175-Article Text-435-1-10-20191216
175-Article Text-435-1-10-20191216
Medik http://ejournal.delihusada.ac.id/index.php/JPKM
Received: 16 October 2019 Revised: 28 October 2019 Accepted: 31 October 2019
Abstract
Background: The best indicator to measure the nutritional status of the community is through
the nutritional status of children under five. In an effort to overcome the problem of malnutrition
in infants, the Ministry of Health of the Republic of Indonesia established a comprehensive
policy, including prevention, promotion or education and management of malnutrition toddlers.
The prevention efforts are carried out through growth monitoring in integrated service posts
while malnourished children under five are treated with supplementary recovery feeding
programs. Method: This research is a Quasi Experiment study with one group pretest and
posttest design. The sampling technique was a total sampling with a sample of 32 patients.
Univariate analysis was presented in the frequency distribution table and bivariate analysis using
Spearman Rank Correlation test. Result: There was a significant influence on the nutritional
status of children under five before and after PMT-P based on the weight-for-height index and
weight-for-age. For the height-for-age index there was no significant influence on the nutritional
status of children under five before and after PMT-P which means there was no correlation of
the height-for-age index against PMT-P. Conclusion: There is a significant influence on the
nutritional status of children under five based on the weight-for-height index and weight-for-age
before and after PMT-P, but it is not related to the nutritional status of children under five based
on the height-for-age index.
Medik http://ejournal.delihusada.ac.id/index.php/JPKM
Received: 16 October 2019 Revised: 28 October 2019 Accepted: 31 October 2019
Upaya pemerintah untuk mengatasi dengan frekuensi dan jumlah minum yang sudah
masalah gizi buruk yaitu dengan mengeluarkan ditentukan oleh dokter dan petugas gizi di TFC,
Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang selanjutnya pada tahap postest dilakukan
Kesehatan pasal 141 dan 142, khususnya pada pengukuran berat badan, tinggi badan dan
bab VIII tentang gizi, tercantum bahwa pengukuran skor Z kembali pada balita. Populasi
pemerintah sangat diharapkan turut serta dan sampel dalam penelitian ini diambil
berperan aktif dan dituntut untuk meningkatkan menggunakan teknik total sampling dimana
perbaikan gizi di masyarakat, serta jumlah sampel sama dengan populasi yaitu 32
memperhatikan keseimbangan dan ketersediaan balita yang berusia 0-59 bulan yang menjalani
masalah pangan dan gizi masyarakat. Dalam perawatan komprehensif di TFC “FAJAR” Kota
upaya mengatasi masalah gizi buruk pada balita, Pontianak. Sampel yang didapatkan dalam
Kementerian Kesehatan RI menetapkan penelitian ini sesuai dengan kriteria inklusi dan
kebijakan yang komprehensif, meliputi eksklusi yang telah ditetapkan sebelumnya oleh
pencegahan, promosi atau edukasi dan peneliti.
penanggulangan balita gizi buruk.Upaya Pengolahan dan analisis data
pencegahan dilaksanakan melalui pemantauan menggunakan program Statistical Package for
pertumbuhan di posyandu sedangkan balita gizi Social Science (SPSS) ver. 20 for Windows.
buruk ditindak lanjuti dengan program Status gizi berdasarkan nilai Z-score BB/TB,
pemberian makanan tambahan pemulihan (PMT- BB/U dan TB/U yang dihitung menggunakan
P) (Kemenkes RI, 2011). software WHO Anthro 2005. Analisis uji
Program PMT-P dilaksanakan sebagai perbedaan menggunakan uji Wilcoxon karena
intervensi gizi untuk mempertahankan dan distribusi data tidak normal, uji kenormalan yang
meningkatkan status gizi balita gizi buruk. digunakan yaitu metode Saphiro Wilk dan
Program PMT-P merupakan kegiatan pemberian analasis uji hubungan digunakan uji Korelasi
zat gizi bagi anak usia 0-59 bulan yang Rank Spearman.
mengalami gizi buruk. Bertujuan untuk
memulihkan gizi penderita yang buruk dengan
cara memberikan makanan dengan kandungan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
gizi yang cukup sehingga kebutuhan gizi Karakteristik Sampel Menurut Umur
penderita dapat terpenuhi (Depkes RI, 2010).
Menindak lanjuti permasalahan gizi yang Tabel 4.1 Karakteristik Balita Menurut Umur
secara umum telah diungkapkan di atas, peneliti Usia Frekuensi Persentase
melakukan survey di TFC “FAJAR” di UPTD (Bulan) (f) (%)
Puskesmas Saigon Kota Pontianak. Dari hasil 0-6 0 5,9
survey yang dilakukan peneliti menemukan pada 7-12 10 70,8
periode tahun 2018 ini tercatat sudah ada 32 13-26 18 23,3
kasus pasien gizi buruk yang ditangani di TFC 37-59 4 12.5
“FAJAR” Puskesmas Saigon Kota Pontianak. Total 32 100
Melihat dari fenomena yang terjadi, peneliti Berdasarkan tabel 4.1 di atas
menemukan permasalahan yaitu mengenai menunjukkan sebagian besar usia balita dalam
status gizi buruk di Kota Pontianak yang masih penelitian ini berada pada kelompok umur 13-36
sangat tinggi. Peneliti tertarik untuk mengkaji bulan yaitu sebanyak 18 balita (56.3%) serta
lebih dalam mengenai adanya pengaruh tidak ada pada kisaran umur 0-6 bulan (0%).
perubahan status gizi dari terlaksananya
program PMT-P yang dibuat oleh Pemerintah. Karakteristik Sampel Menurut Jenis
2. METODE Kelamin
Tabel 4.2 Karakteristik Balita Menurut Jenis
Jenis penelitian ini adalah quasi
Kelamin
eksperimental dengan desain one group pretest
posttest dimana tidak ada kelompok kontrol. Jenis Frekuensi Persentase
Pengukuran antropometri berat badan dan tinggi kelamin (f) (%)
badan serta menghitung skor Z balita dilakukan Laki-laki 20 62.5
pada awal pemeriksaan di TFC (pretest), Perempuan 12 37.5
kemudian diberikan perlakuan pada sampel yaitu Total 32 100
pemberian paket susu F100 selama 3 bulan
46
Jurnal Penelitian Keperawatan Vol. 2 No. 1 Edition: May – October 2019
Medik http://ejournal.delihusada.ac.id/index.php/JPKM
Received: 16 October 2019 Revised: 28 October 2019 Accepted: 31 October 2019
Medik http://ejournal.delihusada.ac.id/index.php/JPKM
Received: 16 October 2019 Revised: 28 October 2019 Accepted: 31 October 2019
Berat Badan (Kg) Perubahan diderita balita paling tinggi adalah ISPA yaitu
No
Sebelum Sesudah (Kg) 15.6 % (5 balita).
13 6.90 7.05 (+) 0.15
14 11.59 13.10 (+) 1.51 Uji Perbedaan Indeks Antropometri BB/TB,
15 7.10 7.70 (+) 0.60 BB/U dan TB/U Sebelum dan Sesudah
16 4.99 5.20 (+) 0.21
Pemberian PMT-P
17 5.65 6.15 (+) 0.50
18 5.80 5.90 (+) 0.10 Tabel 4.8 Perbedaan indeks antropometri BB/TB,
19 6.30 7.10 (+) 0.80 BB/U dan TB/U sebelum dan sesudah pemberian
20 5.70 6.20 (+) 0.50 PMT-P.
21 5.85 6.15 (+) 0.30
22 7.40 7.85 (+) 0.45 Indeks
Perubah Nilai
Antropo- Sebelum Sesudah Nilai r
23 6.40 6.75 (+) 0.35 an ƿ
metri
24 7.30 8.80 (+) 1.50
25 6.80 7.00 (+) 0.20 Skor Z -4.04 -2.99 1.05
0.000 0.737
26 5.70 6.55 (+) 0.85 BB/TB ± 0.81 ± 0.54 ± 0.27
27 4.90 5.30 (+) 0.40
Skor Z -4.25 - 3.56 0.69
28 7.40 9.00 (+) 1.60 0.000 0.321
BB/U ± 0.80 ± 0.89 ± 0.09
29 4.70 5.30 (+) 0.60
30 4.20 4.45 (+) 0.25 Skor Z -3.01 -2.98 0.03 -
0.138
31 5.80 7.20 (+) 1.40 TB/U ± 1.42 ±1.40 ± 0.02 0.008
32 5.60 6.20 (+) 0.60
Medik http://ejournal.delihusada.ac.id/index.php/JPKM
Received: 16 October 2019 Revised: 28 October 2019 Accepted: 31 October 2019
Balita yang terpilih sebagai sampel dalam Distribusi status gizi berdasarkan indeks
penelitian ini berjumlah 32 orang adalah Balita BB/U pada balita sebelum dan sesudah
yang berusia antara 0–59 bulan dengan status PMT-P.
gizi buruk, berdasarkan indeks BB/TB, BB/U dan Berat badan merupakan ukuran
TB/U dengan persentase terbanyakpadausia 13- antropometrik yang penting digunakan untuk
36 bulan sebanyak 18 balita (56.3%). mengukur status gizi. Berat badan merupakan
Sebagian besar balita dalam penelitian ini adalah hasil peningkatan atau penurunan semua
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 20 orang jaringan yang ada pada tubuh antara lain tulang,
(62.5%) dan lebih sedikit pada perempuan otot, lemak, cairan tubuh, dan lain-lain. Berat
sebanyak 12 orang (37.5%). badan dipakai sebagai indikator yang terbaik
untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh
Distribusi status gizi berdasarkan indeks kembang.
BB/TB pada balita sebelum dan sesudah Menurut hasil penelitian didapatkan
PMT-P. bahwa ada pengaruh pemberian makanan
Pelaksanaan pemberian PMT-P pada anak tambahan terhadap perubahan berat badan
gizi kurang usia 0-59 bulan selama 90 hari. Pada anak gizi buruk selama tiga bulan. Berat badan
awal pemberian PMT-P perlu pendekatan yang rata-rata awal perawatan anak gizi buruk 6.80
sangat hati-hati, karena keadaan anak sangat kg dan berat badan rata-rata akhir perawatan
lemah dan kapasitas homeostatik berkurang. 7.50 kg. Rata-rata peningkatan berat badan
Pemberian makanan harus dimulai segera adalah 0,69 kg. Menu makanan yang diberikan
setelah anak dirawat dan dirancang sedemikian selama perawatan adalah makanan lengkap dan
rupa sehingga energi dan protein cukup untuk PMT-P (F75, F100 dan makanan lokal).
memenuhi metabolisme basal saja tujuannya Penelitian ini sejalan dengan Maria (2011)
adalah untuk menyusuaikan kemampuan anak menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang
menerima makanan hingga ia mampu menerima bermakna dari pemberian makanan tambahan
diet tinggi energi dan tinggi protein (TETP). terhadap perubahan berat badan atau ada
Formula yang diberikan ialah Formula khusus perubahan berat badan saat masuk sampai akhir
awal seperti Formula WHO 75 dengan asupan perawatan 0,74 kg. Peningkatan atau adanya
gizi 80-100 KKal/kgBB/hari dan protein 1-1,5 pengaruh terhadap perubahan berat badan, hal
g/KgBB/hari. Pada anak yang masih ini disebabkan karena makanan tambahan yang
mendapatkan ASI maka tetap diberikan ASI diberikan pada subjek peneliti sudah memenuhi
pada anak. syarat yaitu baik jenis, jumlah maupun nilai gizi
Setelah nafsu makan anak dan toleransi pada masing- masing makanan tambahan.
terhadap makanan bertambah baik maka Distribusi status gizi berdasarkan indeks
berikan makanan berupa formula 100 (F-100) TB/U pada balita sebelum dan sesudah
dengan asupan gizi 100-150 KKal/kgBB/ hari dan PMT-P.
protein 2-3 g/kgBB/hari. Setelah itu secara Pada awal pemeriksaan dirumah gizi
berangsur, tiap 1-2 hari, pemberian makanan selain diukur berat badan anak juga harus diukur
ditingkatkan hingga konsumsi mencapai 150-220 tinggi badan nya. Bagi anak yang berusia 0-2
KKal/kgBB/hari dan protein 4-6 g/kgBB/hari. tahun, panjang badan diukur dengan
Berdasarkan hasil penilitian yang menggunakan papan kayu (length board).
didapatkan bahwa ada pengaruh yang signifikan Sementara untuk anak yang berusia lebih dari 2
dari pemberian PMT-P terhadap status gizi balita tahun, pengukuran tinggi badan menggunakan
menurut indikator BB/TB maka hal ini sesuai alat bernama mikrotoise yang disandarkan ke
dengan teori yang ada bahwa Berat badan dinding yang mempunyai ketelitian 0,1 cm.
memiliki hubungan yang linier dengan tinggi Berbeda dengan berat badan yang bisa
badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berubah dengan sangat cepat, tinggi badan
berat badan akan searah dengan pertumbuhan justru bersifat linier. Arti linier di sini adalah
tinggi badan dan kecepatan tertentu. Indeks perubahan tinggi badan tidak begitu cepat dan
BB/TB adalah merupakan indeks yang dipengaruhi oleh banyak hal tidak hanya pada
independent terhadap umur (Supariasa, 2012). saat ini saja tetapi juga dari masa lampau karna
itu tinggi badan biasanya cenderung dipakai
sebagai indikator untuk mengetahui masalah gizi
kronis pada anak alias masalah nutrisi yang
sudah berlangsung sejak lama karena tinggi
49
Jurnal Penelitian Keperawatan Vol. 2 No. 1 Edition: May – October 2019
Medik http://ejournal.delihusada.ac.id/index.php/JPKM
Received: 16 October 2019 Revised: 28 October 2019 Accepted: 31 October 2019
badan lebih dipengaruhi oleh pangan yang rerata skor Z menurut indikator BB/TB, BB/U dan
dikonsumsi. Disamping itu tinggi badan TB/U.
merupakan ukuran kedua yang penting, karena Perubahan rerata nilai skor Z BB/TB
dengan menghubungkan berat badan terhadap adalah 1.05 ±0,27, perubahan rerata nilai skor Z
tinggi badan (Quac stick), faktor umur dapat BB/U adalah 0.69 ±0.09 dan perubahan rerata
dikesampingkan. nilai skor Z dengan perubahan yang relative
Penyakit Infeksi dan Penyerta Saat PMT-P lebih kecil menurut indeks TB/U adalah 0.03
Masa balita merupakan masa rawan ±0.02.
karena pada masa ini balita mudah sakit serta Balita yang tidak mengalami perubahan
mudah mengalami gizi kurang. Pengasuhan yang status gizi dikarenakan selama pemberian PMT-P
kurang baik seperti pemberian makan yang balita disebabkan oleh beberapa penyakit infeksi
kurang tepat sejak lahir dapat menyebabkan seperti mengalami sakit demam, muntah, mual,
balita sering sakit akibat masalah pencernaan. batuk diare. Infeksi, imunitas dan gangguan
Kondisi balita yang terlalu lama sakit dapat pertumbuhan merupakan bagian yang saling
membuat berat badan balita menurun dan berhubungan, dimana saat infeksi akan
mudah menderita kekurangan gizi. terjadi peningkatan kebutuhan energi,
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ihsan peningkatan katabolisme, nafsu makan
(2010) dimana anak balita dengan riwayat menurun serta terjadi penurunana absorbsi zat
penyakit infeksi (55,7%) lebih besar gizi oleh usus. Rendahnya asupan gizi
dibandingkan yang tidak memiliki riwayat tersebut merupakan penyumbang terjadinya
penyakit infeksi (44.3%). Seperti diketahui hambatan pertumbuhan (growth faltering) dan
bahwa penyakit infeksi memiliki hubungan yang kejadian gizi kurang/gizi buruk (Fatimah,
saling terkait dengan masalah gizi pada anak 2012).
balita. Keberadaan peyakit infeksi pada anak Hasil analisis uji Wilcoxon Sign Rank Test
balita menyebabkan anak balita kekurangan menunjukkan perbedaan perubahan skor Z
nafsu makan sehingga asupan gizi juga kurang. menurut indeks BB/TB dengan nilai p= 0,000
Padahal kebutuhan gizi saat anak balita sakit (p<0,05) dan menurut indeks BB/U dengan nilai
justru meningkat, hal ini dapat menyebabkan p= 0.000 (p<0.05). Sehingga secara statistik
anak balita mengalami kekurangan gizi. dapat dinyatakan terdapat perbedaan bermakna
Begitupun sebaliknya, ketika anak balita tidak perubahan rerata nilai skor Z sebelum dan
mendapatkan asupan gizi yag cukup dan sesudah pemberian makanan tambahan
seimbang, daya tahan tubuhnya (imunitas) pemulihan pada indeks antropometri BB/TB dan
dapat melemah dan dalam keadaan demikian BB/U. Sedangkan perbedaan perubahan skor Z
anak balita mudah diserang infeksi. menurut indeks TB/U memiliki nilai p= 0.138
Analisis Bivariat (p>0.05) sehingga dinyatakan tidak terdapat
Ada perbedaan status gizi berdarsarkan perbedaan yang bermakna rerata nilai skor Z
indeks BB/TB, BB/U dan TB/U setelah pemberian sebelum dan sesudah PMT-P menurut indeks
PMT-P selama 90 hari. Hal ini disebabkan TB/U.
kontribusi asupan energi dan protein dari PMT-P Penelitian ini sejalan dengan hasil
yang dikonsumsi balita mengalami peningkatan penelitian Farida fitryanti, dkk bahwa, ada
disetiap minggunya dan didukung dengan perbedaan status gizi balita sebelum dan setelah
peningkatan asupan energi dan protein dari pemberian PMT-P, terdapat pengaruh yang
makanan selain PMT-P, sehingga tingkat asupan signifikan pemberian makanan tambahan pada
dalam sehari sebagian besar dapat terpenuhi. balita gizi kurang usia 0–59 bulan terhadap
Hasil Uji Perbedaan di ketahui nilai rerata skor Z status gizi di Wilayah Kota Semarang
BB/TB sebelum intervensi yaitu -4.04 ±0,81, berdasarkan indeks BB/TB dan BB/U dengan
nilai rerata skor Z BB/U sebelum intervensi yaitu nilai signifikansi sebesar p= 0.000 dan p= 0.002.
-4.25 ±0.80 dan nilai rata-rata skor Z TB/U Penelitian lain yang mendukung penelitian ini
sebelum intervensi yaitu -3.01 ±1.42. yaitu Imas Rini, dkk yang menyatakan adanya
Sedangkan nilai rerata skor Z BB/TB setelah perbedaan yang bermakna perubahan status gizi
PMT-P yaitu -2.99 ±0,54 dan nilai rerata skor Z balita sebelum dan sesudah PMT-P menurut
BB/U setelah PMT-P yaitu -3.56 ±0.89 serta nilai indikator BB/U dengan nilai p=0,000 (p <0.05).
rerata skor Z TB/U setelah PMT-P -2.98 ±1.40, Namun pada indikator BB/TB diperoleh nilai
yang berarti cenderung memiliki perbedaan 0.055 (p>0.05) dapat dinyatakan tidak terdapat
50
Jurnal Penelitian Keperawatan Vol. 2 No. 1 Edition: May – October 2019
Medik http://ejournal.delihusada.ac.id/index.php/JPKM
Received: 16 October 2019 Revised: 28 October 2019 Accepted: 31 October 2019
perbedaan yang bermakna perubahan status gizi normal serta 50% tetap pada kategori sangat
balita sebelum dan sesudah PMTP. pendek.
Hasil uji Korelasi Rank Spearman 3. Perubahan satus gizi balita sebelum dan
didapatkan ada hubungan yang bermakna dari sesudah PMT-P balita gizi buruk menurut
pemberian PMT-P terhadap perubahan status indeks BB/TB yang ditunjukkan dengan nilai
gizi balita gizi buruk menurut indikator BB/TB p= 0,000 (p<0,05) serta menurut indeks
dan BB/U yang ditunjukkan dengan nilai p<0.05. BB/U diperoleh nilai p= 0.000 (p<0,05)
Dengan nilai koefisien korelasi menurut indeks sehingga secara statistic dapat dinyatakan
BB/TB dan BB/U yaitu 0.737 dan 0.321 yang terdapat perbedaan bermakna perubahan
mengartikan adanya korelasi positif, artinya rerata nilai Skor Z sebelum dan sesudah
pada anak yang mendapatkan PMT-P memiliki pemberian makanan tambahan pemulihan
kecenderungan untuk memiliki Score-Z BB/TB (PMT-P) pada indeks Skor Z BB/TB dan BB/U.
dan BB/U yang semakin tinggi. Sedangkan menurut indeks TB/U didapatkan
Sedangkan menurut indikator TB/U tidak nilai p= 0.138 (p>0.05) sehingga secara
terdapat hubungan yang bermakna dari statistic dinyatakan tidak terdapat hubungan
pemberian PMT-P terhadap perubahan status yang bermakna dari pemberian PMT-P
gizi balita gizi buruk yang ditunjukkan dengan terhadap perubahan status gizi balita gizi
nilai p>0.05 dan nilai koefisien korelasi nya buruk menurut indeks TB/U.
adalah -0.008 yang mengartikan adanya korelasi 4. Tidak terdapat hubungan yang bermakna
negatif artinya anak yang mendapatkan PMT-P penyakit infeksi dan penyakit penyerta
tidak memiliki kecenderungan untuk memiliki terhadap perubahan status gizi balita gizi
Score Z TB/U yang lebih tinggi atau cenderung buruk yang ditunjukkan dengan nilai p >
tetap. Hal ini adalah wajar karna Pertumbuhan 0.05. Maka dalam penelitian ini penyakit
tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif infeksi dan penyerta tidak menjadi variable
kurang sensitive terhadap masalah kekurangan pengganggu dalam pengaruh PMT-P dengan
gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh perubahan status gizi balita gizi buruk.
defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan
nampak dalam waktu yang relatif lama. DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan karekteristik tersebut, maka indeks
ini menggambarkan status gizi masa lampau dan Adriani, M., & Kartika, V. 2013. Pola asuh makan
bukan untuk mengukur status gizi saat ini dan pada balita dengan status gizi kurang di
juga lebih erat kaitannya dengan satus sosial Jawa Timur, Jawa Tengah & Kalimantan
ekonomi (Supariasa, 2012). tahun 2011. Jurnal Kesehatan Volume 16
Nomor 2.
4. KESIMPULAN
Agus Riyanto, 2011. Aplikasi Metodologi
1. Sebagian besar Subyek berada pada Penelitian Kesehatan. Nuha. Medika
kelompok umur 1-3 bulan sebanyak (56.3%). Yogyakarta.
dan berjenis kelamin laki-laki sebanyak
(62.5%), di Wilayah kerja UPTD Puskesmas Almatsier, S. 2011. Prinsip DasarIlmu Gizi.
Saigon Kota Potianak.Tingkat kejadian Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
obesitas sentral pada siswa-siswi tidak Alhudawi. 2010. Hubungan Pengetahuan, Sikap
mencapai sebagian, dan hanya diperoleh dan Keaktifan Keluarga terhadap Program
18,8%. Posyandu dengan Status Gizi Balita di
2. Perbedaan status gizi balita berdasarkan Kelurahan Ujung Padang. Karya Tulis
BB/TB yang terjadi setelah pemberian PMT-P Ilmiah. Fakultas Kedokteran Universitas
yaitu dari 100% balita dengan kategori Sumatera Utara Medan.
sangat kurus berubah menjadi 75% kurus
dan 25% tetap pada kategori sangat kurus. Arisman. 2010. Buku Ajar Ilmu Gizi, Gizi Dalam
Berdasarkan BB/U dari 100% balita status daur Kehidupan. Jakarta : Penerbit Buku
gizi buruk berubah menjadi 15.6% status gizi Kedokteran, EGC.
kurang dan 3.1% status gizi baik. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Berdasarkan TB/U dari 50% kategori sangat [Bappenas]. 2012. Kerangka Kebijakan
pendek, 28.1% pendek dan 21.9% normal Gerakan Sadar Gizi dalam Rangka Seribu
berubah menjadi 25% pendek dan 25% Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK).
Jakarta (ID).
51
Jurnal Penelitian Keperawatan Vol. 2 No. 1 Edition: May – October 2019
Medik http://ejournal.delihusada.ac.id/index.php/JPKM
Received: 16 October 2019 Revised: 28 October 2019 Accepted: 31 October 2019
Dinas Kesehatan Kota Pontianak. 2017. Profil Moehji, S., 2009. Ilmu Gizi 2 Penanggulangan
Dinas Kesehatan Kota Pontianak Tahun Gizi Buruk. Jakarta: Papas Sinar Sinanti.
2017. Pontianak.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian
2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar
Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta
(RIKESDAS) Indonesia Tahun 2013. Jakarta
: Badan Penelitian dan Pengembangan Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi
Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Kesehatan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta :
PT. Rineka cipta.
Fatimah S. 2012. Dampak berat badan lahir
terhadap status gizi bayi. Badan Litbang Novitasari, Dewi. 2012. Faktor-faktor Risiko
kesehatan [serial online]. [dikutip 2 Maret Kejadian Gizi Buruk Pada Balita Yang
2012]. Diunduh dari: Dirawat Di RSUP Dr. Kariadi Semarang.
http://diglib.litbang.depkes.go.id. http://eprints. undip.ac.id/37466/ Diakses
tanggal 26 Juni 2014.
Fitriyanti, Farida dan Tatik Mulyati. 2012.
Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Perdani, Z. putri, Roswita Hasan, Nurhasanah.
Pemulihan (PMT-P) terhadap Status Gizi 2016. Hubungan Praktik Pemberian Makan
Balita Gizi Buruk di Dinas Kesehatan Kota Dengan Status Gizi Anak Usia 3-5 Tahun Di
Semarang Tahun 2012. Journal of Nutrition Pos GiziDesa Tegal Kunir Lor Mauk. JKFT,
Collage Vol.1 No.1; 99-100. Edisi Nomor 2, Januari 2016.
PERSAGI (Persatuan Ahli Gizi), 2009. Labu
kuning, Daftar Komposisi Bahan Makanan.
Hariza, Adnani. 2011. Ilmu Kesehatan
DKBM, Jakarta.
Masyarakat. Nuha Medika. Yogjakarta.
Purwaningrum, S., & Wardani, Y. 2012.
Ihsan M. Faktor-faktor yang Berhubungan
Hubungan Antara Asupan Makanan dan
dengan Status Gizi Anak Balita di Desa
Status Kesadaran Gizi Keluarga dengan
Teluk Rumbia Kecamatan Singkil Kabupaten
Status Gizi Balita di Wilayah Kerja
Aceh Singkil. Jurnal Gizi Indonesia. 2012;
Puskesmas Sewon I, Bantul. Jurnal
22(3): 44-54.
Kesehatan Masyarakat Vol. 6 No. 3.
Imas Rini, dkk. Pengaruh Pemberian Makanan Yogyakarta.
Tambahan Pemulihan (PMT-P) terhadap
Retnowati DH, Syamsianah A, Handarsari E.
Status Gizi Balita Gizi Buruk Tahun 2017.
2015. Pengaruh pemberian makanan
Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal)
tambahan pemulihan terhadap perubahan
Collage Vol.5 No.4. 2017; 99-100.
berat badan balita bawah garis merah
Kemenkes RI. kecacingan di wilayah Puskesmas Klambu
2011.Keputusan Menteri Kesehatan Republi Kabupaten Grobogan. Jurnal Gizi.;4(1).
k Indonesia tentang
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013.
StandarAntropometri Penilaian Status Gizi A
Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013.
nak . Jakarta : Dirjen Bina Gizi dan
Badan Penelitian Dan Pengembangan
Kesehatan Ibu dan Anak.
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI,
Kementrian Kesehatan RI. 2013. Pedoman 2013. Jakarta.
Pelayanan Anak Gizi Buruk. Jakarta : Dirjen
Rumengan, Jemmy. 2010. Metodologi Penelitian
Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak,
Dengan SPSS. Batam: UNIBA PRESS.
Direktorat Bina Gizi Kementrian Kesehatan
RI. Sihombing, Helda. 2013. Pengertian Gizi Buruk
Untuk Diketahui Penyebabnya, (online),
Krisno, Agus. 2009. Dasar-dasar Ilmu Gizi. UMM
diakses 03 Januari 2014.
Press. Malang
Sugiyono. 2012. Metode PenelitianKuantitatif
Liansyah, Tita Menawati 2015. Malnutrisi Pada
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Anak Balita. Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala Volume II Nomor 1.
ISSN: 2355-102X.
52
Jurnal Penelitian Keperawatan Vol. 2 No. 1 Edition: May – October 2019
Medik http://ejournal.delihusada.ac.id/index.php/JPKM
Received: 16 October 2019 Revised: 28 October 2019 Accepted: 31 October 2019
53