TESIS
TESIS
OLEH
Menyetujui
Komisi Penasihat,
PembimbingI PembimbingII
Mengetahui,
S2 IlmuKesehatanMasyarakat
1. Tesis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar
akademik Magister Kesehatan Masyarakat (M.K.M), di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia.
2. Tesis ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing dan masukan tim
penelaah/tim penguji.
3. Dalam Tesis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya perbuat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian
hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka
saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah
diperoleh karena tesis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang
berlaku diperguruan tinggi ini.
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia
Medan berhak menyimpan, mengalih media/format, mengelola dalam bentuk
pangkalan data (database), merawat dan mempublikasi tesis saya tanpa meminta
izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta
dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Dibuat di : Medan
Pada tanggal : November 2020
Yang menyatakan,
i
ABSTRAK
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb.
Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister
Kesehatan Masyarakat pada program study S2 Kesehatan Masyarakat Institut
Kesehatan Helvetia Medan. Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat
terlaksana dengan baik tanpa bantuan, dukungan, bimbingan dan kerjasama dari
berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
rasa terima kasih yang tak terhingga kepada yang terhormat :
1. Dr. Ismail Efendy, M.Si, selaku Rektor Institusi Kesehatan Helvetia Medan.
2. Dr. Achmad Rifai, SKM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia Medan.
3. Dr. Asriwati, S.Kep, Ns, Spd, M.Kes, selaku Ketua Program Studi S2
Kesehatan Helvetia Medan.
4. Dr. Eka Daryanto, M.T. selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak
memberikan bimbingan, mengorbankan waktu, pikiran dan tenaga, dalam
memberikan nasehat dan petunjuk guna menyelesaikan tesis ini.
5. Dr. Achmad Rifai, S.K.M, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang telah
banyak memberikan bimbingan, mengorbankan waktu, pikiran dan tenaga,
dalam memberikan nasehat dan petunjuk guna menyelesaikan tesis ini.
6. Prof. Dr. dr Thomson P Nadapdap M.Kes, Epid. selaku penguji III yang telah
banyak memberikan masukan dan kritikan untuk kesempurnaan tesis ini.
7. Dr. Tri Niswati Utami M.Kes selaku penguji IV yang telah banyak
memberikan masukan dan kritikan untuk kesempurnaan tesis ini.
iii
8. Seluruh Dosen dan Staf pengajar di Program Studi S2 Kesehatan Masyarakat
Institut Kesehatan Helvetia Medan yang telah memberikan ilmu pengetahuan
dan bimbingan kepada penulis selama masa pendidikan.
9. Rekan-rekan seperjuangan Mahasiswa/i Program Studi S2 Kesehatan
Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia Medan, yang selalu memotivasi dan
selalu bersama dalam menyelesaikan pendidikan ini, serta kepada semua
sahabat-sahabat terbaikku yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
selalu memberikan semangat dan saling mendukung dalam penyusunan Tesis
ini.
Hanya Allah SWT yang senantiasa dapat memberikan balasan atas
kebaikan yang telah diperbuat. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Tesis ini
masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan dari semua pihak. Semoga Tesis ini bermanfaat dan dapat menjadi
bahan referensi bagi penulisan Tesis lainnya.
iv
RIWAYAT HIDUP
Peneliti bernama Dwi Enrica Sukatno, anak ke dua dari tiga bersaudara.
Peneliti adalah anak dari pasangan Alm. bapak Drs. Sukatno dan ibu Hj.
Ermawati Spd., M.A.P. Lahir di Binjai, 9 Januari 1990, dan saat ini peneliti dan
Mada Brahrang, tahun 2001-2004 SMP Negeri 1 Binjai, tahun 2004-2007 SMA
Negeri 2 Binjai, tahun 2007-2010 D-3 Kebidanan Stikes Putra Abadi Langkat
Stabat, tahun 2016-2017 D-4 Kebidanan Institut Kesehatan Helvetia Medan dan
v
DAFTAR ISI
ABSTRACT...................................................................................................... i
ABSTRAK ...................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP....................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xii
vi
2.7.1.Pengetahuan........................................................................... 38
2.7.2.Sikap....................................................................................... 40
2.7.3.Perundang-undangan / Peraturan........................................... 43
2.7.4.Ketersediaan Alat Pelindung Diri.......................................... 45
2.7.5.Pengawasan............................................................................ 47
2.8. Kerangka Penelitian........................................................................ 49
2.8.1.Landasan Teori...................................................................... 49
2.9. Kerangka Teori................................................................................ 51
2.10.Kerangka Konsep............................................................................ 53
2.11.Hipotesis Penelitian......................................................................... 54
vii
BAB V PEMBAHASAN ................................................................................ 78
5.1. Hasil Penelitian................................................................................ 78
5.1.1. Analisa Univariat ................................................................. 78
5.1.2. Analisa Bivariat..................................................................... 80
5.1.3. Analisa Multivariat................................................................. 99
5.2. Implikasi Hasil................................................................................. 101
5.2.1. Identifikasi Ketidakpatuhan Dalam Menggunakan APD....... 101
5.2.2. Keterbatasan Penelitian.......................................................... 103
LAMPIRAN.................................................................................................... 134
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR TABEL
x
Responden Dengan Variabel Pengetahuan, Sikap, dan Ketersediaan
APD............................................................................................... 87
xi
DAFTAR LAMPIRAN
5. Daftar Induk Pegawai Terampil PT. Wijaya Karya Beton Tbk..... 157
11. Surat Balasan Survei Awal dari PT Wijaya Karya Beton Tbk...... 165
13. Surat Balasan Izin Penelitian dari PT Wijaya Karya Beton Tbk. . 167
xii
BAB I
PENDAHULUAN
tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya kerja dan tingkat kesehatan
yang tinggi. Kecelakaan kerja sering hanya dianggap sebagai kecelakaan atau
resiko kerja (personal risk), bukan tanggung jawab perusahaan. Pandangan ini
diperkuat dengan konsep common law defence (CLD) yang terdiri atas
ilmu dan teknologi, maka keselamatan dan kesehatan kerja juga semakin
164-165 tentang Kesehatan Kerja dinyatakan bahwa semua tempat kerja wajib
menerapkan upaya kesehatan baik sektor formal maupun informal. Dengan segala
pun mulai beralih untuk menerapkan keilmuan maupun teknologi baru yang dapat
1
2
pelindung diri di kalangan industri. Selama ini penerapan K3 sering kali dianggap
sebagai cost atau beban biaya, bukan sebagai investasi untuk mencegah terjadinya
dengan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah bagian dari
ada untuk melindungi pekerja dari kecelakaan dan penyakit tidak cukup baik
untuk menghadapi bahaya dalam bekerja akibat perubahan dalam sifat kerja. ILO
upaya untuk mencegah kecelakaan kerja dan melindungi tenaga kerja dengan
3
penggunaan APD masih seringkali ditemukan tenaga kerja yang tidak patuh
tentang perlindungan tenaga kerja maka salah satu cara untuk pencegahan
keselamatan kerja adalah dengan menggunakan alat pelindung diri. Dengan kata
lain bahwa APD merupakan keputusan terakhir yang di ambil dalam pengendalian
alat yang memiliki kemampuan untuk melindungi seseorang dan berfungsi untuk
menjaga sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. Alat
sektor industri. Sebagian besar kecelakaan kerja yang terjadi karena faktor human
eror atau kesalahan manusia. Ini terjadi karena kurangnya kesadaran dan
organisasi (9).
saat bekerja sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu
sendiri dan orang di sekelilingnya. Peraturan APD dibuat oleh pemerintah sebagai
Perusahaan atau pelaku usaha yang memperkerjakan pekerja atau buruh memiliki
(SNI) atau standar yang berlaku. Selain itu perusahaan harus mengumumkan
keselamatan tenaga kerja atau buruh memiliki peranan dan kedudukan yang
Beberapa faktor ini sangat berpengaruh dan berkaitan satu sama lain untuk
menghadapi berbagai kendala, salah satu diantaranya adalah pola pikir yang masih
pelindung diri. Hal ini seringkali dianggap remeh oleh pekerja. Pekerja dalam
menggunakan alat pelindung diri dapat dikatakan kurang disiplin, sehingga pada
akhirnya berisiko untuk terjadi kecelakaan kerja yang cukup besar (14).
Pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja bagi para pekerja ini juga
telah diatur dalam UU RI No. 13 Tahun 2003, yang menegaskan bahwa setiap
keselamatan dan kesehatan kerja (pasal 86 ayat 1). Upaya keselamatan dan
pekerja atau buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja,
dan pengendalian bahaya di tempat kerja yang dimaksudkan dalam pasal 86 ayat 2
PT. Wijaya Karya Beton Tbk. atau yang lebih dikenal dengan nama Wika
Beton merupakan anak perusahaan dari PT. Wijaya Karya (persero) Tbk. atau
yang lebih dikenal dengan nama Wika, lahir pada tanggal 11 maret 1997
dihadapan notaris Imas Fatimah, SH sesuai dengan surat keputusan direksi PT.
Wijaya Karya dengan akta pendirian notaris nomor 44, sebagai perusahaan anak
dari Wika. sebagai bagian dari perusahaan induknya, perjalanan Wika Beton telah
percetak dimulai sejak tahun 1978, pada waktu itu dibawah pengelolaan Divisi
(Perumnas) (16).
tetap sebanyak 106 karyawan sedangkan tidak tetap atau THM ( Tenaga Harian
Mandor) sebanyak 360 pekerja dan memiliki 5 seksi, bagian karyawan tetap
seksi keuangan dan personalia sebanyak 13 karyawan, seksi teknik dan mutu
tersebut. Oleh karena itu setiap shift kerja di bagi 3 shift yaitu pagi jam 07.00 wib
– 15.00 wib, siang 15.00 wib – 22.00 wib, dan malam 22.00 wib – 07.00 wib.
(kunjungan) ke pabrik PT. Wijaya Karya Beton. Peneliti melihat pada shift kerja
siang, tampak terlihat di jalur 1 produksi pemadatan ada 5 karyawan yang tidak
menggunakan masker, ear plug, dan menggunakan helm, sarung tangan dan 3
2, 3, 4 dan 5 tidak terlihat lebih jelas karena pada jalur satu peneliti bisa melihat
Dari hasil survey data yang peneliti lakukan di Rumah Sakit Bunda
pasien di rujuk ke Poli Mata yang disebabkan mata terkena material yang
menyebabkan bola mata iritasi dan merah yang harus di periksa oleh dokter mata
yaitu 56 pasien, dan 16 pasien yang di rujuk ke IGD dikarenakan tertusuk paku,
kepala tertimpa material, kaki tertimpa material dan tangan terbentur material.
penggunaan APD dan datang kembali untuk melakukan survei awal serta
fungsi dan petunjuk nya. Lalu peneliti menemui Inspector K3 untuk wawancara
singkat di PT. Wijaya Karya Beton dan diperoleh informasi bahwa meskipun
perusahaan telah menyediakan Alat Pelindung Diri yang diperlukan oleh pekerja
dan harus di gunakan pada saat bekerja, yaitu berupa helm, earplug, masker,
kacamata pelindung, rompi dan sarung tangan. Namun masih ada beberapa
pekerja yang tidak patuh atau mengabaikan peraturan untuk selalu menggunakan
APD pada saat bekerja dengan berbagai alasan. Beliau mengatakan bahwa
beberapa pekerja merasa tidak nyaman, terlalu panas dan menghalangi pekerjaan.
Padahal di setiap divisi ada seorang Mandor / Pengawas yang selalu mengawasi
kecelakaan kerja di PT. Wika Beton. APD wajib yang harus digunakan di semua
8
jalur yaitu helm dan sepatu boot. Meskipun pada setiap jalur terdapat satu orang
pengawas / mandor, tapi tetap masih saja ada yang tidak patuh dalam
menggunakan APD wajib tersebut yaitu helm. Pekerja yang tidak menggunakan
pelindung diri bagi para pekerjanya, salah satunya pelindung kepala. Safety
helmet merupakan salah satu alat pelindung kepala yang wajib digunakan untuk
melindungi para pekerja dari bahay terkena benda jatuh dari atas, benturan, dan
bahaya listrik.
Pabrik PT. Wijaya Karya Beton telah menyediakan beberapa APD yang
cukup, salah satunya berupa helmet merk MSA berstandar ANSI / ISEA Z
89.1,1997 dan merk Proguard standar EN 397. Helmet yang digunakan memiliki
standar ANSI (American National Standards Institute) dan standar Eropa (EN).
Analisa helmet yaitu mampu menahan beban 1,8 kg dengan ketinggian 60 cm,
nyaman dipakai untuk kerja, tidak berat saat dipakai, menyesuaikan bentuk
ukuran kepala tiap pekerja, dan telah disosialisasikan pula cara memakai helmet
helmet harus digunakan ketika bekerja di area yang terdapat potensi bahaya yang
helmet dianggap layak digunakan pekerja jika memenuhi kriteria minimum yang
Equipment Association (ISEA) sesuai dengan standard ANSI / ISEA Z 89,1 1997.
9
Helm pengaman industri juga mematuhi standar EN 397 yang menyatakan bahwa
helm harus dirancang untuk melindungi pengguna dari benda jatuh. Standar ini
juga mencakup perlindungan terhadap perubahan bentuk lateral dari helm, serta
apakah masih layak pakai atau tidak dalam jangka waktu beberapa bulan dan
ukuran nya juga disesuaikan dengan kebutuhan tenaga kerja berdasarkan jenis
pekerjaannya agar pekerja tetap nyaman dalam menggunakan helm tersebut dan
tetap bekerja semaksimal mungkin. Namun, kembali lagi ke fitrah manusia yang
terkadang memiliki sifat egois atau pun merasa tidak masalah jika sesekali tidak
patuh menggunakan APD berupa helm. Tapi mereka berdalih dengan berbagai
alasan misalnya seperti merasa panas atau gerah dan merasa pegal menggunakan
helm tersebut. Oleh sebab itu perusahaan mengeluarkan kebijakan yaitu membuat
(MCU) yang dilakukan setahun sekali pada karyawan nya dan melakukan donor
darah setiap tiga bulan sekali. Pemeriksaan ini bekerja sama dengan Rumah Sakit
paru-paru, jantung, tes urine, audio (pendengaran) dan pernafasan. Laporan hasil
Agar tujuan dari kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dapat tercapai
dengan baik maka pekerja haruslah dapat mematuhi kebijakan K3 yang ada
khususnya dalam hal pemakaian APD, dengan demikian resiko untuk terkena
resiko bahaya yang tinggi. Berdasarkan latar belakang tersebut, yang menjadi
kepatuhan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada karyawan di PT. Wijaya
diri.
Sumut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
13
14
Park
tentang penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja bab I pasal
1, Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
15
menciptakan suasana bekerja yang aman, nyaman, dan tujuan akhirnya adalah
keselamatan yang berhubungan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan
(K3). Seperti meningkatnya jumlah dan ragam sumber bahaya di tempat kerja,
yang bertujuan agar para pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat
diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan serta terhadap penyakit umum.
16
kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang
bersangkutan (21).
produktivitas nasional.
tersebut.
efisien (23).
menaruh perhatian terhadap peristiwa kecelakaan kerja. Pada saat ini, perhatian
tumbuh sampai suatu titik yang menunjukkan bahwa kurikulum menejemen perlu
instruksionalnya.
semua kegiatan yang dilakukan untuk melindungi kesehatan pekerja dan yang
lainnya dari bahaya yang mungkin timbul sehubungan dengan operasi perusahaan.
Kegiatan ini tidak hanya terbatas pada diagnose dan pengobatan penyakit akibat
17
kerja, tetapi juga upaya yang diperlukan untuk melindungi pekerja dari penyakit
(25).
kerja harus dilakukan dengan resmi, terencana, menyeluruh dan dengan teknik
kontrak-kontrak pekerjaan.
Cedera terhadap pekerja dapat diakibatkan oleh bahaya bahan kimia, fisik,
lingkungan yang buruk juga dapat mempengaruhi kesehatan pekerja, seperti suhu
yang tinggi atau rendah, penerangan yang jelek, kebisingan yang menganggu atau
2. Pengendalian Bahaya
Bila sering terjadi cedera akibat suatu bahan, maka langkah pertama
dasar alcohol, gunakan saja bahan berbahan dasar air yang pada umumnya
bahayanya kurang.
masih belum jelas batasannya. Kesehatan kerja bertujuan untuk peningkatan dan
pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan bagi pekerja dalam
pekerjaannya dari resiko akibat faktor yang merugikan kesehatan dan penempatan
serta pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang disesuaikan dengan
tenaga kerja khususnya, dan manusia pada umumnya. Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan kesehatan, keselamatan, dan
Keselamatan dan kesehatan kerja cukup penting bagi moral, legalitas, dan
19
dan orang lain yang terlibat tetap berada dalam kondisi aman sepanjang waktu
(27).
2. Setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula
keselamatannya
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin ,cuaca, sinar
masyarakat dan lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera. Dengan K3
akan tercapai suasana lingkungan kerja yang aman, sehat, dan nyaman dengan
keadaan tenaga kerja yang sehat fisik, mental, sosial, dan bebas kecelakaan.
luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin cuaca,
sinar dan radiasi, suara dan getaran, mencegah dan mengendalikan timbulnya
penyakit akibat kerja baik fisik maupun psikis, dan suhu dan kelembapan yang
baik .
21
kesempurnaan atau kesehatan jasmani dan rohani tenaga kerja serta hasil karya
sebagai akibat dari kondisi kerja yang tidak aman dan tidak sehat.
produktivitas nasional.
(13).
22
didefenisikan dengan prilaku individu (berobat, mengikuti diet atau merubah gaya
hidup) sesuai dengan anjuran kesehatan. Jadi kepatuhan adalah sejauh mana
perilaku klien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan.
perubahan tingkah laku (behavior change) yang bersifat sementara dan individu
yang semula jika pengawasan kelompok mulai mengendur dan perlahan memudar
suatu respon terhadap suatu perintah, anjuran atau ketetapan yang ditunjukan
merupakan bentuk ketaatan pada aturan atau disiplin dalam menjalankan prosedur
yang telah ditetapkan. Kepatuhan dapat diartikan sebagai suatu bentuk respon
terhadap suatu perintah, anjuran, atau ketetapan melalui suatu aktifitas konkrit.
Teori ini didasarkan pada asumsi: (1) bahwa manusia umumnya melakukan
sesuatu dengan cara yang masuk akal; (2) manusia mempertimbangkan semua
24
informasi yang ada; (3) bahwa secara eksplisit maupun implisit manusia
Dan segala sesuatu yang dilakukan oleh individu untuk membuat satu atau lebih
evaluasi kesehatan secara periodic dan ambil bagian sebagai pelaksana tindakan
dan pencegahan.
(K3) di perusahaan tidak lepas dari sikap kepatuhan personal baik dari pihak
mentaati dan mengikuti spesifikasi, standar atau aturan yang telah diatur dengan
jelas, dimana aturan tersebut diterbitkan oleh perusahaan yang bersangkutan dan
seseorang untuk menjaga keselamatan dalam tempat kerja. Perilaku ini mengikuti
pada prosedur standar kerja dan pemakaian APD. Healey dan Walker mengatakan
pekerja mempunyai dua pilihan dalam menciptakan tempat kerja yang aman dan
25
mematuhi atau mengikuti prosedur atau saran tenaga kesehatan. Menurut teori
Brannon dan Feist kepatuhan adalah prilaku pekerja untuk mengikuti permintaan
kadang sikap acuh tak acuh atau mengabaikannya. Menurut teori Nanda adalah
disiplin diri, stress dan depresi, hubungan antara pekerja dengan petugas
kesehatan, dukungan dari pihak keluarga serta faktor lingkungan. Dengan kata
pelaksanaan (31).
1. Faktor sosial ekonomi seperti usia, jenis kelamin, suku bangsa, status
yang signifikan.
budaya dan biaya financial dan lainnya yang termasuk dalam mengikuti
regimen.
penyakit.
perubahanan tersebut.
disingkat APD adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi
seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi
terakhir melindungi diri dalam meminimalkan bahaya. Alat pelindung diri (APD)
standar terdiri dari pakaian pelindung, pelindung diri, pernapasan, telinga, mata,
untuk melindungi diri terhadap potensi bahaya kecelakaan kerja. APD merupakan
kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya resiko kerja untuk
Menurut teori Anizar bahwa Alat Pelindung Diri bukanlah alat yang
nyaman apabila dikenakan tetapi fungsi dari alat ini sangatlah besar karena dapat
mencegah penyakit akibat kerja ataupun kecelakaaan pada waktu bekerja. Pada
kenyataannya banyak para pekerja yang masih belum mengenakan alat ini karena
bila alat pelindung tersebut dipilih secara tepat dan selalu dipakai oleh pekerja
yang bersangkutan. Pemakaian APD sering kali menimbulkan rasa tidak nyaman,
yang berlebihan
karena bentuk dan bahan dari alat pelindung diri yang digunakan tidak
tepat
tempat kerja.
perlindungan tersebut.
Pada saat menggunakan APD ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :
1) Segera melapor jika merasakan gejala rasa sakit atau tidak nyaman
menggunakan APD
memasuki suatu tempat kerja yang berbahaya bukan hanya berlaku bagi pekerja,
melainkan juga bagi pemimpin perusahaan, pengawas, kepala bagian dan siapa
saja yang akan memasuki tempat kerja. Instruksi secara lisan maupun tulisan perlu
diberikan kepada semua pekerja tentang kapan dan dalam keadaan apa alat
perlindungan diri harus digunakan oleh pekerja (dipakai secara terus menerus
selama waktu kerja atau hanya pada saat melakukan pekerjaan tertentu). Demikian
tempat-tempat kerja yang dapat dibaca dengan mudah oleh pekerja (33).
(APD), yaitu :
1. Pekerja, yaitu ;
jantung, paru/emphisema).
disediakan.
2. Perusahaan
d. Pengadaan APD yang asal beli dan tidak sesuai dengan jumlah
melindungi kepala dari benturan, terantuk, kejatuhan atau terpukul benda tajam
atau benda keras yang melayang atau meluncur di udara, terpapar oleh radiasi
panas, api, percikan bahan-bahan kimia jasad renik (mikro organisme) dan suhu
32
ekstrim. Jenis – jenis alat pelindung kepala terdiri diri helm pengaman (safety
helmet), topi atau tudung kepala, penutup atau pengaman rambut, dan lain-lain.
Alat pelindung mata dan muka adalah alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi mata dan muka dari paparan bahan kimia berbahaya, paparan partikel-
partikel yang melayang di udara dan di badan air, percikan benda-benda kecil,
panas, atau uap panas, radiasi gelombang eletromagnetik yang mengion maupun
tidak mengion, pancaran cahaya, benturan atau pukulan benda keras atau benda
tajam.
pelindung telinga terdiri dari sumbat telinga (ear plug) dan penutup telinga (ear
muff).
organ pernapasan dengan cara menyalurkan udara bersih dan sehat dan/atau
kabut, asap, uap, gas dan sebagainya. Jenis alat pelindung lainnya seperti masker,
untuk melindungi tangan dan jari-jari tangan dari pajanan api, suhu panas, suhu
benturan, pukulan, dan tergores. Jenis pelindung tangan terdiri dari sarung tangan
yang terbuat dari logam, kulit, kain kanvas, karet, sarung tangan yang tahan bahan
kimia (34).
Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa atau
panas, atau dingin, uap panas, terpajan suhu yang ekstrim, terkena bahan kimia
berbahaya dan jasad renik, tergelincir. Jenis pelindung kaki berupa sepatu
kerja yang basah atau licin, bahan kimia dan jasad renik, dan renik atau bahaya
7. Pakaian Pelindung
seluruh bagian badan dari bahaya temperature panas atau dingin yang ekstrim,
pajanan api dan benda-benda panas, uap panas, benturan dengan mesin, peralatan
dan bahan, tergores, radiasi, binatang, tumbuhan dan lingkungan seperti virus,
bakteri dan jamur. Jenis pakaian terdiri dari rompi, celemek (Apron), jacket, dan
masing-masing APD dan sebagian telah diuraikan pada sub bagian jenis alat
Tiap alat pelindung diri (APD) yang digunakan biasanya berfungsi untuk
dapat menjadi faktor baru terciptanya kecelakaan.Oleh sebab itu, perlu melakukan
diri meliputi kebenaran tata cara penggunaan alat, keberhasilan alat setelah selesai
Beberapa cara pemeliharaan alat pelindung diri dapat dilakukan, yaitu : (1)
tumbuhnya jamur dan bakteri; (2) pencucian dengan air sabun untuk alat
pelindung diri seperti helm keselamatan, kaca mata, aer plug yag terbuat dari
karet, sarum tangan; (3) penggantian cartridge atau canister pada respirator
setelah dipakai beberapa kali. Untuk penyimpanan alat pelindung diri harus
disimpan pada tempat penyimpanan yang bebas debu, kotoran, dan tidak terlalu
sedemikian rupa sehinga mudah diambil dan dijangkau oleh pekerja dan
2.6.1. Alat Pelindung Diri Yang Di Gunakan PT. Wijaya Karya Beton Tbk
35
Sumut
PT. Wijaya Karya Beton Tbk. atau yang lebih dikenal dengan nama Wika
Beton merupakan anak perusahaan dari PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk. PT.
Wika memproduksi pipa beton bertekanan tinggi dengan diameter 1,5 m yang
seksi memiliki Alat Pelindung Diri yang berbeda dengan tingkatan resiko
2. Kacamata pelindung
7. Pakaian pelindung
PT. Wika memiliki 5 seksi bagian dengan jumlah 360 karyawan. Yang
keluar kantor APD wajib yang digunakan adalah pelindung pernafasan, helm,
dan menggunakan alat wajib APD ketika keluar kantor adalah pelindung
pernafasan, helm dan pelindung kaki. Seksi tekhnik dan mutu sebanyak 16
karyawan dan wajib APD ketika turun kelapangan adalah helm, pakaian
pelindung kaki kemudian seksi produksi sebanyak 295 dengan 5 jalur yaitu jalur 1
produksi pemadatan jalur 2 dan 3 memiliki tiga shift kerja sebanyak 3 shift
dengan wajib APD yaitu pelindung kepala, pelindung muka, pelindung telinga,
lapangan produksi di PT. Wijaya Karya Beton. Tidak hanya pekerja yang berada
di lapangan, staff, security, dan tamu juga wajib menggunakan APD pada saat
Helmet yang digunakan telah mengacu pada peraturan tentang kualitas helm.
berstandar ANSI / ISEA Z 89.1,1997 dan merk Proguard standar EN 397. Helmet
dan standar Eropa (EN). Analisa helmet yaitu mampu menahan beban 1,8 kg
dengan ketinggian 60 cm, nyaman dipakai untuk kerja, tidak berat saat dipakai,
menyesuaikan bentuk ukuran kepala tiap pekerja, dan telah disosialisasikan pula
cara memakai helmet yang baik agar pekerja merasa nyaman pada saat bekerja.
Safety helmet yang digunakan pekerja PT. Wijaya Karya Beton telah
standard ANSI / ISEA Z 89,1 1997. Helm pengaman industri juga mematuhi
37
standar EN 397 yang menyatakan bahwa helm harus dirancang untuk melindungi
pengguna dari benda jatuh. Standar ini juga mencakup perlindungan terhadap
perubahan bentuk lateral dari helm, serta melindungi penggunanya dari cedera
2) Biru : peralatan
3) Orange : produksi
4) Hijau : PEP
7) Abu-abu : KP
1) Manjemen, asisten, KKJ, KJ, pada sisi kanan helm diberi label nama dan
jabatan
2) Petugas Inspektor, sisi kanan helm diberi label nama dan jabatan
3) Tamu atau vendor, sisi kanan dan kiri helm diberi label tamu
berlaku.
2.7.1 Pengetahuan
tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
teori safety triad yang akan mempengaruhi kepatuhan. Menurut Geller (2001)
teori safety triad ini berarti menjelaskan bahwa pengetahuan seharusnya memiliki
APD.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
(overt behavior). Pengetahuan adalah hal apa yang diketahui oleh orang atau
responden terkait dengan sehat dan sakit atau kesehatan, misal: tentang penyakit
Tingkat pengetahuan seseorang secara rinci terdiri dari enam tingkatan yaitu:
39
a. Tahu (know)
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
sebagainya
b. Memahami (comprehension)
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus
c. Aplikasi (aplication)
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Misalnya dapat
d. Analisis (analysis)
suatu masalah atau obyek yang diketahui. Indikasi yang menandakan bahwa
seseorang sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah
e. Sintesis (synthesis)
meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen pengetahuan yang
dimiliki. Dengan kata lain, bahwa sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi yang telah ada. Misalnya, dapat membuat
ringkasan dengan kalimat sendiri tentang hal yang telah dibaca atau didengar.
f. Evaluasi (evaluation)
justifikasi atau penilaian terhadap suatu obyek tertentu. Penilaian ini didasarkan
pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma yang berlaku di masyarakat
(36).
Pengetahuan tentang alat pelindung diri adalah hasil dari apa yang dilihat,
didengar, diraba, dipegang dipraktekkan oleh pekerja tentang alat pelindung diri.
Setelah pekerja mendapatkan informasi tentang alat pelindung diri, baik dari
pelindung diri, melihat tayangan di media televisi, koran, majalah dan mengikuti
2.7.2 Sikap
41
Suatu respon atau reaksi yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau
objek. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat, tetapi hanya dapat di tafsirkan. Sikap
adalah kecendrungan yang berasal dari dalam diri individu untuk berkelakuan
dengan pola-pola tertentu terhadap suatu objek. Berbagai tingkat sikap yaitu :
1) Menerima
2) Merespon
3) Menghargai
4) Bertanggung jawab
Cara mengukur sikap juga dapat dilakukan berdasarkan jenis atau metode
a. Wawancara
terhadap objek.
b. Angket
berikut :
lebih banyak waktu daripada cara yang tidak aman, seseorang akan
selamat.
lebih banyak pekerjaan dari pada cara yang tidak aman, seseorang
akan memilih cara yang tidak aman, untuk menghemat tenaga atau
usaha.
ketidaknyamanan.
4. Safety Versus Getting Attention. Jika cara yang tidak aman menarik
lebih banyak perhatian dari pada cara yang aman, seseorang akan
oleh atasan dari pada cara-cara yang aman, maka seseorang akan
43
tersebut.
6. Safety Versus Group Acceptance. Jika cara-cara yang tidak aman lebih
diterima atau direstui oleh kelompok dari pada cara yang aman,
3. Relatif mantap
Tenaga Kerja No. Ins. 05/M/BW/97 tentang Pengawasan Alat Pelindung Diri;
Pelindung Diri dan Surat Edaran Dirjen Binawas No. SE 06/BW/97 tentang
Pendaftaran Alat Pelindung Diri. Intruksi dan Surat Edaran tersebut mengatur
pelindung muka dan mata, alat pelindung pernafasan, pakaian kerja, sarung
bahaya, APD akan disediakan bagi seluruh pekerja untuk melindungi, baik
3. Perlindungan dengan APD ini akan diberikan juga kepada para pekerja
perusahaan.
4. Semua APD yang disediakan harus dibuat sesuai standart yang berlaku,
PT. Wika Beton juga telah membuat peraturan sendiri untuk karyawan
Maret 2014 di ruang rapat yang dihadiri dan telah disetujui oleh pimpinan dan
beberapa staff pabrik PT. Wika Beton. Di dalam peraturan tersebut ada beberapa
45
poin jenis pelanggaran yang akan dikenakan sanksi terhadap pekerja yang
melanggarnya yaitu :
potong besi
bahaya).
Jumlah Denda
Peringatan THM dan Supplier Petra Popno
Ke - (Tenaga Harian (Pegawai Terampil) (Pegawai Organik)
Mandor /Suppliyer)
1 Rp 10.000 Rp 50.000 Rp. 100.000
2 Rp 25.000 Rp. 75.000 Rp. 200.000
3 Rp 50.000 Rp 100.000 Rp 300.000
4 dst Jumlah pelanggaran Jumlah pelanggaran Jumlah pelanggaran
X Rp50.000 X Rp50.000 X Rp50.000
46
Kebijakan peraturan dan sanksi yang dibuat oleh pabrik PT. Wika Beton
telah diterapkan kepada seluruh karyawan PT. Wika Beton dan wajib dipatuhi
sampai sekarang.
bahaya di tempat kerja. PT. Wika Beton telah meyediakan Alat Pelindung Diri
Pelindung Diri (APD) yang diwajibkan pada pekerja di bawah pimpinannya dan
menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai
pelindung diri yang diwajibkan untuk mencegah penyakit akibat kerja” maksud
1) Melindungi pekerja dari bahaya akibat kerja seperti mesin, proses, dan
bahan kimia.
47
meningkatkan produktifitas.
Undang dan Permenaker, pasal yang mengatur tentang penggunaan APD, antara
lain:
2.7.5 Pengawasan
terlaksana sesuai rencana yang ditetapkan dan hasil yang dikehendaki. Agar
sejenis.
perilaku dari manajemen. Pengawas harus menjadi contoh yang pertama dalam
48
a. Syarat Pengawasan
Agar pengawasan dapat berjalan efisien perlu adanya sistem yang baik
daripada pengawasan tersebut. Sistem yang baik ini menurut William H. Newman
seperti yang dikutip dari buku Sarwoto (1991), memerlukan beberapa syarat
sebagai berikut:
organisasi.
3. Harus luwes.
yaitu: (1) harus ada rencana yang jelas; (2) pola atau tata organisasi
yang jelas tugas dan kewenangan yang terdapat dalam organisasi yang
bersangkutan.
b. Teknik Pengawasan
Pengawasan dapat dilakukan dengan mempergunakan cara sebagai
berikut:
1) Pengawasan langsung
49
pada waktu kegiatan sedang berjalan. Pengawasan ini dapat berbentuk inspeksi
langsung, observasi di tempat (on the spot observation) dan laporan di tempat (on
the spot report) yang berarti juga penyampaian keputusan di tempat bila
langsung tidak selalu dapat dijalankan dan sebagai gantinya sering dilakukan
jauh melalui laporan yang disampaikan oleh para bawahan. Laporan ini dapat
berbentuk laporan tertulis dan lisan. Kelemahan pengawasan bentuk ini adalah
bahwa dalam laporan tersebut tidak jarang hanya dibuat laporan yang baik saja
yang diduga akan menyenangkan atasan. Manajer yang baik akan meminta
laporan tentang hal yang baik maupun yang tidak baik. Sebab apabila laporan
Dimulai pada tahun 1930-an, lahir suatu model klasik komunikasi yang
banyak mendapat pengaruh teori psikologi. Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-
perilaku, kognisi afeksi dan konasi. Mengutip pendapat Hovland, Janis dan Kelley
50
yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel
Organism Respon) yang dikemukakan oleh Hovland, et al (1953) ini lahir karena
ditolak.
(bersikap)
(perubahan perilaku).
51
belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons seseorang masih
Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah
berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar.
Lawrence Green tahun 1980. Faktor perilaku ditentukan oleh 3 (tiga) faktor utama
yaitu :
pengambil kebijakan.
RESPONS TERTUTUP :
- Pengetahuan
- Sikap
STIMULUS ORGANISME
RESPONS TERBUKA :
- Praktik / Tindakan
Gambar 2.2. Teori S-O-R dikutip dari : Carl Iver Hovland (1953)
53
Kecelakaan Kerja
Perilaku
Kepatuhan
Pengendalian :
1. Pengendalian Teknis
(eliminasi, substitusi,
minimalisasi, isolasi )
2. Pengendalian Administrasi
3. Penggunaan APD
(eliminasi, substitusi,
Kerangka konsep adalah suatu hubungan antara konsep atau variabel yang
akan diamati atau diukur melalui penelitian yang dilakukan. Kerangka konsep
Pengetahuan
Sikap
Peraturan
Kepatuhan Penggunaan
Ketersediaan APD
Alat Pelindung Diri
Peraturan
Pengawasan
2020
2020
METODOLOGI PENELITIAN
kepatuhan penggunaan alat pelindung diri pada pekerja di PT. Wijaya Karya
Sumut yang beralamat Jalan Medan Binjai Km. 15,5 No. 1 Diski 20351 Medan,
Sumatera Utara.
3.3.1 Populasi
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti
56
57
penelitian ini adalah pekerja di divisi produksi pada PT Wijaya Karya Beton Tbk
3.3.2 Sample
yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yang bersedia yaitu 360
pekerja.
Keterangan :
N = Besar populasi
n = Besar sampel
Dengan demikian jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 100 orang
secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.
1) Data Primer
Simber data yang diperoleh langsung dari perusahaan yang menjadi obyek
2) Data Sekunder
Sumber data tambahan yaitu sumber data yang diperoleh dari sumber lain
dengan cara bertanya guna mencari tambahan data. Data ini meliputi data
perusahaan.
berwenang.
objek penelitian.
1. Pekerja adalah orang yang bekerja pada PT.Wijaya Karya Beton, Tbk
Sumut
3. Sikap adalah suatu kecenderungan terhadap Alat Pelindung Diri yakni rasa
suka atau setuju atau tidak suka atau tidak setuju terhadap Alat Pelindung
Diri. (APD)
4. Ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD) adalah adanya alat pelindung yang
atasan agar pekerjaan terlaksana sesuai rencana yang ditetapkan dan hasil
yang dikehendaki
Sikap Dengan mengisi kuisioner Kuesioner 1. Positif jika nilai 16-30 Ordinal
sebanyak 6 pertanyaan. 2. Negatif jika nilai 0-15
Diukur dengan
Sangat setuju : 5
Setuju : 4
Ragu-ragu : 3
Tidak setuju : 2
Sangat tidak setuju : 1
Ya :1
Tidak : 0
Ya :1
Tidak : 0
Diukur dengan
Ya :1 2. Baik jika nilai > 2
Tidak : 0
1. Collecting
observasi.
2. Checking
3. Coding
4. Entering
62
5. Data Processing
Semua data yang telah di input ke dalam aplikasi komputer akan di olah
a.Analisa Univariat
karakteristik masing-masing varibel yang diteliti. Variabel ini yang terdiri dari
b.Analisis Bivariat
dengan variabel terikat yaitu kepatuhan penggunaan Alat Pelindung Diri. Untuk
statistik p value (0,05). Apabila hasil pengukuran hasil p <value (0,05) maka
silang.
c. Analisis Multivariat
63
statistik yang digunakan adalah uji regresi linier, pada batas kemaknaan 95%
HASIL PENELITIAN
PT. Wijaya Karya Beton tbk atau yang lebih dikenal dengan nama Wika
Beton merupakan anak perusahaan dari PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk. atau
yang lebih dikenal dengan nama Wika, lahir pada tanggal 11 Maret 1997
Akta Pendirian Notaris Nomor 44, sebagai Perusahaan Anak dari WIKA. Sebagai
bagian dari perusahaan induknya, perjalanan WIKA BETON telah dimulai jauh
Sejak berdiri pada tahun 1997, PT. Wijaya Karya Beton bertekad untuk
memenuhi kebutuhan jenis produk beton pracetak di Indonesia dan dalam setiap
pengembangannya, selalu mengikuti trend pasar yang selalu berubah tiap waktu
sesuai dengan perkembangan zaman. Saat ini PT. Wijaya Karya Beton Tbk.
memiliki 17 (tujuh belas) PPU atau Pusat Pengelola Unit yang terdiri dari 9
(sembilan) pabrik & quarry plant existing dan 6 (enam) Kantor Wilayah Penjualan
64
65
pracetak
2. Misi :
66
a. Menyediakan produk dan jasa yang berdaya saing dan memenuhi harapan
pelanggan.
c. Menerapkan sistem manajemen dan teknologi yang tepat guna yang untuk
berkesinambungan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada bulan September 2020 tentang
Pelindung Diri Terhadap Karyawan di PT.Wijaya Karya, Tbk Sumut Tahun 2020.
lama bekerja sehingga hasil pengisian kuesioner pada saat penelitian dapat dilihat pada
umur sebagian besar adalah umur 23-38 tahun yaitu 51,0 %. Dari segi pendidikan
sebagian besar adalah SMA yaitu 32,0 %. Dan dari segi lama bekerja sebagian
2. Kepatuhan Responden
pengisian kuesioner pada saat penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini:
penggunaan Alat Pelindung Diri yaitu 88,0% sedangkan yang tidak patuh
3. Pengetahuan Responden
kuesioner pada saat penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini:
baik tentang penggunaan Alat Pelindung Diri yaitu 87,0% sedangkan yang
4. Sikap Responden
Variabel sikap responden pada penelitian ini diukur dengan cara langsung
kuesioner pada saat penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini:
terhadap penggunaan Alat Pelindung Diri yaitu 86,0% sedangkan sikap responden
5. Ketersediaan APD
Variabel ketersediaan APD pada penelitian ini diukur dengan cara langsung
yaitu 87,0% sedangkan yang ketersediaan APD nya kurang yaitu 13,0%.
6. Peraturan
Variabel peraturan pada penelitian ini diukur dengan cara langsung dengan
No Peraturan n (%)
1 Ya 86 86,0
2 Tidak 14 14,0
Jumlah 100 100
70
tentang penggunaan APD yaitu 86,0% sedangkan yang tidak membaca peraturan
yaitu 14,0%.
7. Pengawasan
No Pengawasan n (%)
1 Ya 89 89,0
2 Tidak 11 11,0
Jumlah 100 100
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukan ada dilakukan pengawasan yaitu 89,0%
Kepatuhan
Patuh Tidak Total
No Pengetahuan P
Patuh Ecpected
N % N % n %
1 Baik 86 98,9 1 1,1 87 87,0 0,000 1,56
2 Kurang 2 15,4 11 84,6 13 13,0
Total 88 88,0 12 12,0 100 100
sedangkan responden yang tidak patuh dalam menggunakan Alat Pelindung Diri
Hasil uji statistik pada tabel 2x2 yang mana dijumpai nilai expected
(harapan) 1,56 dimana nilai ini kurang dari 5 sehingga digunakan nilai dari
terhadap karyawan di PT.Wijaya Karya, Tbk Sumut yaitu 0,000 (P< 0,05) dimana
Kepatuhan
Patuh Tidak Total
No Sikap Patuh P Expecte
d
N % n % n %
1 Positif 83 96,5 3 3,5 86 86,0 0,000 1,68
2 Negatif 5 35,7 9 64,3 14 14,0
Total 88 88,0 12 12,0 100 100
sedangkan responden yang tidak patuh dalam menggunakan Alat Pelindung Diri
Hasil uji statistik pada tabel 2x2 yang mana dijumpai nilai expected
(harapan) 1,68 dimana nilai ini kurang dari 5 sehingga digunakan nilai dari
fisher’s Exact Test dapat disimpulkan bahwasanya p.value pada variabel sikap
PT.Wijaya Karya, Tbk Sumut yaitu 0,000 (P< 0,05) dimana Ho diterima yang
responden.
73
Kepatuhan
N Ketersediaan Patuh Tidak Total
o APD Patuh P Expecte
d
n % n % n %
1 Baik 86 98,9 1 1,1 87 87,0 0,000 1,56
2 Kurang 2 15,4 11 84,6 13 13,7
Total 88 88,0 12 12,0 100 100
dalam kondisi baik yaitu (98,9%). sedangkan responden yang tidak patuh dalam
Hasil uji statistik pada tabel 2x2 yang mana dijumpai nilai expected
(harapan) 1,56 dimana nilai ini kurang dari 5 sehingga digunakan nilai dari
karyawan di PT.Wijaya Karya, Tbk Sumut yaitu 0,000 (P< 0,05) dimana Ho
diterima yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara ketersedian APD
Kepatuhan
Patuh Tidak Total
No Peraturan P
Patuh Expected
n % n % n %
1 Ya 86 100 0 0 86 86,0 0,000 1,68
2 Tidak 2 14,3 12 85,7 14 14,0
Total 88 88,0 12 12,0 100 100
Hasil uji statistik pada tabel 2x2 yang mana dijumpai nilai expected
(harapan) 1,68 dimana nilai ini kurang dari 5 sehingga digunakan nilai dari
fisher’s Exact Test dapat disimpulkan bahwasanya p.value pada variabel peraturan
PT.Wijaya Karya, Tbk Sumut yaitu 0,000 (P< 0,05) yang dilihat pada fisher’s
Exact Test dimana Ho diterima yang berarti terdapat hubungan yang bermakna
Kepatuhan
Patuh Tidak Total
No Pengawasan P
Patuh Expected
n % n % n %
1 Ya 88 98,9 1 1,1 89 89,0 0,000 1,32
2 Tidak 0 0 11 100 11 11,0
Total 88 88,0 12 12,0 100 100
Hasil uji statistik pada tabel 2x2 yang mana dijumpai nilai expected
(harapan) 1,32 dimana nilai ini kurang dari 5 sehingga digunakan nilai dari
di PT.Wijaya Karya, Tbk Sumut yaitu 0,000 (P< 0,05) yang dilihat pada fisher’s
Exact Test dimana Ho diterima yang berarti terdapat hubungan yang bermakna
Model faktor penentu untuk memperoleh jawab faktor mana yang paling
analisis seleksi bivariat antara variabel independen dan dependen dapat disajikan
No Variabel Nilai ρ
1 Pengetahuan 0,000
2 Sikap 0,000
3 Ketersediaan APD 0,000
4 Peraturan 0,996
5 Pengawasan 0,996
variabel sikap dengan ρ-value 0,000, variabel ketersediaan APD dengan ρ-value
77
0,000 dimana nilai ρ<0,025. Dan variabel yang tidak dapat dimasukan dalam
model multivariat adalah variabel peraturan dengan ρ-value 0,996 dan variabel
2. Pembuatan Model
penggunaan Alat Pelindung Diri . Dalam pemodelan ini kandidat diuji coba secara
bersama sama. Pemilihan model dilakukan secara hirarki dengan cara semua
variabel independen yang telah lulus sensor dimasukan kedalam model, kemudian
yang nilai ρ tidak signifikan dikeluarkan dari model secara berurutan dimulai dari
Berdasarkan tabel 4.14 dapat dilihat bahwa variabel yang memilki nilai
p>0.05 adalah variabel pengetahuan dan sikap sehingga proses model selanjutnya
tidak mengikutkan variabel pengetahuan dan sikap. Hasil model analisis tanpa
memiliki nilai p<0.05 sehingga hasil analisa dapat disimpulkan bahwa dari
0,000 < 0,05 dan nilai OR terbesar yang diperoleh yaitu 47,300
PEMBAHASAN
penelitian dari segi umur sebagian besar adalah umur 23-38 tahun yaitu 51,0 %.
Dari segi pendidikan sebagian besar adalah SMA yaitu 32,0 %. Dan dari segi lama
bekerja sebagian besar sudah bekerja selama 11-30 tahun yaitu 76,0%.
usia, pendidikan, dan lama bekerja sangat berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan
lama bekerja.
2. Kepatuhan Responden
terhadap penggunaan Alat Pelindung Diri yaitu 88,0% sedangkan yang tidak
Beton lebih besar dibandingkan karyawan yang tidak patuh. Karyawan di PT.
Wijaya Karya Beton sebagian besar telah menyadari betapa penting nya
79
80
3. Pengetahuan Responden
baik tentang penggunaan Alat Pelindung Diri yaitu 87,0% sedangkan yang
safety talk atau safety induction yang dilakukan oleh Inspektor K3 sebelum mulai
4. Sikap Responden
terhadap penggunaan Alat Pelindung Diri yaitu 86,0% sedangkan sikap responden
Karyawan di PT. Wijaya Karya Beton yang memiliki sikap positif terhadap
penggunaan APD lebih banyak daripada yang bersikap negatif. Pendekatan dan
Variabel sikap responden pada penelitian ini diukur dengan cara langsung
5. Ketersediaan APD
yaitu 87,0% sedangkan yang ketersediaan APD nya kurang yaitu 13,0%.
Ketersediaan APD yang ada di PT. Wijaya Karya Beton cukup baik. APD
melakukan evaluasi beberapa bulan sekali untuk memastikan apakah APD yang
6. Peraturan
peraturan tentang penggunaan APD yaitu 86,0% sedangkan yang tidak membaca
PT. Wijaya Karya Beton telah membuat peraturan dan kebijakn sendiri.
Peraturan tersebut dibuat untuk memberikan sangsi kepada karyawan apabila telah
Variabel peraturan pada penelitian ini diukur dengan cara langsung dengan
7. Pengawasan
Sama hal nya dengan perusahaan lain pada umumnya, PT. Wijaya Karya
sedangkan responden yang tidak patuh dalam menggunakan Alat Pelindung Diri
pemilik perusahaan dalam penggunaan APD. Penggunaan APD yang baik dan
memiliki pengetahuan yang kurang terhadap potensi atau sumber bahaya yang ada
Pengetahuan tenaga kerja terkait alat pelindung diri (APD) terdiri dari
beberapa aspek mulai dari memahami fungsi APD, cara pemakaian APD dengan
tingkat risiko bahaya pekerjaan sampai pada cara mengevaluasi APD yang harus
responden pada penelitian ini adalah baik namun, pada penelitian ini terdapat
responden yang tidak patuh dalam menggunakan APD dengan pengetahuan yang
berpengetahuan kurang banyak yang menjawab salah pada soal no 2 yaitu tentang
bagaimana ciri-ciri alat pelindung diri ( APD ) yang baik dari 12 responden yang
tidak patuh yang menjawab benar hanya 41,7%. Kemudian soal no 3 mengenai
melakukan pekerjaan di PT. Wijaya Karya Beton, dari 12 responden yang tidak
patuh banyak yang menjawab menggunakan APD takut kena sangsi ataupun ikut-
selama bekerja (75,0%) dan responden banyak menjawab salah pada no 5 yaitu
tentang kegunaan Alat Pelindung Diri (APD) yaitu 58,3%. Dari hasil yang telah
didapat tampak terdapat hubungan antara pengtahuan dengan responden hal ini
dapat dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Hasil uji statistik pada tabel 2x2
yang mana dijumpai nilai expected (harapan) 1,56 dimana nilai ini kurang dari 5
sehingga digunakan nilai dari fisher’s Exact Test dapat disimpulkan bahwasanya
pelindung diri terhadap karyawan di PT.Wijaya Karya, Tbk Sumut yaitu 0,000
(P< 0,05) dimana Ho diterima yang berarti terdapat hubungan yang bermakna
bahwa usia, pendidikan, dan lama bekerja sangat berpengaruh terhadap tingkat
yang memiliki umur 38 tahun ke bawah berasumsi bahwa mereka masih muda dan
kuat untuk bekerja dan merasa jika tidak menggunakan APD sesuai peraturan
maka tidak akan menimbulkan resiko yang besar dibandingkan dengan karyawan
menggunakan APD atau tidak, jika memang akan terjadi kecelakan kerja yang
menimpa nya, maka tidak akan bisa dihindari. Dan yang terakhir adalah responden
yang telah bekerja di atas 10 tahun memiliki asumsi yang sangat jauh berbeda.
Responden yang bekerja lebih dari 10 tahun berasumsi bahwa keselamatan dan
kesehatan kerja sangatlah penting. Pergi bekerja dengan sehat maka pulang juga
harus sehat dan selamat. Karena ada keluarga yang menunggu dirumah. Mayoritas
responden yang memiliki pengetahuan baik dan patuh terhadap penggunaan APD
hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan APD pada pekerja industri batu
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Magita (2017) tentang
pada pekerja pelintingan PT. Panen Boyolali dimana hasil penelitian mendapatkan
APD masker pada tenaga kerja bagian pelintingan PT. Panen Boyolali dengan
nilai pvalue 0,000 dengan correlation coefficient 0,526 yang berarti ada keeratan
APD masker pada pekerja bagian pelintingan PT. Panen Boyolali (50).
Hasil penlitian ini sesuai dengan penelitian Friska Ayu (2018) tentang
Hal ini sesuai dengan teori Safety Triad (Tiga Serangkai Keselamatan yang
keselamatan dalam diri seseorang. Pada umumnya seorang tenaga kerja yang
memiliki tingkat pemahaman dan pengetahuan yang baik tentang alat pelindung
diri pasti memahami risiko bahaya yang ada di tempat kerjanya, sehingga selama
sangatlah penting untuk menambah informasi dan mengupdate ilmu para pekerja
pekerja yang tidak patuh masih banyak belum mengetahui tentang alat pelindung
diri terutama pentingnya penggunaan APD saat bekerja sehingga resiko terjadinya
kerja. Selain itu perusahaan dapat melakukan berbagai cara dalam mengingatkan
bagi pekerja.
sedangkan responden yang tidak patuh dalam menggunakan Alat Pelindung Diri
Sikap baik terhadap suatu nilai tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan
nyata, sikap akan terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi
tertentu, pengalaman orang lain dan pengalaman dirinya. Sikap seseorang akan
timbul karena dipengaruhi oleh bantuan fisik dan bantuan mental. Bantuan mental
berarti atau dukungan. Sedangkan bantuan fisik dalam kerja harus bersifat terus
menerus. Pekerja yang bekerja di daerah yang high risk memerlukan Alat
87
kecelakaan kerja yang mungkin terjadi di tempat kerja, hal ini akan terus
harus tetap sesuai dengan batas-batas kemampuan fisik dan mental pekerja (52).
penelitian ini adalah positif namun, pada penelitian ini terdapat responden yang
tidak patuh dalam menggunakan APD dengan sikap yang negatif yaitu 64,3%.
Setelah dilakukan analisa 64,3% responden yang bersikap negatif banyak yang
menjawab tidak setuju pada pernyataan no 2 yaitu tentang APD yang dipakai
harus dapat melindungi pekerja dari bahaya penyakit kecelakaan kerja dari 12
responden yang tidak patuh yang menjawab tidak setuju sebesar 33,3%. Kemudian
pada pernyataan no 5 mengenai Alat pelindung diri yang dipakai lengkap dan
sesuai peruntukannya pada saat bekerja pada pembuatan beton dari 12 responden
yang tidak patuh banyak yang berpengetahuan kurang dan hal ini mempengaruhi
sikap dimana untuk pernyataan no 5 banyak yang tidak setuju yaitu (41,7%) dan
pada pernyataan no 6 yaitu tentang APD sangat membantu dalam proses bekerja
sebesar 33,3% dari 12 responden yang tidak patuh dan bersikap negatif dari sikap
lembab dan terasa panas dan hal ini yang mempengaruhi sikap negatif pekerja.
Dari hasil yang telah dilakukan terdapat hubungan antara sikap dengan
responden. Hal ini diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu Hasil
uji statistik pada tabel 2x2 yang mana dijumpai nilai expected (harapan) 1,68
dimana nilai ini kurang dari 5 sehingga digunakan nilai dari fisher’s Exact Test
88
Tbk Sumut yaitu 0,000 (P< 0,05) dimana Ho diterima yang berarti terdapat
penggunaan APD dengan hasil penelitian variabel sikap memiliki hubungan yang
(52).
didapatkan hasil penelitian terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan
alat pelindung diri (APD) pada pekerja bagian produksi dengan hasil penelitian
ada hubungan antara sikap (p=0,031) dengan perilaku penggunaan APD (53).
seseorang pekerja telah terbiasa melakukan hal yang menurut tingkat pemahaman
dan pengetahuannya bisa menciptakan sikap yang aman dari risiko kecelakaan di
penggunaan APD selalu di awali dari domain kognitif yang dimiliki oleh tenaga
kerja. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa
Sikap penggunaan alat pelindung diri yang tidak baik pada pekerja
Dapat ditarik kesimpulan bahwa seseorang yang sikap positif cenderung untuk
berperilaku baik terutama dalam menjaga kesehatan dan keselamatan diri dalam
bekerja, begitu pula sebaliknya, orang yang sikap negatif cenderung untuk
berperilaku buruk dalam menjaga kesehatan dan keselamatan diri dalam bekerja.
Penelitian ini sesuai dengan pendapat Ajzen dan Fishbein, tentang teori tindakan
proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan, dan dampaknya terbatas
(53).
kerja. untuk terwujudnya sikap menjadi suatu tindakan nyata maka diperlukan
faktor pendorong antara lain pemberian penghargaan kepada pekerja yang disiplin
dalam kondisi baik yaitu (98,9%), sedangkan responden yang tidak patuh dalam
menggunakan APD untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan resiko kerja yang
telah membahayakan pekerjanya dari resiko kecelekaan dan penyakit yang akan
timbul dilingkungan kerja. Oleh sebab itu perusahaan diberlakukan aturan untuk
pekerja merupakan aset perusahaan yang sangat penting, jika pekerja mengalami
kecelakaan ataupun penyakit akibat kerja maka berkuranglah aset yang dimiliki
perusahaan (54).
pada PT Wika adalah baik namun, pada penelitian ini terdapat responden yang
tidak patuh dalam menggunakan APD dengan ketersediaan APD yang kurang
yaitu 84,6%. Setelah dilakukan analisa 84,6% responden yang ketersediaan APD
nya kurang menurut mereka Alat Pelindung Diri tersebut menimbulkan bahaya
tambahan yaitu 83,3% dan menurut pekerja Alat Pelindung Diri yang digunakan
yaitu 75,0%. Pada penlitian ini pekerja yang tidak patuh memakai APD maka akan
91
cenderung melakukan kesalahan dalam setiap proses kerja karena tidak mematuhi
standar dan peraturan yang ada. Mereka merasa bahwa peraturan yang ada hanya
akan membebani dan menjadikan pekerjaan menjadi lebih lama selesai. Pekerja
yang kurang dalam mematuhi pemakaian APD maka akan berperilaku tidak aman
tidak memakai alat pelindung diri (APD) karena merasa tidak nyaman dan
mengganggu proses kerja yang ada. Hal inilah yang dapat meningkatkan peluang
terjadinya kecelakaan kerja ringan bahkan kecelakaan kerja yang lebih berat.
Berbagai macam alasan yang telah diungkapkan oleh pekerja antara lain
adalah panas, berat, berkeringat, atau lembab, sakit, pusing, sesak dan sebagainya.
Alasan lainnya yaitu merasa bahwa pekerjan tersebut tidak berbahaya atau
berdampak pada keselamatan dan kesehatannya. Terutama bagi para pekerja yang
fungsi APD akibat kurangnya pengetahuan akan fungsi dan kegunaan APD, APD
mengganggu kelancaran dan kecepatan pekerjaan adalah alasan lain pekerja tidak
dengan kepatuhan Hasil uji statistik pada tabel 2x2 yang mana dijumpai nilai
expected (harapan) 1,56 dimana nilai ini kurang dari 5 sehingga digunakan nilai
dari fisher’s Exact Test dapat disimpulkan bahwasanya p.value pada variabel
karyawan di PT.Wijaya Karya, Tbk Sumut yaitu 0,000 (P< 0,05) dimana Ho
diterima yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara ketersedian APD
terhadap kepatuhan dalam menggunakan apd di unit coating PT. Pura Barutama
responden patuh sebanyak (83,3%) karena telah tersedia alat pelindung diri dan
responden yang tidak patuh karena tidak tersedia alat pelindung diri sebanyak
(48,6%) dengan nilai (Odds Rasio) OR = 4, 722 yang berarti bahwa ketersediaan
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Susanto (2013) tentang
dalam pemakaian APD. Hasil penlitian ini adalah didapatkan hubungan bermakna
bahwa ketersediaan APD dengan kepatuhan pekerja dalam pemakaian APD (55).
Hasil penlitian ini tidak sesuai dengan penelitian Cahyani (2020) tentang
ketersediaan APD tidak berpengaruh terhadap kepatuhan pemakaian APD. Hal ini
berarti bahwa meskipun disediakannya alat pelindung diri secara lengkap oleh
Hal ini tidak sesuai dengan rekomendasi APD yang ada pada material safety data
unit produksi merupakan tanggung jawab supervisor. Setiap tenaga kerja telah
diberikan APD lengkap dan gratis dan jika APD tersebut rusak akan ditukar
dengan yang baru. APD juga akan diganti menurut periode tertentu misalnya
masker akan diganti setiap tiga bulan sekali. Sekretaris dan supervisor dapat
jenis pengadaan APD ditentukan oleh pihak manajemen untuk disesuaikan dengan
tenaga kerja agar terlindungi dari bahaya keselamatan dan kesehatan secara
adekuat. Berdasarkan observasi yang dilakukan tentang alasan tenaga kerja tidak
dicocokan dengan checklist kepatuhan, ternyata tenaga kerja tersebut tidak patuh
menggunakan Alat Pelindung Diri mayoritas mengatakan tidak ada peraturan dari
tertulis yang ditandatangani oleh perusahaan dan atau pengurus yang memuat
keseluruhan kesehatan dan keselamatan kerja, kerangka dan program kerja yang
wakil tenaga kerja yang kemudian harus dijelaskan dan disebarluaskan kepada
semua tenaga kerja yang bersifat dinamik dan selalu ditinjau ulang dalam rangka
merupakan tekad kuat untuk melaksanakan sesuatu, dalam hal ini K3 dalam
kampanye K3 yang merupakan salah satu bentuk pendidikan atau pelatihan. Meski
cara ini terbatas nilainya dalam merangsang dan menggairahkan orang untuk
bekerja dengan aman tetapi cara ini masih dipakai secara luas di berbagai negara.
ada peraturan tentang penggunaan APD pada penelitian ini namun, pada penelitian
ini terdapat responden yang tidak patuh dalam menggunakan APD dan
menyatakan tidak ada peraturan untuk penggunaan APD yaitu 85,7%. Setelah
dilakukan analisa 85,7% responden menyatakan tidak ada perturan pada poin 1
tanpa kecuali sesuai dengan aturan yang berlaku yaitu 58,3%, responden
menyatakan tidak ada peraturan kemudian pada poin 3 tentang pekerja yang tidak
mematuhi menggunakan APD yaitu 66,7%, dan responden menyatakan tidak ada
menggunakan APD kecuali seizin dokter yang dibuktikan dengan surat keterangan
yaitu 66,7%.
Dari hasil yang telah didapat tampak terdapat hubungan antara peraturan
dengan responden hal ini didapat dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Hasil
uji statistik pada tabel 2x2 yang mana dijumpai nilai expected (harapan) 1,68
dimana nilai ini kurang dari 5 sehingga digunakan nilai dari fisher’s Exact Test
Sumut yaitu 0,000 (P< 0,05) yang dilihat pada fisher’s Exact Test dimana Ho
diterima yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara peraturan dengan
kepatuhan responden.
96
Faktor yang Berhubungan dengan Pemakaian Alat Pelindung Diri pada Tenaga
Kerja Bongkar Muat di Terminal Peti Kemas Semarang. Dengan hasil penelitian
keselamatan dan kesehatan kerja dan aturan tersebut harus disosialisasikan oleh
merupakan faktor yang penting pada setiap industri karena dapat membantu dan
peraturan antara hukuman dan reward harus lah jelas untuk meningkatkan
progam safety talk setiap pagi sebelum pekerja melakukan semua pekerjaanya.
Dengan adanya safety talk perusahaan berharap pekerja dapat memiliki wawasan
pengetahuan yang luas tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terutama
kepatuhan dalam menggunakan Alat Pelindung Diri (APD). Adanya reward untuk
perilaku aman dan punishment untuk perilaku tidak aman memotivasi perilaku
97
ditetapkan dan atau hasil yang dikehendaki. Perilaku pekerja terhadap pemakaian
APD sangat dipengaruhi oleh perilaku dari manajemen. Pengawas harus menjadi
contoh yang pertama dalam memakai APD. Menurut Muninjaya melalui fungsi
prosedur kerja dan sebagainya harus dibandingkan dengan hasil yang mampu
dikerjakan oleh staff, oleh sebab itu untuk mengembangkan fungsi pengawasan
dilakukan oleh pemimpin harus dimengerti oleh staff dan hasilnya mudah diukur.
staff (58).
ini terdapat responden yang tidak patuh dalam menggunakan APD dan
menyatakan tidak ada pengawasan untuk penggunaan APD yaitu 98,9%. Setelah
dilakukan analisa 98,9% responden menyatakan tidak ada pengawasan pada poin
anda untuk menggunakan APD yaitu 58,3%, responden menyatakan tidak ada
kerjasama yang baik terhadap pekerja dalam penggunaan APD yaitu 58,3%, dan
responden mnyatakan tidak ada pengawasan pada poin 4 tntang Apakah anda
Hasil uji statistik pada tabel 2x2 yang mana dijumpai nilai expected
(harapan) 1,32 dimana nilai ini kurang dari 5 sehingga digunakan nilai dari
di PT.Wijaya Karya, Tbk Sumut yaitu 0,000 (P< 0,05) yang dilihat pada fisher’s
Exact Test dimana Ho diterima yang berarti terdapat hubungan yang bermakna
faktor yang berhubungan dengan Pemakaian Alat Pelindung Diri pada Tenaga
Kerja Bongkar Muat di Terminal Peti Kemas Semarang Dengan hasil penelitian
pekerja menjadi lebih baik dalam upaya pencegahan kecelakaan kerja. Pekerja
perusahaan yang ditujukan untuk memastikan sejauh mana alat pelindung diri
(APD) benar-benar digunakan oleh pekerja. Hal ini dapat dilakukan dengan
rekomendasi penerapan sanksi bagi pekerja yang tidak memakai APD ataupun
reward (penghargaan) apabila dipandang perlu bagi pekerja yang paling disiplin
salah satu fungsi manajemen yang perlu diupayakan dalam mencapai tujuan
organisasi. Pengawasan rutin wajib dilakukan setiap hari oleh surpervisor dari
pekerja siap melakukan aktivitas kerja. Sehingga hal itu membuat pekerja
variabel sikap dengan ρ-value 0,000, variabel ketersediaan APD dengan ρ-value
0,000 dimana nilai ρ<0,025. Dan variabel yang tidak dapat dimasukan dalam
model multivariat adalah variabel peraturan dengan ρ-value 0,996 dan variabel
2 Pembuatan Model
penggunaan Alat Pelindung Diri . Dalam pemodelan ini kandidat diuji coba secara
bersama sama. Pemilihan model dilakukan secara hirarki dengan cara semua
variabel independen yang telah lulus sensor dimasukan kedalam model, kemudian
yang nilai ρ tidak signifikan dikeluarkan dari model secara berurutan dimulai dari
yang terbesar
Berdasarkan tabel 4.14 dapat dilihat bahwa variabel yang memiliki nilai
p>0.05 adalah variabel pengetahuan dan sikap sehingga proses model selanjutnya
memiliki nilai p<0.05 sehingga hasil analisa dapat disimpulkan bahwa dari
0,000 < 0,05 dan nilai OR terbesar yang diperoleh yaitu 47,300
yang tidak patuh dalam menggunakan APD dengan hasil sebagai berikut :
Tabel 5.1 Tabel Hasil Wawancara Dengan Responden Yang Tidak Patuh
Terhadap Penggunaan APD
No Reponden Jawaban
1 R1 Tidak menggunakan helm karena pengait helm rusak
sehingga tidak nyaman di pakai
dilakukan agar tidak terjadi risiko hingga zero level. Namun, hal tersebut tidaklah
103
mudah karena tidak semua risiko dapat dihilangkan hingga zero level. Strategi
penting yang harus diperhatikan dalam penerapan agar pekerja patuh dalam
meeting) adalah pertemuan yang dilakukan rutin antara supervisor dengan para
tentang isu terbaru, regulasi, prosedur kerja, alat pelindung diri, potensi bahaya
dan sebagainya. Bentuk safety talk bisa berupa short brief terhadap apa yang
telah diberikan kepada karyawan. Mengingatkan kembali atas apa yang harus
(APD).
bagian jalur produksi, maupun pada saat pekerja pada saat istirahat).
Tbk.Beton)
104
dan melakukan pengecekan setiap hari untuk APD yang rusak sehingga tenaga
penerapan sanksi bagi pekerja yang tidak memakai APD ataupun reward
sehingga keterbatasan yang ada yaitu tidak dapat menggali lebih dalam
Alat Pelindung Diri dan tidak dapat menggali lebih dalam mengapa masih ada
belum melakukan penelitian yang lebih luas seperti program apa yang
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada bulan september 2020 tentang
Pelindung Diri Terhadap Karyawan di PT.Wijaya Karya, Tbk Sumut Tahun 2020.
APD di PT.Wijaya Karya, Tbk Sumut dimana mayoritas responden yang tidak
PT.Wijaya Karya, Tbk Sumut dimana mayoritas responden yang tidak patuh
bersikap negatif
APD di PT.Wijaya Karya, Tbk Sumut dimana mayoritas responden yang tidak
106
107
APD di PT.Wijaya Karya, Tbk Sumut dimana mayoritas responden yang tidak
penelitian ini adalah faktor ketersediaan APD dengan nilai OR yaitu 47,300
6.2 Saran
Karya, Tbk Sumut Tahun 2020 diperoleh saran yang dapat diajukan sebagai
berikut:
tenaga kerja lain sehingga dapat mempengaruhi sikap menjadi lebih baik dan lebih
kerja yang masih belum memakai alat pelindung diri secara lengkap dihimbau
diri dengan rajin mengikuti Safety Talk dan dapat mengeluhkan kepada
atasan/supervisor lapangan jika merasa kurang nyaman atau perlu pergantian alat
pelindung diri yang telah rusak, sehingga harapan kedepan semua tenaga kerja
108
yang bekerja PT.Wijaya Karya, Tbk Sumut memakai alat pelindung diri secara
lengkap.
dapat mempengaruhi pengetahuan dan sikap tenaga kerja untuk memakai alat
pelindung diri secara lengkap dan menjaga kondisi alat pelindung diri tetap dalam
demontrasi pemakaian dan perawatan alat pelindung diri saat safety talk.
pemakaian alat pelindung diri di tempat yang mudah dilihat dan dibaca oleh
penggunaan APD.
variabel yang berbeda untuk lebih mengetahui faktor lain yang berhubungan
DAFTAR PUSTAKA
35. Drs. Suwardi MP, Daryanto D. Pedoman Praktis K3LH Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup. 2018. 379p.
36. Mulyanti, D. 2018. Faktor Predisposing, Enabling, Dan Reinforcing
Terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri Dalam Asuhan Persalinan
Normal Di Rumah Sakit Meuraxa Banda Aceh Tahun 2008. Tesis
Kekhususan Kesehatan Kerja. FKM USU. Medan.
http://www.repository.usu.ac.id/
37. Kholid, Ahmad. 2018. Promosi Kesehatan dengan Pendekatan Teori
Perilaku, Media, dan Aplikasinya. Depok : PT. Rajafrafindo Persada.
38. Notoatmodjo, S. 2014. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.
Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta.
39. Sudarmo, dkk. 2016. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Terhadap
Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Untuk Mencegah
Penyakit Akibat Kerja.Kalimantan: Jurnal Berkala Kesehatan. Vol. 1,
No.2: 88-95.
40. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung ;
Alfabeta ; 2019
41. Arikunto, S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta :
Rineka Cipta; 2010.
42. Umar Fahmi Achmadi, 2014, Kesehatan Masyarakat Teori dan
Aplikasi,PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
43. Inna Nesyi. 2016. Hubungan Antara Kepatuhan Penggunaan APD Dengan
Kejadian Kecelakan Kerja Pada Pekerja Bangunan PT. Adhi Karya Tbk
44. Lawrence Green, 1980, Health Education Planning, A Diagnstic
Approuch, The John Hopkins University: Mayfield Publishing Co
45. Heriana, C. Manajemen Pengolahan Data Kesehatan. 1st Ed. Atif NF,
Editor. Bandung: PT. Refik Aditama; 2015.7-8P.
46. Hidayat AA. Metodologi Penelitian Keperawatan Dan Kesehatan. 1st
Ed. SusliaA, Editor. Jakarta Selatan: Salemba Madika; 2017. 58-100 P.
113
47. Dyah Sertiya Putri, Kartika. 2017. Analisis Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kepatuhan Menggunakan Alat Pelindung Diri.
kartikadyahsertiyaputri@yahoo.com
48. Rahmiyanti. 2019. Hubungan Pengetahuan Dengan Penggunaan Alat
Pelindung Diri Pada Pekerja Industri Batu Bata. Jurnal Ilmu Kedokteran
Dan Kesehatan, Volume 6, Nomor 2, April 2019]
49. Magita. 2017. Hubungan tingkat pengetahuan APD dengan kepatuhan
pemakaian APD masker pada pekerja pelintingan PT. Panen Boyolali
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
50. Friska Ayu. 2018. hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan
penggunaan APD pada pekerja mekanik di PT.XYZ. Medical Technology
and Public Health Journal (MTPH Journal)
51. Ruhyandi.2016. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku
kepatuhan penggunaan APD. Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani
52. Gunawan Indra. 2016. Hubungan antara pengetahuan, sikap dan motivasi
dengan perilaku penggunaan alat pelindung diri (APD) pada pekerja
bagian produksi.
53. Prasetyo Eko. 2015. Pengaruh Pengetahuan, Sikap, Dan Ketersediaan Alat
Pelindung Diri (apd) terhadap kepatuhan dalam menggunakan apd di unit
coating pt. Pura barutama kudus. ISSN 2407-9189
54. Susanto Arif. 2013. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan
pekerja operator dalam pemakaian APD. JURNAL KESEHATAN
MASYARAKAT 2013, Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013 Online di
http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm.
55. Cahyani. 2020. Pengaruh antara pengetahuan dengan kepatuhan
pemakaian APD. MaKMA Vol. 3 No. 1 2020. Hlm 21-30 E-ISSN: 2621-
8178 P-ISSN: 2654-5934
56. Raodah Sity. 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan
Alat Pelindung Diri Pada Karyawan Bagian Packer PT Semen Bosowa
Maros Tahun 2014. Email: odhauin@gmail.com
114
LEMBAR KUESIONER
Pengantar
AssalammualaikumWr .Wb
Dengan ini saya memperkenalkan nama : Dwi Enrica Sukatno. NIM :
1802011026 bahwa saya adalah Mahasiswa Program Pasca Sarjana Institut
Kesehatan Masyarakat HELVETIA Medan yang sedang melakukan pendidikan
tentang Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Penggunaan Alat
Pelindung Diri di PT. Wijaya Karya Beton, Tbk Sumut. Bersama ini saya mohon
bantuan anda untuk dapat mengisi kuesioner ini.
Kuesioner ini tidak akan mempengaruhi pekerjaan anda, tetapi hanya
untuk memberikan sumbangan terhadap penelitian. Atas waktu, tenaga dan
pikiran yang telah saudara berikan, saya ucapkan banyak terima kasih.
Petunjuk Pengisian.
1. Jawablah pertanyaan sesuai dengan keadaan dan pendapat anda
Secara jujur dan jelas
2. Pilih salah satu jawaban dengan memberi tanda silang pada nomor
yang sesuai.
1. Kode Responden :
2. Nama :
3. Bagian/Seksi :
4. Umur : tahun
5. Pendidikan Terakhir :
115
116
I. PENGETAHUAN
II. SIKAP
Penilaian dilakukan sebagai berikut :
Sangat Setuju : SS
Setuju :S
Ragu – ragu : RG
Tidak Setuju : TS
Sangat Tidak Setuju : STS
No Pernyataan SS S RG TS STS
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah perusahaan tempat anda bekerja menyediakan Alat
Pelindung Diri (APD) ?
2. Apakah Alat Pelindung Diri yang disediakan sesuai dengan
jenis pekerjaan yang anda lakukan?
3. Apakah Alat Pelindung Diri tersebut menimbulkan bahaya
tambahan?
4. Apakah Alat Pelindung Diri yang dipakai pekerja mudah
rusak?
5. Menurut Anda, apakah Alat Pelindung Diri yang digunakan
dapat memberikan perlindungan terhadap bahaya-bahaya
yang dapat terjadi?
118
III. Peraturan
No Pernyataan Ya Tidak
V. Pengawasan
119
No Pertanyaan Ya Tidak
Tidak
Menggunakan
No Alat Pelindung Diri Menggunakan
1 Helem
2 Kacamata Pelindung
3 Pelindung Telinga
4 Pelindung Pernfasan
5 Pelindung Tangan
6 Pelindung Kaki
120
121
122
123
OUTPUT SPSS
ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN
ALAT PELINDUNG DIRI TERHADAP KARYAWAN PT. WIJAYA
KARYA BETON,TBK SUMUT AHUN 2020
Analisa Univariat
1. Karakteristik Responden
Umur
Pendidikan
Lama Bekerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
2. Kepatuhan
Kepatuhan
3. Pengetahuan
Pengetahuan
4. Sikap
Sikap
5. Ketersediaan APD
Ketersediaan APD
6. Peraturan
Peraturan
7. Pengawasan
Pengawasan
Analisa Bivariat
Pengetahuan * Kepatuhan
Kepatuhan Total
Count 86 1 87
Chi-Square Tests
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.56.
b. Computed only for a 2x2 table
Estimate 47.300
ln(Estimate) 6.159
Std. Error of ln(Estimate) 1.266
Asymp. Sig. (2-sided) .000
Lower Bound 39.565
Common Odds Ratio
Asymp. 95% Confidence Upper Bound 5654.688
Interval Lower Bound 3.678
ln(Common Odds Ratio)
Upper Bound 8.640
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the
common odds ratio of 1.000 assumption. So is the natural log of the estimate.
127
Sikap * Kepatuhan
Kepatuhan Total
Count 83 3 86
Chi-Square Tests
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.68.
b. Computed only for a 2x2 table
Estimate 49.800
ln(Estimate) 3.908
Std. Error of ln(Estimate) .810
Asymp. Sig. (2-sided) .000
Lower Bound 10.175
Common Odds Ratio
Asymp. 95% Confidence Upper Bound 243.730
Interval Lower Bound 2.320
ln(Common Odds Ratio)
Upper Bound 5.496
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the
common odds ratio of 1.000 assumption. So is the natural log of the estimate.
Kepatuhan Total
Count 86 1 87
Chi-Square Tests
129
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.56.
b. Computed only for a 2x2 table
Estimate 47.300
ln(Estimate) 6.159
Std. Error of ln(Estimate) 1.266
Asymp. Sig. (2-sided) .000
Lower Bound 39.565
Common Odds Ratio
Asymp. 95% Confidence Upper Bound 5654.688
Interval Lower Bound 3.678
ln(Common Odds Ratio)
Upper Bound 8.640
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the
common odds ratio of 1.000 assumption. So is the natural log of the estimate.
Peraturan * Kepatuhan
130
Kepatuhan Total
Count 86 0 86
Chi-Square Tests
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.68.
b. Computed only for a 2x2 table
Estimate 49.800
131
ln(Estimate) 3.908
Std. Error of ln(Estimate) .810
Asymp. Sig. (2-sided) .000
Lower Bound 10.175
Common Odds Ratio
Asymp. 95% Confidence Upper Bound 243.730
Interval Lower Bound 2.320
ln(Common Odds Ratio)
Upper Bound 5.496
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the
common odds ratio of 1.000 assumption. So is the natural log of the estimate.
Pengawasan * Kepatuhan
Kepatuhan Total
Count 88 1 89
Chi-Square Tests
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.32.
b. Computed only for a 2x2 table
Estimate 19.600
ln(Estimate) 2.908
Std. Error of ln(Estimate) .110
Asymp. Sig. (2-sided) .000
Lower Bound 9.175
Common Odds Ratio
Asymp. 95% Confidence Upper Bound 143.730
Interval Lower Bound 2.320
ln(Common Odds Ratio)
Upper Bound 5.496
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the
common odds ratio of 1.000 assumption. So is the natural log of the estimate.
Analisis Multivariat
1. Seleksi Kandidat
a. Pengetahuan
Variables in the Equation
Lower Upper
b. Sikap
Variables in the Equation
Lower Upper
a
Step 1 Sik 3.908 .810 23.264 1 .000 49.800 10.175 243.730
133
Const
-7.228 1.301 30.868 1 .000 .001
ant
c. Ketersediaan APD
Variables in the Equation
Lower Upper
d. Peraturan
Variables in the Equation
Lower Upper
4334.1
per 22.995 .000 1 .996 969.00 .000 .
19
Step 1a
Const 8668.2
-44.198 .000 1 .996 .000
ant 37
e. Pengawasan
Variables in the Equation
Lower Upper
12118. 1.421.
peg 25.680 .000 1 .998 .000 .
636 000
a
Step 1
Const 12118.
-30.158 .000 1 .998 .000
ant 636
2. Variabel Pengujian
Lower Upper
Const -
12661.837 .000 1 .996 .000
ant 62.913
Lower Upper
DOKUMENTASI PENELITIAN
135
Gambar 19. Melihat produksi dan hasil produksi PT.Wijaya Karya dari
sisi atas kantor
149
SELESAI