................... 168

xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek

perlindungan tenaga kerja yang diatur dalam Undang-Undang. Dengan

menerapkan teknologi pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan

tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya kerja dan tingkat kesehatan

yang tinggi. Kecelakaan kerja sering hanya dianggap sebagai kecelakaan atau

resiko kerja (personal risk), bukan tanggung jawab perusahaan. Pandangan ini

diperkuat dengan konsep common law defence (CLD) yang terdiri atas

contributing negligence (kontribusi kelalaian), fellow servant rule (ketentuan

kepegawaian), dan risk assumption (asumsi resiko) (1).

Industrialisasi dan globalisasi yang semakin berkembang serta kemajuan

ilmu dan teknologi, maka keselamatan dan kesehatan kerja juga semakin

berkembang. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan sebagai

dasar hukum penerapan K3 di Indonesia telah diperkuat dengan keluarnya

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan dimana pada Pasal

164-165 tentang Kesehatan Kerja dinyatakan bahwa semua tempat kerja wajib

menerapkan upaya kesehatan baik sektor formal maupun informal. Dengan segala

macam perkembangan yang terjadi, perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia

pun mulai beralih untuk menerapkan keilmuan maupun teknologi baru yang dapat

meningkatkan produktivitas perusahaan (2).

1
2

Penyebab utama terjadinya kecelakaan kerja adalah masih rendahnya

kesadaran akan pentingnya penerapan K3 dan tidak taatnya dalam penggunaan

pelindung diri di kalangan industri. Selama ini penerapan K3 sering kali dianggap

sebagai cost atau beban biaya, bukan sebagai investasi untuk mencegah terjadinya

kecelakaan kerja (3).

Undang - Undang RI No. 13 tahun 2003 menegaskan bahwa setiap

perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan

kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan, yang dimaksud

dengan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah bagian dari

sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan yang meliputi struktur

organisasi, perencanaan, pelaksanaan, tanggung jawab, prosedur, proses, dan

sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian,

pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja guna

terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif (4).

Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) juga mengatakan, cara yang

ada untuk melindungi pekerja dari kecelakaan dan penyakit tidak cukup baik

untuk menghadapi bahaya dalam bekerja akibat perubahan dalam sifat kerja. ILO

menganjurkan dilakukan perbaikan dalam menangani masalah psikologis akibat

dunia kerja yang berubah (6).

Beberapa upaya yang diselenggarakan untuk pengendalian resiko berupa

eliminasi, substitusi, teknik, administratif dan penggunaan APD. Namun berbagai

upaya untuk mencegah kecelakaan kerja dan melindungi tenaga kerja dengan
3

penggunaan APD masih seringkali ditemukan tenaga kerja yang tidak patuh

dalam menggunakan APD.

Sebagaimana disebutkan dalam Peraturan dan Perundang-undangan

tentang perlindungan tenaga kerja maka salah satu cara untuk pencegahan

kecelakaan, bahaya-bahaya lingkungan kerja, penyakit akibat kerja dan

keselamatan kerja adalah dengan menggunakan alat pelindung diri. Dengan kata

lain bahwa APD merupakan keputusan terakhir yang di ambil dalam pengendalian

bahaya di tempat kerja (7).

Berdasarkan Permenaker RI No.8 tahun 2010, alat pelindung diri adalah

alat yang memiliki kemampuan untuk melindungi seseorang dan berfungsi untuk

menjaga sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. Alat

pelindung diri merupakan cara pengendalian terakhir yang digunakan ketika

metode pengendalian engineering dan administrative tidak dapat mengurangi

resiko, padahal resiko dari bahaya masih tergolong tinggi (8).

Angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tergolong tinggi, terutama di

sektor industri. Sebagian besar kecelakaan kerja yang terjadi karena faktor human

eror atau kesalahan manusia. Ini terjadi karena kurangnya kesadaran dan

komitmen terhadap keselamatan, kesehatan kerja baik ditingkat individu maupun

organisasi (9).

Dari hasil pemeriksaan tim Disnaker kota Medan, ada beberapa

perusahaan yang berturut-turut mendapatkan penghargaan. Bagi perusahaan yang

diberikan penghargaan, mereka memang harus bersih dari kasus K3 selama 2

tahun dan dinilai kembali pada tahun ke 3 (10).


4

Alat Pelindung diri (APD) merupakan kelengkapan yang wajib digunakan

saat bekerja sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu

sendiri dan orang di sekelilingnya. Peraturan APD dibuat oleh pemerintah sebagai

pelaksanaan ketentuan perundang-undangan tentang keselamatan kerja.

Perusahaan atau pelaku usaha yang memperkerjakan pekerja atau buruh memiliki

kewajiban menyediakan APD di tempat kerja sesuai Standar Nasional Indonesia

(SNI) atau standar yang berlaku. Selain itu perusahaan harus mengumumkan

secara tertulis dan memasang rambu-rambu mengenai kewajiban penggunaan

APD serta melaksanakan manajemen APD di tempat kerja (11).

APD (Alat Pelindung Diri) berperan penting terhadap keselamatan dan

kesehatan kerja. Dalam pembangunan nasional terutama pada sebuah proyek,

keselamatan tenaga kerja atau buruh memiliki peranan dan kedudukan yang

penting. Terjadinya kecelakaan kerja dapat mengakibatkan korban jiwa, cacat,

kerusakan peralatan, menurunnya mutu dan hasil produksi, terhentinya proses

produksi yang kemudian akan berdampak pada perekonomian nasional (12).

Faktor – faktor yang mempengaruhi kepatuhan penggunaan alat pelindung

diri seperti pengetahuan, sikap, peraturan, ketersediaan APD dan pengawasan.

Beberapa faktor ini sangat berpengaruh dan berkaitan satu sama lain untuk

meningkatkan kesadaran pekerja agar terhindar dari kecelakaan kerja.

Keselamatan dan kesehatan pekerja perlu diperhatikan untuk mengurangi

atau mencegah kecelakaan kerja yang mengakibatkan kerugian mental. Karena

itu, para ahli K3 berupaya mempelajari fenomena kecelakaan, faktor penyebeb,

serta cara efektif untuk mencegahnya. Upaya pencegahan di Indonesia masih


5

menghadapi berbagai kendala, salah satu diantaranya adalah pola pikir yang masih

tradisionil yang menganggap kecelakaan adalah sebagai musibah sehingga

masyarakat bersifat pasrah. Namun upaya pencegahaan belum dilakukan secara

nyata di pelaksanaan pekerjaan sehari-hari (13).

Keselamatan dan kesehatan pekerja dipengaruhi oleh penggunaan alat

pelindung diri. Hal ini seringkali dianggap remeh oleh pekerja. Pekerja dalam

menggunakan alat pelindung diri dapat dikatakan kurang disiplin, sehingga pada

akhirnya berisiko untuk terjadi kecelakaan kerja yang cukup besar (14).

Pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja bagi para pekerja ini juga

telah diatur dalam UU RI No. 13 Tahun 2003, yang menegaskan bahwa setiap

pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas

keselamatan dan kesehatan kerja (pasal 86 ayat 1). Upaya keselamatan dan

kesehatan yang dimaksud bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan

pekerja atau buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja,

dan pengendalian bahaya di tempat kerja yang dimaksudkan dalam pasal 86 ayat 2

UU RI No. 13 Tahun 2003 (15).

PT. Wijaya Karya Beton Tbk. atau yang lebih dikenal dengan nama Wika

Beton merupakan anak perusahaan dari PT. Wijaya Karya (persero) Tbk. atau

yang lebih dikenal dengan nama Wika, lahir pada tanggal 11 maret 1997

dihadapan notaris Imas Fatimah, SH sesuai dengan surat keputusan direksi PT.

Wijaya Karya dengan akta pendirian notaris nomor 44, sebagai perusahaan anak

dari Wika. sebagai bagian dari perusahaan induknya, perjalanan Wika Beton telah

dimulai jauh sebelum perusahaan ini dibentuk. Pengembangan industri Beton


6

percetak dimulai sejak tahun 1978, pada waktu itu dibawah pengelolaan Divisi

Perdagangan (DP) dengan memproduksi Panel Beton untuk Rumah Sederhana

(Perumnas) (16).

Pabrik produksi beton Sumut ini memiliki 2 pembagian yaitu karyawan

tetap sebanyak 106 karyawan sedangkan tidak tetap atau THM ( Tenaga Harian

Mandor) sebanyak 360 pekerja dan memiliki 5 seksi, bagian karyawan tetap

pertama bagian yaitu seksi perencanaan evaluasi produksi sebanyak 12 karyawan,

seksi keuangan dan personalia sebanyak 13 karyawan, seksi teknik dan mutu

sebanyak 16 karyawan, seksi peralatan sebanyak 24 karyawan, dan pada seksi

produksi ada sekitar 51 karyawan yang merupakan karyawan tetap di Perusahaan

tersebut. Oleh karena itu setiap shift kerja di bagi 3 shift yaitu pagi jam 07.00 wib

– 15.00 wib, siang 15.00 wib – 22.00 wib, dan malam 22.00 wib – 07.00 wib.

Kemudian setiap shift dan jalur karyawannya sebanyak 22 pekerja di tambah 1

mandor penanggung jawab bagian (16).

Sebelum melakukan survei awal penelitian, peneliti melakukan residensi

(kunjungan) ke pabrik PT. Wijaya Karya Beton. Peneliti melihat pada shift kerja

siang, tampak terlihat di jalur 1 produksi pemadatan ada 5 karyawan yang tidak

menggunakan masker, ear plug, dan menggunakan helm, sarung tangan dan 3

karyawan tidak memakai sepatu. Kemudian ada 2 karyawan tidak menggunakan

masker, 2 karyawan selanjutnya tidak menggunakan ear plug. Selanjutnya di jalur

2, 3, 4 dan 5 tidak terlihat lebih jelas karena pada jalur satu peneliti bisa melihat

jelas dengan kasat mata pada saat menuju ke kantor K3.


7

Dari hasil survey data yang peneliti lakukan di Rumah Sakit Bunda

Thamrin Terdapat 72 rujukan yang di rujuk oleh PT Wijaya Beton mayoritas

pasien di rujuk ke Poli Mata yang disebabkan mata terkena material yang

menyebabkan bola mata iritasi dan merah yang harus di periksa oleh dokter mata

yaitu 56 pasien, dan 16 pasien yang di rujuk ke IGD dikarenakan tertusuk paku,

kepala tertimpa material, kaki tertimpa material dan tangan terbentur material.

Berdasarkan hasil penemuan pada saat residensi tersebut maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian di pabrik Wika Beton tentang kepatuhan

penggunaan APD dan datang kembali untuk melakukan survei awal serta

observasi pada karyawan disana tanpa sepengetahuan karyawan tersebut.

Kemudian peneliti menemukan karyawan yang tidak menggunakan APD sesuai

fungsi dan petunjuk nya. Lalu peneliti menemui Inspector K3 untuk wawancara

singkat di PT. Wijaya Karya Beton dan diperoleh informasi bahwa meskipun

perusahaan telah menyediakan Alat Pelindung Diri yang diperlukan oleh pekerja

dan harus di gunakan pada saat bekerja, yaitu berupa helm, earplug, masker,

kacamata pelindung, rompi dan sarung tangan. Namun masih ada beberapa

pekerja yang tidak patuh atau mengabaikan peraturan untuk selalu menggunakan

APD pada saat bekerja dengan berbagai alasan. Beliau mengatakan bahwa

beberapa pekerja merasa tidak nyaman, terlalu panas dan menghalangi pekerjaan.

Padahal di setiap divisi ada seorang Mandor / Pengawas yang selalu mengawasi

dan bertanggung jawab mengkoordinasikan setiap pekerjaan.

Ketidakpatuhan dalam penggunaan APD dapat mempengaruhi angka

kecelakaan kerja di PT. Wika Beton. APD wajib yang harus digunakan di semua
8

jalur yaitu helm dan sepatu boot. Meskipun pada setiap jalur terdapat satu orang

pengawas / mandor, tapi tetap masih saja ada yang tidak patuh dalam

menggunakan APD wajib tersebut yaitu helm. Pekerja yang tidak menggunakan

helm pada saat bekerja bisa mengakibatkan kecelakaan kerja.

Demi menunjang keselamatan kerja, perusahaan wajib menyediakan alat

pelindung diri bagi para pekerjanya, salah satunya pelindung kepala. Safety

helmet merupakan salah satu alat pelindung kepala yang wajib digunakan untuk

melindungi para pekerja dari bahay terkena benda jatuh dari atas, benturan, dan

bahaya listrik.

Pabrik PT. Wijaya Karya Beton telah menyediakan beberapa APD yang

cukup, salah satunya berupa helmet merk MSA berstandar ANSI / ISEA Z

89.1,1997 dan merk Proguard standar EN 397. Helmet yang digunakan memiliki

standar ANSI (American National Standards Institute) dan standar Eropa (EN).

Analisa helmet yaitu mampu menahan beban 1,8 kg dengan ketinggian 60 cm,

nyaman dipakai untuk kerja, tidak berat saat dipakai, menyesuaikan bentuk

ukuran kepala tiap pekerja, dan telah disosialisasikan pula cara memakai helmet

yang baik agar pekerja merasa nyaman pada saat bekerja.

Menurut Occupational Safety dan Health Administration (OSHA), safety

helmet harus digunakan ketika bekerja di area yang terdapat potensi bahaya yang

mengakibatkan cedera kepala. OSHA juga menambahkan bahwa sebuah safety

helmet dianggap layak digunakan pekerja jika memenuhi kriteria minimum yang

ditetapkan oleh American National Standard (ANSI) dan Intenational Safety

Equipment Association (ISEA) sesuai dengan standard ANSI / ISEA Z 89,1 1997.
9

Helm pengaman industri juga mematuhi standar EN 397 yang menyatakan bahwa

helm harus dirancang untuk melindungi pengguna dari benda jatuh. Standar ini

juga mencakup perlindungan terhadap perubahan bentuk lateral dari helm, serta

melindungi penggunanya dari cedera kepala yang berbahaya.

Untuk mengetahui bahwa semua safety helmet yang mematuhi standar

ANSI/ISEA umumnya memiliki label sertifikasi di bagian dalam shell (tempurung

helm). Label ini mengidentifikasi standar tipe dan kelas helm.

Perusahaan juga melakukan evaluasi terhadap APD yang digunakan,

apakah masih layak pakai atau tidak dalam jangka waktu beberapa bulan dan

ukuran nya juga disesuaikan dengan kebutuhan tenaga kerja berdasarkan jenis

pekerjaannya agar pekerja tetap nyaman dalam menggunakan helm tersebut dan

tetap bekerja semaksimal mungkin. Namun, kembali lagi ke fitrah manusia yang

terkadang memiliki sifat egois atau pun merasa tidak masalah jika sesekali tidak

patuh menggunakan APD berupa helm. Tapi mereka berdalih dengan berbagai

alasan misalnya seperti merasa panas atau gerah dan merasa pegal menggunakan

helm tersebut. Oleh sebab itu perusahaan mengeluarkan kebijakan yaitu membuat

Penerapan Peraturan Tata Tertib di Lingkungan Pabrik.

PT.Wijaya Karya Beton juga melakukan pemeriksaan Medical Check Up

(MCU) yang dilakukan setahun sekali pada karyawan nya dan melakukan donor

darah setiap tiga bulan sekali. Pemeriksaan ini bekerja sama dengan Rumah Sakit

Bunda Thamrin Medan. Jenis pemeriksaan MCU berupa pemeriksaan thorax,

paru-paru, jantung, tes urine, audio (pendengaran) dan pernafasan. Laporan hasil

MCU ini kemudian akan dilaporkan ke Depnaker.


10

Agar tujuan dari kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dapat tercapai

dengan baik maka pekerja haruslah dapat mematuhi kebijakan K3 yang ada

khususnya dalam hal pemakaian APD, dengan demikian resiko untuk terkena

kecelakaan kerja akan menurun.

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian di perusahaan tersebut dengan judul “Analisis Faktor Yang

Berhubungan Dengan Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada

Karyawan di PT. Wijaya Karya, Tbk SumutTahun 2020.”

1.2. Rumusan Masalah

Pekerja konstruksi dalam pembuatan beton di PT. Wika Beton memiliki

resiko bahaya yang tinggi. Berdasarkan latar belakang tersebut, yang menjadi

rumusan masalah adalah “Bagaimana analisa faktor yang berhubungan dengan

kepatuhan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada karyawan di PT. Wijaya

Karya Beon, Tbk Sumut tahun 2020?”

1.2.1. Pertanyaan Peneliti

1. Apakah ada hubungan pengetahuan terhadap kepatuhan penggunaan Alat

Pelindung Diri (APD) pada karyawan di PT. Wijaya Karya Beton?

2. Apakah ada hubungan sikap terhadap kepatuhan penggunaan Alat

Pelindung Diri (APD) pada karyawan di PT.Wijaya Karya Beton?

3. Apakah ada hubungan ketersediaan APD terhadap kepatuhan penggunaan

Alat Pelindung Diri (APD) pada karyawan di PT.Wijaya Karya Beton?

4. Apakah ada hubungan peraturan terhadap kepatuhan penggunaan Alat

Pelindung Diri (APD) pada karyawan PT. Wijaya Karya Beton?


11

5. Apakah ada hubungan pengawasan terhadap kepatuhan penggunaan Alat

Pelindung Diri (APD) pada karyawan PT.Wijaya Karya Beton?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui fakor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan

penggunaan Alat Pelindungan Diri terhadap karyawan di PT. Wijaya Karya

Beton, Tbk. tahun 2020.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan pekerja terhadap

kepatuhan penggunaan APD pada pekerja di PT.Wijaya Karya

Beton, Tbk Sumut Tahun 2020.

2. Untuk mengetahui hubungan sikap pekerja terhadap kepatuhan

penggunaan APD pada pekerja di PT.Wijaya Karya Beton, Tbk

Sumut Tahun 2020

3. Untuk mengetahui hubungan ketersediaan APD terhadap kepatuhan

penggunaan APD pada pekerja di PT.Wijaya Karya Beton, Tbk

Sumut Tahun 2020

4. Untuk mengetahui hubungan peraturan terhadap kepatuhan

penggunaan APD pada pekerja di PT.Wijaya Karya Beton, Tbk

Sumut Tahun 2020

5. Untuk mengetahui hubungan pengawasan terhadap kepatuhan

penggunaan APD pada pekerja di PT.Wijaya Karya Beton, Tbk

Sumut Tahun 2020


12

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Ilmiah

Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi ilmiah dan dapat

menambah ilmu pengetahuan tentang kepatuhan penggunaan APD di suatu

perusahaan untuk meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja.

1.4.2 Manfaat Institusi

Diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi mahasiswa Institut Kesehatan

Helvetia khususnya mahasiswa program studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) untuk menganalisa

faktor yang berhubungan dengan kepatuhan penggunaan alat pelindung

diri.

1.4.3. Manfaat Praktis

Sebagai bahan masukan dan evaluasi tentang kepatuhan penggunan Alat

Pelindung Diri bagi perusahaan konstruksi. Hasil penelitian ini juga

diharapkan dapat memberikan bahan masukan pada perusahaan dalam

menanggulangi potensi bahaya kecelakaan kerja pada karyawan melalui

penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di PT. Wijaya Karya Beton,

Sumut.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Tinjauan Peneliti Terdahulu

Dalam kajian penelitian terdahulu, peneliti membuat tabel sintesa dari

beberapa jurnal. Berikut jurnal penelitian terdahulu yang sejenis.

Tabel 2.1 Tabel Sintesa Tinjauan Pustaka Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti Judul Penelitian Desain Hasil Penelitian


Penelitian
1 Christin “Gambaran Kuantitatif Pekerja yang tidak
Mewengkang dkk Kepatuhan patuh lebih banyak
(2019) (6) Penggunaan Alat dibandingkan
Pelindung Diri Pada pekerja yang patuh
Pekerja Pemasangan
Jaringan Saluran
Udara Tegangan
Menengah di PT.
Matracom
Kotamobagu”
2 Anita Dian (2019) Faktor-Faktor yang Kuantitatif Ada hubungan
(17) Berhubungan dengan antara tingkat
Kepatuhan pendidikan,
Penggunaan APD pengetahuan, sikap,
Pada Pekerja pengawasan dan
Penanganan rekan kerja dengan
Prasarana dan kepatuhan
Sarana Umum penggunaan APD
(PPSU) pada pekerja
3 Ita La Tho (2019) Analisis Pengawasan Kuantitatif Ada hubungan
(18) Petugas Safety antara pengawasan
dengan Kepatuhan petugas safety
Pengunaan Alat dengan kepatuhan
Pelindung Diri penggunaan Alat
(APD) di proyek Pelindung Diri di
Pembangunan Proyek
Apartemen Marigold Pembangunan
At Nava Park Apartemen
Marigold at Nava

13
14

Park

4 Catu Umirestu Kepatuhan Deskriptif Responden yang


(2019) (19) Penggunaan Alat Analitik patuh
Pelindung Diri di menggunakan APD
Laboratorium Pada lebih banyak
Mahasiswa Prodi daripada yang tidak
Diploma Analis menggunakan
Kesehatan APD.
Universitas MH
Thamrin
6 Kartika Dyah Analisis Faktor yang Kuantitatif Sebagian besar
Sertiya Putri Berhubungan tenaga kerja patuh
(2017) (20) Dengan Kepatuhan menggunakan APD
Menggunakan Alat di tempat kerja
Pelindung Diri
7 Andri Dwi Puji Faktor-Faktor yang Kuantitatif Ada hubungan
(2017) (15) Berhubungan dengan antara
Kepatuhan pengetahuan, sikap
Penggunaan Alat dan dukungan
Pelindung Diri pada sosial terhadap
pekerja Rekanan di penggunaan alat
PT. Indonesia Power pelindung diri
Up Semarang
8 Aniek Masri Faktor-Faktor yang Kuantitaif Hasil analisis statis
(2017) (4) Berhubungan dengan menunjukkan
Kepatuhan bahwa semua
Penggunaan APD faktor memiliki
Earplug dan Sarung hubungan yang
Tangan pada Pekerja signifikan terhadap
Unit Perbaikan di kepatuhan
PT. Kai Daop VI
Yogyakarta Dipo
Solo Balapan

2.2. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

2.2.1. Pengertian Keselamatan Kesehatan Kerja

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 tahun 2012

tentang penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja bab I pasal

1, Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
15

melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan

kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu upaya untuk

menciptakan suasana bekerja yang aman, nyaman, dan tujuan akhirnya adalah

mencapai produktivitas setinggi-tingginya. Keselamatan kerja merupakan

keselamatan yang berhubungan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan

pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara

melakukan pekerjaan (21).

Perkembangan pesat industri mendorong penggunaan mesin, peralatan

kerja dan bahan-bahan kimia dalam proses produksi semakin meningkat.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat memberikan kemudahan dalam

proses produksi, meningkatnya produktivitas kerja, dan meningkatnya jumlah

tenaga kerja. Dengan demikian, banyak pula masalah ketenagakerjaan yang

timbul termasuk dalamnya masalah-masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3). Seperti meningkatnya jumlah dan ragam sumber bahaya di tempat kerja,

peningkatan jumlah maupun tingkat keseriusan kecelakaan kerja, penyakit akibat

kerja, dan pencemaran lingkungan (22).

Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kesehatan beserta prakteknya

yang bertujuan agar para pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat

kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha

preventif atau kuratif terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang

diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan serta terhadap penyakit umum.
16

Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana

kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang

bersangkutan (21).

Tujuannya adalah sebagai berikut ;

1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan

pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan

produktivitas nasional.

2. Menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat kerja

tersebut.

3. Memelihara sumber produksi agar dapat digunakan secara aman dan

efisien (23).

Manajemen keamanan (safety management), langsung atau tidak langsung,

menaruh perhatian terhadap peristiwa kecelakaan kerja. Pada saat ini, perhatian

terhadap masalah kecelakaan kerja di perguruan-perguruan tinggi modern telah

tumbuh sampai suatu titik yang menunjukkan bahwa kurikulum menejemen perlu

mencakup bidang kecelakaan kerja, ini sebagai salah satu program

instruksionalnya.

2.2.2. Pengendalian Hygiene Dan Kesehatan Kerja

Yang dimaksud dengan Pengendalian Kesehatan dan Hygiene adalah

semua kegiatan yang dilakukan untuk melindungi kesehatan pekerja dan yang

lainnya dari bahaya yang mungkin timbul sehubungan dengan operasi perusahaan.

Kegiatan ini tidak hanya terbatas pada diagnose dan pengobatan penyakit akibat
17

kerja, tetapi juga upaya yang diperlukan untuk melindungi pekerja dari penyakit

(25).

1. Identifikasi Bahaya Terhadap Kesehatan

Pekerjaan untuk mengidentifikasi bahaya terhadap kesehatan di tempat

kerja harus dilakukan dengan resmi, terencana, menyeluruh dan dengan teknik

yang akurat, metodanya dapat melalui inspeksi, pengamatan pekerjaan, survey

dan penilaian teknis, serta pengawasan terhadap pengadaan bahan-bahan dan

kontrak-kontrak pekerjaan.

Cedera terhadap pekerja dapat diakibatkan oleh bahaya bahan kimia, fisik,

biologis, ergonomic atau psikologis, atau kombinasi diantaranya. Kondisi

lingkungan yang buruk juga dapat mempengaruhi kesehatan pekerja, seperti suhu

yang tinggi atau rendah, penerangan yang jelek, kebisingan yang menganggu atau

pengaturan waktu kerja yang buruk.

2. Pengendalian Bahaya

Apabila diketahui adanya bahaya, tindakan harus segera dilakukan untuk

mengendalikan dampaknya terhadap pekerja, yang terbaik adalah dengan cara

menghilangkan sumber bahayanya. Sebagai contoh, mengganti bahan berbahaya

dengan yang bahan yang kurang berbahaya, menambah penerangan lampu,

rekayasa untuk menghilangkan bahaya-bahaya kebisingan dan getaran (25).

2.2.3. Pencegahan Keselamatan dan Kesehatan

Bila sering terjadi cedera akibat suatu bahan, maka langkah pertama

adalah mencoba atau menghindari penggunaanya sama sekali. Ini berarti :


18

a. Mengerjakan pekerjaan dengan cara lain, sebagai contoh daripada

menggunakan asam atau soda keras untuk mengatasi saluran buntu,

gunakan saja batang penyolok.

b. Gunakan bahan pengganti misalnya daripada menggunakan cat berbahan

dasar alcohol, gunakan saja bahan berbahan dasar air yang pada umumnya

bahayanya kurang.

Istilah keselamatan dan kesehatan sangat erat hubungannya, tetapi tidaklah

sama. Salah satu pendapat mengatakan bahwa keselamatan dikaitkan dengan

kecelakaan, sedangkan kesehatan berhubungan dengan penyakit. Pendapat ini

cukup akurat dalam menggambarkan masalah keselamatan dan kesehatan, tetapi

masih belum jelas batasannya. Kesehatan kerja bertujuan untuk peningkatan dan

pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental, dan sosial yang setinggi-tingginya

bagi pekerja di semua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan kesehatan

pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan bagi pekerja dalam

pekerjaannya dari resiko akibat faktor yang merugikan kesehatan dan penempatan

serta pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang disesuaikan dengan

kondisi fisiologi dan psikologisnya (26).

Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu pemikiran dan upaya

untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah

tenaga kerja khususnya, dan manusia pada umumnya. Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan kesehatan, keselamatan, dan

kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun lokasi proyek.

Keselamatan dan kesehatan kerja cukup penting bagi moral, legalitas, dan
19

finansial. Semua organisasi memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa pekerja

dan orang lain yang terlibat tetap berada dalam kondisi aman sepanjang waktu

(27).

Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 Tentang

Keselamatan Kerja ( LN 1970/1 ; TLN NO. 2918 ) Dengan peraturan

perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk :

1. Setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya

dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan

produksi serta produktivitas Nasional.

2. Setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula

keselamatannya

3. Mencegah dan mengurangi kecelakaan

4. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran

5. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan

6. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu

kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya

7. Memberi pertolongan pada kecelakaan

8. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja

9. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,

kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin ,cuaca, sinar

radiasi, suara dan getaran (28).


20

2.2.4. Fungsi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

2.2.4.1 Fungsi Keselamatan Kerja

1. Identifikasi dan melakukan penilaian terhadap resiko dari bahaya

kesehatan di tempat kerja.

2. Memberikan saran terhadap perencanaan dan perorganisasian dan

praktek kerja termasuk desain tempat kerja.

3. Memberikan saran, informasi, pelatihan, dan edukasi tentang

kesehatan kerja dan alat pelindung diri (APD)

4. Melaksanakan surveilans terhadap kesehatan kerja.

5. Mengelola P3K dan tindakan darurat

2.2.5. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah mewujudkan

masyarakat dan lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera. Dengan K3

akan tercapai suasana lingkungan kerja yang aman, sehat, dan nyaman dengan

keadaan tenaga kerja yang sehat fisik, mental, sosial, dan bebas kecelakaan.

Syarat-syarat keselamatan kerja yang ditujukan untuk mencegah dan mengurangi

kecelakaan, kebakaran, mencegah dan mengurangi peledakan, kesempatan atau

jalan menyelamatkan diri, memberi pertolongan pada kecelakaan, memberi alat-

alat perlindungan diri, mencegah dan mengendalikan timbul dan menyebar

luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin cuaca,

sinar dan radiasi, suara dan getaran, mencegah dan mengendalikan timbulnya

penyakit akibat kerja baik fisik maupun psikis, dan suhu dan kelembapan yang

baik .
21

Kesehatan dan keselamatan kerja bertujuan untuk menjamin

kesempurnaan atau kesehatan jasmani dan rohani tenaga kerja serta hasil karya

dan budayanya. Keselamatan kerja mencakup pencegahan kecelakaan kerja dan

perlindungan terhadap tenaga kerja dari kemungkinan terjadinya kecelakaan

sebagai akibat dari kondisi kerja yang tidak aman dan tidak sehat.

a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan

pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta

produktivitas nasional.

b. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.

c. Memelihara sumber produksi dan menggunakan secara aman dan efisien

(13).
22

Gambar 2.1. Struktur Organisasi Panitia Pembina Keselamatan Kesehatan


Kerja (P2K3) PT. Wijaya Karya Beton Tbk.
23

2.3. Defenisi Kepatuhan

Kepatuhan menurut Barannon dkk sebagai perilaku pekerja atau pasien

untuk mengikuti permintaan atau dapat didefenisikan sebagai kemampuan

individu mengikuti praktik kesehatan yang di anjurkan. Kepatuhan juga dapat

didefenisikan dengan prilaku individu (berobat, mengikuti diet atau merubah gaya

hidup) sesuai dengan anjuran kesehatan. Jadi kepatuhan adalah sejauh mana

perilaku klien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan.

Terdapat beberapa terminologi dalam bahasa inggris terkait dengan kepatuhan

(compliance ) yaitu tingkatan yang menunjukkan perilaku klien dalam mematuhi

atau mengikuti prosedur dan saran tenaga kesehatan (31).

Menurut Sarwono, sikap kepatuhan (compliance) akan menghasilkan

perubahan tingkah laku (behavior change) yang bersifat sementara dan individu

yang berada di dalamnya akan cenderung kembali ke perilaku atau pandangannya

yang semula jika pengawasan kelompok mulai mengendur dan perlahan memudar

atau jika individu tersebut dipindahkan dari kelompok asalnya.

Menurut Icek Ajzen dan Martin Fishbein, kepatuhan didefinisikan sebagai

suatu respon terhadap suatu perintah, anjuran atau ketetapan yang ditunjukan

melalui suatu aktifitas konkrit. Sedangkan menurut Azwar, kepatuhan juga

merupakan bentuk ketaatan pada aturan atau disiplin dalam menjalankan prosedur

yang telah ditetapkan. Kepatuhan dapat diartikan sebagai suatu bentuk respon

terhadap suatu perintah, anjuran, atau ketetapan melalui suatu aktifitas konkrit.

Teori ini didasarkan pada asumsi: (1) bahwa manusia umumnya melakukan

sesuatu dengan cara yang masuk akal; (2) manusia mempertimbangkan semua
24

informasi yang ada; (3) bahwa secara eksplisit maupun implisit manusia

memperhitungkan implikasi tindakan mereka (31).

2.3.1 Manfaat Kepatuhan

Pekerja termotivasi menurut Panesar : 2012 adalah mengikuti anjuran

karena mendapatkan keuntungan dan merasakan manfaat dari perilaku tersebut.

Dan segala sesuatu yang dilakukan oleh individu untuk membuat satu atau lebih

perubahan gaya hidup untuk menjalankan aktivitas spesifik seperti pemantauan

mandiri terhadap tanda dan gejala penyakit, melakukan tindakan, melakukan

evaluasi kesehatan secara periodic dan ambil bagian sebagai pelaksana tindakan

dan pencegahan.

a. Kepatuhan Dalam Kebijakan K3

Keberhasilan pelaksanaan peraturan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

(K3) di perusahaan tidak lepas dari sikap kepatuhan personal baik dari pihak

karyawan maupun pihak manajerial dalam melaksanaan peraturan dan kebijakan

K3. Menurut Saifuddin, kepatuhan merupakan sikap seseorang untuk bersedia

mentaati dan mengikuti spesifikasi, standar atau aturan yang telah diatur dengan

jelas, dimana aturan tersebut diterbitkan oleh perusahaan yang bersangkutan dan

lembaga lain yang berwenang.

Menurut Borman dan Motowidlo, salah satu komponen dari perilaku

keselamatan adalah kepatuhan keselamatan, yaitu aktivitas yang harus dilakukan

seseorang untuk menjaga keselamatan dalam tempat kerja. Perilaku ini mengikuti

pada prosedur standar kerja dan pemakaian APD. Healey dan Walker mengatakan

pekerja mempunyai dua pilihan dalam menciptakan tempat kerja yang aman dan
25

sehat yaitu dengan patuh dengan kebijakan K3 atau mencegah masalah

(Kecelakaan dan penyakit akibat hubungan kerja) (29).

b. Kondisi Kesehatan Dalam Kepatuhan Dan Ketidak Patuhan

1. Kepatuhan adalah tingkatan yang menunjukkan perilaku pekerja dalam

mematuhi atau mengikuti prosedur atau saran tenaga kesehatan. Menurut teori

Brannon dan Feist kepatuhan adalah prilaku pekerja untuk mengikuti permintaan

atau dapat didefenisikan sebagai kemampuan individu dalam mengikuti praktik

kesehatan yang dianjurkan. Sedangkan menurut Panesar kepatuhan adalah

merupakan perilaku yang positif. Klien termotivasi mengikuti tetapi karena

mendapatkan keuntungan dan merasakan manfaat dari perilaku tersebut.

2. Ketidak patuhan adalah berbagai fakta telah ditemukan bahwa klien

kadang sikap acuh tak acuh atau mengabaikannya. Menurut teori Nanda adalah

ketidak patuhan dalam bekerja menunjukkan perilaku pemberi asuhan atau

individu yang tidak mematuhi ketepatan, rencana , promosi kesehatan secara

keseluruhan atau sebagai dapat hasil yang tidak efektif.

Menurut teori Brannon dan feist dalam hasil penelitiannya menyatakan

bahwa semakin sederhana jadwal pengobatan dan semakin singkat durasi

pengobatan maka kepatuhan semakin tinggi. Di Amerika Serikat berdasarkan

hasil penelitian dituliskan bahwa secara umum ketidakpatuhan meningkatkan

faktor resiko berkembangnya masalah kesehatan atau memperburuk suatu

penyakit yang telah diderita seseorang (31).


26

2.3.2 Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan

Ada faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan individu dalam

menjalankan pekerjaan yang dilakukan diantaranya adalah usia, jenis kelamin,

lama menderita penyakit, penghargaan yang diberikan seseorang terhadap dirinya,

disiplin diri, stress dan depresi, hubungan antara pekerja dengan petugas

kesehatan, dukungan dari pihak keluarga serta faktor lingkungan. Dengan kata

lain semua faktor tersebut memegang peranan penting dalam keberhasilan

pelaksanaan (31).

a. Faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan

1. Faktor sosial ekonomi seperti usia, jenis kelamin, suku bangsa, status

sosial ekonomi, pendidikan, kurang semangat dukungan dari lingkungan

yang efektif. Usia lanjut sering menimbulkan masalah ketidak patuhan

yang signifikan.

2. Faktor kondisi atau penyakit yaitu keparahan penyakit, hilangnya gejala

akibat terapi atau kemajuan, tingkat ketidak mampuan ( fisik, pisikologis,

social, pekerjaan) adanya kegiatan yang efektif.

3. Faktor pisikososial yaitu intelegensi , sikap terhadap tenaga kesehatan,

penerimaan atau penyangkalan terhadap penyakit, keyakinan agama atau

budaya dan biaya financial dan lainnya yang termasuk dalam mengikuti

regimen.

4. Faktor yang berhubungan dengan klien adalah pengetahuan tentang

penyakit.

b. Mengatasi masalah ketidak patuhan


27

1. Mengembangkan tujuan kepatuhan

2. Mengembangkan strategi mengubah perilaku dan mempertahankan

perubahanan tersebut.

3. Menyakinkan diri dengan menggunakan pernyataan pertahanan diri.

c. Program yang dilakukan

1. Pendidikan dapat meningkatkan kepatuhan dengan catatan pendidikan

tersebut merupakan pendidikan aktif.

2. Akomodasi merupakan suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri-

ciri kepribadian yang dapat mempengaruhi kepatuhan

3. Modifikasi faktor lingkungan dan sosial membangun kelompok-kelompok

pendukung dari keluarga dan teman – teman untuk membantu kepatuhan

terhadap program – program di tempat kerja (31).

2.4. Alat Pelindung Diri (APD)

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik

Indonesia Nomor PER.08/Men/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri selanjutnya

disingkat APD adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi

seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi

bahaya di tempat kerja.

Alat pelindung diri adalah peralatan keselamatan merupakan upaya

terakhir melindungi diri dalam meminimalkan bahaya. Alat pelindung diri (APD)

standar terdiri dari pakaian pelindung, pelindung diri, pernapasan, telinga, mata,

kepala, kaki, sabuk pengaman baik di laboratorium, lapangan, atau proses di

pengolahan. Alat pelindung diri di dalam dunia industri dikenal Personal


28

Protective Equipment (PPE) adalah peralatan yang digunakan oleh karyawan

untuk melindungi diri terhadap potensi bahaya kecelakaan kerja. APD merupakan

kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya resiko kerja untuk

menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang sekelilingnya.

Menurut teori Anizar bahwa Alat Pelindung Diri bukanlah alat yang

nyaman apabila dikenakan tetapi fungsi dari alat ini sangatlah besar karena dapat

mencegah penyakit akibat kerja ataupun kecelakaaan pada waktu bekerja. Pada

kenyataannya banyak para pekerja yang masih belum mengenakan alat ini karena

merasakan ketidaknyamanan dalam bekerja (12).

2.4.1. Ketentuan Alat Pelindung Diri

1. Ketentuan Pemeliharaan APD

Alat Pelindung Diri (APD) akan memberikan perlindungan yang cukup

bila alat pelindung tersebut dipilih secara tepat dan selalu dipakai oleh pekerja

yang bersangkutan. Pemakaian APD sering kali menimbulkan rasa tidak nyaman,

membatasi gerakan dan sensoris pemakaiannya. Untuk mengantisipasi hal

tersebut, perlu memperhatikan ketentuan-ketentuan pemilihan APD, antara lain :

a. Dapat memberi perlindungan yang cukup terhadap bahaya-bahaya yang

dihadapi oleh pekerja

b. Harus seringan mungkin dan tidak menyebabkan rasa ketidaknyamanan

yang berlebihan

c. Tidak mudah rusak

d. Suku cadangnya mudah diperoleh

e. Harus memenuhi ketentuan standar yang telah ada


29

f. Dapat dipakai secara fleksibel

g. Tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya, misalnya

karena bentuk dan bahan dari alat pelindung diri yang digunakan tidak

tepat

h. Tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakaiannya.

2. Dalam penggunaan APD, terdapat 3 hal penting yang perlu

dipertimbangkan sebelumnya yaitu :

a. Apakah ditempat kerja ditemukan bahaya yang mengharuskan pekerja

menggunakan alat perlindungan diri? Sejauh manakah tingkat bahaya

tersebut? Untuk ini, perlu identifikasi bahaya melalui pengukuran di

tempat kerja.

b. Sejauh manakah perlindungan dibutuhkan oleh pekerja atau alat

perlindungan apa yang harus dipakai oleh pekerja?

c. Bagaimanakah seseorang dapat menjamin bahwa alat perlindungan diri

tidak hanya dipakai, tetapi digunakan secara tepat oleh pekerja?

Kenyamanan dan kepercayaan pekerja terhadap alat perlindungan diri

yang disediakan perusahaan akan menentukan dipakai atau tidaknya alat

perlindungan tersebut.

Pada saat menggunakan APD ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :

1. Menyesuaikan APD dengan ukuran tubuh

2. Memastikan APD berfungsi dengan baik dan benar

3. Jika menggunakan 2 (dua) atau lebih APD secara bersamaan pastikan

bahwa tidak mengurangi keefektifan masing-masing APD


30

1) Segera melapor jika merasakan gejala rasa sakit atau tidak nyaman

menggunakan APD

2) Melaporkan kepada pihak yang bertanggung jawab jika diperlukan

pelatihan khusus penggunaan APD

Perlu diketahui bahwa kewajiban menggunakan alat pelindung diri bila

memasuki suatu tempat kerja yang berbahaya bukan hanya berlaku bagi pekerja,

melainkan juga bagi pemimpin perusahaan, pengawas, kepala bagian dan siapa

saja yang akan memasuki tempat kerja. Instruksi secara lisan maupun tulisan perlu

diberikan kepada semua pekerja tentang kapan dan dalam keadaan apa alat

perlindungan diri harus digunakan oleh pekerja (dipakai secara terus menerus

selama waktu kerja atau hanya pada saat melakukan pekerjaan tertentu). Demikian

pula poster-poster tentang keselamatan dan kesehatan kerja perlu dipasang di

tempat-tempat kerja yang dapat dibaca dengan mudah oleh pekerja (33).

2.4.2. Masalah Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)

Adapun yang menjadi masalah dalam pemakaian alat pelindung diri

(APD), yaitu :

1. Pekerja, yaitu ;

a. Tidak cocok/ pas untuk dipakai.

b. Tidak nyaman digunakan untuk waktu yang lama karena menahan

panas/uap air dan sesak.

c. Tidak praktis (fleksibel) untuk dipakai.

d. Tidak enak dipakai dan dipandang.

e. Menghambat/membatasi gerakan dalam bekerja.


31

f. Mengganggu komunikasi dan penglihatan.

g. Cepat lelah karena berat dan mengurangi efisiensi kerja.

h. APD tidak dipakai karena alasan kesehatan (penderita penyakit

jantung, paru/emphisema).

i. Tidak sadar atau tidak mengerti manfaat pemakaiannya.

j. Tidak sesuai dengan bahaya yang ada.

k. Tidak ada sangsi jika tidak menggunakannya.

l. Mengikuti sikap atasan yang tidak memakai juga APD yang

disediakan.

2. Perusahaan

a. Ketidak mengertian dari perusahaan tentang APD yang sesuai

dengan jenis resiko yang ada.

b. Sikap dari perusahaan yang mengabaikan APD.

c. Dianggap hanya pekerjaan yang sia-sia karena tidak adanya pekerja

yang mau memakainya.

d. Pengadaan APD yang asal beli dan tidak sesuai dengan jumlah

tenaga kerja yang beresiko kecelakaan kerja (7).

2.5. Fungsi dan Jenis Alat Pelindung diri

1) Alat Pelindung Kepala

Alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang berfungsi untuk

melindungi kepala dari benturan, terantuk, kejatuhan atau terpukul benda tajam

atau benda keras yang melayang atau meluncur di udara, terpapar oleh radiasi

panas, api, percikan bahan-bahan kimia jasad renik (mikro organisme) dan suhu
32

ekstrim. Jenis – jenis alat pelindung kepala terdiri diri helm pengaman (safety

helmet), topi atau tudung kepala, penutup atau pengaman rambut, dan lain-lain.

2. Alat pelindung mata dan muka

Alat pelindung mata dan muka adalah alat pelindung yang berfungsi untuk

melindungi mata dan muka dari paparan bahan kimia berbahaya, paparan partikel-

partikel yang melayang di udara dan di badan air, percikan benda-benda kecil,

panas, atau uap panas, radiasi gelombang eletromagnetik yang mengion maupun

tidak mengion, pancaran cahaya, benturan atau pukulan benda keras atau benda

tajam.

3. Alat Pelindung Telinga

Alat pelindung telinga adalah alat pelindung yang berfungsi untuk

melindugi alat pendengaran terhadap kebisingan atau tekanan. Jenis alat

pelindung telinga terdiri dari sumbat telinga (ear plug) dan penutup telinga (ear

muff).

4. Alat pelindung pernapasan

Alat pelindung pernapasan adalah alat yang berfungsi untuk melindungi

organ pernapasan dengan cara menyalurkan udara bersih dan sehat dan/atau

menyaring cemaran bahan kimia, mikrorganisme, partikel yang berupa debu,

kabut, asap, uap, gas dan sebagainya. Jenis alat pelindung lainnya seperti masker,

respirator, airline respirator, tangki selam (33).

5. Alat Pelindung Tangan


33

Pelindung tangan (sarung tangan) adalah alat pelindung yang berfungsi

untuk melindungi tangan dan jari-jari tangan dari pajanan api, suhu panas, suhu

dingin, radiasi elektromagnetik, radiasi mengion, arus listrik, bahan kimia,

benturan, pukulan, dan tergores. Jenis pelindung tangan terdiri dari sarung tangan

yang terbuat dari logam, kulit, kain kanvas, karet, sarung tangan yang tahan bahan

kimia (34).

6. Alat Pelindung kaki

Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa atau

berbenturan dengan benda-benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan

panas, atau dingin, uap panas, terpajan suhu yang ekstrim, terkena bahan kimia

berbahaya dan jasad renik, tergelincir. Jenis pelindung kaki berupa sepatu

keselamatan pada pekerjaan peleburan, pengocaran logam, industri, konstruksi

bangunan, pekerjaan yang berpotensi bahaya peledakan, bahaya listrik, tempat

kerja yang basah atau licin, bahan kimia dan jasad renik, dan renik atau bahaya

binatang lainnya (34).

7. Pakaian Pelindung

Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi badan sebagian atau

seluruh bagian badan dari bahaya temperature panas atau dingin yang ekstrim,

pajanan api dan benda-benda panas, uap panas, benturan dengan mesin, peralatan

dan bahan, tergores, radiasi, binatang, tumbuhan dan lingkungan seperti virus,

bakteri dan jamur. Jenis pakaian terdiri dari rompi, celemek (Apron), jacket, dan

pakaian pelindung yang menutupi sebagian atau seluruh bagian badan.

2.6. Pemeliharaan Alat Pelindung Diri


34

Teknik pemeliharaan alat pelindung diri disesuaikan dengan standar

masing-masing APD dan sebagian telah diuraikan pada sub bagian jenis alat

pelindung diri (34).

Tiap alat pelindung diri (APD) yang digunakan biasanya berfungsi untuk

menghindari penyakit akibat kerja yang mungkin diderita jika tidak

mengenakannya.Alat yang kotor ataupun rusak bukan malah membantu tetapi

dapat menjadi faktor baru terciptanya kecelakaan.Oleh sebab itu, perlu melakukan

perawatan terhadap alat-alat tersebut. Perawatan terhadap peralatan perlindungan

diri meliputi kebenaran tata cara penggunaan alat, keberhasilan alat setelah selesai

digunakan, kebenaran cara penyimpanan alat serta perbaikan ringan bagian-bagian

alat yang kurang benar (12).

Beberapa cara pemeliharaan alat pelindung diri dapat dilakukan, yaitu : (1)

penjemuran dipanas matahari untuk menghilangkan bau dan mencegah

tumbuhnya jamur dan bakteri; (2) pencucian dengan air sabun untuk alat

pelindung diri seperti helm keselamatan, kaca mata, aer plug yag terbuat dari

karet, sarum tangan; (3) penggantian cartridge atau canister pada respirator

setelah dipakai beberapa kali. Untuk penyimpanan alat pelindung diri harus

disimpan pada tempat penyimpanan yang bebas debu, kotoran, dan tidak terlalu

lembab serta terhindar dari gigitan binatang. Penyimpanan harus diatur

sedemikian rupa sehinga mudah diambil dan dijangkau oleh pekerja dan

diupayakan disimpan dialmari khusus alat pelindung diri (34).

2.6.1. Alat Pelindung Diri Yang Di Gunakan PT. Wijaya Karya Beton Tbk
35

Sumut

PT. Wijaya Karya Beton Tbk. atau yang lebih dikenal dengan nama Wika

Beton merupakan anak perusahaan dari PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk. PT.

Wika memproduksi pipa beton bertekanan tinggi dengan diameter 1,5 m yang

proses produksinya menggunakan sistem Vibro press centrifugal. Setiap bagian

seksi memiliki Alat Pelindung Diri yang berbeda dengan tingkatan resiko

kecelakaan yang berbeda. Alat pelindung diri di PT. Wika adalah :

1. Helem (safety halmet)

2. Kacamata pelindung

3. Pelindung telinga (earplug)

4. Pelindung pernafasan (masker)

5. Pelindung tangan (sarung tangan)

6. Pelindung kaki (boot)

7. Pakaian pelindung

PT. Wika memiliki 5 seksi bagian dengan jumlah 360 karyawan. Yang

pertama seksi perencanaan evaluasi produksi yaitu sebanyak 12 karyawan. Ketika

keluar kantor APD wajib yang digunakan adalah pelindung pernafasan, helm,

pelindung kaki. Kemudian seksi keuangan dan personalia sebanyak 13 karyawan

dan menggunakan alat wajib APD ketika keluar kantor adalah pelindung

pernafasan, helm dan pelindung kaki. Seksi tekhnik dan mutu sebanyak 16

karyawan dan wajib APD ketika turun kelapangan adalah helm, pakaian

pelindung, pelindung pernafasan, pelindung tangan, pelindung kaki dan seksi


36

peralatan sebanyak 24 dan menggunakan APD wajib adalah pelindung kepala,

pelindung muka, pelindung tangan, pelindung telinga, pelindung pakaian dan

pelindung kaki kemudian seksi produksi sebanyak 295 dengan 5 jalur yaitu jalur 1

produksi pemadatan jalur 2 dan 3 memiliki tiga shift kerja sebanyak 3 shift

dengan wajib APD yaitu pelindung kepala, pelindung muka, pelindung telinga,

pelindung pakaian, pelindung tangan, pelindung kaki.

Helmet merupakan APD yang wajib digunakan pada saat berada di

lapangan produksi di PT. Wijaya Karya Beton. Tidak hanya pekerja yang berada

di lapangan, staff, security, dan tamu juga wajib menggunakan APD pada saat

memasuki batas wilayah yang telah ditentukan untuk menggunakan helmet.

Helmet yang digunakan di PT.Wijaya Karya Beton berstandar Internasional.

Helmet yang digunakan telah mengacu pada peraturan tentang kualitas helm.

Pabrik PT. Wijaya Karya Beton menyediakan helmet merk MSA

berstandar ANSI / ISEA Z 89.1,1997 dan merk Proguard standar EN 397. Helmet

yang digunakan memiliki standar ANSI (American National Standards Institute)

dan standar Eropa (EN). Analisa helmet yaitu mampu menahan beban 1,8 kg

dengan ketinggian 60 cm, nyaman dipakai untuk kerja, tidak berat saat dipakai,

menyesuaikan bentuk ukuran kepala tiap pekerja, dan telah disosialisasikan pula

cara memakai helmet yang baik agar pekerja merasa nyaman pada saat bekerja.

Safety helmet yang digunakan pekerja PT. Wijaya Karya Beton telah

memenuhi kriteria minimum yang ditetapkan oleh American National Standard

(ANSI) dan Intenational Safety Equipment Association (ISEA) sesuai dengan

standard ANSI / ISEA Z 89,1 1997. Helm pengaman industri juga mematuhi
37

standar EN 397 yang menyatakan bahwa helm harus dirancang untuk melindungi

pengguna dari benda jatuh. Standar ini juga mencakup perlindungan terhadap

perubahan bentuk lateral dari helm, serta melindungi penggunanya dari cedera

kepala yang berbahaya.

Untuk mengetahui bahwa semua safety helmet yang mematuhi standar

ANSI/ISEA umumnya memiliki label sertifikasi di bagian dalam shell (tempurung

helm). Label ini mengidentifikasi standar tipe dan kelas helm.

Penetapan pemakaian warna helmet yaitu :

1) Putih : tamu, pegawai organik dan security

2) Biru : peralatan

3) Orange : produksi

4) Hijau : PEP

5) Merah : teknik dan Mutu, Inspektor

6) Kuning : supplier /PKL

7) Abu-abu : KP

Penetapan label pada helmet yaitu :

1) Manjemen, asisten, KKJ, KJ, pada sisi kanan helm diberi label nama dan

jabatan

2) Petugas Inspektor, sisi kanan helm diberi label nama dan jabatan

3) Tamu atau vendor, sisi kanan dan kiri helm diberi label tamu

4) Semua helm di identifikasi dengan nomor urut APD kecuali helm


38

manajemen, asisten, kkj, kj, inspektor, tamu dan vendor

5) Semua helm diidentifikasi dengan list sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

2.7. Faktor-faktor yang mempengaruhi pekerja

2.7.1 Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2013) pengetahuan adalah merupakan hasil dari

tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga.

Pengetahuan merupakan salah satu faktor dalam komponen person pada

teori safety triad yang akan mempengaruhi kepatuhan. Menurut Geller (2001)

teori safety triad ini berarti menjelaskan bahwa pengetahuan seharusnya memiliki

hubungan yang signifikan dengan kepatuhan tenaga kerja dalam menggunakan

APD.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang

(overt behavior). Pengetahuan adalah hal apa yang diketahui oleh orang atau

responden terkait dengan sehat dan sakit atau kesehatan, misal: tentang penyakit

(penyebab, cara penularan, cara pencegahan), gizi, sanitasi, pelayanan kesehatan,

kesehatan lingkungan, keluarga berencana, dan sebagainya.

Pengetahuan merupakan pedoman dalam membentuk tindakan seseorang.

Tingkat pengetahuan seseorang secara rinci terdiri dari enam tingkatan yaitu:
39

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling

rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan

sebagainya

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus

dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan

sebagainya terhadap obyek yang dipelajari

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Misalnya dapat

menggunakan rumus statistik dalam perhitungan hasil penelitian, dapat

menggunkan prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle)didalam

pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

d. Analisis (analysis)

Analisis yaitu kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau

memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen yang terdapat dalam


40

suatu masalah atau obyek yang diketahui. Indikasi yang menandakan bahwa

seseorang sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah

dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram

(bagan) terhadap pengetahuan atas obyek tersebut.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau

meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen pengetahuan yang

dimiliki. Dengan kata lain, bahwa sintesis adalah suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi yang telah ada. Misalnya, dapat membuat

ringkasan dengan kalimat sendiri tentang hal yang telah dibaca atau didengar.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu obyek tertentu. Penilaian ini didasarkan

pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma yang berlaku di masyarakat

(36).

Pengetahuan tentang alat pelindung diri adalah hasil dari apa yang dilihat,

didengar, diraba, dipegang dipraktekkan oleh pekerja tentang alat pelindung diri.

Setelah pekerja mendapatkan informasi tentang alat pelindung diri, baik dari

melihat secara langsung, membaca melalui buku-buku petunjuk penggunaan alat

pelindung diri, melihat tayangan di media televisi, koran, majalah dan mengikuti

sosialisasi atau pelatihan-pelatihan penggunaan alat pelindung diri yang

dilaksanakan oleh perusahaan-perusahaan atau instansi terkait.

2.7.2 Sikap
41

Suatu respon atau reaksi yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau

objek. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat, tetapi hanya dapat di tafsirkan. Sikap

adalah kecendrungan yang berasal dari dalam diri individu untuk berkelakuan

dengan pola-pola tertentu terhadap suatu objek. Berbagai tingkat sikap yaitu :

1) Menerima

2) Merespon

3) Menghargai

4) Bertanggung jawab

Cara mengukur sikap juga dapat dilakukan berdasarkan jenis atau metode

penelitian yang digunakan. Pengukuran sikap dalam penelitian kuantitatif juga

dapat menggunakan dua cara seperti pengukuran pengetahuan, yakni :

a. Wawancara

Metode wawancara untuk mengukur sikap sama dengan wawancara untuk

mengukur pengetahuan. Bedanya hanya pada substansi pertanyaannya

saja. Apabila pada pengukuran pengetahuan pertanyaan-pertanyaannya

menggali jawaban apa yang diketahui responden. Tetapi pada pengukuran

sikap pertanyaan-pertanyaan menggali pendapat atau penilaian responden

terhadap objek.

b. Angket

Demikian juga pengukuran sikap menggunakan metode angket, juga

menggali pendapat atau penilaian responden terhadap objek kesehatan,

melalui pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban tertulis (37).


42

Frank E. Bird, Jr., Direktur ekskutif dari International Loss

ControlIndtitute mendata ada 6 konflik kebutuhan yang dapat menentukan sikap

seseorang terhadap keselamatan kerja, yaitu konflik antara kebutuhan-kebutuhan

berikut :

1. Safety Versus Saving Time. Jika cara-cara yang selamat membutuhkan

lebih banyak waktu daripada cara yang tidak aman, seseorang akan

memilih cara yang tidak aman, untuk menghemat waktu. Kebutuhan

untuk menghemat waktu menyebabkan tindakan-tindakan yang tidak

selamat.

2. Safety Versus Saving Effort. Jika cara-cara yang selamat membutuhkan

lebih banyak pekerjaan dari pada cara yang tidak aman, seseorang

akan memilih cara yang tidak aman, untuk menghemat tenaga atau

usaha.

3. Safety Versus Comfort. Jika cara-cara yang aman kurang nyaman

dibandingkan dengan cara-cara yang tidak aman, seseorang akan

memilih cara-cara yang tidak aman, untuk menghindari

ketidaknyamanan.

4. Safety Versus Getting Attention. Jika cara yang tidak aman menarik

lebih banyak perhatian dari pada cara yang aman, seseorang akan

memilih cara yang tidak aman.

5. Safety Versus Independence. Jika cara-cara yang tidak aman

memberikan lebih banyak kebebasan untuk dilakukan dan dibolehkan

oleh atasan dari pada cara-cara yang aman, maka seseorang akan
43

memilih cara yang tidak aman, untuk memanfaatkan kebebasan

tersebut.

6. Safety Versus Group Acceptance. Jika cara-cara yang tidak aman lebih

diterima atau direstui oleh kelompok dari pada cara yang aman,

seseorang akan memilih cara-cara yang tidak aman, untuk

memperoleh atau memelihara penerimaan kelompok.

Sikap mempunyai karakteristik, yaitu :

1. Selalu ada objek

2. Biasanya bersifat evaluatif

3. Relatif mantap

4. Dapat diubah (30).

2.7.3 Perundang-undangan / Peraturan

Ketentuan mengenai alat pelindung diri diatur oleh Peraturan pelaksanaan

UU RI No. I tahun 1970 yaitu Instruksi Menteri Tenaga Kerja RI No.

2/M/BW/BK/1984 tentang Pengesahan Alat Pelindung Diri; Instruksi Menteri

Tenaga Kerja No. Ins. 05/M/BW/97 tentang Pengawasan Alat Pelindung Diri;

Surat Edaran Dirjen Binawas No. SE 05/BW/97 tentang Penggunaan Alat

Pelindung Diri dan Surat Edaran Dirjen Binawas No. SE 06/BW/97 tentang

Pendaftaran Alat Pelindung Diri. Intruksi dan Surat Edaran tersebut mengatur

ketentuan tentang pengesahan, pengawasan dan penggunaan alat pelindung diri.

Jenis APD menurut ketentuan tentang pengesahan, pengawasan, dan

penggunaannya meliputi alat pelindung kepala, alat pelindung telinga, alat


44

pelindung muka dan mata, alat pelindung pernafasan, pakaian kerja, sarung

tangan, alat pelindung kaki, sabuk pengaman, dan lain-lain (21).

Kebijakan tentang APD, yaitu :

1. Diupayakan untuk menghilangkan sumber bahaya di tempat kerja.

2. Apabila tidak memungkinkan untuk menghilangkan semua sumber

bahaya, APD akan disediakan bagi seluruh pekerja untuk melindungi, baik

dari cedera maupun bahaya terhadap kesehatan.

3. Perlindungan dengan APD ini akan diberikan juga kepada para pekerja

kontraktor dan tamu, sama seperti yang diberikan kepada pekerja

perusahaan.

4. Semua APD yang disediakan harus dibuat sesuai standart yang berlaku,

sesuai oleh perusahaan.

5. APD akan diberikan kepada pekerja berdasarkan kebutuhan, dengan

pengertian bahwa beberapa pekerjaan mungkin memerlukan standart yang

berbeda dengan lainnya, dan beberapa pekerjaan mungkin memerlukan

penggantian yang lebih sering dari yang lainnya.

6. Penggunaan APD didalam operasi perusahaan secara terus-menerus

dimonitor oleh atasannya, didata dan dilaporkan kepada pimpinan (21).

PT. Wika Beton juga telah membuat peraturan sendiri untuk karyawan

yang bekerja di perusahaan tersebut. Peraturan tersebut dibuat pada tanggal 25

Maret 2014 di ruang rapat yang dihadiri dan telah disetujui oleh pimpinan dan

beberapa staff pabrik PT. Wika Beton. Di dalam peraturan tersebut ada beberapa
45

poin jenis pelanggaran yang akan dikenakan sanksi terhadap pekerja yang

melanggarnya yaitu :

1. Tidak memakai helm

2. Tidak memakai sepatu

3. Tidak memakai pelindung mata saat melakukan pekerjaan gerinda, las,

potong besi

4. Membawa/minum - minuman beralkohol

5. Membawa senjata tajam

6. Merokok selain pada tempat yang ditentukan

7. Merusak fasilitas perusahaan

8. Buang air kecil tidak pada tempatnya

9. Makan/minum tidak pada tempatnya

10. Parkir kendaraan tidak pada tempatnya

11. Tidak memakai APD sesuai persyaratan pekerjaannya (hasil identifikasi

bahaya).

Besaran denda yang dibebankan yaitu :

Jumlah Denda
Peringatan THM dan Supplier Petra Popno
Ke - (Tenaga Harian (Pegawai Terampil) (Pegawai Organik)
Mandor /Suppliyer)
1 Rp 10.000 Rp 50.000 Rp. 100.000
2 Rp 25.000 Rp. 75.000 Rp. 200.000
3 Rp 50.000 Rp 100.000 Rp 300.000
4 dst Jumlah pelanggaran Jumlah pelanggaran Jumlah pelanggaran
X Rp50.000 X Rp50.000 X Rp50.000
46

Kebijakan peraturan dan sanksi yang dibuat oleh pabrik PT. Wika Beton

telah diterapkan kepada seluruh karyawan PT. Wika Beton dan wajib dipatuhi

sampai sekarang.

2.7.4. Ketersediaan Alat Pelindung Diri

Alat Pelindung Diri adalah alat yang mempunyai kemampuan untuk

melindungi seseorang dalam pekerjaan yang fungsinya mengisolasi pekerja dari

bahaya di tempat kerja. PT. Wika Beton telah meyediakan Alat Pelindung Diri

sesuai dengan Standard Nasional Indonesia (SNI) sesuai dengan kebutuhan

pekerja di masing-masing divisi.

Dalam UU No.1 Tahun 1970 pasal 14 butir c menyatakan bahwa pengurus

(pengusaha) diwajibkan untuk menyediakan secara cuma-cuma semua Alat

Pelindung Diri (APD) yang diwajibkan pada pekerja di bawah pimpinannya dan

menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai

dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas

atau ahli-ahli keselamatan kerja (12).

Peraturan yang mengatur penggunaan APD adalah Permenaker No. 1

tahun 1981 pasal 5 ayat 2 menyatakan “Pekerja harus menggunakan alat

pelindung diri yang diwajibkan untuk mencegah penyakit akibat kerja” maksud

dari dikeluarkannya peraturan tentang APD adalah:

1) Melindungi pekerja dari bahaya akibat kerja seperti mesin, proses, dan

bahan kimia.
47

2) Memelihara dan meningkatkan derajat keselamatan dan kesehatan

kerja khususnya dalam penggunaan APD sehingga mampu

meningkatkan produktifitas.

3) Terciptanya perasaan aman dan terlindung, sehingga mampu

meningkatkan motivasi untuk lebih berprestasi.

Penggunaan APD di tempat kerja sendiri telah diatur dalam Undang-

Undang dan Permenaker, pasal yang mengatur tentang penggunaan APD, antara

lain:

1) Undang-undang No. 1 tahun 1970

a. Pasal 3 ayat (1) butir f menyatakan bahwa dengan peraturan

perundangan ditetapkan syarat-syarat untuk memberikan APD.

b. Pasal 9 ayat (1) butir c menyatakan bahwa pengurus diwajibkan

menunjukkan dan menjelaskan pada tiap pekerja baru tentang APD.

c. Pasal 12 butir b menyatakan bahwa dengan peraturan perundangan

diatur kewajiban dan atau hak pekerja untuk memakai APD.

2.7.5 Pengawasan

Pengawasan adalah kegiatan manajer yang mengusahakan agar pekerjaan

terlaksana sesuai rencana yang ditetapkan dan hasil yang dikehendaki. Agar

pengawasan berhasil maka manajer harus melakukan kegiatan pemeriksaan,

pengecekan, pengcocokan, inspeksi, pengendalian dan berbagai tindakan yang

sejenis.

Perilaku pekerja terhadap penggunaan APD sangat dipengaruhi oleh

perilaku dari manajemen. Pengawas harus menjadi contoh yang pertama dalam
48

menggunakan APD. Harus ada program pelatihan dan pendidikan ke pekerja

dalam hal menggunakan dan merawat APD dengan benar.

a. Syarat Pengawasan
Agar pengawasan dapat berjalan efisien perlu adanya sistem yang baik

daripada pengawasan tersebut. Sistem yang baik ini menurut William H. Newman

seperti yang dikutip dari buku Sarwoto (1991), memerlukan beberapa syarat

sebagai berikut:

1. Harus memperhatikan atau disesuaikan dengan sifat dan kebutuhan

organisasi.

2. Harus mampu menjamin adanya tindakan perbaikan (checking,

reporting, corrective action).

3. Harus luwes.

4. Harus memperhatikan faktor dan tata organisasi di dalam mana

pengawasan akan dilaksanakan.

5. Harus ekonomis dalam hubungan dengan biaya.

6. Harus memperhatikan prasyarat sebelum pengawasan itu dimulai,

yaitu: (1) harus ada rencana yang jelas; (2) pola atau tata organisasi

yang jelas tugas dan kewenangan yang terdapat dalam organisasi yang

bersangkutan.

b. Teknik Pengawasan
Pengawasan dapat dilakukan dengan mempergunakan cara sebagai

berikut:

1) Pengawasan langsung
49

Pengawasan langsung adalah pengawasan yang dilakukan oleh manajer

pada waktu kegiatan sedang berjalan. Pengawasan ini dapat berbentuk inspeksi

langsung, observasi di tempat (on the spot observation) dan laporan di tempat (on

the spot report) yang berarti juga penyampaian keputusan di tempat bila

dieperlukan. Karena makin kompleksanya tugas seorang manajer, pengawasan

langsung tidak selalu dapat dijalankan dan sebagai gantinya sering dilakukan

dengan pengawasan tidak langsung.

2) Pengawasan tidak langsung


Pengawasan tidak langsung adalah pengawasan yang dilakukan dari jarak

jauh melalui laporan yang disampaikan oleh para bawahan. Laporan ini dapat

berbentuk laporan tertulis dan lisan. Kelemahan pengawasan bentuk ini adalah

bahwa dalam laporan tersebut tidak jarang hanya dibuat laporan yang baik saja

yang diduga akan menyenangkan atasan. Manajer yang baik akan meminta

laporan tentang hal yang baik maupun yang tidak baik. Sebab apabila laporan

tersebut berlainan dengan kenyataan selain menyebabkan kesan yang berlainan

juga pengambilan keputusan yang salah.

2.8. Kerangka Penelitian

2.8.1. Landasan Teori

Dimulai pada tahun 1930-an, lahir suatu model klasik komunikasi yang

banyak mendapat pengaruh teori psikologi. Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-

Organism-Response. Objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah

sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap, opini,

perilaku, kognisi afeksi dan konasi. Mengutip pendapat Hovland, Janis dan Kelley
50

yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel

penting yaitu perhatian, pengertian dan penerimaan. Teori S-O-R (Stimulus

Organism Respon) yang dikemukakan oleh Hovland, et al (1953) ini lahir karena

adanya pengaruh dari ilmu psikologi dalam ilmu komunikasi.

Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan

perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi

dengan organisme. Artinya, kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya

kredibilitas kepemimpinan, dan gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan

perubahan perilaku seseorang, kelompok, atau masyarakat (37).

Hovland, et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada

hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut

menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari :

1. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau

ditolak.

2. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka

ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.

3. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi

kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya

(bersikap)

4. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka

stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut

(perubahan perilaku).
51

Berdasarkan teori S-O-R tersebut, maka perilaku manusia dapat

dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

1) Perilaku tertutup (Covert behavior)

Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih

belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons seseorang masih

terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dansikap

terhadap stimulus yang bersangkutan.

2) Perilaku terbuka (Overt behavior)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah

berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar.

Dalam membuat kerangka teori, peneliti juga menggunakan teori

Lawrence Green tahun 1980. Faktor perilaku ditentukan oleh 3 (tiga) faktor utama

yaitu :

1) Faktor-faktor Predisposisi (Predisposing Factors), yaitu faktor-faktor

yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku

seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan,

nilai-nilai dan tradisi.

2) Faktor-faktor Pendukung (Enabling Factors) yaitu faktor-faktor yang

memungkinkan atau memfalitasi perilaku atau tindakan. Yang

dimaksud dengan pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas

untuk terjadinya perilaku kesehatan.

3) Faktor-faktor Penguat (Reinforcing Factors) adalah faktor-faktor yang

mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Seperti keluarga,


52

teman, guru, tokoh masyarakat, tokoh agama, petugas kesehatan dan

pengambil kebijakan.

2.9. Kerangka Teori

RESPONS TERTUTUP :

- Pengetahuan
- Sikap

STIMULUS ORGANISME

RESPONS TERBUKA :

- Praktik / Tindakan

Gambar 2.2. Teori S-O-R dikutip dari : Carl Iver Hovland (1953)
53

Kecelakaan Kerja

Perilaku

Faktor Predisposisi Faktor Pemungkin Faktor Penguat


(Presdiposing Factor): (Enabling Factor) : (Reinforcing Factor):
1. Pengetahuan 1. Ketersediaan 1. Peraturan
2. Sikap APD 2. Pengawasan
2. Sarana Kerja

Kepatuhan

Patuh Tidak Patuh

Aman Tidak Aman

Pengendalian :

1. Pengendalian Teknis
(eliminasi, substitusi,
minimalisasi, isolasi )
2. Pengendalian Administrasi
3. Penggunaan APD
(eliminasi, substitusi,

Gambar 2.3 Kerangka Teori

Sumber : Teori Lawrence Green dengan memodifikasi berbagai sumber,


antara lain : Inna Nesyi (2015) dan Umar Fahmi Achmadi (2014)
54

2.10. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu hubungan antara konsep atau variabel yang

akan diamati atau diukur melalui penelitian yang dilakukan. Kerangka konsep

dalam penelitian ini adalah variabel yang saling mempengaruhi.

Variabel Independent Variabel Dependent

Pengetahuan

Sikap

Peraturan
Kepatuhan Penggunaan
Ketersediaan APD
Alat Pelindung Diri

Peraturan

Pengawasan

Gambar 2.4. Kerangka Konsep


55

2.12. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Ada pengaruh pengetahuan terhadap kepatuhan penggunaan Alat

Pelindung Diri terhadap karyawan di PT. Wijaya Karya Beton,Tbk

Sumut Tahun 2020

2. Ada pengaruh sikap terhadap kepatuhan penggunaan Alat Pelindung

Diri terhadap karyawan di PT. Wijaya Karya Beton,Tbk Sumut Tahun

2020

3. Ada pengaruh ketersediaan APD terhadap kepatuhan penggunaan Alat

Pelindung Diri terhadap karyawan di PT. Wijaya Karya Beton,Tbk

Sumut Tahun 2020

4. Ada pengaruh peraturan terhadap kepatuhan penggunaan Alat Pelindung

Diri terhadap karyawan di PT. Wijaya Karya Beton,Tbk Sumut Tahun

2020

5. Ada pengaruh pengawasan terhadap kepatuhan penggunaan Alat

Pelindung Diri terhadap karyawan di PT. Wijaya Karya Beton,Tbk

Sumut Tahun 2020.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan survey analitik dengan pendekatan

cross sectional untuk menganalisis hubungan antara variabel bebas (independent

variabel) berupa pengetahuan, sikap, ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD),

peraturan dan pengawasan dan variabel terikat (dependen variabel) yaitu

kepatuhan penggunaan alat pelindung diri pada pekerja di PT. Wijaya Karya

Beton, Tbk Sumut.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja PT Wijaya Karya Beton Tbk

Sumut yang beralamat Jalan Medan Binjai Km. 15,5 No. 1 Diski 20351 Medan,

Sumatera Utara.

3.2.2. Waktu penelitian

Penelitian dimulai dengan melakukan survey awal, penyusunan proposal

penelitian, melakukan penelitian dan penyusunan hasil penelitian. Penelitian ini

terhitung dimulai dari bulan Februari sampai bulan September 2020.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian adalah wilayah yang terdiri atas : obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti

56
57

untuk di pelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya(39). Populasi dalam

penelitian ini adalah pekerja di divisi produksi pada PT Wijaya Karya Beton Tbk

Sumut Tahun 2020 Medan sebanyak 360 karyawan.

3.3.2 Sample

Sampel adalah sebagian obyek yang diambil saat penelitian dari

keseluruhan obyek yang diteliti dan di anggap mewakili populasi(39). Sampel

yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yang bersedia yaitu 360

pekerja.

Keterangan :

N = Besar populasi

n = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan yakni 0,1

Dengan demikian jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 100 orang

pekerja PT Wijaya Karya Beton.

3.3.3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel (teknik sampling) dalam penelitian ini adalah


58

simple random sampling yaitu pengambilan sampel anggota populasi dilakukan

secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.

3.4. Jenis Data

1) Data Primer

Simber data yang diperoleh langsung dari perusahaan yang menjadi obyek

penelitian. Data ini mengenai kepatuhan penggunaan alat pelindung diri

pada pekerja yang diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada

karyawan di PT. Wijaya Karya Beton, Sumut.

2) Data Sekunder

Sumber data tambahan yaitu sumber data yang diperoleh dari sumber lain

dengan cara bertanya guna mencari tambahan data. Data ini meliputi data

tentang kondisi perusahaan mengenai masalah struktur organisasi, bentuk

hukum perusahaan, jumlah karyawan dan aktivitas operasional

perusahaan.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :

1. Wawancara (Interview) adalah metode pengumpulan data secara lisan

dengan melakukan wawancara langsung kepada pihak-pihak yang

berwenang.

2. Kuesioner (Questionaire) adalah suatu cara pengumpulan data dengan

cara memberikan daftar pertanyaan atau angket yang telah disediakan

kepada responden, kuesioner yang diberikan kepada responden

merupakan kuesioner tertutup dalam artian mengharapkan pertanyaan


59

singkat dengan memilih pilihan jawaban yang telah tersedia.

3. Observasi (Observation) adalah pengamatan langsung pada suatu objek

yang akan diteliti untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai

objek penelitian.

3.6 Variabel dan Defenisi Operasional

3.6.1. Variabel Penelitian

Variabel-variabel dalam penelitian adalah :

1. Variabel Independen atau variabel bebas adalah pengetahuan, sikap,

ketersediaan APD, peraturan dan pengawasan.

2. Variabel dependen atau variabel terikat adalah kepatuhan penggunaan Alat

Pelindung Diri pada pekerja di PT.Wijaya Karya Beton.

3.6.2. Defenisi Operasional

Definisi Operasional dari variabel-variabel yang diteliti adalah :

1. Pekerja adalah orang yang bekerja pada PT.Wijaya Karya Beton, Tbk

Sumut

2. Pengetahuan adalah pemahaman pekerja akan pentingnya penggunaan Alat

Pelindung Diri pada saat melakukan seluruh proses pekerjaan.

3. Sikap adalah suatu kecenderungan terhadap Alat Pelindung Diri yakni rasa

suka atau setuju atau tidak suka atau tidak setuju terhadap Alat Pelindung

Diri. (APD)

4. Ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD) adalah adanya alat pelindung yang

wajib ada di perusahaan untuk para pekerja sesuai dengan pekerjaannya.

5. Peraturan adalah pedoman/aturan pada perusahaan yang harus dipatuhi dan


60

dilakukan sesuai prosedur yang berlaku.

6. Pengawasan adalah kegiatan pemeriksaan, pengecekan, inspeksi,

pengendalian dan berbagai tindakan yang sejenis yang dilakukan oleh

atasan agar pekerjaan terlaksana sesuai rencana yang ditetapkan dan hasil

yang dikehendaki

3.7 Metode pengukuran

Tabel 3.7 Metode Pengukuran Penelitian

Hasil Ukur Skala


Variabel Cara Ukur Alat Ukur
Ukur

Pengetahuan Dengan mengisi kuisioner Kuesioner 1 . Kurang jika nilai ≤ 2 Ordinal


sebanyak 5 pertanyaan.
Diukur dengan 2. Baik jika nilai > 2
Benar : 1
Salah : 0

Sikap Dengan mengisi kuisioner Kuesioner 1. Positif jika nilai 16-30 Ordinal
sebanyak 6 pertanyaan. 2. Negatif jika nilai 0-15
Diukur dengan
Sangat setuju : 5
Setuju : 4
Ragu-ragu : 3
Tidak setuju : 2
Sangat tidak setuju : 1

Ketersediaan Dengan mengisi kuisioner Kuesioner 1 . Kurang jika nilai ≤ 2 Ordinal


APD sebanyak 5 pertanyaan.
Diukur dengan 2. Baik jika nilai >2

Ya :1
Tidak : 0

Peraturan Dengan mengisi kuisioner Kuisioner 1 . Kurang jika nilai ≤ 2 Ordinal


sebanyak 5 pertanyaan.
61

Diukur dengan 2. Baik jika nilai >2

Ya :1
Tidak : 0

Pengawasan Dengan mengisi kuisioner Kuisioner 1.Kurang jika nilai ≤ 2 Ordinal


sebanyak 5 pertanyaan

Diukur dengan
Ya :1 2. Baik jika nilai > 2
Tidak : 0

3.8 Pengolahan dan Analisa Data

3.8.1. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul maka peneliti melakukan pengolahan data melalui

beberapa langkah di antaranya :

1. Collecting

Mengumpulkan data yang berasal dari kuisioner, angket maupun

observasi.

2. Checking

Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban kuisioner atau lembar

observasi dengan tujuan agar data diolah secara benar sehingga

pengolahan data memberikan hasil yang valid dan reliabel.

3. Coding

Pada langkah ini penulis melakukan pemberian kode pada variabel-

variabel yang diteliti.

4. Entering
62

Data entry yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang

masih dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam

program komputer yang digunakan peneliti yaitu SPSS.

5. Data Processing

Semua data yang telah di input ke dalam aplikasi komputer akan di olah

sesuai dengan kebutuhan dari penelitian.

3.8.2 Analisis Data

a.Analisa Univariat

Analisa Univariat bertujuan untuk memperoleh/mendeskripsikan

karakteristik masing-masing varibel yang diteliti. Variabel ini yang terdiri dari

pengetahuan, sikap, peraturan, ketersediaan APD dan pengawasan (45).

b.Analisis Bivariat

Analisis ini dilakukan untuk melihat hubungan masing-masing variabel

bebas yaitu pengetahuan, sikap, peraturan, ketersediaan APD dan pengawasan

dengan variabel terikat yaitu kepatuhan penggunaan Alat Pelindung Diri. Untuk

membuktikan adanya pengaruh yang signifikan antara variabel bebas dengan

variabel terikat digunakan analisis Chi-square, pada batas kemaknaan perhitungan

statistik p value (0,05). Apabila hasil pengukuran hasil p <value (0,05) maka

dikatakan (Ho) ditolak, artinya kedua variabel secara statistik mempunyai

hubungan yang signifikan. Kemudian untuk menjelaskan adanya asosiasi

(hubungan) antara variabel terikat dengan variabel bebas digunakan tabulasi

silang.

c. Analisis Multivariat
63

Analisis ini bertujuan untuk kemaknaan hubungan antara variabel bebas

(independent variable) dengan variabel terikat (dependent variable) di lokasi

penelitian secara simultan sekaligus menentukan faktor-faktor yang lebih dominan

berhubungan dengan kepatuhan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). Uji

statistik yang digunakan adalah uji regresi linier, pada batas kemaknaan 95%

dengan perhitungan statistik α = 0,05.


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum PT.Wijaya Karya Beton Tbk.

PT. Wijaya Karya Beton tbk atau yang lebih dikenal dengan nama Wika

Beton merupakan anak perusahaan dari PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk. atau

yang lebih dikenal dengan nama Wika, lahir pada tanggal 11 Maret 1997

dihadapan Notaris Imas Fatimah, SH sesuai dengan Surat Keputusan Direksi

PT. Wijaya Karya No. SK.01.01/A.DIR.0950 tanggal 24 Desember 1996 dengan

Akta Pendirian Notaris Nomor 44, sebagai Perusahaan Anak dari WIKA. Sebagai

bagian dari perusahaan induknya, perjalanan WIKA BETON telah dimulai jauh

sebelum perusahaan ini dibentuk.

Sejak berdiri pada tahun 1997, PT. Wijaya Karya Beton bertekad untuk

memenuhi kebutuhan jenis produk beton pracetak di Indonesia dan dalam setiap

pengembangannya, selalu mengikuti trend pasar yang selalu berubah tiap waktu

sesuai dengan perkembangan zaman. Saat ini PT. Wijaya Karya Beton Tbk.

memiliki 17 (tujuh belas) PPU atau Pusat Pengelola Unit yang terdiri dari 9

(sembilan) pabrik & quarry plant existing dan 6 (enam) Kantor Wilayah Penjualan

yang tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia.

4.1.2. Batas Wilayah PT. Wijaya Karya Beton Tbk

1. Sebelah Utara : Jalan Medan-Banda Aceh Dan Mini Market

2. Sebelah Timur : Jalan Sei Mencirim

3. Sebelah Barat : Gang Sidoharin

64
65

4. Sebelah Selatan : Jalan Inpres

4.1.3. Produk Yang Dihasilkan

Produk-produk yang dihasilkan secara umum dibagi menjadi 10 (sepuluh)

Strategic Business Unit (SBU) yaitu :

1. Tiang Beton (PC Poles)

2. Tiang Pancang (PC Piles)

3. Produk Beton Jalan Rel (Railway Concrete Products)

4. Produk Beton untuk Jembatan (Bridge Concrete Products)

5. Produk Beton untuk Dinding Penahan Tanah (Retaining Wall)

6. Produk Beton untuk Bangunan Air (Hydro Structure Concrete Products)

7. Produk Beton untuk Bangunan Gedung dan Perumahan (Building And

Housing Concrete Products)

8. Produk Beton untuk Dermaga (Marine Structure Concrete Products)

9. Produk Beton Lain-Lain (Others Concrete Products)

10. Jasa Konstruksi (Services), terutama yang menggunakan produk beton

pracetak

4.1.4. Visi dan Misi

1. Visi : Menjadi Perusahaan terkemuka dalam bidang (EPI) ”Engineering,

Production, Installation” industri Beton di asia tenggara.

2. Misi :
66

a. Menyediakan produk dan jasa yang berdaya saing dan memenuhi harapan

pelanggan.

b. Memberikan nilai lebih melalui proses bisnis yang sesuai dengan

persyaratan dan harapan pemangku kepentingan.

c. Menerapkan sistem manajemen dan teknologi yang tepat guna yang untuk

meningkatkan efisiensi, konsistensi mutu, keselamatan dan kesehatan kerja

yang berwawasan lingkungan.

d. Tumbuh dan berkembang bersama mitra kerja secara sehat dan

berkesinambungan.

e. Mengembangkan kompetensi dan kesejahteraan Pegawai.

4.2 Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada bulan September 2020 tentang

Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Penggunaan Alat

Pelindung Diri Terhadap Karyawan di PT.Wijaya Karya, Tbk Sumut Tahun 2020.

Terhadap 100 responden dengan hasil penelitian :

4.2.1 Analisa Univariat

Hasil univariat dalam penelitian ini akan menjelaskan distribusi frekuensi

dari masing masing jawaban kuesioner variabel penelitian yaitu variabel

karakteristik responden, kepatuhan responden, pengetahuan responden, sikap

responden, ketersediaan APD, Peraturan dan Pengawasan.

1. Karakteristik Responden Penelitian

Variabel karakteristik responden pada penelitian ini diukur dengan cara

langsung pengisian kuesioner penelitian tentang umur, pendidikan terakhir dan


67

lama bekerja sehingga hasil pengisian kuesioner pada saat penelitian dapat dilihat pada

tabel berikut ini

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di PT.Wijaya


Karya, Tbk Sumut

No Karakteristik Responden f (%)


1 Umur
a. 23-38 51 51,0
b. 39-54 49 49,0
Pendidikan
2
a. SD
24 24,0
b. SMP
28 28,0
c. SMA
32 32,0
d. Diploma/Sarjana
16 16,0
Lama Bekerja
3
a. 4- 10 Tahun 24 24,0
b. 11-30 Tahun 76 76,0
Jumlah 100 100

Tabel 4.1 menunjukan untuk karakteristik reponden penelitian dari segi

umur sebagian besar adalah umur 23-38 tahun yaitu 51,0 %. Dari segi pendidikan

sebagian besar adalah SMA yaitu 32,0 %. Dan dari segi lama bekerja sebagian

besar sudah bekerja selama 11-30 tahun yaitu 76,0%.

2. Kepatuhan Responden

Variabel kepatuhan responden pada penelitian ini diukur dengan cara

langsung observasi dengan pengisian kuesioner penelitian sehingga hasil

pengisian kuesioner pada saat penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Responden di PT.Wijaya Karya,


Tbk Sumut

No Kepatuhan Responden n (%)


1 Patuh 88 88,0
2 Tidak Patuh 12 12,0
68

Jumlah 100 100


Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan sebagian besar responden patuh terhadap

penggunaan Alat Pelindung Diri yaitu 88,0% sedangkan yang tidak patuh

terhadap penggunaan Alat Pelindung Diri yaitu 12,0%.

3. Pengetahuan Responden

Variabel pengetahuan responden pada penelitian ini diukur dengan cara

langsung dengan pengisian kuesioner penelitian sehingga hasil pengisian

kuesioner pada saat penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden di PT.Wijaya


Karya, Tbk Sumut

No Pengetahuan Responden n (%)


1 Baik 87 87,0
2 Kurang 13 13,0
Jumlah 100 100
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukan pengetahuan responden sebagian besar

baik tentang penggunaan Alat Pelindung Diri yaitu 87,0% sedangkan yang

berpengetahuan kurang terhadap penggunaan Alat Pelindung Diri yaitu 13,0%.

4. Sikap Responden

Variabel sikap responden pada penelitian ini diukur dengan cara langsung

observasi dengan pengisian kuesioner penelitian sehingga hasil pengisian

kuesioner pada saat penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Sikap Responden di PT.Wijaya Karya, Tbk


Sumut

No Sikap Responden n (%)


1 Positif 86 86,0
2 Negatif 14 14,0
Jumlah 100 100
69

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukan sebagian besar sikap responden positif

terhadap penggunaan Alat Pelindung Diri yaitu 86,0% sedangkan sikap responden

yang negatif terhadap penggunaan Alat Pelindung Diri yaitu 14,0%.

5. Ketersediaan APD

Variabel ketersediaan APD pada penelitian ini diukur dengan cara langsung

dengan pengisian kuesioner penelitian sehingga hasil pengisian kuesioner pada

saat penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Ketersediaan APD di PT.Wijaya Karya,


Tbk Sumut

No Ketersediaan APD n (%)


1 Baik 87 87,0
2 Kurang 13 13,0
Jumlah 100 100
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukan ketersediaan APD sebagian besar baik

yaitu 87,0% sedangkan yang ketersediaan APD nya kurang yaitu 13,0%.

6. Peraturan

Variabel peraturan pada penelitian ini diukur dengan cara langsung dengan

pengisian kuesioner penelitian sehingga hasil pengisian kuesioner pada saat

penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Peraturan Tentang Penggunaan APD di


PT.Wijaya Karya, Tbk Sumut

No Peraturan n (%)
1 Ya 86 86,0
2 Tidak 14 14,0
Jumlah 100 100
70

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukan responden yang ada membaca peraturan

tentang penggunaan APD yaitu 86,0% sedangkan yang tidak membaca peraturan

yaitu 14,0%.

7. Pengawasan

Variabel pengawasan pada penelitian ini diukur dengan cara langsung

dengan pengisian kuesioner penelitian sehingga hasil pengisian kuesioner pada

saat penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Pengawasan di PT.Wijaya Karya, Tbk


Sumut

No Pengawasan n (%)
1 Ya 89 89,0
2 Tidak 11 11,0
Jumlah 100 100
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukan ada dilakukan pengawasan yaitu 89,0%

sedangkan yang tidak ada dilakukan pengawasan yaitu 11,0%.

4.2.2 Analisa Bivariat


Hasil Bivariat dalam penelitian ini akan menjelaskan hubungan dari

masing masing variabel, yaitu Hubungan faktor pengetahuan, sikap, ketersediaan

APD, peraturan dan pengawasan dengan kepatuhan penggunaan alat pelindung

diri terhadap karyawan di PT.Wijaya Karya, Tbk Sumut.

1. Tabulasi Silang Hubungan Pengetahuan Responden Dengan Kepatuhan


Penggunaan Alat Pelindung Diri Terhadap Karyawan di PT.Wijaya
Karya, Tbk Sumut Tahun 2020
71

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Pengetahuan Responden


Dengan Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri Terhadap
Karyawan di PT.Wijaya Karya, Tbk Sumut Tahun 2020

Kepatuhan
Patuh Tidak Total
No Pengetahuan P
Patuh Ecpected
N % N % n %
1 Baik 86 98,9 1 1,1 87 87,0 0,000 1,56
2 Kurang 2 15,4 11 84,6 13 13,0
Total 88 88,0 12 12,0 100 100

Berdasarkan Tabel 4.8 menunjukan bahwa responden yang patuh

menggunakan Alat Pelindung Diri mayoritas berpengetahuan baik yaitu (98,9%).

sedangkan responden yang tidak patuh dalam menggunakan Alat Pelindung Diri

mayoritas berpengetahuan kurang yaitu (84,6%).

Hasil uji statistik pada tabel 2x2 yang mana dijumpai nilai expected

(harapan) 1,56 dimana nilai ini kurang dari 5 sehingga digunakan nilai dari

fisher’s Exact Test dapat disimpulkan bahwasanya p.value pada variabel

pengetahuan responden dengan kepatuhan penggunaan alat pelindung diri

terhadap karyawan di PT.Wijaya Karya, Tbk Sumut yaitu 0,000 (P< 0,05) dimana

Ho diterima yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan

dengan kepatuhan responden.

2. Tabulasi Silang Hubungan Sikap Responden Dengan Kepatuhan


Penggunaan Alat Pelindung Diri Terhadap Karyawan di PT.Wijaya
Karya, Tbk Sumut Tahun 2020
72

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Sikap Responden Dengan


Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri Terhadap
Karyawan di PT.Wijaya Karya, Tbk Sumut Tahun 2020

Kepatuhan
Patuh Tidak Total
No Sikap Patuh P Expecte
d
N % n % n %
1 Positif 83 96,5 3 3,5 86 86,0 0,000 1,68
2 Negatif 5 35,7 9 64,3 14 14,0
Total 88 88,0 12 12,0 100 100

Berdasarkan Tabel 4.9 menunjukan bahwa responden yang patuh

menggunakan Alat Pelindung Diri mayoritas bersikap positif yaitu (96,5%).

sedangkan responden yang tidak patuh dalam menggunakan Alat Pelindung Diri

mayoritas bersikap negatif yaitu (64,3%).

Hasil uji statistik pada tabel 2x2 yang mana dijumpai nilai expected

(harapan) 1,68 dimana nilai ini kurang dari 5 sehingga digunakan nilai dari

fisher’s Exact Test dapat disimpulkan bahwasanya p.value pada variabel sikap

responden dengan kepatuhan penggunaan alat pelindung diri terhadap karyawan di

PT.Wijaya Karya, Tbk Sumut yaitu 0,000 (P< 0,05) dimana Ho diterima yang

berarti terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan kepatuhan

responden.
73

3. Tabulasi Silang Hubungan Ketersediaan APD Dengan Kepatuhan


Penggunaan Alat Pelindung Diri Terhadap Karyawan di PT.Wijaya
Karya, Tbk Sumut Tahun 2020

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Ketersediaan APD Dengan


Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri Terhadap
Karyawan di PT.Wijaya Karya, Tbk Sumut Tahun 2020

Kepatuhan
N Ketersediaan Patuh Tidak Total
o APD Patuh P Expecte
d
n % n % n %
1 Baik 86 98,9 1 1,1 87 87,0 0,000 1,56
2 Kurang 2 15,4 11 84,6 13 13,7
Total 88 88,0 12 12,0 100 100

Berdasarkan Tabel 4.10 menunjukan bahwa responden yang patuh

menggunakan Alat Pelindung Diri mayoritas ketersedian APD yang digunakan

dalam kondisi baik yaitu (98,9%). sedangkan responden yang tidak patuh dalam

menggunakan Alat Pelindung Diri mayoritas ketersedian APD yang digunakan

dalam kondisi kurang yaitu (84,6%).

Hasil uji statistik pada tabel 2x2 yang mana dijumpai nilai expected

(harapan) 1,56 dimana nilai ini kurang dari 5 sehingga digunakan nilai dari

fisher’s Exact Test dapat disimpulkan bahwasanya p.value pada variabel

ketersedian APD dengan kepatuhan penggunaan alat pelindung diri terhadap

karyawan di PT.Wijaya Karya, Tbk Sumut yaitu 0,000 (P< 0,05) dimana Ho

diterima yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara ketersedian APD

dengan kepatuhan responden.


74

4. Tabulasi Silang Hubungan Peraturan Dengan Kepatuhan Penggunaan


Alat Pelindung Diri Terhadap Karyawan di PT.Wijaya Karya, Tbk
Sumut Tahun 2020

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Peraturan Dengan


Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri Terhadap
Karyawan di PT.Wijaya Karya, Tbk Sumut Tahun 2020

Kepatuhan
Patuh Tidak Total
No Peraturan P
Patuh Expected
n % n % n %
1 Ya 86 100 0 0 86 86,0 0,000 1,68
2 Tidak 2 14,3 12 85,7 14 14,0
Total 88 88,0 12 12,0 100 100

Berdasarkan Tabel 4.11 menunjukan bahwa responden yang patuh

menggunakan Alat Pelindung Diri mayoritas ada membaca peraturan dari

perusahaan yaitu (100%). sedangkan responden yang tidak patuh dalam

menggunakan Alat Pelindung Diri mayoritas tidak membaca peraturan dari

perusahaan yaitu (85,7 %).

Hasil uji statistik pada tabel 2x2 yang mana dijumpai nilai expected

(harapan) 1,68 dimana nilai ini kurang dari 5 sehingga digunakan nilai dari

fisher’s Exact Test dapat disimpulkan bahwasanya p.value pada variabel peraturan

dengan kepatuhan penggunaan alat pelindung diri terhadap karyawan di

PT.Wijaya Karya, Tbk Sumut yaitu 0,000 (P< 0,05) yang dilihat pada fisher’s

Exact Test dimana Ho diterima yang berarti terdapat hubungan yang bermakna

antara peraturan dengan kepatuhan responden.


75

5. Tabulasi Silang Hubungan Pengawasan Dengan Kepatuhan Penggunaan


Alat Pelindung Diri Terhadap Karyawan di PT.Wijaya Karya, Tbk
Sumut Tahun 2020

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Pengawasan Dengan


Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri Terhadap
Karyawan di PT.Wijaya Karya, Tbk Sumut Tahun 2020

Kepatuhan
Patuh Tidak Total
No Pengawasan P
Patuh Expected
n % n % n %
1 Ya 88 98,9 1 1,1 89 89,0 0,000 1,32
2 Tidak 0 0 11 100 11 11,0
Total 88 88,0 12 12,0 100 100

Berdasarkan Tabel 4.12 menunjukan bahwa responden yang patuh

menggunakan Alat Pelindung Diri mayoritas ada dilakukan pengawasan dari

perusahaan yaitu (98,9%). sedangkan responden yang tidak patuh dalam

menggunakan Alat Pelindung Diri mayoritas tidak dilakukan pengawasan dari

perusahaan yaitu (100 %).

Hasil uji statistik pada tabel 2x2 yang mana dijumpai nilai expected

(harapan) 1,32 dimana nilai ini kurang dari 5 sehingga digunakan nilai dari

fisher’s Exact Test dapat disimpulkan bahwasanya p.value pada variabel

pengawasan dengan kepatuhan penggunaan alat pelindung diri terhadap karyawan

di PT.Wijaya Karya, Tbk Sumut yaitu 0,000 (P< 0,05) yang dilihat pada fisher’s

Exact Test dimana Ho diterima yang berarti terdapat hubungan yang bermakna

antara pengawasan dengan kepatuhan responden.


76

4.2.3. Analisa Multivariat

Model faktor penentu untuk memperoleh jawab faktor mana yang paling

berhubungan dengan kepatuhan responden. Tahapan analisis multivariat meliputi:

pemilihan variabel kandidat multivariat dan pembuatan model.

1. Pemilihan variabel kandidat multivariat

Dalam penelitian ini ada 5 variabel yang diduga berhubungan kepatuhan

responden dalam penggunaan Alat Pelindung Diri yaitu: pengetahuan, sikap,

ketersediaan APD, peraturan dan pengawasan dari 5 variabel tersebut terlebih

dahulu dilakukan analisis seleksi bivariat dengan variabel dependen (kepatuhan

reponden) menggunakan metode enter. Variabel yang memiliki nilai ρ<0,025

dapat dijadikan kandidat yang dimasukan kedalam model multivariat. Hasil

analisis seleksi bivariat antara variabel independen dan dependen dapat disajikan

dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4.13 Hasil Analisis Seleksi Bivariat Analisis Faktor Yang


Berhubungan Dengan Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung
Diri Terhadap Karyawan di PT.Wijaya Karya, Tbk Sumut
Tahun 2020

No Variabel Nilai ρ

1 Pengetahuan 0,000
2 Sikap 0,000
3 Ketersediaan APD 0,000
4 Peraturan 0,996
5 Pengawasan 0,996

Berdasarkan tabel 4.13 dapat diketahui bahwa yang dapat dimasukan ke

dalam model multivariat adalah variabel pengetahuan dengan ρ-value 0,000,

variabel sikap dengan ρ-value 0,000, variabel ketersediaan APD dengan ρ-value
77

0,000 dimana nilai ρ<0,025. Dan variabel yang tidak dapat dimasukan dalam

model multivariat adalah variabel peraturan dengan ρ-value 0,996 dan variabel

pengawasan dengan ρ-value 0,996 dimana nilai ρ>0,025

2. Pembuatan Model

Analisis Multivariat bertujuan untuk mendapatkan model yang terbaik

dalam menentukan faktor yang berhubungan dengan kepatuhan responden dalam

penggunaan Alat Pelindung Diri . Dalam pemodelan ini kandidat diuji coba secara

bersama sama. Pemilihan model dilakukan secara hirarki dengan cara semua

variabel independen yang telah lulus sensor dimasukan kedalam model, kemudian

yang nilai ρ tidak signifikan dikeluarkan dari model secara berurutan dimulai dari

yang terbesar. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.14 Analisis Multivariat Regresi Logistik Antara Kepatuhan


Responden Dengan Variabel Pengetahuan, Sikap Dan
Ketersediaan APD

Variabel B SE(β) Wald Nilai Nilai OR IK 95%


ρ-
Value

Pengetahuan 20,766 4220,613 0,00 0,996 1043845652.910 0,000


Sikap 19,478 4220,613 0,00 0,996 287906839.111 0,000
Ketersediaan 1,288 1,705 0,571 0,030 3,626 0,128-
APD 102541

Constant 62,913 12661.837 0,00 0,996 0,000

Berdasarkan tabel 4.14 dapat dilihat bahwa variabel yang memilki nilai

p>0.05 adalah variabel pengetahuan dan sikap sehingga proses model selanjutnya

tidak mengikutkan variabel pengetahuan dan sikap. Hasil model analisis tanpa

variabel pengetahuan dan sikap terlihat pada tabel berikut:


78

Tabel 4.15 Analisis Multivariat Regresi Logistik Antara Kepatuhan


Responden Dengan Ketersediaan APD

Variabel B SE(β) Wald Nilai Nilai OR IK 95%


ρ-
Value

Ketersediaan 6,159 1,266 23,672 0,000 47,300 39,565-


APD 5654,688

Constant -10,613 2,153 24,290 0,000 0,000

Berdasarkan tabel 4.15 dapat dilihat bahwa variabel ketersediaan APD

memiliki nilai p<0.05 sehingga hasil analisa dapat disimpulkan bahwa dari

keseluruhan variabel independen yang diduga memilki hubungan terhadap

kepatuhan responden dengan subvariabel yaitu ketersediaan APD dengan p-value

0,000 < 0,05 dan nilai OR terbesar yang diperoleh yaitu 47,300

Nilai OR yang diperoleh yaitu 47,300 artinya responden yang ketersediaan

APD nya kurang memilki peluang 47 kali menyebabkan ketidakpatuhan

responden dalam penggunaan APD. Sehingga variabel yang sangat berpengaruh

pada penelitian ini adalah ketersediaan APD dengan nilai OR 473,000.


BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1. Data Univariat

1. Karakteristik Responden Penelitian

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa untuk karakteristik reponden

penelitian dari segi umur sebagian besar adalah umur 23-38 tahun yaitu 51,0 %.

Dari segi pendidikan sebagian besar adalah SMA yaitu 32,0 %. Dan dari segi lama

bekerja sebagian besar sudah bekerja selama 11-30 tahun yaitu 76,0%.

Berdasarkan tabel karakteristik responden diperoleh kesimpulan bahwa

usia, pendidikan, dan lama bekerja sangat berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan

penggunaan APD karyawan di PT. Wijaya Karya Beton.

Variabel karakteristik responden pada penelitian ini diukur dengan cara

langsung pengisian kuesioner penelitian tentang umur, pendidikan terakhir dan

lama bekerja.

2. Kepatuhan Responden

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan sebagian besar responden patuh

terhadap penggunaan Alat Pelindung Diri yaitu 88,0% sedangkan yang tidak

patuh terhadap penggunaan Alat Pelindung Diri yaitu 12,0%.

Tingkat kepatuhan karyawan dalam penggunaan APD di PT.Wijaya Karya

Beton lebih besar dibandingkan karyawan yang tidak patuh. Karyawan di PT.

Wijaya Karya Beton sebagian besar telah menyadari betapa penting nya

penggunaan APD demi keselamatan dan kesehatan kerja.

79
80

Variabel kepatuhan responden pada penelitian ini diukur dengan cara

langsung observasi dengan pengisian kuesioner penelitian.

3. Pengetahuan Responden

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukan pengetahuan responden sebagian besar

baik tentang penggunaan Alat Pelindung Diri yaitu 87,0% sedangkan yang

berpengetahuan kurang terhadap penggunaan Alat Pelindung Diri yaitu 13,0%.

Jumlah karyawan di PT.Wijaya Karya Beton yang memiliki pengetahuan

baik lebih banyak dibandingkan karyawan yang berpengetahuan kurang. Adanya

safety talk atau safety induction yang dilakukan oleh Inspektor K3 sebelum mulai

bekerja sangat berpengaruh terhadap kepatuhan penggunaan APD pada karyawan.

Variabel pengetahuan responden pada penelitian ini diukur dengan cara

langsung dengan pengisian kuesioner penelitian

4. Sikap Responden

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukan sebagian besar sikap responden positif

terhadap penggunaan Alat Pelindung Diri yaitu 86,0% sedangkan sikap responden

yang negatif terhadap penggunaan Alat Pelindung Diri yaitu 14,0%.

Karyawan di PT. Wijaya Karya Beton yang memiliki sikap positif terhadap

penggunaan APD lebih banyak daripada yang bersikap negatif. Pendekatan dan

sosialisasi yang dilakukan managemen PT.Wijaya Karya Beton membuat pekerja

mayoritas bersikap positif terhadap penggunaan APD.

Variabel sikap responden pada penelitian ini diukur dengan cara langsung

observasi dengan pengisian kuesioner penelitian.


81

5. Ketersediaan APD

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukan ketersediaan APD sebagian besar baik

yaitu 87,0% sedangkan yang ketersediaan APD nya kurang yaitu 13,0%.

Ketersediaan APD yang ada di PT. Wijaya Karya Beton cukup baik. APD

yang ada di perusahaan tersebut berstandar Internasional. Perusahaan juga

melakukan evaluasi beberapa bulan sekali untuk memastikan apakah APD yang

digunakan pekerja masih layak pakai atau tidak untuk bekerja.

Variabel ketersediaan APD pada penelitian ini diukur dengan cara

langsung dengan pengisian kuesioner penelitian

6. Peraturan

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukan responden yang ada membaca

peraturan tentang penggunaan APD yaitu 86,0% sedangkan yang tidak membaca

peraturan yaitu 14,0%.

PT. Wijaya Karya Beton telah membuat peraturan dan kebijakn sendiri.

Peraturan tersebut dibuat untuk memberikan sangsi kepada karyawan apabila telah

melakukan pelanggaran beberapa kali dalam bekerja di perusahaan.

Variabel peraturan pada penelitian ini diukur dengan cara langsung dengan

pengisian kuesioner penelitian

7. Pengawasan

Berdasarkan tabel 4.7 menunjukan ada dilakukan pengawasan yaitu

89,0% sedangkan yang tidak ada dilakukan pengawasan yaitu 11,0%.

Sama hal nya dengan perusahaan lain pada umumnya, PT. Wijaya Karya

Beton juga melakukan pengawasan di setiap jalur produksi karyawan. Namun,


82

terkadang karyawan mau mematuhi peraturan seperti menggunakan APD alasan

yang paling utama adalah karena adanya pengawasan dari atasannya.

Variabel pengawasan pada penelitian ini diukur dengan cara langsung

dengan pengisian kuesioner penelitian

5.1.2. Data Bivariat

1. Hubungan Pengetahuan Dengan Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung


Diri
Berdasarkan Tabel 4.8 menunjukan bahwa responden yang patuh

menggunakan Alat Pelindung Diri mayoritas berpengetahuan baik yaitu (98,9%).

sedangkan responden yang tidak patuh dalam menggunakan Alat Pelindung Diri

mayoritas berpengetahuan kurang yaitu (84,6%).

Pengetahuan merupakan salah satu domain yang dapat membentuk perilaku

seseorang. Pengetahuan tentang penggunaan APD merupakan satu diantara aspek

penting sebagai pemahaman terhadap pentingnya peran serta pengawas dan

pemilik perusahaan dalam penggunaan APD. Penggunaan APD yang baik dan

benar didasarkan oleh pengetahuan pekerja tentang APD. Apabila pekerja

memiliki pengetahuan yang kurang terhadap potensi atau sumber bahaya yang ada

di lingkungan kerjanya, maka pekerja tersebut akan cenderung membuat suatu

keputusan yang salah (49).

Pengetahuan tenaga kerja terkait alat pelindung diri (APD) terdiri dari

beberapa aspek mulai dari memahami fungsi APD, cara pemakaian APD dengan

benar, menganalisis dan merekomendasikan APD yang dibutuhkan berdasarkan

tingkat risiko bahaya pekerjaan sampai pada cara mengevaluasi APD yang harus

disediakan oleh pihak perusahaan (51).


83

Berdasarkan data yang dilakukan peneliti mayoritas pengetahuan

responden pada penelitian ini adalah baik namun, pada penelitian ini terdapat

responden yang tidak patuh dalam menggunakan APD dengan pengetahuan yang

kurang yaitu 84,6%. Setelah dilakukan analisa 84,6% responden yang

berpengetahuan kurang banyak yang menjawab salah pada soal no 2 yaitu tentang

bagaimana ciri-ciri alat pelindung diri ( APD ) yang baik dari 12 responden yang

tidak patuh yang menjawab benar hanya 41,7%. Kemudian soal no 3 mengenai

mengapa saudara harus menggunakan alat pelindung diri (APD) selama

melakukan pekerjaan di PT. Wijaya Karya Beton, dari 12 responden yang tidak

patuh banyak yang menjawab menggunakan APD takut kena sangsi ataupun ikut-

ikutan teman, tidak adanya kesadaran tentang pentingnya menggunakan APD

selama bekerja (75,0%) dan responden banyak menjawab salah pada no 5 yaitu

tentang kegunaan Alat Pelindung Diri (APD) yaitu 58,3%. Dari hasil yang telah

didapat tampak terdapat hubungan antara pengtahuan dengan responden hal ini

dapat dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Hasil uji statistik pada tabel 2x2

yang mana dijumpai nilai expected (harapan) 1,56 dimana nilai ini kurang dari 5

sehingga digunakan nilai dari fisher’s Exact Test dapat disimpulkan bahwasanya

p.value pada variabel pengetahuan responden dengan kepatuhan penggunaan alat

pelindung diri terhadap karyawan di PT.Wijaya Karya, Tbk Sumut yaitu 0,000

(P< 0,05) dimana Ho diterima yang berarti terdapat hubungan yang bermakna

antara pengetahuan dengan kepatuhan responden.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, selain melakukan survei

langsung dengan responden melalui kueisoner, peneliti juga melakukan diskusi


84

dengan inspector K3 tentang hubungan pengetahuan dengan kepatuhan

penggunaan APD berdasarkan karakteristik responden dan diperoleh kesimpulan

bahwa usia, pendidikan, dan lama bekerja sangat berpengaruh terhadap tingkat

kepatuhan penggunaan APD karyawan di PT. Wijaya Karya Beton. Responden

yang memiliki umur 38 tahun ke bawah berasumsi bahwa mereka masih muda dan

kuat untuk bekerja dan merasa jika tidak menggunakan APD sesuai peraturan

maka tidak akan menimbulkan resiko yang besar dibandingkan dengan karyawan

yang memiliki usia 39 tahun ke atas. Sedangkan responden yang berpendidikan

SD berasumsi bahwa hidup dan mati di tangan Tuhan, jadi meskipun

menggunakan APD atau tidak, jika memang akan terjadi kecelakan kerja yang

menimpa nya, maka tidak akan bisa dihindari. Dan yang terakhir adalah responden

yang memiliki pengalaman kerja belum mencapai 10 tahun dengan responden

yang telah bekerja di atas 10 tahun memiliki asumsi yang sangat jauh berbeda.

Responden yang bekerja lebih dari 10 tahun berasumsi bahwa keselamatan dan

kesehatan kerja sangatlah penting. Pergi bekerja dengan sehat maka pulang juga

harus sehat dan selamat. Karena ada keluarga yang menunggu dirumah. Mayoritas

responden yang memiliki pengetahuan baik dan patuh terhadap penggunaan APD

adalah responden yang bekerja lebih dari 10 tahun.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Rahmiati (2019) tentang

hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan APD pada pekerja industri batu

bata di Dusun Lamseunong Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar. Hasil

penelitian mendapatkan terdapat hubungan antara pengetahuan dengan


85

penggunaan APD pada pekerja industri batu bata di Dusun Lamseunong

Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar (49).

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Magita (2017) tentang

hubungan tingkat pengetahuan APD dengan kepatuhan pemakaian APD masker

pada pekerja pelintingan PT. Panen Boyolali dimana hasil penelitian mendapatkan

terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan APD dengan kepatuhan pemakaian

APD masker pada tenaga kerja bagian pelintingan PT. Panen Boyolali dengan

nilai pvalue 0,000 dengan correlation coefficient 0,526 yang berarti ada keeratan

hubungan (sedang) antara tingkat pengetahuan APD dengan kepatuhan pemakaian

APD masker pada pekerja bagian pelintingan PT. Panen Boyolali (50).

Hasil penlitian ini sesuai dengan penelitian Friska Ayu (2018) tentang

hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan penggunaan APD pada pekerja

mekanik di PT.XYZ dengan hasil penelitian terdapat hubungan antara tingkat

pengetahuan (p=0,002) dengan tingkat kepatuhan penggunaan APD pada pekerja

mekanik di area workshop (51).

Hal ini sesuai dengan teori Safety Triad (Tiga Serangkai Keselamatan yang

mengatakan bahwa pengetahuan sebagai salah satu faktor terbentuknya budaya

keselamatan dalam diri seseorang. Pada umumnya seorang tenaga kerja yang

memiliki tingkat pemahaman dan pengetahuan yang baik tentang alat pelindung

diri pasti memahami risiko bahaya yang ada di tempat kerjanya, sehingga selama

melaksanakan pekerjaannya, maka pekerja akan memiliki tingkat kesadaran yang

tinggi, sehingga dapat patuh dalam mengaplikasikan penggunaan alat pelindung

diri dalam bekerja dan bisa menciptakan budaya keselamatan (51).


86

Menurut asumsi penulis selama penelitian, meningkatkan pengetahuan

sangatlah penting untuk menambah informasi dan mengupdate ilmu para pekerja

Pihak perusahaan perlu meningkatkan pengetahuan pekerja dimana ada beberapa

pekerja yang tidak patuh masih banyak belum mengetahui tentang alat pelindung

diri terutama pentingnya penggunaan APD saat bekerja sehingga resiko terjadinya

cedera dan kecelakaan kerja dapat diminimalis atau bahkan meniadakan

kecelakaan kerja dan meningkatkan pengetahuan pekerja tentang keselamatan

kerja. Selain itu perusahaan dapat melakukan berbagai cara dalam mengingatkan

kembali para karyawannya dengan cara menempelkan poster-poster ataupun

arahan-arahan mengenai penggunaan APD yang dapat meningkatkan pengetahuan

bagi pekerja.

2 Hubungan Sikap Dengan Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri

Berdasarkan Tabel 4.9 menunjukan bahwa responden yang patuh

menggunakan Alat Pelindung Diri mayoritas bersikap positif yaitu (96,5%).

sedangkan responden yang tidak patuh dalam menggunakan Alat Pelindung Diri

mayoritas bersikap negatif yaitu (64,3%).

Sikap baik terhadap suatu nilai tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan

nyata, sikap akan terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi

tertentu, pengalaman orang lain dan pengalaman dirinya. Sikap seseorang akan

timbul karena dipengaruhi oleh bantuan fisik dan bantuan mental. Bantuan mental

seperti perintah harus berangsur-angsur dikurangi dan ditukar dengan pengarahan

berarti atau dukungan. Sedangkan bantuan fisik dalam kerja harus bersifat terus

menerus. Pekerja yang bekerja di daerah yang high risk memerlukan Alat
87

Pelindung Diri untuk mengurangi terpaparnya suatu penyakit atau mencegah

kecelakaan kerja yang mungkin terjadi di tempat kerja, hal ini akan terus

dilakukan karena merupakan suatu kebutuhan. Demikian juga lingkungan kerja

harus tetap sesuai dengan batas-batas kemampuan fisik dan mental pekerja (52).

Berdasarkan data yang dilakukan peneliti mayoritas sikap responden pada

penelitian ini adalah positif namun, pada penelitian ini terdapat responden yang

tidak patuh dalam menggunakan APD dengan sikap yang negatif yaitu 64,3%.

Setelah dilakukan analisa 64,3% responden yang bersikap negatif banyak yang

menjawab tidak setuju pada pernyataan no 2 yaitu tentang APD yang dipakai

harus dapat melindungi pekerja dari bahaya penyakit kecelakaan kerja dari 12

responden yang tidak patuh yang menjawab tidak setuju sebesar 33,3%. Kemudian

pada pernyataan no 5 mengenai Alat pelindung diri yang dipakai lengkap dan

sesuai peruntukannya pada saat bekerja pada pembuatan beton dari 12 responden

yang tidak patuh banyak yang berpengetahuan kurang dan hal ini mempengaruhi

sikap dimana untuk pernyataan no 5 banyak yang tidak setuju yaitu (41,7%) dan

pada pernyataan no 6 yaitu tentang APD sangat membantu dalam proses bekerja

sebesar 33,3% dari 12 responden yang tidak patuh dan bersikap negatif dari sikap

mereka menganggap menggunakan APD sering menggangu pekerjaan disaat APD

lembab dan terasa panas dan hal ini yang mempengaruhi sikap negatif pekerja.

Dari hasil yang telah dilakukan terdapat hubungan antara sikap dengan

responden. Hal ini diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu Hasil

uji statistik pada tabel 2x2 yang mana dijumpai nilai expected (harapan) 1,68

dimana nilai ini kurang dari 5 sehingga digunakan nilai dari fisher’s Exact Test
88

dapat disimpulkan bahwasanya p.value pada variabel sikap responden dengan

kepatuhan penggunaan alat pelindung diri terhadap karyawan di PT.Wijaya Karya,

Tbk Sumut yaitu 0,000 (P< 0,05) dimana Ho diterima yang berarti terdapat

hubungan yang bermakna antara sikap dengan kepatuhan responden.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Ruhyandi (2016) tentang

mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku kepatuhan

penggunaan APD dengan hasil penelitian variabel sikap memiliki hubungan yang

bermakna (p=0,000) terhadap perilaku kepatuhan pekerja dalam penggunaan APD

(52).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Kartika (2017) tentang

analisis faktor yang mempengaruhi kepatuhan dalam menggunakan APD

didapatkan hasil penelitian terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan

kepatuhan responden yaitu p (0,045) (47).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Gunawan (2016) tentang

hubungan antara pengetahuan, sikap dan motivasi dengan perilaku penggunaan

alat pelindung diri (APD) pada pekerja bagian produksi dengan hasil penelitian

ada hubungan antara sikap (p=0,031) dengan perilaku penggunaan APD (53).

Kepatuhan seseorang dalam penggunaan alat pelindung diri selama bekerja

akan membentuk karakter pekerja tersebut, dimana kepatuhan terbentuk apabila

seseorang pekerja telah terbiasa melakukan hal yang menurut tingkat pemahaman

dan pengetahuannya bisa menciptakan sikap yang aman dari risiko kecelakaan di

tempat kerja, kebiasaan-kebiasaan tersebut akan membentuk suatu budaya

keselamatan ditempat kerja. Terbentuknya budaya keselamatan melalui kepatuhan


89

penggunaan APD selalu di awali dari domain kognitif yang dimiliki oleh tenaga

kerja. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa

pengetahuan merupakan suatu faktor kekuatan terbentuknya sikap seseorang (51).

Sikap penggunaan alat pelindung diri yang tidak baik pada pekerja

disebabkan oleh faktor seperti tingkat pengetahuan pekerja rendah, dimana

pengetahuan rendah dapat mempengaruhi dalam mengambil suatu keputusan.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa seseorang yang sikap positif cenderung untuk

berperilaku baik terutama dalam menjaga kesehatan dan keselamatan diri dalam

bekerja, begitu pula sebaliknya, orang yang sikap negatif cenderung untuk

berperilaku buruk dalam menjaga kesehatan dan keselamatan diri dalam bekerja.

Penelitian ini sesuai dengan pendapat Ajzen dan Fishbein, tentang teori tindakan

beralasan yang mengatakan bahwa sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu

proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan, dan dampaknya terbatas

(53).

Menurut asumsi penulis selama penelitian variabel sikap sangat

mempengaruhi kepatuhan pekerja sehingga upaya yang dapat dilakukan untuk

mengubah sikap para pekerja yaitu dengan meningkatkan pengetahuan mereka

mengenai penggunaan alat pelindung diri sehingga mereka dapat memahami

pentingnya penggunaan alat pelindung diri. Program program yang dapat

dilakukan yaitu sosialisasi mengenai keselamatan kerja, publikasi data kecelakaan

kerja. untuk terwujudnya sikap menjadi suatu tindakan nyata maka diperlukan

faktor pendorong antara lain pemberian penghargaan kepada pekerja yang disiplin

menggunakan APD saat bekerja.


90

3. Hubungan Ketersediaan APD Dengan Kepatuhan Penggunaan Alat


Pelindung Diri
Berdasarkan Tabel 4.10 menunjukan bahwa responden yang patuh

menggunakan Alat Pelindung Diri mayoritas ketersedian APD yang digunakan

dalam kondisi baik yaitu (98,9%), sedangkan responden yang tidak patuh dalam

menggunakan Alat Pelindung Diri mayoritas ketersedian APD yang digunakan

dalam kondisi kurang yaitu (84,6%).

Ketersediaan APD merupakan faktor pendukung dalam kepatuhan

menggunakan APD untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan resiko kerja yang

terjadi di perusahaan, jika perusahaan tidak menyediakan APD berarti perusahaan

telah membahayakan pekerjanya dari resiko kecelekaan dan penyakit yang akan

timbul dilingkungan kerja. Oleh sebab itu perusahaan diberlakukan aturan untuk

menyediakan alat pelindung diri sesuai dengan pekerjaan masing-masing karena

pekerja merupakan aset perusahaan yang sangat penting, jika pekerja mengalami

kecelakaan ataupun penyakit akibat kerja maka berkuranglah aset yang dimiliki

perusahaan (54).

Berdasarkan data yang dilakukan peneliti, mayoritas ketersediaan APD

pada PT Wika adalah baik namun, pada penelitian ini terdapat responden yang

tidak patuh dalam menggunakan APD dengan ketersediaan APD yang kurang

yaitu 84,6%. Setelah dilakukan analisa 84,6% responden yang ketersediaan APD

nya kurang menurut mereka Alat Pelindung Diri tersebut menimbulkan bahaya

tambahan yaitu 83,3% dan menurut pekerja Alat Pelindung Diri yang digunakan

tidak dapat memberikan perlindungan terhadap bahaya-bahaya yang dapat terjadi

yaitu 75,0%. Pada penlitian ini pekerja yang tidak patuh memakai APD maka akan
91

cenderung melakukan kesalahan dalam setiap proses kerja karena tidak mematuhi

standar dan peraturan yang ada. Mereka merasa bahwa peraturan yang ada hanya

akan membebani dan menjadikan pekerjaan menjadi lebih lama selesai. Pekerja

yang kurang dalam mematuhi pemakaian APD maka akan berperilaku tidak aman

karena merasa menyenangkan dan memudahkan pekerjaan. Misalnya pekerja

tidak memakai alat pelindung diri (APD) karena merasa tidak nyaman dan

mengganggu proses kerja yang ada. Hal inilah yang dapat meningkatkan peluang

terjadinya kecelakaan kerja ringan bahkan kecelakaan kerja yang lebih berat.

Berbagai macam alasan yang telah diungkapkan oleh pekerja antara lain

ketidaknyamanan dalam penggunaan APD selama bekerja. Ini merupakan alasan

yang banyak dikemukakan oleh pekerja. Ketidaknyamanan disini diantaranya

adalah panas, berat, berkeringat, atau lembab, sakit, pusing, sesak dan sebagainya.

Alasan lainnya yaitu merasa bahwa pekerjan tersebut tidak berbahaya atau

berdampak pada keselamatan dan kesehatannya. Terutama bagi para pekerja yang

sudah bertahun-tahun melakukan pekerjaan tersebut. Kesalahpahaman terhadap

fungsi APD akibat kurangnya pengetahuan akan fungsi dan kegunaan APD, APD

mengganggu kelancaran dan kecepatan pekerjaan adalah alasan lain pekerja tidak

patuh dalam menggunakan APD di tempat kerja.

Dari hasil diatas menerangkan terdapat hubungan antara ketersediaan APD

dengan kepatuhan Hasil uji statistik pada tabel 2x2 yang mana dijumpai nilai

expected (harapan) 1,56 dimana nilai ini kurang dari 5 sehingga digunakan nilai

dari fisher’s Exact Test dapat disimpulkan bahwasanya p.value pada variabel

ketersedian APD dengan kepatuhan penggunaan alat pelindung diri terhadap


92

karyawan di PT.Wijaya Karya, Tbk Sumut yaitu 0,000 (P< 0,05) dimana Ho

diterima yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara ketersedian APD

dengan kepatuhan responden.

Hasil penelitian ini sejalan dngan penelitian Prasetyo (2015) tentang

Pengaruh Pengetahuan, Sikap, Dan Ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD)

terhadap kepatuhan dalam menggunakan apd di unit coating PT. Pura Barutama

Kudus. Hasil penelitian tentang ketersediaan APD terhadap kepatuhan dalam

menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) menunjukkan bahwa sebagian besar

responden patuh sebanyak (83,3%) karena telah tersedia alat pelindung diri dan

responden yang tidak patuh karena tidak tersedia alat pelindung diri sebanyak

(48,6%) dengan nilai (Odds Rasio) OR = 4, 722 yang berarti bahwa ketersediaan

APD mempunyai peluang 4,7 kali lebih mempengaruhi kepatuhan dalam

menggunakan APD (54).

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Susanto (2013) tentang

menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pekerja operator

dalam pemakaian APD. Hasil penlitian ini adalah didapatkan hubungan bermakna

bahwa ketersediaan APD dengan kepatuhan pekerja dalam pemakaian APD (55).

Hasil penlitian ini tidak sesuai dengan penelitian Cahyani (2020) tentang

terdapat pengaruh antara pengetahuan dengan kepatuhan pemakaian APD namun

ketersediaan APD tidak berpengaruh terhadap kepatuhan pemakaian APD. Hal ini

berarti bahwa meskipun disediakannya alat pelindung diri secara lengkap oleh

perusahaan tidak mempengaruhi penggunaan alat pelindung diri karyawan secara

lengkap pada saat bekerja (56).


93

Menurut asumsi penulis selama penelitian perlu dilakukan evaluasi

penyediaan APD yang sesuai dengan bahaya pekerjaan. Berdasarkan observasi di

lapangan, tenaga kerja menggunakan alat pelindung pernapasan berupa masker.

Hal ini tidak sesuai dengan rekomendasi APD yang ada pada material safety data

sheet. Berdasarkan observasi melalui wawancara mendalam, ketersediaan APD di

unit produksi merupakan tanggung jawab supervisor. Setiap tenaga kerja telah

diberikan APD lengkap dan gratis dan jika APD tersebut rusak akan ditukar

dengan yang baru. APD juga akan diganti menurut periode tertentu misalnya

masker akan diganti setiap tiga bulan sekali. Sekretaris dan supervisor dapat

mengajukan rekomendasi spesifikasi pengadaan APD namun pada akhirnya semua

jenis pengadaan APD ditentukan oleh pihak manajemen untuk disesuaikan dengan

anggaran perusahaan. Sebaiknya pengadaan APD disesuaikan dengan kebutuhan

tenaga kerja agar terlindungi dari bahaya keselamatan dan kesehatan secara

adekuat. Berdasarkan observasi yang dilakukan tentang alasan tenaga kerja tidak

menggunakan APD adalah karena APD yang disediakan mengganggu

kenyamanan tenaga kerja ketika bekerja. Meskipun tenaga kerja menyatakan

merasa nyaman menggunakan APD pada kuesioner yang diberikan kemudian

dicocokan dengan checklist kepatuhan, ternyata tenaga kerja tersebut tidak patuh

menggunakan APD. Ketidaksesuaian antara kuesioner dan checklist kepatuhan

tersebut menjadi penyebab tidak adanya hubungan yang signifikan antara

ketersediaan APD dengan kepatuhan menggunakan APD.

4. Hubungan Peraturan Dengan Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri


94

Berdasarkan Tabel 4.11 menunjukan bahwa responden yang patuh

menggunakan Alat Pelindung Diri mayoritas ada membaca peraturan dari

perusahaan yaitu (100%). sedangkan responden yang tidak patuh dalam

menggunakan Alat Pelindung Diri mayoritas mengatakan tidak ada peraturan dari

perusahaan yaitu (85,7 %).

Kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu pernyataan

tertulis yang ditandatangani oleh perusahaan dan atau pengurus yang memuat

keseluruhan kesehatan dan keselamatan kerja, kerangka dan program kerja yang

mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh yang bersifat umum dan

operasional. Kebijakan K3 dibuat melalui proses konsultasi antar pengurus dan

wakil tenaga kerja yang kemudian harus dijelaskan dan disebarluaskan kepada

semua tenaga kerja yang bersifat dinamik dan selalu ditinjau ulang dalam rangka

peningkatan kinerja K3. Sementara itu komitmen merupakan kunci keberhasilan

pelaksanaan kebijakan K3. Menurut Frank Bird dalam bukunya “commitment”

merupakan tekad kuat untuk melaksanakan sesuatu, dalam hal ini K3 dalam

organisasinya. Tanpa komitmen kebijakan K3 yang telah disusun dengan baik

tidak akan bermakna (57).

Peraturan PT dalam bentuk Sosialisasi K3 sebagai salah satu bagian dari

kampanye K3 yang merupakan salah satu bentuk pendidikan atau pelatihan. Meski

cara ini terbatas nilainya dalam merangsang dan menggairahkan orang untuk

bekerja dengan aman tetapi cara ini masih dipakai secara luas di berbagai negara.

Kebijakan dan peraturan dalam penelitian ini adalah menggambarkan persepsi


95

informan terhadap kebijakan dan peraturan kepada kepatuhan pekerja

menggunakan APD (57).

Berdasarkan data yang dilakukan peneliti mayoritas responden mengatakan

ada peraturan tentang penggunaan APD pada penelitian ini namun, pada penelitian

ini terdapat responden yang tidak patuh dalam menggunakan APD dan

menyatakan tidak ada peraturan untuk penggunaan APD yaitu 85,7%. Setelah

dilakukan analisa 85,7% responden menyatakan tidak ada perturan pada poin 1

perusahaan mewajibkan seluruh pekerja harus menggunakan Alat Pelindung Diri

tanpa kecuali sesuai dengan aturan yang berlaku yaitu 58,3%, responden

menyatakan tidak ada peraturan kemudian pada poin 3 tentang pekerja yang tidak

mematuhi menggunakan APD yaitu 66,7%, dan responden menyatakan tidak ada

peraturan pada poin 4 tentang Perusahaan mewajibkan seluruh pekerja harus

menggunakan APD kecuali seizin dokter yang dibuktikan dengan surat keterangan

yaitu 66,7%.

Dari hasil yang telah didapat tampak terdapat hubungan antara peraturan

dengan responden hal ini didapat dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Hasil

uji statistik pada tabel 2x2 yang mana dijumpai nilai expected (harapan) 1,68

dimana nilai ini kurang dari 5 sehingga digunakan nilai dari fisher’s Exact Test

dapat disimpulkan bahwasanya p.value pada variabel peraturan dengan kepatuhan

penggunaan alat pelindung diri terhadap karyawan di PT.Wijaya Karya, Tbk

Sumut yaitu 0,000 (P< 0,05) yang dilihat pada fisher’s Exact Test dimana Ho

diterima yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara peraturan dengan

kepatuhan responden.
96

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Setyawati (2016) tentang

Faktor yang Berhubungan dengan Pemakaian Alat Pelindung Diri pada Tenaga

Kerja Bongkar Muat di Terminal Peti Kemas Semarang. Dengan hasil penelitian

terdapat hubungan antara peraturan / kebijakan dengan Pemakaian Alat Pelindung

Diri dengan (ρ=0,009) (58).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Heryawan (2018) tentang

Analisis Penyebab Ketidakpatuhan Penggunaan APD pada pekerja Manual

handling PT X Tahun 2018. Dengan hasil penelitian terdapat hubungan antara

peraturan dengan Pemakaian Alat Pelindung Diri dngan (ρ=0,000) (59).

Suatu perusahaan harus memiliki aturan yang jelas tentang penerapan

keselamatan dan kesehatan kerja dan aturan tersebut harus disosialisasikan oleh

perusahaan kepada setiap karyawan. Peraturan dan prosedur keselamatan kerja

merupakan faktor yang penting pada setiap industri karena dapat membantu dan

memudahkan penerapan program keselamatan kerja pada industri terutama di

sektor manufaktur (59).

Menurut asumsi penulis selama penelitian dalam suatu perusahan,

peraturan antara hukuman dan reward harus lah jelas untuk meningkatkan

kepatuhan dalam menggunakan APD. Perusahaan dapat melakukan penerapan

progam safety talk setiap pagi sebelum pekerja melakukan semua pekerjaanya.

Dengan adanya safety talk perusahaan berharap pekerja dapat memiliki wawasan

pengetahuan yang luas tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terutama

kepatuhan dalam menggunakan Alat Pelindung Diri (APD). Adanya reward untuk

perilaku aman dan punishment untuk perilaku tidak aman memotivasi perilaku
97

kerja pada pekerja konstruksi. Penghargaan merupakan konsekuensi positif yang

diberikan kepada individu atau kelompok dengan tujuan untuk mengembangkan,

mendukung dan memelihara perilaku yang diharapkan. Jika digunakan sebagai

mestinya, penghargaan dapat memberikan dampak baik kepada setiap orang

karena penghargaan membentuk perasaan percaya diri, pengendalian diri,

optimisme, dan rasa memiliki.

5. Hubungan Pengawasan Dengan Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri

Berdasarkan Tabel 4.12 menunjukan bahwa responden yang patuh

menggunakan Alat Pelindung Diri mayoritas ada dilakukan pengawasan dari

perusahaan yaitu (98,9%). Sedangkan responden yang tidak patuh dalam

menggunakan Alat Pelindung Diri mayoritas tidak dilakukan pengawasan dari

perusahaan yaitu (100 %).

Pengawasan adalah kegiatan manajer/ supervisor /atasan yang

mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang

ditetapkan dan atau hasil yang dikehendaki. Perilaku pekerja terhadap pemakaian

APD sangat dipengaruhi oleh perilaku dari manajemen. Pengawas harus menjadi

contoh yang pertama dalam memakai APD. Menurut Muninjaya melalui fungsi

pengawasan, standar keberhasilan program yang dituangkan ke dalam target,

prosedur kerja dan sebagainya harus dibandingkan dengan hasil yang mampu

dikerjakan oleh staff, oleh sebab itu untuk mengembangkan fungsi pengawasan

harus memperhatikan prinsip pengawasan sebagai berikut: 1. Pengawasan yang

dilakukan oleh pemimpin harus dimengerti oleh staff dan hasilnya mudah diukur.

2. Tanpa pengawasan atau pengawasan yang lemah dapat memunculkan berbagai


98

penyalahgunaan wewenang. 3. Standar untuk kerja harus dijelaskan kepada semua

staff (58).

Berdasarkan data yang dilakukan peneliti, mayoritas responden

mengatakan ada pengawasan terhadap penggunaan APD namun, pada penelitian

ini terdapat responden yang tidak patuh dalam menggunakan APD dan

menyatakan tidak ada pengawasan untuk penggunaan APD yaitu 98,9%. Setelah

dilakukan analisa 98,9% responden menyatakan tidak ada pengawasan pada poin

1 dimana dalam melakukan pekerjaan pengawas/mandor selalu mengingatkan

anda untuk menggunakan APD yaitu 58,3%, responden menyatakan tidak ada

pengawasan kemudian pada poin 3 tentang apakah pengawas/mandor melakukan

kerjasama yang baik terhadap pekerja dalam penggunaan APD yaitu 58,3%, dan

responden mnyatakan tidak ada pengawasan pada poin 4 tntang Apakah anda

mengikuti anjuran pengawas/mandor tersebut yaitu 66,7%.

Hasil uji statistik pada tabel 2x2 yang mana dijumpai nilai expected

(harapan) 1,32 dimana nilai ini kurang dari 5 sehingga digunakan nilai dari

fisher’s Exact Test dapat disimpulkan bahwasanya p.value pada variabel

pengawasan dengan kepatuhan penggunaan alat pelindung diri terhadap karyawan

di PT.Wijaya Karya, Tbk Sumut yaitu 0,000 (P< 0,05) yang dilihat pada fisher’s

Exact Test dimana Ho diterima yang berarti terdapat hubungan yang bermakna

antara pengawasan dengan kepatuhan responden.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Astiningsih 2018 dimana

terdapat ada hubungan antara penerapan program pengawasan dengan kepatuhan


99

penggunaan APD pada pekerja konstruksi di Pembangunan Gedung Parkir

Bandara Ahmad Yani Semarang (60).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Setiyawati (2016) tentang

faktor yang berhubungan dengan Pemakaian Alat Pelindung Diri pada Tenaga

Kerja Bongkar Muat di Terminal Peti Kemas Semarang Dengan hasil penelitian

terdapat hubungan antara peraturan dengan Pemakaian Alat Pelindung Diri

dengan (ρ=0,000) (58).

Hasil penelitian ini sesuai penelitian Hartanto (2019) tentang pengaruh

variabel yang berhubungan dengan Alat Pelindung Diri Terhadap Kecelakaan

Kerja Pada Pekerja Bangunan Di Kota Magelang Berdasarkan Persepsi Pekerja

dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa pengawasan penggunaan Alat

Pelindung Diri sangat berpengaruh terhadap penurunan kecelakaan kerja dimana

pengawasan yang baik terhadap penggunaan APD akan membentuk perilaku

pekerja menjadi lebih baik dalam upaya pencegahan kecelakaan kerja. Pekerja

kerap kali mengindahkan peraturan yang telah ditetapkan karena longgarnya

pengawasan yang dilakukan. Pengawasan dapat dilakukan oleh pihak internal

perusahaan yang ditujukan untuk memastikan sejauh mana alat pelindung diri

(APD) benar-benar digunakan oleh pekerja. Hal ini dapat dilakukan dengan

kegiatan memeriksa kelengkapan dan kondisi APD serta mengevaluasi dan

menetapkan tindak lanjut dari hasil pelaksanaan penggunaan APD seperti

rekomendasi penerapan sanksi bagi pekerja yang tidak memakai APD ataupun

reward (penghargaan) apabila dipandang perlu bagi pekerja yang paling disiplin

dalam memakai APD (61).


100

Menurut asumsi penulis selama penelitian dalam pengawasan merupakan

salah satu fungsi manajemen yang perlu diupayakan dalam mencapai tujuan

organisasi secara efisien. Dengan adanya pengawasan dapat mencegah sedini

mungkin terjadinya penyimpangan, pemborosan, penyelewengan, hambatan,

kesalahan dan kegagalan dalam pencapaian tujuan dan pelaksanaan tugas-tugas

organisasi. Pengawasan rutin wajib dilakukan setiap hari oleh surpervisor dari

masing-masing bagian. Pengawasan dilakukan mulai pukul 08.00 WIB sampai

pekerja siap melakukan aktivitas kerja. Sehingga hal itu membuat pekerja

termotivasi untuk patuh dalam memakai APD dengan lengkap.

5.1.3. Data Multivariat

1. Hasil analisis seleksi bivariat antara variabel independen dan dependen

Dalam penelitian ini ada 5 variabel yang diduga berhubungan kepatuhan

responden dalam penggunaan Alat Pelindung Diri yaitu: pengetahuan, sikap,

ketersediaan APD, peraturan dan pengawasan dari 5 variabel tersebut terlebih

dahulu dilakukan analisis seleksi bivariat dengan variabel dependen (kepatuhan

reponden) menggunakan metode enter. Variabel yang memiliki nilai ρ<0,025

dapat dijadikan kandidat yang dimasukan kedalam model multivariat.

Berdasarkan tabel 4.13 dapat diketahui bahwa yang dapat dimasukan ke

dalam model multivariat adalah variabel pengetahuan dengan ρ-value 0,000,

variabel sikap dengan ρ-value 0,000, variabel ketersediaan APD dengan ρ-value

0,000 dimana nilai ρ<0,025. Dan variabel yang tidak dapat dimasukan dalam

model multivariat adalah variabel peraturan dengan ρ-value 0,996 dan variabel

pengawasan dengan ρ-value 0,996 dimana nilai ρ>0,025


101

2 Pembuatan Model

Analisis Multivariat bertujuan untuk mendapatkan model yang terbaik

dalam menentukan faktor yang berhubungan dengan kepatuhan responden dalam

penggunaan Alat Pelindung Diri . Dalam pemodelan ini kandidat diuji coba secara

bersama sama. Pemilihan model dilakukan secara hirarki dengan cara semua

variabel independen yang telah lulus sensor dimasukan kedalam model, kemudian

yang nilai ρ tidak signifikan dikeluarkan dari model secara berurutan dimulai dari

yang terbesar

Berdasarkan tabel 4.14 dapat dilihat bahwa variabel yang memiliki nilai

p>0.05 adalah variabel pengetahuan dan sikap sehingga proses model selanjutnya

tidak mengikutkan variabel pengetahuan dan sikap.

Berdasarkan tabel 4.15 dapat dilihat bahwa variabel ketersediaan APD

memiliki nilai p<0.05 sehingga hasil analisa dapat disimpulkan bahwa dari

keseluruhan variabel independen yang diduga memilki hubungan terhadap

kepatuhan responden dengan subvariabel yaitu ketersediaan APD dengan p-value

0,000 < 0,05 dan nilai OR terbesar yang diperoleh yaitu 47,300

Nilai OR yang diperoleh yaitu 47,300 artinya responden yang ketersediaan

APD nya kurang memilki peluang 47 kali menyebabkan ketidakpatuhan

responden dalam penggunaan APD. Sehingga variabel yang sangat berpengaruh

pada penelitian ini adalah ketersediaan APD dengan nilai OR 47,300


102

5.2. Implikasi Hasil

5.2.1 Identifikasi Ketidak patuhan Dalam Menggunakan APD

Untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan ketidakpatuhan responden

dalam penggunaan APD dilakukan wawancara mendalam dengan 12 responden

yang tidak patuh dalam menggunakan APD dengan hasil sebagai berikut :

Tabel 5.1 Tabel Hasil Wawancara Dengan Responden Yang Tidak Patuh
Terhadap Penggunaan APD

No Reponden Jawaban
1 R1 Tidak menggunakan helm karena pengait helm rusak
sehingga tidak nyaman di pakai

2 R2 Tidak menggunakan masker dikarenakan masker jorok

3 R3 Tidak menggunakan helm karena helm pecah

4 R4 Tidak menggunakan helm karena helm pecah

5 R5 Tidak menggunakan helm karena pengait helm rusak


sehingga tidak nyaman di pakai

6 R6 Tidak menggunakan helm karena pengait helm rusak


sehingga tidak nyaman di pakai

7 R7 Tidak memakai kaca mata dikarenakan risih

8 R8 Tidak memakai kaca mata dikarenakan risih, gerah

9 R9 Tidak menggunakan helm arena pengait helm rusak


sehingga tidak nyaman di pakai

10 R10 Tidak menggunakan sarung tangan dikarenakan robek

11 R11 Tidak menggunakan masker karena gerah dan susah bernafas

12 R12 Tidak menggunakan helm arena pengait helm rusak


sehingga tidak nyaman di pakai

Penerapan strategi PT. Wijaya Karya Tbk. Beton Medan untuk

menindaklanjuti terjadinya ketidakpatuhan dalam menggunakan APD harus segera

dilakukan agar tidak terjadi risiko hingga zero level. Namun, hal tersebut tidaklah
103

mudah karena tidak semua risiko dapat dihilangkan hingga zero level. Strategi

penting yang harus diperhatikan dalam penerapan agar pekerja patuh dalam

menggunakan APD adalah sebagai berikut:

1. Penerapan program Safety Talk (disebut juga  safety  morning  talk   toolbox 

meeting) adalah pertemuan yang dilakukan rutin antara supervisor dengan para

pekerja atau karyawan untuk membicarakan hal-hal mengenai K3, entah

tentang isu terbaru, regulasi, prosedur kerja, alat pelindung diri, potensi bahaya

dan sebagainya. Bentuk safety talk bisa berupa short brief terhadap apa yang

telah diberikan kepada karyawan. Mengingatkan kembali atas apa yang harus

dilakukan. Dengan adanya safety talk perusahaan berharap pekerja dapat

memiliki wawasan pengetahuan yang luas tentang Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3) terutama kepatuhan dalam menggunakan Alat Pelindung Diri

(APD).

2. Memaksimalkan pelaksana penyuluhan kesehatan dan keselamatan kerja di

perusahaan untuk menjauhkan dan menurunkan angka kecelakaan kerja.

3. Mengingatkan kembali para karyawannya dengan cara menempelkan poster-

poster ataupun arahan-arahan mengenai penggunaan APD yang dapat

meningkatkan pengetahuan bagi pekerja.

4. Meningkatkan penyuluhan dengan penyuluhan perorangan (kunjungan ke

bagian jalur produksi, maupun pada saat pekerja pada saat istirahat).

Penyuluhan kelompok ( dilakukan di ruangan yang besar dan pertemuan pada

saat rapat). Penyuluhan massa (seluruh pekerja di PT. Wijaya Karya

Tbk.Beton)
104

5. Melakukan evaluasi penyediaan APD yang sesuai dengan bahaya pekerjaan

dan melakukan pengecekan setiap hari untuk APD yang rusak sehingga tenaga

kerja terlindungi dari bahaya keselamatan dan kesehatan secara adekuat.

6. Memeriksa kelengkapan dan kondisi APD serta mengevaluasi dan menetapkan

tindak lanjut dari hasil pelaksanaan penggunaan APD seperti rekomendasi

penerapan sanksi bagi pekerja yang tidak memakai APD ataupun reward

(penghargaan) apabila dipandang perlu bagi pekerja yang paling disiplin

dalam memakai APD.

5.3. Keterbatasan Penelitian

Dalam proses penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan penelitian

antara lain sebagai berikut :

1. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini

adalah kuesioner, dan kuesioner yang digunakan bersifat pertanyaan tertutup

sehingga keterbatasan yang ada yaitu tidak dapat menggali lebih dalam

pendapat atau pandangan responden tentang kepatuhan terhadap penggunaan

Alat Pelindung Diri dan tidak dapat menggali lebih dalam mengapa masih ada

yang tidak patuh terhadap penggunaan APD.

2. Penelitian ini hanya untuk memotret faktor yang mempengaruhi kepatuhan

seperti pengetahuan, sikap, ketersediaan APA, peraturan, pengawasan dan

belum melakukan penelitian yang lebih luas seperti program apa yang

dilakukan untuk kepatuhan penggunaaan APD.

3. Penelitian ini hanya mengambil sampel sebanyak 100 responden.


105

4. Sedikitnya variabel dari jumlah sampel yang diambil karena keterbatasan

biaya dan waktu penelitian.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada bulan september 2020 tentang

Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Penggunaan Alat

Pelindung Diri Terhadap Karyawan di PT.Wijaya Karya, Tbk Sumut Tahun 2020.

maka diambil kesimpulan:

1. Tingkat kepatuhan dalam menggunakan APD PT.Wijaya Karya, Tbk Sumut

Tahun 2020 adalah baik

2. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan penggunaan

APD di PT.Wijaya Karya, Tbk Sumut dimana mayoritas responden yang tidak

patuh berpengetahuan kurang

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan penggunaan APD di

PT.Wijaya Karya, Tbk Sumut dimana mayoritas responden yang tidak patuh

bersikap negatif

4. Terdapat hubungan yang signifikan antara ketersediaan APD dengan

penggunaan APD di PT.Wijaya Karya, Tbk Sumut dimana mayoritas

responden yang tidak patuh tidak tersedia APD nya

5. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengaturan dengan penggunaan

APD di PT.Wijaya Karya, Tbk Sumut dimana mayoritas responden yang tidak

patuh mengatakan tidak ada peraturan tentang APD

106
107

6. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengawasan dengan penggunaan

APD di PT.Wijaya Karya, Tbk Sumut dimana mayoritas responden yang tidak

patuh tidak ada pengawasan

7. Berdasarkan analisis multivariat faktor yang sangat berpengaruh pada

penelitian ini adalah faktor ketersediaan APD dengan nilai OR yaitu 47,300

artinya responden yang ketersediaan APD nya kurang memiliki peluang 47

kali menyebabkan ketidakpatuhan responden dalam penggunaan APD.

6.2 Saran

Berdasarkan penelitian tentang Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan

Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri Terhadap Karyawan di PT.Wijaya

Karya, Tbk Sumut Tahun 2020 diperoleh saran yang dapat diajukan sebagai

berikut:

6.2.1 Bagi Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang pengetahuan dan sikapnya sudah baik hendaknya

dipertahankan sehingga diharapkan mampu menjadi contoh dan mempengaruhi

tenaga kerja lain sehingga dapat mempengaruhi sikap menjadi lebih baik dan lebih

memperhatikan keselamatan dirinya saat melakukan pekerjaan. Untuk tenaga

kerja yang masih belum memakai alat pelindung diri secara lengkap dihimbau

untuk lebih meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pemakaian alat pelindung

diri dengan rajin mengikuti Safety Talk dan dapat mengeluhkan kepada

atasan/supervisor lapangan jika merasa kurang nyaman atau perlu pergantian alat

pelindung diri yang telah rusak, sehingga harapan kedepan semua tenaga kerja
108

yang bekerja PT.Wijaya Karya, Tbk Sumut memakai alat pelindung diri secara

lengkap.

6.2.2. Bagi Managemen PT.Wijaya Karya, Tbk Sumut

Manajemen PT.Wijaya Karya, Tbk Sumut diharapkan untuk dapat lebih

mempertahankan upaya promotif terhadap pemakaian alat pelindung diri agar

dapat mempengaruhi pengetahuan dan sikap tenaga kerja untuk memakai alat

pelindung diri secara lengkap dan menjaga kondisi alat pelindung diri tetap dalam

kondisi baik sebelum periode pergantian yaitu dengan menambahkan metode

demontrasi pemakaian dan perawatan alat pelindung diri saat safety talk.

Sebaiknya dilakukan pemasangan peraturan/kebijakan tentang himbauan

pemakaian alat pelindung diri di tempat yang mudah dilihat dan dibaca oleh

tenaga kerja. Meningkatkan upaya preventif terhadap kecelakaan dan potensi

kecelakan kerja, setidak-tidaknya dikurangi dampaknya dengan alat pelindung diri

yang sesuai standar.

Bagi managemen di PT.Wijaya Karya juga diharapkan membuat

applikasi berbasis IT untuk mengontrol pekerja dalam penggunaan APD agar

tingkat kepatuhan bisa lebih diperhatikan dan rutin mengadakan sosialisasi

penggunaan APD.

6.2.3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya, Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan

variabel yang berbeda untuk lebih mengetahui faktor lain yang berhubungan

dengan pemakaian alat pelindung diri.


109

DAFTAR PUSTAKA

1. Triwibowo, Cecep. 2019. Kesehatan Lingkungan dan K3. Yogyakarta :


Nuha Medika.
2. Yuliandi, Cindy Dwi. 2019. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) di Lingkungan Kerja Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang.
http://ejournal.upi.edu/index.php/manajerial
3. Hidayat, Komarul. 2019. Banyak bencana, klaim BPJS Ketenagakerjaan
meningkat menjadi Rp 25 triliun di 2018.
https://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/berita/23310/Banyak-bencana,-
klaim-BPJS-Ketenagakerjaan-meningkat-menjadi-Rp-25-triliun-di-2018.
4. Masri, Aniek. 2017. Faktor – faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan
Penggunaan APD Earplug danSarung Tangan Pada Pekerja Unit Perbaikan
di PT. Kai Daop VI Yogyakarta Dipo Solo Balapan.
5. Internasional Labour Organization ILO. 2015.
http://www.Depkes.Go.Id/Resources/Download/Pusdatin/Infodatin/Infodat
in/-Kesja.Pdf
6. Septiana, N. Rdan Widowati E. 2017. Gangguan Pendengaran Akibat
Bising. HIGEIA, 1(1):73-82
7. Silaban, G. 2015. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Edisi Pertama.
Penerbit Prima Jaya, Medan.
8. Mewengkang, Christin. 2019. Gambaran Kepatuhan Penggunaan Alat
Pelindung Diri Pada Pekerja Pemasangan Jaringan Saluran Udara
Tegangan Menengah Di PT.Matracom Kotamobagu. Jurnal KESMAS,
Vol.8, No.6, Oktober 2019.
9. Primasanti Y, Indriastiningsih E. Analisis Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) pada departemen weaving PT. Panca Bintang Tunggal
Sejahtera. 2019;12(1):55-77.
110

10. Disnakermedan (Internet). 2018. Available from:


http://dinaker.pemkomedan.go.id/website/content/2018/4/TAHUN+KE+5
+PERINGATAN+K3+DANPENGHARGAAN+MENAKERTRANS.htm
1
11. Buntarto. Panduan Praktis K3. 2015. 47-48-13p
12. Anizar. 2017. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja diIndustri.
Yogyakarta : Graha Ilmu.
13. Soehatman, Ramli. 2019. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. Jakarta : Rineka Cipta.
14. Solekhah SA. 2018. Faktor Perilaku Kepatuhan Penggunaan APD pada
Pekerja PT. X. J. Promkes
15. Puji, Dwi Andri. 2017. Faktor –Faktor yang Berhubungan dengan
Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Pekerja Rekanan di PT.
Indonesia Power Up Semarang.
http://ejournal13.undip.ac.id/index.php/jkm
16. Company Profile PT.Wika Beton
17. Dian Permata, Anita. 2019. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kepatuhan Penggunaan APDpada Pekerja Penanganan Prasarana dan
Sarana Umum (PPSU). http://ejournal13.undip.ac.id//index.php.jkm
18. La Tho, Ita. 2019. Analisis Pengawasan Petugas Safety dengan Kepatuhan
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di Proyek Pembangunan
Apartemen Marigoldat Nava Park. ithafarzamto@gmail.com
19. Nurdiani, Catu Umirestu. 2019. Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung
Diri (APD) di Laboratorium Pada Mahasiswa Prodi Dioploma Analis
Kesehatan Universitas MH Thamrin. Ctani_enan@yahoo.com. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Vol 11 (2) ; September 2019.
20. Dyah Sertiya Putri, Kartika. 2017. Analisis Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kepatuhan Menggunakan Alat Pelindung Diri.
kartikadyahsertiyaputri@yahoo.com
21. Suma’mur. 2013. Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja (Hiperkes).
Penerbit PT. Sagung Seto, Jakarta.
111

22. Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Cetakan Kedua. Penerbit


PT Rineka Cipta, Jakarta.
23. Rejeki, S. 2015. Sanitasi Hygiene Dan K3 (Kesehatan Dan Keselamatan
Kerja). Cetakan Pertama. Penerbit Rekayasa Sains, Bandung.
24. Sinaga, Maria Fransiska. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) Pada Tenaga Kerja Pemanen
Kelapa Sawit di PT. Socfindo Tanah Gambus Tahun 2017.
25. Rijanto, B. 2015. Pedoman Praktis K3 dan Lingkungan.
26. ILO. Meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Pekerja Muda. Kantor
Perburuhan Internasional, CH- 1211 Geneva 22 Switzerland 2018.2-3 p.
Available from : http://www.oit.org/wcmsp5/groups/public/--asia--ro-
bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_627174.pdf
27. Sucipto, Cecep Dani. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 2019. 1-5-77-163
p.
28. Ii BAB, Dan B, Teori D, Praktek KE. Bab ii. Beton dan
perkembangannya. 2019; (October 2018).
29. Arpian ID. Penerapan Alat Pelindung Diri Tangan Pada Pekerja Bagian
Produksi. 2018;2(3):363-73
30. Siregar, N.S. 2016. Hubungan Kepatuhan Terhadap Kebijakan
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan Kecelakaan Kerja
Pemanen Sawit Di Kebun Perlabian Pt. Tolan Tiga (Sipef)Tahun 2016.
Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat USU. Medan.
http://www.repository.usu.ac.id/
31. Niman, Susanti. 2017. Promosi Pendidikan dan Kesehatan. Jakarta Timur :
CV. Trans Info Media.
32. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor PER.08/MEN/VII/2010/tentang Alat Pelindung Diri
33. Permenakertrans RI No 08/MEN/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri.
34. Kasus S. Bedah I, Ibs S.Ulin R. Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung
Diri (APD) Untuk Pencegahan Penyakit Akibat Kerja. :88-96.
112

35. Drs. Suwardi MP, Daryanto D. Pedoman Praktis K3LH Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup. 2018. 379p.
36. Mulyanti, D. 2018. Faktor Predisposing, Enabling, Dan Reinforcing
Terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri Dalam Asuhan Persalinan
Normal Di Rumah Sakit Meuraxa Banda Aceh Tahun 2008. Tesis
Kekhususan Kesehatan Kerja. FKM USU. Medan.
http://www.repository.usu.ac.id/
37. Kholid, Ahmad. 2018. Promosi Kesehatan dengan Pendekatan Teori
Perilaku, Media, dan Aplikasinya. Depok : PT. Rajafrafindo Persada.
38. Notoatmodjo, S. 2014. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.
Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta.
39. Sudarmo, dkk. 2016. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Terhadap
Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Untuk Mencegah
Penyakit Akibat Kerja.Kalimantan: Jurnal Berkala Kesehatan. Vol. 1,
No.2: 88-95.
40. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung ;
Alfabeta ; 2019
41. Arikunto, S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta :
Rineka Cipta; 2010.
42. Umar Fahmi Achmadi, 2014, Kesehatan Masyarakat Teori dan
Aplikasi,PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
43. Inna Nesyi. 2016. Hubungan Antara Kepatuhan Penggunaan APD Dengan
Kejadian Kecelakan Kerja Pada Pekerja Bangunan PT. Adhi Karya Tbk
44. Lawrence Green, 1980, Health Education Planning, A Diagnstic
Approuch, The John Hopkins University: Mayfield Publishing Co
45. Heriana, C. Manajemen Pengolahan Data Kesehatan. 1st Ed. Atif NF,
Editor. Bandung: PT. Refik Aditama; 2015.7-8P.
46. Hidayat AA. Metodologi Penelitian Keperawatan Dan Kesehatan. 1st
Ed. SusliaA, Editor. Jakarta Selatan: Salemba Madika; 2017. 58-100 P.
113

47. Dyah Sertiya Putri, Kartika. 2017. Analisis Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kepatuhan Menggunakan Alat Pelindung Diri.
kartikadyahsertiyaputri@yahoo.com
48. Rahmiyanti. 2019. Hubungan Pengetahuan Dengan Penggunaan Alat
Pelindung Diri Pada Pekerja Industri Batu Bata. Jurnal Ilmu Kedokteran
Dan Kesehatan, Volume 6, Nomor 2, April 2019]
49. Magita. 2017. Hubungan tingkat pengetahuan APD dengan kepatuhan
pemakaian APD masker pada pekerja pelintingan PT. Panen Boyolali
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
50. Friska Ayu. 2018. hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan
penggunaan APD pada pekerja mekanik di PT.XYZ. Medical Technology
and Public Health Journal (MTPH Journal)
51. Ruhyandi.2016. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku
kepatuhan penggunaan APD. Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani
52. Gunawan Indra. 2016. Hubungan antara pengetahuan, sikap dan motivasi
dengan perilaku penggunaan alat pelindung diri (APD) pada pekerja
bagian produksi.
53. Prasetyo Eko. 2015. Pengaruh Pengetahuan, Sikap, Dan Ketersediaan Alat
Pelindung Diri (apd) terhadap kepatuhan dalam menggunakan apd di unit
coating pt. Pura barutama kudus. ISSN 2407-9189
54. Susanto Arif. 2013. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan
pekerja operator dalam pemakaian APD. JURNAL KESEHATAN
MASYARAKAT 2013, Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013 Online di
http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm.
55. Cahyani. 2020. Pengaruh antara pengetahuan dengan kepatuhan
pemakaian APD. MaKMA Vol. 3 No. 1 2020. Hlm 21-30 E-ISSN: 2621-
8178 P-ISSN: 2654-5934
56. Raodah Sity. 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan
Alat Pelindung Diri Pada Karyawan Bagian Packer PT Semen Bosowa
Maros Tahun 2014. Email: odhauin@gmail.com
114

57. Setyawati.2016. Faktor yang Berhubungan dengan Pemakaian Alat


Pelindung Diri pada Tenaga Kerja Bongkar Muat di Terminal Peti Kemas
Semarang. Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.
58. Heryawan. 2018. Analisis Penyebab Ketidakpatuhan Penggunaan APD
pada pekerja Manual handling PT X. hariheryawan123@gmail.com.
59. Astiningsih. 2018. Hubungan Penerapan Program K3 Terhadap Kepatuhan
Penggunaan Apd Pada Pekerja Konstruksi Di Pembangunan Gedung
Parkir Bandara Ahmad Yani Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-
Journal) Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm.
60. Hartanto.2017. Pengaruh variabel yang berhubungan dengan Alat
Pelindung Diri Terhadap Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Di
Kota Magelang. Konsentrasi Manajemen Konstruksi Program Magister
Teknik Sipil Universitas Islam Indonesia Yogyakarta
ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN
ALAT PELINDUNG DIRI TERHADAP KARYAWAN
PT. WIJAYA KARYA BETON,TBK SUMUT
TAHUN 2020

LEMBAR KUESIONER

Pengantar
AssalammualaikumWr .Wb
Dengan ini saya memperkenalkan nama : Dwi Enrica Sukatno. NIM :
1802011026 bahwa saya adalah Mahasiswa Program Pasca Sarjana Institut
Kesehatan Masyarakat HELVETIA Medan yang sedang melakukan pendidikan
tentang Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Penggunaan Alat
Pelindung Diri di PT. Wijaya Karya Beton, Tbk Sumut. Bersama ini saya mohon
bantuan anda untuk dapat mengisi kuesioner ini.
Kuesioner ini tidak akan mempengaruhi pekerjaan anda, tetapi hanya
untuk memberikan sumbangan terhadap penelitian. Atas waktu, tenaga dan
pikiran yang telah saudara berikan, saya ucapkan banyak terima kasih.
Petunjuk Pengisian.
1. Jawablah pertanyaan sesuai dengan keadaan dan pendapat anda
Secara jujur dan jelas
2. Pilih salah satu jawaban dengan memberi tanda silang pada nomor
yang sesuai.

I. DATA UMUM ( RESPONDEN )

1. Kode Responden :

2. Nama :

3. Bagian/Seksi :

4. Umur : tahun

5. Pendidikan Terakhir :

6. Lama Bekerja : tahun bulan

115
116

I. PENGETAHUAN

1. Menurut Saudara, apakah pengertian alat pelindung diri ( APD )?


A. Alat yang dipakai untuk melindungi pekerja dari bahaya dan penyakit
akibat kerja
B. Alat yang dipakai untuk mempermudah dalam bekerja
C. Alat yang dipakai untuk aksesoris dalam bekerja
2. Menurut Saudara, bagaimana ciri-ciri alat pelindung diri ( APD ) yang
baik?
A. Alat pelindung diri yang bagus dan menarik
B. Alat pelindung diri yang mahal
C. Alat pelindung diri yang dapat melindungi pekerja, nyaman, tidak
mengganggu gerak, dan tidak digunakan secara bergantian.
3. Menurut Saudara, mengapa saudara harus menggunakan alat pelindung diri
(APD) selama melakukan pekerjaan di PT. Wijaya Karya Beton?
A. Ikut-ikutan sama teman karena teman kerja yang lain memakai APD
B. Takut kena sanksi
C. Untuk melindungi diri dari faktor resiko bahaya pada saat proses pekerjaan
4. Menurut Saudara, manfaat apa yang saudara peroleh dengan menggunakan
alat pelindung diri (APD) pada saat bekerja?
A. Menghindari diri dari faktor resiko bahaya pada saat melakukan
pekerjaan.
B. Mematuhi peraturan sehingga tidak mendapat teguran dari atasan
C. Supaya mendapat pujian dari mandor
5. Menurut saudara apa kegunaan Alat Pelindung Diri (APD)?
A. Untuk melindungi kesehatan dan keselamatan kerja
B. Mematuhi peraturan sehingga tidak mendapat teguran dari atasan
C. Supaya mendapat pujian dari mandor
117

II. SIKAP
Penilaian dilakukan sebagai berikut :
Sangat Setuju : SS
Setuju :S
Ragu – ragu : RG
Tidak Setuju : TS
Sangat Tidak Setuju : STS
No Pernyataan SS S RG TS STS

1. Sebelum memakai APD perlu memperhatikan


petunjuk yang benar

2. APD yang dipakai harus dapat melindungi pekerja


dari bahaya penyakit kecelakaan kerja

3. Setiap pekerja menyadari penggunaan APD untuk


kepentingan kesehatan dan keselamatan kerja

4. Setiap pekerja mempunyai kesadaran untuk


menggunakan APD sebelum mulai bekerja

5. Alat pelindung diri yang dipakai lengkap dan sesuai


peruntukannya pada saat bekerja pada pembuatan
beton

6. APD sangat membantu dalam proses bekerja

III. Ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD)

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah perusahaan tempat anda bekerja menyediakan Alat
Pelindung Diri (APD) ?
2. Apakah Alat Pelindung Diri yang disediakan sesuai dengan
jenis pekerjaan yang anda lakukan?
3. Apakah Alat Pelindung Diri tersebut menimbulkan bahaya
tambahan?
4. Apakah Alat Pelindung Diri yang dipakai pekerja mudah
rusak?
5. Menurut Anda, apakah Alat Pelindung Diri yang digunakan
dapat memberikan perlindungan terhadap bahaya-bahaya
yang dapat terjadi?
118

III. Peraturan

No Pernyataan Ya Tidak

1. Apakah perusahaan mewajibkan seluruh pekerja harus


menggunakan Alat Pelindung Diri tanpa kecuali sesuai
sesuai dengan aturan yang berlaku?

2. Apakah pemakaian APD pada waktu bekerja perlu


pedoman/peraturan yang berlaku di perusahaan?

3. Apakah pekerja yang tidak mematuhi


menggunakan APD, manajemen perusahaan
berhak memberi sangsi?

4. Apakah prosedur yang benar harus diterapkan


dalam menggunakan APD di tempat kerja?

5. Apakah perusahaan mewajibkan seluruh pekerja


harus menggunakan APD kecuali seizin dokter
yang dibuktikan dengan surat keterangan?

V. Pengawasan
119

No Pertanyaan Ya Tidak

1. Apakah dalam melakukan pekerjaan pengawas/mandor anda


selalu mengingatkan anda untuk menggunakan APD?

2. Apakah anda mengikuti anjuran pengawas/mandor tersebut?

3. Apakah pengawas/mandor melakukan kerjasama yang baik


terhadap pekerja dalam penggunaan APD?

4. Apakah anda mempunyai hubungan kerjasama yang baik


dengan pengawas/mandor anda dalam melakukan pekerjaan?

5. Apakah anda menggunakan APD dalam bekerja karena ada


pengawasan?

VI. Kepatuhan Penggunaan APD

Tidak
Menggunakan
No Alat Pelindung Diri Menggunakan

1 Helem

2 Kacamata Pelindung

3 Pelindung Telinga

4 Pelindung Pernfasan

5 Pelindung Tangan

6 Pelindung Kaki
120
121
122
123

OUTPUT SPSS
ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN
ALAT PELINDUNG DIRI TERHADAP KARYAWAN PT. WIJAYA
KARYA BETON,TBK SUMUT AHUN 2020

Analisa Univariat

1. Karakteristik Responden
Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

23-38 51 51.0 51.0 51.0

Valid 39-54 49 49.0 49.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

SD 24 24.0 24.0 24.0

SMP 28 28.0 28.0 52.0

Valid SMA 32 32.0 32.0 84.0

D3-S1 16 16.0 16.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Lama Bekerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

< 10 Tahun (1-10 Tahun) 24 24.0 24.0 24.0

Valid > 10 Tahun (11-30 Tahun) 76 76.0 76.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

2. Kepatuhan

Kepatuhan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Patuh 88 88.0 88.0 88.0

Valid Tidak Patuh 12 12.0 12.0 100.0

Total 100 100.0 100.0


124

3. Pengetahuan

Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Baik 87 87.0 87.0 87.0

Valid Kurang 13 13.0 13.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

4. Sikap

Sikap

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Positif 86 86.0 86.0 86.0

Valid Negatif 14 14.0 14.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

5. Ketersediaan APD

Ketersediaan APD

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Baik 87 87.0 87.0 87.0

Valid Kurang 13 13.0 13.0 100.0


Total 100 100.0 100.0

6. Peraturan

Peraturan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Ya 86 86.0 86.0 86.0

Valid Tidak 14 14.0 14.0 100.0

Total 100 100.0 100.0


125

7. Pengawasan

Pengawasan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Ya 89 89.0 89.0 89.0

Valid Tidak 11 11.0 11.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Analisa Bivariat

Pengetahuan * Kepatuhan

Pengetahuan * Kepatuhan Crosstabulation

Kepatuhan Total

Patuh Tidak Patuh

Count 86 1 87

Expected Count 76.6 10.4 87.0

Baik % within Pengetahuan 98.9% 1.1% 100.0%

% within Kepatuhan 97.7% 8.3% 87.0%

% of Total 86.0% 1.0% 87.0%


Pengetahuan
Count 2 11 13

Expected Count 11.4 1.6 13.0

Kurang % within Pengetahuan 15.4% 84.6% 100.0%

% within Kepatuhan 2.3% 91.7% 13.0%

% of Total 2.0% 11.0% 13.0%


Count 88 12 100

Expected Count 88.0 12.0 100.0

Total % within Pengetahuan 88.0% 12.0% 100.0%

% within Kepatuhan 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 88.0% 12.0% 100.0%


126

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Exact Exact Sig. (1-sided)


Sig. (2- Sig. (2-
sided) sided)

Pearson Chi-Square 74.614a 1 .000


b
Continuity Correction 66.919 1 .000
Likelihood Ratio 51.302 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 73.867 1 .000
N of Valid Cases 100

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.56.
b. Computed only for a 2x2 table

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate

Estimate 47.300
ln(Estimate) 6.159
Std. Error of ln(Estimate) 1.266
Asymp. Sig. (2-sided) .000
Lower Bound 39.565
Common Odds Ratio
Asymp. 95% Confidence Upper Bound 5654.688
Interval Lower Bound 3.678
ln(Common Odds Ratio)
Upper Bound 8.640

The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the
common odds ratio of 1.000 assumption. So is the natural log of the estimate.
127

Sikap * Kepatuhan

Sikap * Kepatuhan Crosstabulation

Kepatuhan Total

Patuh Tidak Patuh

Count 83 3 86

Expected Count 75.7 10.3 86.0

Positif % within Sikap 96.5% 3.5% 100.0%

% within Kepatuhan 94.3% 25.0% 86.0%

% of Total 83.0% 3.0% 86.0%


Sikap
Count 5 9 14

Expected Count 12.3 1.7 14.0

Negatif % within Sikap 35.7% 64.3% 100.0%

% within Kepatuhan 5.7% 75.0% 14.0%

% of Total 5.0% 9.0% 14.0%


Count 88 12 100

Expected Count 88.0 12.0 100.0

Total % within Sikap 88.0% 12.0% 100.0%

% within Kepatuhan 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 88.0% 12.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value Df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. Exact Sig. (1-


sided) (2-sided) sided)

Pearson Chi-Square 42.144a 1 .000


b
Continuity Correction 36.583 1 .000
Likelihood Ratio 29.107 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 41.722 1 .000
N of Valid Cases 100

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.68.
b. Computed only for a 2x2 table

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate


128

Estimate 49.800
ln(Estimate) 3.908
Std. Error of ln(Estimate) .810
Asymp. Sig. (2-sided) .000
Lower Bound 10.175
Common Odds Ratio
Asymp. 95% Confidence Upper Bound 243.730
Interval Lower Bound 2.320
ln(Common Odds Ratio)
Upper Bound 5.496

The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the
common odds ratio of 1.000 assumption. So is the natural log of the estimate.

Ketersediaan APD * Kepatuhan

Ketersediaan APD * Kepatuhan Crosstabulation

Kepatuhan Total

Patuh Tidak Patuh

Count 86 1 87

Expected Count 76.6 10.4 87.0

Baik % within Ketersediaan APD 98.9% 1.1% 100.0%

% within Kepatuhan 97.7% 8.3% 87.0%

% of Total 86.0% 1.0% 87.0%


Ketersediaan APD
Count 2 11 13

Expected Count 11.4 1.6 13.0

Kurang % within Ketersediaan APD 15.4% 84.6% 100.0%

% within Kepatuhan 2.3% 91.7% 13.0%

% of Total 2.0% 11.0% 13.0%


Count 88 12 100

Expected Count 88.0 12.0 100.0

Total % within Ketersediaan APD 88.0% 12.0% 100.0%

% within Kepatuhan 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 88.0% 12.0% 100.0%

Chi-Square Tests
129

Value df Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


(2-sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 74.614a 1 .000


Continuity Correctionb 66.919 1 .000
Likelihood Ratio 51.302 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 73.867 1 .000
N of Valid Cases 100

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.56.
b. Computed only for a 2x2 table

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate

Estimate 47.300
ln(Estimate) 6.159
Std. Error of ln(Estimate) 1.266
Asymp. Sig. (2-sided) .000
Lower Bound 39.565
Common Odds Ratio
Asymp. 95% Confidence Upper Bound 5654.688
Interval Lower Bound 3.678
ln(Common Odds Ratio)
Upper Bound 8.640

The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the
common odds ratio of 1.000 assumption. So is the natural log of the estimate.

Peraturan * Kepatuhan
130

Peraturan * Kepatuhan Crosstabulation

Kepatuhan Total

Patuh Tidak Patuh

Count 86 0 86

Expected Count 75.7 10.3 86.0

Ya % within Peraturan 100.0% 0.0% 100.0%

% within Kepatuhan 97.7% 0.0% 86.0%

% of Total 86.0% 0.0% 86.0%


Peraturan
Count 2 12 14

Expected Count 12.3 1.7 14.0

Tidak % within Peraturan 14.3% 85.7% 100.0%

% within Kepatuhan 2.3% 100.0% 14.0%

% of Total 2.0% 12.0% 14.0%


Count 88 12 100

Expected Count 88.0 12.0 100.0

Total % within Peraturan 88.0% 12.0% 100.0%

% within Kepatuhan 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 88.0% 12.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Exact Sig. Exact Sig. (1-


Sig. (2- (2-sided) sided)
sided)
a
Pearson Chi-Square 83.766 1 .000
b
Continuity Correction 75.846 1 .000
Likelihood Ratio 61.902 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 82.929 1 .000
N of Valid Cases 100

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.68.
b. Computed only for a 2x2 table

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate

Estimate 49.800
131

ln(Estimate) 3.908
Std. Error of ln(Estimate) .810
Asymp. Sig. (2-sided) .000
Lower Bound 10.175
Common Odds Ratio
Asymp. 95% Confidence Upper Bound 243.730
Interval Lower Bound 2.320
ln(Common Odds Ratio)
Upper Bound 5.496

The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the
common odds ratio of 1.000 assumption. So is the natural log of the estimate.

Pengawasan * Kepatuhan

Pengawasan * Kepatuhan Crosstabulation

Kepatuhan Total

Patuh Tidak Patuh

Count 88 1 89

Expected Count 78.3 10.7 89.0

Ya % within Pengawasan 98.9% 1.1% 100.0%

% within Kepatuhan 100.0% 8.3% 89.0%

% of Total 88.0% 1.0% 89.0%


Pengawasan
Count 0 11 11

Expected Count 9.7 1.3 11.0

Tidak % within Pengawasan 0.0% 100.0% 100.0%

% within Kepatuhan 0.0% 91.7% 11.0%

% of Total 0.0% 11.0% 11.0%


Count 88 12 100

Expected Count 88.0 12.0 100.0

Total % within Pengawasan 88.0% 12.0% 100.0%

% within Kepatuhan 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 88.0% 12.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Exact Sig. Exact Sig. (1-


Sig. (2- (2-sided) sided)
sided)

Pearson Chi-Square 90.637a 1 .000


132

Continuity Correctionb 81.515 1 .000


Likelihood Ratio 62.419 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 89.730 1 .000
N of Valid Cases 100

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.32.
b. Computed only for a 2x2 table

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate

Estimate 19.600
ln(Estimate) 2.908
Std. Error of ln(Estimate) .110
Asymp. Sig. (2-sided) .000
Lower Bound 9.175
Common Odds Ratio
Asymp. 95% Confidence Upper Bound 143.730
Interval Lower Bound 2.320
ln(Common Odds Ratio)
Upper Bound 5.496

The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the
common odds ratio of 1.000 assumption. So is the natural log of the estimate.

Analisis Multivariat
1. Seleksi Kandidat
a. Pengetahuan
Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

peng 6.159 1.266 23.672 1 .000 47.300 39.565 5654.688


a
Step 1 Const
-10.613 2.153 24.290 1 .000 .000
ant

a. Variable(s) entered on step 1: peng.

b. Sikap
Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B)

Lower Upper
a
Step 1 Sik 3.908 .810 23.264 1 .000 49.800 10.175 243.730
133

Const
-7.228 1.301 30.868 1 .000 .001
ant

a. Variable(s) entered on step 1: Sik.

c. Ketersediaan APD
Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

apd 6.159 1.266 23.672 1 .000 47.300 39.565 5654.688


a
Step 1 Const
-10.613 2.153 24.290 1 .000 .000
ant

a. Variable(s) entered on step 1: apd.

d. Peraturan
Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

4334.1
per 22.995 .000 1 .996 969.00 .000 .
19
Step 1a
Const 8668.2
-44.198 .000 1 .996 .000
ant 37

a. Variable(s) entered on step 1: per.

e. Pengawasan
Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

12118. 1.421.
peg 25.680 .000 1 .998 .000 .
636 000
a
Step 1
Const 12118.
-30.158 .000 1 .998 .000
ant 636

a. Variable(s) entered on step 1: peg.

2. Variabel Pengujian

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a peng 20.766 4220.613 .000 1 .996 1043845652.910 .000 .


134

Sik 19.478 4220.613 .000 1 .996 287906839.111 .000 .

apd 1.288 1.705 .571 1 .030 3.626 .128 102.541

Const -
12661.837 .000 1 .996 .000
ant 62.913

a. Variable(s) entered on step 1: peng, Sik, apd.

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

apd 6.159 1.266 23.672 1 .000 47.300 39.565 5654.688


Step 1a Const -
2.153 24.290 1 .000 .000
ant 10.613

a. Variable(s) entered on step 1: apd.

DOKUMENTASI PENELITIAN
135

Gambar 1. Gerbang Depan PT.Wijaya Karya Beton Tbk.

Gambar 2. Peta Lokasi PT. Wijaya Karya Beton Tbk. Sumut


136

Gambar 3. Halaman Depan dan Pintu Masuk Kantor Staff K3


137

Gambar 4. Jalur 1 Produksi PT. Wijaya Karya Beton Tbk.

Gambar 5. Jalur 2 Produksi PT. Wijaya Karya Beton Tbk.


138

Gambar 6. Jalur 3 Produksi PT. Wijaya Karya Beton Tbk.


139

Gambar 7. Jalur 4 Produksi PT. Wijaya Karya Beton Tbk.

Gambar 8. Jalur 5 Produksi PT. Wijaya Karya Beton Tbk.


140

Gambar 9. Ruang Meeting Staff K3

Gambar 10. Ruang loker penyimpanan APD Karyawan PT.Wijaya Karya


141

Gambar 11 . Briefing dengan Inspector K3 sebelum melakukan Safety


Induction dan menyebar kuesioner kepada karyawan

Gambar 12. Penyerahan kuesioner kepada Inspector K3 untuk penelitian


142

Gambar 13. Safety Induction kepada karyawan sebelum bekerja


143

Gambar 14. Melakukan yel-yel sebelum bekerja


144

Gambar 15. Menyebarkan kuesioner di lapangan kepada karyawan


PT.Wijaya Karya
145

Gambar 16. Membagikan kuesioner sambil memberi pengarahan cara


mengisi kuesioner
146

Gambar 17. Pembagian Kuesioner kepada karyawan PT. Wijaya Karya di


dalam ruangan
147

Gambar 18. Beberapa hasil produk beton PT. Wijaya Karya


148

Gambar 19. Melihat produksi dan hasil produksi PT.Wijaya Karya dari
sisi atas kantor
149

Gambar 20. Survei langsung ke lapangan produksi dan beberapa jalur


bersama Inspector K3
150

SELESAI

Anda mungkin juga menyukai