Anda di halaman 1dari 12

HEPATITIS

Oleh: Hendri Purwadi

A. PENGERTIAN
Istilah “Hepatitis” dipakai untuk semua jenis peradangan yang disebabkan oleh
infeksi (virus, bakteri, parasit), obat-obatan (termasuk obat tradisional),
konsumsi alkohol, lemak yang berlebih dan penyakit autoimmune (profil
Kesehatan Indonesia 2019). Hepatitis virus akut merupakan urutan pertama dari
berbagai penyakit hati di seluruh dunia. Berdasarkan waktunya, hepatitis virus
dapat dibagi menjadi hepatitis akut dan kronis. Pada beberapa kasus, hepatitis
akut dapat berkembang menjadi kronis, dan sebaliknya hepatitis kronis dapat
sembuh sendiri. Pada umumnya hepatitis kronis merupakan kondisi yang serius,
namun gejala pada pasien dapat bermacam- macam tergantung derajat
penyakitnya.

B. EPIDEMIOLOGI
Penyakit mirip hepatitis telah terjadi sejak peradaban kuno, dikenal dengan
istilah “ epidemic jaundice/ penyakit kuning”. Keemudian para ahli menemukan
bahwa Virus hepatitis ada sejak 450 tahun lalu ditemukan di mumi anak berasal
dari abad pertengahan. Awalnya dikira sebagai cacar, tapi analisis DNA
menyebutkan hal itu disebabkan oleh hepatitis B.
WHO memeprkirakan bahwa Sebanyak 1,5 juta penduduk dunia meninggal
setiap tahunnya karena virus Hepatitis 2015. Dan jumlah tersebut sama dengan
jumlah penduduk meninggal dunia akibat TBC dan lebih tinggi dibandingkan
dengan penderita HIV. Hepatitis merupakan salah satu penyakit silent killer
karena banyak masyarakat tidak mengethaui bahwa mereka terinfeksi virus
hepatitis. Sementara itu, sebanyak dua milyar orang di dunia diperikirakan
terinfeksi virus Hepatiti baik A, B, C, D maupun E. Berdaarkan data dari WHO
2018 diperkirakan 240 juta orang mengidap Hepatitis B Kronik dan sebanyak
170 juta orang mengidap Hepatitis C. angka kematian terbanyak di sumbang
oleh hepatitis B dan Hepatitis C yaitu sekitar 90%. Menurut WHO, 1 diantara 3
orang terinfeksi hepatitis B atau C. WHO memeperikarakan bahwa angka
kematian akibat hepatitis meningkat sebanyak 22% sejak 2020.
Indonesia merupakan negara kedua yang memiliki endemisitas tinggi Hepatitis B
di kawasan South East Asian Region  (SEAR) setelah Myanmar. Diperkirakan 10
dari 100 orang di Indonesia telah terinfeksi Hepatitis B atau C. Saat ini
diperkirakan sebanyak 28 juta penduduk Indonesia terinfeksi Hepatitis B dan C,
14 juta di antaranya berpotensi menjadi kronis dan dari yang kronis tersebut,
1,4 juta di antaranya berpotensi untuk menderita kanker hati. Angka Hepatitis A
dan D tidak diketahui pasti namun KLB sempat terjadi di tahun 2104 di kaltim,
Bengkulu, kediri dan sumbar. Namun jika melihat data pasien yang dirawat di RS
hepatitis A masih merupakan bagian terbesar dari kasus- kasus hepatitis akut
yang dirawat yaitu berkisar dari 39,8-68,3%.

Menurut hasil Riskesdas tahun 2018, prevalensi hepatitis berdasarkan Riwayat


diagnosis dokter sebesar dengan disparitas antar provinsi sebesar 0,18% (Kep.
Bangka Belitung) dan 0,66% (Papua). Berdasarkan kelompok umur, hepatitis
menyebar hampir merata pada seluruh kelompok umur. Begitu juga dengan
jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan tempat tinggal.

C. TANDA DAN GEJALA UMUM


Gejala hepatitis virus dimulai dengan gejala prodromal yang bersifat sistemik,
dapat berupa anoreksia, mual, muntah, lemah, lesu nyeri sendi, nyeri otot, sakit
kepala, fotofobia, faringitis, batuk, serta demam. Sebelum timbul gejala jaundice
dapat ditemukan urin yang berwarna gelap dan feses berwarna dempul. Dengan
munculnya gejala jaundice, gejala prodromal biasanya berkurang. Dapat
ditemukan pembesaran hepar lunak dan nyeri pada kuadran kanan atas.

D. PENANGANAN UMUM
Penatalaksanan pada hepatitis virus lebih bersifat suportif, yakni dengan tirah
baring dan pengaturan diet makanan. Dapat juga diberikan obat-obatan untuk
mengurangi keluhan simtomatis. Pada kasus yang tidak berkomplikasi,
penyembuhan dimulai satu atau dua minggu setelah awitan ikterus dan
berlangsung hingga 6 minggu. Namun pada beberapa kasus, dapat
berkembang menjadi hepatitis kronis. Komplikasi yang paling ditakuti dari
hepatitis kronis adalah sirosis hepatis dan karsinoma hati primer.

E. KLASIFIKASI
Terdapat lima jenis virus Hepatitis, yaitu Hepatitis A, B, C, D dan E. Antara
Hepatitis yang satu dengan yang  lain tidak saling  berhubungan. Hepatitis Virus
yang penularannya melalui fecal oral untuk Hepatitis A dan Hepatitis E;
Hepatitis Virus yang penularannya melalui parenteral untuk Hepatitis B, Hepatitis
C, dan Hepatitis D.

1. Hepatitis A
Hepatitis A disebabkan oleh viras HAC. Jutaan orang terinfeksi HAC oleh
kontaminasi air minum dan makanan. Di daerah dengan pendapatan tinggi,
incident ratanye rendah. Dilaporkan sebanyak 1.5 juta kasus HAC setiap
tahun, sementra angka infeksi mungkin bisa lebih dari itu (tidak terdata).
Berikut adalah sebaran hepatitis A
Di negara-negara yang maju secara kontras diketahui bahwa insidens infeksi
virus hepatitis A telah menurun dalam beberapa tahun terakhir ini dan telah
beralih ke usia yang lebih tua, hal ini disebabkan kondisi secara social dan
ekonomi lebih baik, begitu pula hygiene dan sanitasi. Namun di Indonesia
hepatitis A masih merupakan bagian terbesar dari kasus-kasus hepatitis akut
yang dirawat yaitu berkisar dari 39,8%-68,3 kemudan disusul oleh hepatitis
non A-non B sekitar 15,5%-46,4% dan hepatitis B 6,4% -25,9%. Masa
inkubasi dan transmisi hepatitis A antara 14 s.d 49 hari (rata-rata 30 hari)
penularan fecal-oral (orang ke orang). Penyakit ini merupakan Hepatitis
yang ringan, bersifat akut, sembuh spontan/sempurna tanpa gejala sisa dan
menyebabkan infeksi kronik.

Gejala klinis hepatitis A

a) Fase akut hepatitis A umumnya 90% asimtomatik atau bentuk yang


ringan dan hanya sekitar 1% yang timbul icterus
b) Fase tunas: viremia 2-4 minggu
c) Fase pre-ikterik/peridormal (2-7 minggu) gambaran sangat bervariasi
secara individual seperti ikterik, urin berwarna gelap, lelah/lemas,
hilang nafsu makan, nyeri & rasa tidak enak di perut, tinja berwarna
pucat, mual dan muntah, demam kadang-kadang menggigil, sakit .
d) Fase ikterik
Setalah demam turun penderita menyadari bahwa urinnya berwarna
kuning pekat seperti air teh ataupun tanpa disadari, orang lain yang
melihat sclera mata dan kulitnya berwarna kekuning-kuningan
e) Fase penyembuhan
Fase penyembuhan dimulai dengan menghilangkan sisa gejala tersebut
diatas, ikterus mulai menghilang, penderita merasa segar kembali
walau mungkin masih terasa cepat capai. Penyembuhan berlangsung
selama 6 bulan.

Diagnosis medis : warna kuning terlihat lebih mudah pada sclera, kulit,
selaput lendir langit-langit mulut, pemeriksaan fungsi hati peningaktan
bilirubin, IgM dan anti HAV positf. Penatalaksanaan berupa Perawatan
supoortif, Diet Tinggi protein dan karbohidrat, rendah lemak untuk nausa
dan anorkesia, Menghindari obat-obatan metabolisme hati dan
Medikamentosa. Pencegahan dengan Perbaikain higine serta Imunisasi
pada orang-orang yang melakukan perjalanan ke daerah dengan endemih
hepatitis A

2. Hepatitis B
Adalah hepatitis yang paling banyak ditemukan dan menjadi penyebab
kesakitan dan kematian utama didunia. Sekitar 5% adalah carier dan menjadi
serius. 1 banding 3 pendduuk dunia terinfeksi HBV. Setiap tahun 780000
meninggal dunia (WHO, 2018). Tingkat prevalensi hepatitis B di Indonesia
sangat bervariasi berkisar dari 2,5% di Banjarmasin sampai 25,61% di
Kupang, sehingga termasuk dalam kelompok negara dengan endemisitas
sedang sampai tinggi.
Hepatitis B, terbagi menjadi dua, yaitu Hepatitis B Akut dan Hepatitis B
Kronik. Hepatitis B Akut disebabkan oleh virus Hepatitis B dari golongan virus
DNA dengan masa inkubasi 60-90 hari. Penularannya vertikal 95% terjadi
pada masa perinatal (persalinan) dan 5% intra uterina. Sedangkan penularan
horisontal melalui transfusi darah, jarum suntik tercemar, pisau cukur, tato
dan transplantasi organ. Hepatitis B Akut yang berkembang menjadi penyakit
Hepatitis B Kronik.
Usia saat terjadinya infeksi memengaruhi kronisitas penyakit. Bila terjadi
saat bayi, 95% akan menjadi Hepatitis B Kronik. Sedangkan bila penularan
terjadi pada usia balita, 20-30% menjadi penderita Hepatitis B Kronik dan
bila penularan saat dewasa, hanya 5% yang menjadi penderita Hepatitis B
Kronik. Menetapnya HBsAg sesudah 6 bulan menandakan proses akan
menjadi kronis sampai dengan 5 tahun. HBeAg timbul bersama-sama atau
segera sesudah HBsAg. Ditemukannya HBeAg menunjukkan jumlah virus
yang banyak Tingkat prevalensi hepatitis B di Indonesia sangat bervariasi
berkisar dari 2,5% di Banjarmasin sampai 25,61% di Kupang, sehingga
termasuk dalam kelompok negara dengan endemisitas sedang sampai tinggi.
Gejala klinis Bervariasi dari tanpa gejala sampai gejala yang berat seperti
muntah darah dan koma. Ringan: seperti influenza dan mata jadi kuning,
kencing berwarna gelap, diare dan nyeri otot Infeksi hepatitis B yang
didapatkan pada masa perinatal dan balita biasanya asimtomatik dan dapat
menjadi kronik pada 90% kasus. Penatalaksaan Medikamentose : lamivudine
(antiviral). Pencegahan Imuniasi pada bayi 12 jam pertama, 2, 3 dan 4
bulan Imunisasi pada orang dwasasa : diberikan selama 3 kali, 1 bulan
setelah dosis pertama dan dosis ketiga diberikan 5 bulan setelah dosis
kedua. Pemeriksaan laboratrium pada penderita hepatitis B adalah sebagai
berikut:
3. Hepatitis C
170 juta penduduk global mengidap hepatitis C dengan prevalensi global
sebanya 2,9% angka kematian 399000 kasus setiap tahun. Berikut adalah
negara dengan angka kematian tebanyak

Di Indonesia menujukkan bahwa prevalensinya adalah di antara 3,1%-4%.


Faktor-faktor yang terkait erat dengan terjadinya infeksi HCV adalah
penggunaan narkoba suntik (injection drug user, IDU) dan menerima tranfusi
darah sebelum tahun 1990.
Etiologi virus Hepatitis C termasuk golongan virus RNA dengan masa inkubasi
2-24 minggu. Gejala klinis umumnya sekitar 6-8 minggu (berkisar antara 2-
26 minggu) pada beberapa pasien yang menunjukkan gejala malaise dan
jaundice dialami oleh sekitar 20-40% pasien. Peningkatan kadar enzim hati
(SGPT > 5-15 kali rentang normal) terjadi pada hampir semua pasien. Pada
kasus-kasus infeksi akut HCV yang ditemukan, gejala-gejala yang dialami
biasanya jaundice, malaise, dan nausea. Penatalaksanaan Pengobatan
Hepatitis C sedini mungkin sangatlah penting. Meskipun tubuh telah
melakukan perlawanan terhadap infeksi, tetapi hanya 20% yang berhasil,
pengobatan tetap diperlukan untuk mencegah Hepatitis C kronis dan
membantu mengurangi kemungkinan hati menjadi rusak (kanker hati dan
sirosis hepatis)
4. Hepatitis D
Diakibatkan oleh produk darah atau penggunaan jarum secara Bersama
sama. Sekitar 18 juta penduduk terinfeksi hepatitis D. angka kejadian juga
menurun akibat vaksinasi

Infeksi HDV hanya terjadi pada individu dengan resiko infeksi HBV (koinfeksi
atau superinfeksi). hepatitis D disebabkan oleh virus Hepatitis D atau virus
delta. Virus ini memerlukan virus Hepatitis B untuk berkembangbiak,
sehingga hanya ditemukan pada orang yang telah terinfeksi virus Hepatitis
B. ranmisi virus ini mirip dengan HBV yaitu melalui darah, permukosal,
perkutan parenteral, seksual dan perinatal walaupun jarang. Pada saat
terjadi superinfeksi, titer VHD serum akan mencapai puncak, sekitar 2-5
minggu setelah inokulasi, dan akan menurun setelah 1-2 minggu kemudian.
Gejala klinis Infeksi VHD hanya terjadi bila bersama-sama denagn infeksi
VHB.

5. Hepatitis E
Disbebakan oleh makanan dan air. Outbreaks nya di negara-negara dengan
akses air bersih yang terbatas, sanitasi dan higine yang buruk. 20 juta
penduduk dunia diperkirakan menderita hepatitis ini dengan angka kematian
3,3%. HEV RNA terdapat dalam serum dan tinja selama fase akut. Masa
inkubasi adalah 2-9 minggu. Gejala klinis Prodromal : Gejala gastrointestinal,
seperti: malaise, anoreksia, mual dan muntah. Gejala flu, faringitis, batuk,
sakit kepala dan myalgia. Gejala prodromal menghilang pada saat timbul
kuning, tetapi gejala anoreksia, malaise, dan kelemahan dapat menetap.
Pemeriksaan; Urine: gelap Tinja: sangat pucat Darah : peningkatan serum
bilirubin , SGPT dan SGOT. Hepatitis Hepatitis E (HEV) di Indonesia pertama
kali dilaporkan terjadi di Sintang Kalimatan Barat yang diduga terjadi akibat
pencemaran sungai yang digunakan untuk aktivitas sehari-hari

F. PENANGANAN HEPATITIS
Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan republik Indonesia nomor 53 tahun
2015 BAHWA Hepatitis Virus merupakan penyakit menular yang menjadi
masalah kesehatan masyarakat dan memerlukan upaya penanggulangan melalui
pencegahan, pengendalian dan pemberantasan agar kesakitan, kematian, dan
dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan dapat ditekan serendah-rendahnya.
Oleh karena itu, Pendidikan, vaksinasi, transfuse darah, deteksi dini dan
perawatan yang tepat merupakan faktor penting dalam penanganan hepatitis.
Secara real, ada 7 program yang dicanangkan pemerintah untuk menururunkan
angka kesakitan dan kematian akibat virus hepatitis yaitu sebagai berikut
1. Promosi Kesehatan
2. Perlindungan khusus penggunaan kondom, APD, mencegah pengguanan
jarum suntik yang terkontaminasi
3. Pemberian imunisasi 
imunisasi hepatitis A  perjalanan ke daerah endemis, petugas Kesehatan
hepatitis B  sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan
4. surveilans Hepatitis Virus
5. Pengendalian faktor risiko  penignkatan PHBS, skrining donor darah,
skrining organ transplantasi dan penggunaan alat-alat medis
untuk hepatitis A dan E (penularan fekal dan oral) perlu cuci tangan,
memasak makanan sampai matang, menjaga kebersihan makanan,
menggunakan air bersih yang baik
6. Deteksi dini dan penemuan kasus
Hampir semua bayi yang dilahirkan dari ibu dengan HBeAg positif akan
terkena infeksi pada bulan kedua dan ketiga kehidupannya. Adanya HbeAg
pada ibu sangat berperan penting untuk penularan. Walaupun ibu
mengandung HBsAg positif namun jika HBeAg dalam darah negative, maka
daya tularnya menjadi rendah. Program Nasional dalam Pencegahan dan
Pengendalian Virus Hepatitis B saat ini fokus pada pencegahan Penularan Ibu
ke Anak (PPIA) karena 95% penularan Hepatitis B adalah secara vertikal
yaitu dari Ibu yang Positif Hepatitis B ke bayi yang dilahirkannya.

7. Penanganan kasus  penanganan perawatan


Pada kasus hepatitis B
a) Fase akut: perlu rawat inap jika dehidrasi  pemberian antiviral
(lamivuin) meperpndek masa simotmasitk tapi tidak bisa mencegeah
perkembangan menjadi kronik
b) fase kronik  semua pasien harus di tes HBsAg

hepatitis C
1. Pengobatan Hepatitis C pada penderita yang telah terdiagnosis maka
sebelum memulai terapi antivirus hepatitis C perlu dilakukan
pemeriksaan terhadap kemungkinan adanya koinfeksi dengan virus
hepatitis B (VHB) dan HIV, mencari kemungkinan penyakit komorbid
lain seperti penyakit hati alkohol, penyakit hati autoimun dan non-
alcohol fatty liver disease (NAFLD).
DAFTAR PUSTAKA

Jefferies, M., Rauff, B., Rashid, H., Lam, T., & Rafiq, S. (2018). Update on global
epidemiology of viral hepatitis and preventive strategies. World journal of clinical
cases, 6(13), 589–599. https://doi.org/10.12998/wjcc.v6.i13.589

WHO (2018) Global Hepatitis Report, 2017. Genewa Swiss. Diakses tanggal 1 Maret
2021

Kementrian Kesehatan republik Indonesia (2017) PERATURAN MENTERI KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGAN
HEPATITIS VIRUS.

Kementrian Kesehatan republik Indonesia (2020) Profil Kesehatan Indonesia 2020.

Surmiasih, S., Aprida, H., Hardono, H., & Putri, R. H. (2020). Pengetahuan tentang
penyakit hepatitis B dengan perilaku pemeriksaan HBsAg pada ibu hamil di
Puskesmas. Wellness And Healthy Magazine, 2(2), 205-209.

Heri Wahyudi (2019), HEPATITIS, TINJAUAN TEORI. UDAYANA PRESS

Anda mungkin juga menyukai