Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENKES DEMAM TYPOID

PADA An. R DI KELURAHAN GEMAH SEMARANG

SANTI WIDIYANTI RAMADANI

2008076

FAKULTAS KEPERAWATAN, BISNIS DAN TEKNOLOGI


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
SEMARANG
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan :
Sub pokok bahasan : Demam Typoid
Sasaran : Anak
Waktu : 30 menit
Hari/tanggal : Rabu, 09 juni 2021

A. Latar Belakang
Demam thypoid merupakan penyakit endemis di Indonesia di sebabkan oleh
infeksi sistemik Salmonella typi. Prevalens 91 % kasus demam typoid terjadi
pada umur 3-19 tahun, kejadian meningkat setelah umur 5 tahun. Pada minggu
pertama sakit, demam typoid sangat sukar dibedakan dengan penyakit demam
lainnya sehingga untuk memastikan diagnosis diperlukan pemeriksaan biakan
kuman untuk konfirmasi.
96 % kasus demam typoid disebabkan Salmonella typi, sisanya disebabkan oleh
S. paratypi. Kuman masuk melalui makanan atau minuman, setelah melewati
lambung kuman mencapi usus halus (ileum) dan setelah menembus dinding usus
sehingga mencapai folikel limfoid usus halus (plaque peyeri). Kuman ikut aliran
limfe mensetrial ke dalam sirkulasi darah (bakteremia primer) mencapai jaringan
RES (hepar, lien, sumsum tulang untuk bermultiplikasi). Setelah mengalami
bakteremia sekunder, kuman mencapai sirkulasi darah untuk menyerang organ
lain (intra dan ekstra intestinal) dan masa inkubasi kuman ini 10-14 hari.

B. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan pengunjung poli anak dapat
memahami tentang penyakit demam typoid untuk diri sendiri dan orang
disekitarnya.

C. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah mendapatkan penyuluhan satu kali diharapkan pasien poli anak dapat
memahami dengan benar:
1. Defenisi Demam Typoid
2. Faktor Penyebab Demam Typoid
3. Tanda-tanda Gejala Demam Typoid
4. Penatalaksanaan Medis Dan Keperawatan Demam Typoid

D. POKOK BAHASAN
1. Pengertian Demam Typoid
2. Etiologi Demam Typoid
3. Manifestasi klinik Demam Typoid
4. Komplikasi Demam Typoid
5. Pemeriksaan Demam Typoid
6. Penatalaksanaan Demam Typoid

E. MODEL PEMBELAJARAN
1. Jenis Model Pembelajaran
Pertemuan tatap muka.
2. Landasan Teori
a) Ceramah
b) Tanya jawab
3. Landasan Pokok-pokok
a) Menciptakan suasana pertemuan yang baik.
b) Mengajukan masalah.
c) Mengidentifikasi pilihan tindakan.
d) Memberi komentar.
e) Menetapkan tindak lanjut.

F. MEDIA
1. Leaflet
2. Lembar balik

G. PROSES KEGIATAN

No Kegiatan Materi Penyuluhan Keluarga Tn.A Waktu


1 Pembukaan 1. Mengucap salam Menjawab 5 menit
dan perkenalan salam
2. Menyampaikan Menyimak
pokok bahasan
dan tujuan
3. Memberikan
pertanyaan:
apersepsi

2 Penyampaian 1. Menjelaskan Menjawab 20 menit


materi pengertian Mendengarkan
Demam Typoid. Memperhatikan
2. Menjelaskan
faktor penyebab .
3. Menjelaskan tanda
gejala.
4. Menjelaskan cara
pencegahan.

3 Penutup 1. Menanyakan Mendengarkan 5 menit


tentang materi Memperhatikan
yang telah Menjawab
disampaikan. Menjawab
2. Mengucap salam salam

H. STRATEGI PELAKSANA
Memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit demam typoid dan
penanganan keperawatan kepada anak dan keluarga

I. EVALUASI
1. Evaluasi Terstruktur
a. Alat dan media sesuai dengan rencana.
b. Peran dan fungsi masing-masing sesuai dengan yang direncanakan.
c. Peserta kurang lebih berjumlah lebih dari 10 orang.
2. Evaluasi Proses
a. Peserta antusias dengan materi penyuluhan.
b. Peserta memperhatikan penyuluhan dari awal sampai akhir.
c. Peserta berperan aktif dalam jalannya diskusi.
3. Evaluasi Hasil
Peserta memahami materi yang disampaikan dengan dapat menjawab
pertanyaan evaluasi yang dilakukan oleh penyuluh, seperti:
a. Mengetahui pengertian demam typoid.
b. Mengetahui faktor penyebab demam typoid.
c. Mengetahui tanda gejala demam typoid.
d. Mengetahui cara penanganan demam typoid.
e. Mengetahui komplikasi demam typoid.
MATERI DEMAM THYPOID

A. Definisi
Merupakan suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan
oleh salmonella typi. Penyakit ini ditandai oleh panas berkepanjangan, ditopang
dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur endothelia atau endokardiasi dan
invasi bakteri sekaligus multiplikasi kedalam sel fagosit monocular dari hati,
limfa, kelenjar limfe, usus dan peyer’s patch dan dapat menular pada orang lain
melalui makanan atau air yang terkontaminasi (Huda dan Kusuma, 2016).
Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh
Salmonellla tipe A, B, dan C yang dapat menular melalui oral, fekal, makanan,
dan minuman yang terkontaminasi (Padila 2013 dalam Dewi & Meira 2016).

B. Etiologi
Menurut Arifianto (2012) menyebutkan bahwa penyebab utama dari
penyakit ini adalah kuman Salmonella typhosa, Salmonella typhi, A, B, dan C.
Kuman ini banyak terdapat di kotoran, tinja manusia, dan makanan atau
minuman yang terkena kuman yang di bawa oleh lalat. Sebenarnya sumber utama
dari penyakit ini adalah lingkungan yang kotor dan tidak sehat. Salmonella
typosa merupakan basil gram negatif yang bergerak dengan bulu getar,
tidak berspora, mempunyai sekurang-kurangnya 3 macam antigen, yaitu antigen
O, antigen somatik yang tidak menyebar, terdiri dari zat komplek
lipopolisakarida, antigen V (kapsul) yang meliputi tubuh kuman dan melindungi
O antigen terhadap fagositosis dan antigen H (flagella). Ketiga jenis antigen
tersebut dalam tubuh manusia akan menimbulkan pembentukkan tiga macam
antibodi yang biasa disebut agglutinin.

C. Manifestasi klinis
Menurut Huda dan Kusuma (2016), adapun manifestasi dari demam typoid
antara lain:
1. Gelaja pada anak, inkubasi antara 5-40 hari dengan rata-rata 10-14 hari.
2. Demam menggigil sampai akhir minggu pertama.
3. Demam turun pada minggu keempat, kecuali demam tidak tertangani lagi
akan menyebabkan syok, stupor dan koma.
4. Ruam muncul pada hari ke 7-10 dan bertahan selama 2-3 hari.
5. Nyeri kepala dan perut.
6. Kembung, mual, muntah, diare dan konstipasi
7. Pusing, bradikardi, nyeri otot
8. Batuk
9. Epistaksis
10. Lidah yang berselaput (kotor ditengah, tepi, dan ujung merah serta tremor).
11. Gangguan mental berupa samnolen
12. Delirium atau psikosis
13. Dapat timbul dengan gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi muda
sebagai penyakit demam akut dengan disertai syok dak hipotermia.

D. Pencegahan
Menurut Librianty (2015) menyatakan bahwa pencegahan yang dapat
dilakukan agar tidak terjadi demam tifoid yaitu dengan meningkatkan higiene
dan sanitasi seperti penyediaan air bersih, pembuangan sampah atau kotoran
memadai. Imunisasi dengan menggunakan vaksin oral dan vaksin suntikan
(antigen Vi Polysaccharida capular) telah banyak digunakan. Saat ini
pencegahan terhadap kuman Salmonella sudah bisa dilakukan dengan vaksinasi
bernama chotipa (cholera-tifoid-paratifoid) atau tipa (tifoid-paratifoid). Untuk
anak usia 2 tahun yang masih rentan, bisa juga divaksinasi.

E. Komplikasi
Arifianto (2012) menyebutkan bahwa komplikasi yang dapat terjadi pada
anak yang mengalami demam tifoid yaitu:
a. Disfungsi pada otak (kejang atau gangguang kesadaran)
b. Syok
c. Perforasi usus
d. Perdarahan

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk demam typoid menurut Huda dan Kusuma
(2016), antara lain:
1. Pemeriksaan darah perifer lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit
normal. Leukositosit dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder.
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah
sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan penanganan
khusus.
3. Pemeriksaan uji widal
Uji Widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap bakteri
salmonella typi. Uji Widal dimaksudkan untuk menentukan adanya aglutinin
dalam serum penderita dema typoid. Akibat adanya infeksi oleh salmonella
typi maka penderita membuat antibody (agglutinin).
4. Kultur
Kultur darah: bisa positif pada minggu pertama
Kutur urin: bisa positif pada akhir minggu kedua
Kultur feses: bisa positif dari akhir minggu kedua hingga minggu ketiga
5. Anti salmonella typi IgM
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut
Salmonella typi, karena antibody IgM muncul pada hari ke 3 dan 4 terjadinya
demam.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan demam typoid menurut WHO (2009), antara lain:
1. Farmakologi
a. Kloramfenikol, dosis (50-100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis peroral
atau intravena) selama 10-14 hari.
b. Jika tidak dapat diberikan kloramfenikol, dipakai amoksilin
100mg/kgBb/hari peroral atau ampisilin intravena selama 10 hari, atau
kortikomoksasol 48 mg/kgBB/hari (dibagi 4 dosis) peroral selama 10
menit.
c. Bila klinis tidak ada perbaikan digunakan generasi ketiga sefalosporin
seperti ceftriaxone (80 mg/kg IM atau IV, sekali dalam sehari, selama 5-7
hari atau cefixime oral 20 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis selama 10 hari).
d. Kortikosteroid diberikan pada kasus berat dengan gangguan kesadaran
e. Dexsametasol 1-3mg/kgBB/hari intravena, dibagi 3 dosis hingga
kesadaran membaik.
2. Non farmakologi
a. Diet: diberikan bubur saring, kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi
sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien, dan diet berupa makanan yang
rendah serat.
b. Mengawasi kondisi klien dengan : pengukuran suhu secara berkala setiap
4 -6 jam. Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering terkejut, atau
mengigau. Perhatikan pula apakah mata anak cenderung melirik keatas,
atau apakah anak mengalami kejang – kejang. Demam yang disertai
kejang yang terlalu lama akan berbahaya bagi perkembangan otak, karena
oksigen tidak mampu mencapai otak. Terputusnya suplai oksigen ke otak
akan berakibat rusaknya sel otak. Dalam kedaan demikian, cacat seumur
hidup dapat terjadi berupa rusaknya intelektual tertentu.
c. Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
d. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
e. Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen ke
otak yang akan berakibat rusaknya sel-sel otak.
f. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak-banyaknya. Minuman
yang diberikan dapat berupa air putih, susu (anak diare menyesuaikan),
air buah atau air teh. Tujuannya agar cairan tubuh yang menguap akibat
naiknya suhu tubuh memperoleh gantinya.
g. Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
h. Kompres dengan air hangat pada dahi, ketiak, lipat paha. Tujuannya
untuk menurunkan suhu tubuh di permukaan tubuh anak.
DAFTAR PUSTAKA

Arifianto. 2012. Orang tua cermat, anak sehat. Jakarta: Gagas Media

Dewi & Meira. 2016. Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Huda Nurarif, Amin dan Kusuma Hardhi. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis
Berdasarkan Penerapan Diagnosa NANDA NIC-NOC Dalam Berbagai
Kasus. Jogjakarta : Medi Action

Librianty. 2015. Panduan Mandiri Melacak Penyakit. Jakarta: Lintas Kata

Pudjiadi, dkk. 2010. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia.

World Health Organization, 2009. Pelayanan Kesehatan Anak Dirumah Sakit.


Jakarta: WHO Indonesia
KEPERAWATAN PASIEN
DENGAN THYPOID
 

Oleh : Santi Widiyanti R

2008076

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS WIDYA HUSADA


SEMARANG
2021

APA ITU THYPOID?

Demam Thypoid adalah suatu


penyakit yang menyerang usus.
Penyakit ini di kenal juga dengan
Tifus.
APA SIH
PENYEBABNYA?
 

Yaitu : salmonella thypi dan Salmonella


parathypi A,B,C
LALU APA SAJA TANDA &
GEJALANYA?

1. Demam

2. Mual Muntah

3. Lidah Kotor

4. Diare

5. Lemah , Lemas, Sakit Perut

6. Pingsan
 
BAGAIMANA
PENULARANNYA?
 

5F Food (makanan)
Fingers (jari tangan / kuku)

Fomitus / Vomitus (muntahan)

Fly (lalat)
Feses (tinja)
LALU APA
PENCEGAHANNYA?
 

1. Cuci tangan

2. Cuci sayuran dan buah sebelum


dimakan
3. Sebelum dipakai, cuci peralatan makan
dan minum

4. Lindungi makanan dari lalat, kecoa dan


tikus ataupun hewan peliharaan( Simpan di
Kulkas atau Lemari Makanan)

5. Hindari kontak langsung dengan urin atau


tinja atau muntahan pasien thypoid
6. Konsumsi makanan sehat

7. Kuku Bersih
APA SAJA
PENATALAKSANAANNYA?

1. Istirahat dan perawatan

2. Diet dan terapi penunjang

o   Diet : Makanan yang mudah dicerna dan


bergizi (Diet Cair), serta tidak menimbulkan
iritasi saluran cerna; serta nyaman bagi mulut
pasien.

3. Pemberian Antibiotika
 
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai