Anda di halaman 1dari 10

Nama : Lyly Nura’ Massudi Sombolinggi’

NIM : 0861050130

1. ETIOLOGI

HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan nama umum virus penyebab AIDS yang telah
diputuskan olh WHO. Nama lain HIV adalah HTLV III atau LAV. HIV terdiri dari 2 serotipe yaitu
HIV1 dan HIV2. Terbanyak ditemukan adalah HIV1, sedangkan HIV2 terutama ditemukan di
Afrika. HIV 2 diketahui tidak seganas HIV1. HIV1 biasanya cukup disebut sebagai HIV saja.

HIV termasuk dalam golongan Retrovirus berinti RNA (sebagian besar virus lain adalah DNA)
dan mempunyai enzim bemama reverse transcriptase yang mampu mengubah kode genetik
dari DNA ke RNA.Virus ini terdiridari inti (core) dengan lapisan luar bernama amplop (envelope) 

Gambar : Morfologi Human Immunoddiency Virus (HIV)


Envelope HIV berfungsi sebagai alat penting untuk menempelkan virus tersebut pada sel
induk (sel hidup yang diserang, biasanya sel T helper), kemudian melubangi dinding sel induk
tersebut.

Envelope terdiri dari banyak komponen glikoprotein dan di antaranya yang penting adalah gp
160, gp 140,gp 120. . Pemberian nama masing-masing glikoprotein tersebut sesuai dengan
berat molekulnya yang diukur menurut kilo Dalton. Identifikasi laboratorik terhadap profit
glikoprotein ini sangat menunjang diagnosis keberadaan envelope virus dalam tubuh manusia.
Mengingat fungsi envelope ini, maka salah satu upaya pembuatan vaksin adalah dengan
membentuk/menimbulkan antibodi yang mampu mengikat glikoprotein envelope sehingga HIV
tidak mampu lagi menempelkan dirinya pada sel induk, dan infeksi tidak terjadi.

Cara Penularan dan Penyebaran Virus HIV AIDS


- Darah
Contoh : Tranfusi darah, terkena darah hiv+ pada kulit yang terluka, terkena darah menstruasi
pada kulit yang terluka, jarum suntik, dsb
- Cairan Semen, Air Mani, Sperma dan Peju Pria
Contoh : Laki-laki berhubungan badan tanpa kondom atau pengaman lainnya, oral seks, dsb.
- Cairan Vagina pada Perempuan
Contoh : Wanita berhubungan badan tanpa pengaman, pinjam-meminjam alat bantu seks, oral
seks, dll.
- Air Susu Ibu / ASI
Contoh : Bayi minum asi dari wanita hiv+, Laki-laki meminum susu asi pasangannya, dan lain
sebagainya.

Cairan Tubuh yang tidak mengandung Virus HIV pada penderita HIV+ :
- Air liur / air ludah / saliva
- Feses / kotoran / tokai / bab / tinja
- Air mata
- Air keringat
- Air seni / air kencing / air pipis / urin / urine

2. PATOFISIOLOGI

INTERNALISASI HIV DENGAN SEL TARGET

1. Gp 120 berinteraksi dengan reseptor spesifik CD4 (pada membrane sel target)
2. Interaksi ini mengakibatkan adanya ikatan antara HIV dengan sel target
3. Ikatan diperkuat dengan adanhya ko-reseptor
4. Ko-reseptor memungkinkan gp 41 untuk memperantarai masuknya virus ke dalam
sel target
5. Melalui gp 41 terjadi fusi membrane sel target dengan membrane HIV
6. Fusi antar membrane membuat semua partikel HIV masuk ke dalam sitoplasma sel
target

KOMPLEKS PRE-INTEGRASI

1. Gp120 terikat dengan reseptor CD4 & ko-reseptor, dengan diiringi perubahan
konformasi gp41
2. Hal ini memungkinkan terjadi insersi pada bagian N-terminal hydrophobic fusion-
peptide ke dalam membran sel target
3. Insersi menyebabkan fusi kedua membrane
4. Berbagai komponen HIV masuk ke dalam sitoplasma sel target
5. Hal ini bergantung seluruhnya pada region N & C terminal pada gp 41
6. Interaksi ini yang menjadi target intervensi farmakologik, atau dengan kata lain,
intervensi terhadap C-terminal gp 41
7. Informasi genetic HIV terbawa kedalam sitoplasma sel target melalui genom RNA
8. RNA akan diubah menjadi DNA dengan enzim reverse transcriptase
9. Lalu akan terbentuk DNA rantai tunggal, dan transkripsi terjadi lagi menjadi DNA
rantai ganda
10. DNA berintegrasi ke genom sel host, hasil integrasinya disebut provirus
11. Membentuk kompleks dengan sel host & terpadunya berbagai protein virus
12. Ditranspor ke dalam inti

REPLIKASI

1. Provirus masuk kedalam nukleus


2. Menyatu dengan kromosom sel host
3. Provirus menjadi tidak aktif
4. Proses tranlasi dan transkripsi terhenti
5. Sel yang terpapar HIV mengalami perubahan aktifitas
6. Sel terinfeksi memproduksi sitokin
7. Sitokin yang diproduksi berikatan dengan 5’LTR
8. Menginduksi replikasi DNA
9. DNA, dengan bantuan enzim polymerase, diubah menjadi RNA dan mRNA
10. RNA keluar dari inti, sedangkan mRNA ditranslasi menjadi polipeptida
11. RNA dan polipeptida bergabung dan membentuk inti virus baru
12. Inti virus baru membentuk virus baru yang matur

PERJALANAN HIV DITUBUH

Virus HIV yang masuk ke dalam tubuh akan menghadapi beberapa mekanisme
pertahanan tubuh, diantaranya

1. Tubuh akan berusaha memusnahkan virus dengan cara opsonisasi


2. Peran interferon alpha dan beta yang mencegah replikasi virus
3. Komplek, terjadi pada sel target.

Pada sel target, terdapat 3 mekanisme pertahanan yang kompleks, yaitu:

1. Sel yang terpapar langsung dimusnahkan oleh NK


2. Sel yang terpapar akan dimusnahkan perlahan melalui proses apoptosis patologis
3. Sel yang terpapar akan tetap hidup, menjelajah tubuh via sirkulasi sistemik,
menyebabkan peningkatan produksi & sekresi sitokin proinflamatory (IL -1b), TNF-a,
enzim pospolipase, ROS(Reactive Oxygen Species) akibat tuntutan mitokondria untuk
meningkatkan ATP lalu memicu sekresi prostaglandin  memicu termoregulasi 
panas tubuh meningkat.

Dampak lain dari IL-1b selain memicu panas tubuh antara lain

1. Pusing
2. Mialgia
3. Artralgia
4. Mual/muntah
5. Nafsu makan menurun
6. Sulit tidur

PERAN ORGAN LIMFOID PADA INFEKSI HIV

Setelah HIV masuk dalam tubuh, maka:

1. Dibawa ke kelenjar limfe regional


2. Terjadi respon imun spesifik terhadap HIV
3. Merupakan sel limfosit B (yang berada dalam sentrum germinativum jar. Limfoid)
4. Mengakibatkan terjadinya limfadenopati akibat hyperplasia atau proliferasi folikuler
5. TCD4 yang didalam darah bermigrasi ke kelenjar limfe
6. Terjadi penurunan kadar TCD4 dalam sirkulasi yang merupakan gejala khas infeksi
HIV akut
Saat terjadi respon imun spesifik oleh sel limfosit B, juga menyebabkan :

1. Limfosit B menghasilkan berbagai sitokin


2. Hal ini dapat mengaktifkan dan memudahkan infeksi limfosit TCD 4
3. Virus akan tinggal lama (laten) dalam limfosit TCD4
4. Terjadi fase asimtomatis
5. Terjadi degenerasi sel dendrit folikuler atau bisa dikatakan limfe kelelahan sehingga
kemampuan organ untuk menjerat HIV menurun

3. DIAGNOSIS

Pada tahun 1990, World Health Organization (WHO) mengelompokkan berbagai infeksi
dan kondisi AIDS dengan memperkenalkan sistem tahapan untuk pasien yang terinfeksi
dengan HIV-1.[46] Sistem ini diperbarui pada bulan September tahun 2005. Kebanyakan
kondisi ini adalah infeksi oportunistik yang dengan mudah ditangani pada orang sehat.

 Stadium I: infeksi HIV asimtomatik dan tidak dikategorikan sebagai AIDS


 Stadium II: termasuk manifestasi membran mukosa kecil dan radang saluran pernafasan
atas yang berulang
 Stadium III: termasuk diare kronik yang tidak dapat dijelaskan selama lebih dari sebulan,
infeksi bakteri parah, dan tuberkulosis.
 Stadium IV: termasuk toksoplasmosis otak, kandidiasis esofagus, trakea, bronkus atau
paru-paru, dan sarkoma kaposi. Semua penyakit ini adalah indikator AIDS.

4. PEMERIKSAAN

A. ELISA (Enzym-Linked Immunosorbent Assay)

tes ini mendeteksi antibodi yang dibuat tubuh terhadap virus HIV. Antibodi tersebut
biasanya diproduksi  mulai minggu ke 2, atau bahkan setelah minggu ke 12 setelah terpapar
virus HIV. Kerena alasan inilah maka para ahli menganjurkan pemeriksaan ELISA dilakukan
setelah minggu ke 12 sesudah melakukan aktivitas seksual berisiko tinggi atau tertusuk
jarum suntik yang terkontaminasi. Tes ELISA dapat dilakukan dengan sampel darah vena, air
liur, atau air kencing.

Saat ini telah tersedia Tes HIV Cepat (Rapid HIV Test). Pemeriksaan ini sangat mirip dengan
ELISA. Ada dua macam cara yaitu menggunakan sampel darah jari dan air liur.

Hasil positif pada ELISA belum memastikan bahwa orang yang diperiksa telah terinfeksi HIV.
Masih diperlukan pemeriksaan lain, yaitu Western Blot atau IFA, untuk mengkonfirmasi
hasil pemeriksaan ELISA ini. Jadi walaupun ELISA menunjukkan hasil positif, masih ada dua
kemungkinan, orang tersebut sebenarnya tidak terinfeksi HIV atau betul-betul telah
terinfeksi HIV.

B. Western Blot

Sama halnya dengan ELISA, Western Blot juga mendeteksi antibodi terhadap HIV. Western
blot menjadi tes konfirmasi bagi ELISA karena pemeriksaan ini lebih sensitif dan lebih
spesifik, sehingga kasus 'yang tidak dapat disimpulkan' sangat kecil. Walaupun demikian,
pemeriksaan ini lebih sulit dan butuh keahlian lebih dalam melakukannya.

C. IFA

IFA atau indirect fluorescent antibody juga meurupakan pemeriksaan konfirmasi ELISA
positif. Seperti halnya dua pemeriksaan diatas, IFA juga mendeteksi antibodi terhadap HIV.
Salah satu kekurangan dari pemeriksaan ini adalah biayanya sangat mahal.

D. PCR Test

PCR atau polymerase chain reaction adalah uji yang memeriksa langsung keberadaan virus
HIV di dalam darah. Tes ini dapat dilakukan lebih cepat yaitu sekitar seminggu setelah
terpapar virus HIV. Tes ini sangat mahal dan memerlukan alat yang canggih. Oleh karena itu,
biasanya hanya dilakukan jika uji antibodi diatas tidak memberikan hasil yang pasti. Selain
itu, PCR test juga dilakukan secara rutin untuk uji penapisan (screening test) darah atau
organ yang akan didonorkan.

5. PENATALAKSANAAN

a. Konseling dan Edukasi

Konseling dan edukasi perlu diberikan segera sesudah diagnosis HIV/AIDS ditegakkan dan
dilakukan secara berkesinambungan. Bahkan, konseling dan edukasi merupakan pilar
pertama
dan utama dalam penatalaksanaan HIV/AIDS; karena keberhasilan pencegahan penularan
horizontal maupun vertikal, pengendalian kepadatan virus dengan ARV, peningkatan CD4,
pencegahan dan pengobatan IO serta komplikasi lainnya akan berhasil jika konseling dan
edukasi berhasil dilakukan dengan baik. Pada konseling dan edukasi perlu diberikan
dukungan
psikososial supaya ODHA mampu memahami, percaya diri dan tidak takut tentang status
dan
perjalanan alami HIV/AIDS, cara penularan, pencegahan serta pengobatan HIV/AIDS dan IO
semuanya ini akan memberi keuntungan bagi ODHA dan lingkungannya.
b. Pengobatan HIV dengan ARV

Menurut rekomendasi WHO, orang dewasa dan remaja dengan HIV sebaiknya memulai
terapi antiretroviral ketika:

 Infeksi HIV Stadium IV menurut kriteria WHO, tanpa memandang jumlah CD4
 Infeksi HIV Stadium III menurut kriteria WHO dengan jumlah CD4 <350/mm3
 Infeksi HIV Stadium I atau II menurut kriteria WHO dengan jumlah CD4 <200/mm3

Apabila tes CD4 tidak dapat dilaksanakan, maka terapi antiretroviral sebaiknya dimulai
ketika:

 Infeksi HIV Stadium IV, tanpa memandang jumlah limfosit total


 Infeksi HIV Stadium III, tanpa memandang jumlah limfosit total
 Infeksi HIV Stadium II dengan jumlah limfosit total <1200/mm3c

Memberikan pengobatan yang dimulai dengan sebuah komitmen. Memulai pengobatan


akan merubah hidup pasien. harus selalu mengawasi waktu, jadwal keseharian dan
perubahan dalam rutinitas. Dalam beberapa kasus mungkin harus menjadwalkan minum
obat berdekatan dengan waktu makan atau mengkonsumsinya dengan atau tanpa jenis-
jenis makanan tertentu

Obat-obatan HIV terdiri dari empat tipe atau "kelas":

 NRTI (nucleoside atau nucleotide reverse transcriptase inhibitor)


 NNRTI (non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor)
 PI (protease inhibitor)
 Fusion inhibitor

Ke empat kelas obat-obatan ini dirancang untuk menghalangi kemampuan HIV untuk
mereplikasi diri ; yaitu, untuk berkembang dalam tubuh anda. Tiap kelas obat menghentikan
virus pada saat-saat yang berbeda dalam siklus reproduksinya.

Anggap HIV sebagai pabrik kembangbiak dalam sebuah sel T. Ia ingin berkembang dalam
tubuh anda dan membuat duplikasi dirinya.

 NRTI bekerja seperti batu bata yang pecah sehingga pabrik yang akan dibangun HIV
dalam sel T anda terdiri dari batu bata pecah.
 NNRTI bekerja seperti mandor buruk yang selalu memberi petunjuk yang salah kepada
HIV dalam proses pembangunan.
 Protease inhibitor adalah para pekerja yang mengimbuhi komponen-komponen rusak
dalam tiap virus baru dalam jalur asembli.
 Fusion inhibitor bekerja seperti gembok pada pintu gerbang pabrik yang menghalangi
HIV untuk masuk.

Analogi dibuat oleh British Columbia Persons With AIDS Society.

Tiga jenis kombinasi kelas secara umum diteliti dan diresepkan bagi
NNRTI 1 atau 1 PI
orang yang baru mulai pengobatan HIV:
+2 2 PI + 2 "boosted" +
NRTI NRTI 2 NRTI

menurut penelitian terbaru dan pedoman pengobatan terkini,


terdiri dari dua NRTI ditambah satu "boosted" protease inhibitor atau satu NNRTI.
Kombinasi ini telah digunakan dengan sukses terhadap orang-orang yang memiliki viral load
di atas 100,000 dan jumlah T-sel yang rendah. Protease inhibitor yang tidak boosted serta
kombinasi yang hanya terdiri dari tiga NRTI, seperti obat kombinasi Trizivir, keampuhannya
kurang.

Beberapa masalah yang dialami orang dengan HIV termasuk:

 Lipodistrofi, suatu kondisi dimana bagian-bagian tertentu tubuh anda mengalami


tambahan ("lipohipertrofi") atau kehilangan ("lipoatrofi") lemak dalam jumlah besar. Ini
merupakan satu dari beberapa masalah yang diistilahkan sebagai "masalah metabolis".
Masih belum jelas apakah permasalahan ini diakibatkan oleh HIV itu sendiri, pengobatan
HIV atau peningkatan sistim kekebalan yang terjadi saat terapi HIV. Kebanyakan
penelitian menunjukkan bahwa beberapa faktor bekerja bersamaan untuk
menyebabkan perubahan bentuk badan pada orang dengan HIV. Obat-obatan HIV yang
lebih baru sepertinya tidak menimbulkan perubahan bentuk tubuh.

 Kolesterol atau trigliserida tinggi (yang dapat mengakibatkan penyakit jantung)


dan kelainan insulin (yang dapat mengakibatkan diabetes). Banyak penelitian
menunjukkan bahwa banyak protease inhibitor, serta beberapa NRTI dan obat HIV lain,
yang mengakibatkan masalah-masalah ini. Namun obat-obat baru, seperti jenis NRTI
Viread dan jenis protease inhibitor Lexiva dan Reyataz, lebih kecil kemungkinannya
mengakibatkan permasalahan ini. Para peneliti telah juga berpendapat bahwa faktor-
faktor lain, seperti apakah seseorang merokok, kelebihan berat badan atau tidak
berolahraga, mungkin memainkan peran lebih besar terhadap permasalahan itu
daripada obat-obatan HIV.

 Asidosis laktat. Kebanyakan NRTI, khususnya Zerit dan Videx, dapat menyebabkan
penumpukan asam laktat dalam tubuh anda. Terlalu banyak asam laktat dapat
mengakibatkan mual-mual, muntah-muntah dan kerusakan lever yang mungkin, dalam
beberapa kasus, mengancam jiwa.

 Masalah syaraf. Beberapa NRTI (seperti Zerit dan Videx), dan HIV itu sendiri, dapat
menyebabkan kerusakan terhadap beberapa bagian sistim syaraf seseorang, yang
mengakibatkan semutan, rasa terbakar dan rasa kebal pada tangan dan kaki -- kelainan
yang dikenal sebagai neuropati.

 Diare. Banyak obat-obatan HIV, khususnya Viracept dan Kaletra, yang dapat
mengakibatkan diare dan masalah pencernaan lainnya, terutama saat awal pengobatan.

 Masalah psikologis. Beberapa obat, seperti jenis NNRTI Sustiva, dapat menimbulkan
depresi, kekhawatiran atau mimpi-mimpi aneh. Ini mungkin akan menjadi masalah bila
anda memang sudah depresi atau memiliki sejarah kelainan mental yang serius. Namun
biasanya efek samping ini tidak berlangsung.

6. PENCEGAHAN

1.  Pencegahan melalui hubungan seksual

 Tidak melakukan hubungan seks pra nikah


 Tidak berganti-ganti pasangan
 Apabila salah satu pihak sudah terinfeksi HIV, gunakanlah kondom.

2.  Pencegahan melalui darah

 Transfusi darah dengan yang tidak terinfeksi.


 Sterilisasi jarum suntik dan alat-alat yang melukai kulit.
 Hindari pengguna narkoba.
 Tidak menggunakan alat suntik, alat tindik, alat tato, pisau cukur dan sikat gigi
berdarah dengan orang lain.
 Steril peralatan medis yang berhubungan dengan cairan manusia.
 

3.  Pencegahan penularan ibu kepada anak

 Ibu yang telah terinfeksi HIV agar mempertimbangkan kehamilannya.


 Ibu melakukan PMTCT.
 

4.  Pencegahan melalui pendidikan gaya hidup

 Perlu komunikasi, edukasi, informasi dan penyuluhan kepada masyarakat.


 Hindari gaya hidup yang mencari kesenangan sesaat.

Anda mungkin juga menyukai